Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Mengingat adanya bermacam-macam zat pembantu tekstil yang bersifat aktif permukaan
baik yang impor maupun yang dibuat sendiri, serta diantaranya banyak digunakan sebagai
pembasah dan obat detergent, maka perlu disusun suatu evaluasi mutu detergent.
Dalam suatu proses kimia tekstil, detergent terutama digunakan dalam pengujian dan
pemasakan bahan tekstil. Untuk mengetahui apakah suatu zat aktif permukaan memenuhi syatar
sebagai detergent, maka harus diuji dahulu beberapa faktor yang dapat langsung mempengaruhi
daya detergansi.
Sifat-sifat khusus zat aktif permukaan yang diperlukan dalam proses detergensi antara lain
ialah :
- Penurunan tegangan permukaan
- Daya pendispersi kotoran
- Daya pengemulsi kotoran
- Daya pembasah
- Daya pemisah kotoran dari substrat
- Daya tahan zat aktif permukaan terhadap alkali, asam, dan sadah
Zat aktif permukaan terdiri dari gugus hidrofob dan gugus hidrofil. Gugus hidrofil
menarik molekul air, sedangkan gugus hidrofob terarah pada kotoran yang bersifat lemak. Dengan
demikian maka zat aktif permukaan akan berfungsi sebagai koloid pelindung terhadap kotoran
yang terlepas dari serat.
Adanya zat aktif permukaan menyebabkan tegangan permukaan antar muka antara serat
dan cairan turun. Akibatnya sudut kontak antara kotoran dan serat mengecil, sehingga partikel
kotoran mudah dipisahkan dari serat dan kemudian terdispersi oleh zat aktif permukaan.
Mengingat sifat-sifat diatas, maka peristiwa detergensi tak dapat dipisahkan dari pada
proses-proses pembasahan, pendispersi dan pengemulsian kotoran-kotoran oleh misel-misel yang
terbentuk.
Kain campuran poliester/kapas sering digunakan sebagai bahan pakaian, biasanya
digunakan campuran yang optimal yaitu (65/35) 65% poliester dan 35% kapas. Akibat dari
pencampuran serat ini adalah sifat fisik yang berubah, dalam hal ini yang akan dibahas adalah
mengenai sifat pelemasan dan daya serap terhadap air (daya absorbsi). Kain menjadi lebih kaku
dan daya serapnya cukup. Namun orang tentu menginginkan sifat lemas saat dipakai yaitu dengan
menggunakan zat pelemas. Dampaknya seberapa besar terhadap daya serap kain terhadap air
(keringat).
KAIN CAMPURAN POLIESTER KAPAS
Serat Kapas
Kapas adalah salah satu contoh serat selulosa dimana serat selulosa banyak mengandung
gugus hidroksil. Gugus ini daapt mengadaakn ikaatn hydrogen dengan gugusan – gugusan
hidroksil, aminada azo dalam molekul zat warna. Struktur kimia serat kapas.
H OH CH2OH
O
H H H H O
H H O OH H
O n-1
CH2OH H OH
Selulosa
Serat Poliester
Pada tahun terakhir dikembangkan teknik baru dengan memproduksi asam teraftalat,
sehingga cenderung lebih banyak dipergunakan dibanding metil teraftalat sebagai bahan baku
pembuat polyester, yang dikenal dengan nama Dacron. Adapun reaksinya pembuatannya adalah
sebagai berikut :
Sifat-sifat polyester :
Tabel 1.
Sifat Tekstil Poliester dan Kapas.
Proses Pengerjaan Kain Campuran Poliester/Kapas. Sunaryo,S.Teks.
Tujuan Pencampuran
Sifat Campuran
Walaupun 100% Poliester mempunyai sifat-sifat yang baik, kainnya masih dapat
ditingkatkan sifat-sifatnya dengan mencampurkannya dengan selulosa. Adanya selulosa
akan dihasilkan kain dengan sifat yang lebih cocok dalam pemakaian dan mengurangi
elektro statiknya. Tetapi pencampuran dengan selulosa dapat mengurangi sifat-sifat baik
dari polyester itu sendiri sehingga perlu dipilih pencampuran yang optimum agar
diperoleh hasil yang memuaskan
1. Kekuatan Sobek
Pengukuran kekuatan sobek ditekankan pada perbandingan serat campurannya.
Jumlah polyester yang sedikit tidak menambah kekuatan sