Anda di halaman 1dari 9

A.

Ragam Seni Rupa Daerah Kalimantan tenggah

Seni rupa nusantara memang terdiri dari berbagai benda seni. Namun, seperti seni
rupa pada umumnya, karya seni nusantara ini juga bisa dibagi menjadi 2 kelompok besar,
yaitu : seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi. Yang termasuk seni rupa 2 dimensi adalah
gambar, lukisan, dan grafis. Karya seni rupa 3 dimensi terdiri atas seni patung, kriya, dan
desain.
1. Gambar.
Menggambar merupakan proses perekaman objek di atas bidang 2 dimensi
melalui media dengan kriteria antara lain : ketepatan/kemiripan bentuk dan
Seni Rupa Kalimantan Tengah
warna dengan memperhatikan persepektif, proporsi, komposisi, gelap terang
serta bayang-bayang benda atau objek yang digambar. Dengan kata lain,
menggambar lebih bersifat objektif. Karya gambar antara lain gambar bentuk,
gambar model, gambar ilustrasi, dan ragam hias.
2. Lukisan.
Lukisan juga menggambarkan karya seni rupa 2 dimensi. Melukis lebih
cenderung mengekspresikan gagasan atau mengungkapkan jiwa pelukis melalui
media ungkap; dan teknik penggarapannya berdasarkan prinsip-prinsip seni
rupa. Kemampuan penggarapan dan penguasaan bahan dan alat merupaka aspek
yang utama di dalam melukis. Melukis lebih bebas dalam menafsirkan objek,
sesuai keinginan pelukisnya. Dengan perkataan lain melukislebih bersifat
subjektif. Karya seni lukis dapat dibedakan dengan beberapa corak, antara
lain: representatif ( nyata ), dekoratif, ekspresif, dan non-representatif
(abstrak).
3. Grafis.
Grafis atau seni grafik sebenarnya termasuk ke dalam desain, namun menurut
dimensinya seni ini termasuk karya seni rupa 2 dimensi. Grafis diproduksi
dengan teknik cetak. Namun pada proses awalnya, sang perupa membuat
desain/rancangan gambar dan tata letaknya dengan memperhitungkan pada
bahan apa grafis ini akan dicetak. Zaman sekarang, proses merancang gambar
dapat dilakukan dengan bantuan komputer. Grafis banyak digunakan untuk
membuat iklan di media cetak, papan reklame, desain logo, poster, sampul
kaset, dan sebagainya.
4. Seni Patung.
Patung, dalam perkembangannya disebut juga sebagai plastic art/seni
plastis/seni bentuk, maksudnya bentuk-bentuk yang memiliki nilai keindahan.
Patung sebagai seni plastis memiliki arti luas karena tak hanya meniru bentuk
manusia dan hewan, tetapi bentuk apapun bisa asalkan memiliki nilai keindahan.
patung sebagai seni sudah ada semenjak peradaban awal manusia, yang
kebanyakan dibuat dari batu atau kayu. Patung-patung ini berukuran besar dan
kecil dan sebagaian besar bersifat religius atau digunakan untuk keperluan
adat. Namun ada juga yang berfungsi sebagai hiasan.
Patung zaman sekarang dibuat dengan berbagai bahan dan lebih bersifat
estetis ( mengutamakan keindahan bentuk ).
Seni Rupa Kalimantan Tengah
5. Seni Kriya.
Seni kriya termasuk seni rupa terapan. Seni kriya atau kerajinan adalah suatu
usaha membuat barang-barang hasil pekerjaan tangan, atau dapat pula berarti
pekerjaan tangan. Benda-benda ini biasanya dibuat untuk dipergunakan dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sekaligus melestarikan tradisi
kesenirupaan suatu daerah. Oleh karena itu, karya seni kriya dibuat oleh
masyarakat daerah tertentu sebagai ciri khas daerahnya. Pada umumnya
pembuatan seni kriya terikat pada aturan-aturan tertentu yang dianut oleh
suatu daerah. Motif-motif dan warna-warna yang dipakai pun melambangkan
makna-makna tertentu dari daerah tersebut.
Karya seni kriya adalah seni rupa yang paling banyak ragamnya di indonesia.
Contohnya anyaman, yang bisa saja terbuat dari rotan, bambu, daun pandan,
serta berbagai macam lainnya, dari keperluan rumah tangga, seperti
tempatanasi, nyiru, bubu, kap lampu, tas, dinding rumah, tikar, lampit, dan
kursi. Tak hanya anyaman banyak lagi benda-benda yang memiliki keragaman
disamping kegunaannya masing-masing.
Banyak seni kerajinan daerah ini yang hampir punah karena sedikit sekali yang
tertatrik untuk melestarikan tradisinya. Padahal pengetahuan corak dan cara
pengerjaannya merupakan warisan budaya nusantara yang tak ternilai harganya.
6. Desain Daerah
Desain juga merupakan ragam seni rupa terapan. Karya desain dapat dikatakan
karya seni rupa murni apabila hasil karyanya dimaksudkan untuk dinikmati
keindahannya saja, bukan fungsi lainnya.
Desain diciptakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan
produk seni. Prosedur pembuatannya cenderung lebih rumit, karena selain
sebagai sarana berekspresi bagi desainer juga merupakan upaya menjembatani
antara harapan pemakai desain/konsumen dengan kenyataan yang ada/pasar.
Proses pembuatan desain biasanya mellui tahapan panjang, dengan tujuan agar
diminati konsumen. Desain juga bisa dibuat sebagai pesanan seseorang atau
pihak tertentu. Karena itu, terciptanya karya desain dapat bersifat tunggal
atau massal.

URAIAN-URAIAN

Sosial Budaya
Penduduk asli Kalimantan Tengah adalah suku Dayak, suku ini merupakan masyarakat
terbesar yang mendiami Propinsi Kalimantan Tengah bersama dengan berbagai suku
lain di Indonesia. Suku Dayak terbagi atas beberapa sub etnis yang masing-masing
memiliki satu kesatuan bahasa, adat istiadat dan budaya. Sub-sub etnis tersebut
antara lain Suku Dayak Ngaju (termasuk Bakumpai dan Mendawai), Ot Danum,
Ma’anyan, Lawangan, Siang dan lain-lain.
Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mempunyai sifat keterbukaan dan toleransi
yang tinggi yang tercermin dalam falsafah Huma Betang. Huma Betang adalah rumah
khas Kalteng, berupa rumah besar, dimana dalam satu rumah besar adat (Huma
Betang) Dayak Kalimantan Tengah tersebut tinggal bersama-sama bebera pa keluarga
dengan segala perbedaannya seperti status sosial, ekonomi maupun agama namun
tetap hidup secara harmonis.
Sifat gotong royong dalam masyarakat suku Dayak masih tetap terpelihara terutama
dalam gerak hidup bermasyarakat yang tercermin dari tradisi kerja Habaring Hurung,
Handep dan Harubuh.
Berbagai ragam dan jenis kesenian tradisional yang masih terpelihara dalam
kehidupan masyarakat di Kalimantan Tengah antara lain : Seni Tari, Seni Suara, Seni
Rupa, Seni Ukir, dan Seni Anyam-anyaman. Seni Suara berupa lagu -lagu Daerah
dikenal dengan istilah : Karungut, Kandan, Parung, Karinci Seni anyaman yang memiliki
beragam corak terus dikembang oleh masyarakat sebagai kerajinan rakyat.
Kerajinan anyaman tersebut antara lain yang terbuat dari rotan, bambu, pandan dan
purun. Disamping itu juga berkembang berbagai kerajinan etnik (tradisional) yang
terbuat purun, getah nyatu serta bahan kayu. Seni ukir dapat disaksikan pada
pembuatan benda-benda seperti Talawang (Peri- sai), bangunan Sandung, hulu dan
Seni Rupa Kalimantan Tengah
8sarung senjata khas Dayak Mandau, patung (Sapundu) dan bangunan pada rumah

rumah adat.
Disamping berbagai kerajinan Kalimantan Tengah juga kaya akan berbagai kegiatan
upacara adat / ritual seperti Tiwah, Manyanggar, Mamapas Lewu (bersih desa),
Mampakanan Sahur Parapah.Tiwah merupakan upacara ritual agama Kaharingan, yaitu
mengantarkan arwah orang yang telah meninggal ke Lewu Tatau (sorga). Acara ini
memakan waktu yang cukup lama sekitar satu bulan atau lebih.
Sumpit yang dalam bahasa Dayak Ngaju disebut ’sipet’ merupakan senjata tradisional
yang sudah dikenal sejak jaman dahoeloe kala. Sipet terbuat dari kayu ulin yang
dibentuk dan dilobangi bagian dalamnya sehingga menyerupai pipa lurus, dengan
ukuran diameter bagian luar sekitar 3 cm, diameter rongga dalam sekitar 0,75 cm dan
panjang sekitar 200 cm. Setelah diraut dan digosok sampai rapi, biasanya kayu ulin
tersebut menjadi berwarna hitam mengkilat sehingga permukaannya mirip seperti
logam. Pada bagian ujung depan pipa tadi dipasang dua macam aksesori yang terbuat
dari besi, yaitu di sisi sebelah bawah dipasang mata tombak yang tajam, dan pada sisi
sebelah atas dipasang besi kecil menyerupai pisir pada ujung laras senjata api, yang
berguna sebagai alat bantu untuk membidik sasaran. Kedua aksesori tersebut
dilekatkan pada batang sipet menggunakan rotan yang dianyam sedemikian rupa
sehingga terlihat rapi, kuat dan artistik. Bagian permukaan batang sipet terkadang
dihiasi dengan ukiran relief atau ornamen dengan motif khas Dayak.
Kegunaan utama sipet adalah sebagai senjata atau alat berburu, walaupun bisa juga
digunakan sebagai senjata pada saat berperang. Sebagai senjata, ia dilengkapi dengan
peluru yang dimasukkan ke dalam lobang laras dan dilontarkan ke arah sasaran dengan
cara ditiup menggunakan mulut. Jenis pelurunya ada 2 macam. Jenis pertama terbuat
dari tanah liat dalam keadaan setengah basah dibentuk berupa bola-bola kecil
sebesar ukuran lubang laras, biasanya digunakan untuk jarak dekat (sekitar 5 meter)
untuk berburu binatang kecil misalnya tupai dan burung-burung yang terbang rendah.
Jenis peluru yang kedua disebut damek atau lahes, terbuat dari bilah bambu yang
diruncingkan seperti anak panah dan di bagian belakangnya dipasang potongan kayu
gabus untuk mengatur arah, kurang lebih berfungsi sama dengan bulu angsa yang
dipasang pada shuttlecock (bola badminton). Lahes tersebut dibuat dalam jumlah
banyak, disimpan di dalam tabung bambu yang sudah diisi dengan cairan ‘bisa atau
racun’ dari binatang liar, sehingga apabila melukai sedikit saja tubuh hewan sasaran
akan langsung mematikan. Biasanya lahes digunakan untuk berburu hewan yang lebih
besar, misalnya kancil, kijang atau hewan primata (misalnya monyet dll) yang tinggal di
atas pohon-pohon tinggi.
Suatu hal yang unik pada sumpit ialah ketika pelurunya dilontarkan menuju sasaran,
tidak akan terdengar bunyi apapun yang membuat sasarannya mengetahui dari mana
sumber asal serangan. Hal ini berbeda dengan senapan atau senjata api. Konon hal ini
jugalah yang membuat Belanda kewalahan dalam perang gerilya melawan suku Dayak di
Kalimantan. Kita tahu bahwa sebagai bangsa Eropa, orang Belanda itu mempunyai rasa
ingin tahu yang sangat tinggi terhadap setiap hal yang belum dimengerti olehnya.
Seni Rupa Kalimantan Tengah
9Suatu ketika pasukan serdadu Belanda melintasi hutan. Kebetulan tidak jauh dari situ

ada beberapa orang suku Dayak sedang mengintai. Mereka pun melontarkan peluru
sumpit dari tanah liat yang sengaja diarahkan pada sebatang pohon di depan salah
seorang serdadu Belanda. Para serdadu tadi langsung berkerumun meneliti benda
apakah gerangan yang tiba-tiba melesat di depan hidungnya. Ketika mereka asyik
berkerumun itulah mereka diserang dengan peluru beneran, yaitu lahes yang
mengandung racun.
Pada masa kini, anak-anak Dayak di daerah pedalaman Kalimantan masing sering
bermain perang-perangan menggunakan ’sumpit-sumpitan’ yang terbuat dari ruas
bambu kecil dengan peluru tanah liat. Meskipun maksudnya cuma sekedar main-main
tapi sesekali peluru tanah tersebut sering juga tanpa disengaja mengenai tubuh
lawan.
•Seni Rupa/Ukir
Seni Rupa/Ukir Kalimantan Tengah memiliki corak khas dan unik. Hal ini bisa
dilihat dari topeng, perisai, bangunan sandung (tempat menyimpan tulang
belulang), hulu dan sarung mandau, patung sapundu dan lain-lain.
•Seni anyaman\kerajinan
Kalimantan Tengah memiliki beragam jenis kerajinan rakyat yang berbahan
rotan, pandan, purun, getah nyatu serta perhiasan dari batu alam Kalimantan
Tengah lain yang sangat menarik untuk dijadikan Souvenir (Cenderamata).
•Senjata Khas/Tradisional.
Suku Dayak memiliki senjata khas/tradisional seperti : Manda Sipet (Sumpitan),Lunjo
(Lembang),Duhung (sejenis keris), semua memiliki bentuk
dan artistik yang cukup tinggi.
• Transportasi Tradisional
Sesuai kondisi alamnya, Suku Dayak banyak menggunakan perahu sebagai jenis
transportasi. Jenis-jenis perahu tradisional Suku Dayak : Jukung Rangkan dan
Banama (perahu besar).

Seni Rupa Kalimantan Tengah


10 # Beberapa macam seni rupa khas Kalimantan Tengah, antara lain :
Sipet

Sumpitan (sipet) merupakan pula salah satu senjata etnik Dayak di Kalimantan.
Senjata ini umumnya digunakan sebagai alat berburu, menyerang musuh dan melawan
segala mara bahaya. Menurut kepercayaan Etnik Dayak sumpitan (sipet) tidak boleh
digunakan untuk membunuh sesama umat manusia.
Peluru atau anak sumpitan yang tajam seperti panah disebut domek. Untuk menambah
ampuh, lazimnya, domek diberikan suatu zat racun yang diperoleh dari getah sejenis
akar yang diolah sedemikian rupa disebut ipu. Ipu ditaruh (digosok) pada ujung anak
sumpitan. Karena itu manusia atau binatang yang terkena ipu akan keracunan. Sebelum
digunakan domek disimpan dalam suatu tempat khusus, disebut telep. Cara
melepaskan domek dari sumpitan ialah dengan meniup sekeras mungkin melalui lobang
sumpitan yang lurus.

Jarak capai anak sumpitan ini cukup jauh sehingga ia merupakan senjata yang praktis
untuk berburu. Menurut bentuknya itu, nenek moyang Etnik Dayak mengharapkan
bahwa setiap orang harus jujur, lurus seperti lobang sumpitan sehingga dapat
tercipta ketulusan dan perdamaian.

Seni Rupa Kalimantan Tenggah

11

Mandau
Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya
pulau ini tidak hanya merupakan “daerah asal” orang Dayak semata karena di sana ada
orang Banjar (Kalimantan Selatan) dan orang Melayu. Dan, di kalangan orang Dayak

sendiri satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Dengan


perkataan lain, kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan oleh Dayak-Iban tidak sama
persis dengan kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan Dayak-Punan dan seterusnya.
Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang
disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari
pemiliknya. Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya
karena mandau juga
berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri). Sebagai
catatan,
dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan
dalam acara ritual
tertentu seperti: perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan
perlengkapan
upacara.

Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat kampuhan atau kesaktian.


Kekuatan
saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang
melalui ritual-ritual
tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala
lawan). Ketika itu
(sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau,
maka mandau
yang digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya
sebagian digunakan
untuk menghias gagangnya. Mereka percaya bahwa orang yang mati
karena di-kayau,
maka rohnya akan mendiami mandau sehingga mandau tersebut
menjadi sakti. Namun,
saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan
budaya,
cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas
semak belukar
dan bertani.

Seni Rupa Kalimantan Tengah


12

pemiliknya. Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya karena mandau juga
berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri). Sebagai catatan,
dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual
tertentu seperti: perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan
upacara.

Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat kampuhan atau kesaktian. Kekuatan


saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual
tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu
(sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau
yang digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya sebagian digunakan
untuk menghias gagangnya. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena di-kayau,
maka rohnya akan mendiami mandau sehingga mandau tersebut menjadi sakti. Namun,
saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya,
cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar
dan bertani.
Seni Rupa Kalimantan Tengah
12

Struktur Mandau
1. Bilah Mandau
Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga berbentuk pipih-
panjang seperti parang dan berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnya
berlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam, sedangkan sisi lainnya
dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan
untuk membuat mandau, yaitu: besi montallat, besi matikei, dan besi baja yang diambil
dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan, dan lain sebagainya. Konon,
mandau yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu gunung yang dilebur
khusus sehingga besinya sangat kuat dan tajam serta hiasannya diberi sentuhan emas,
perak, atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu.

Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku
untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin.
Jenis kayu ini dipilih karena dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis kayu lainnya. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang akan dijadikan
bilah mandau ditaruh diatasnya agar memuai. Kemudian, ditempa dengan menggunakan
palu. Penempaan dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk bilah
mandau yang diinginkan. Setelah bilah terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat
hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata mandau serta lubang-lubang pada bilah
mandau. Konon, pada zaman dahulu banyaknya lubang pada sebuah mandau mewakil

banyaknya korban yang pernah kena tebas mandau tersebut. Cara membuat hiasan
sama dengan cara membuat bilah mandau, yaitu memuaikan dan menempanya dengan
palu berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, barulah
bilah mandau dihaluskan dengan menggunakan gerinda.

2. Gagang (Hulu Mandau)


Gagang (hulu mandau) terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung.
Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga,
paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa
bulu binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat
membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.

3. Sarung Mandau.
Sarung mandau (kumpang) biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas
dilapisi tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman
rotan sebagai penguat apitan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung
baliang, burung tanyaku, manik-manik dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu,
mandau juga dilengkapi dengan sebilah pisau kecil bersarung kulit yang diikat
menempel pada sisi sarung dan tali pinggang dari anyaman rotan.

Seni Rupa Kalimantan Tengah


13

Nilai Budaya
Pembuatan mandau, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai
yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi
masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan,
ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk mandau yang
dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai
ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang
memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak
mungkin akan terwujud sebuah mandau yang indah dan sarat makna.
Mandau adalah salah satu senjata yang diciptakan oleh nenek moyang Etnik Dayak di
Kalimantan umumnya. Terbuat dari besi yang kuat dan baik. Oleh Etnik Dayak, mandau
dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan sesuai kesaktian besinya.

Dalam kaitan itu, besi Montallat paling terkenal diantara bahan-bahan lainnya untuk
membuat senjata mandau. Oleh masyarakat Dayak, selain untuk merantas hutan dan
bertani, mandau juga digunakan untuk menghadapi musuh. Para pahlawan dulu
menggunakan mandau sebagai senjata yang tidak dapat terpisah dari tubuhnya,
kemanapun pergi selalu dibawa.Umumnya mandau memiliki hulu (pegangan) terbuat
dari tanduk atau kayu terpilih dan dihiasi ukiran. Bentuk ukiran pada hulu mandau ini
dapat membedakan tempat asal usul mandau dibuat, suku dan derajat pemakainya. Itu
bisa terlihat dari gaya serta motif ukirannya. Selain itu, di bagian hulu
mandau

disisipi rambut, yang berfungi menambah keangkeran dan


keampuhannya.

Anda mungkin juga menyukai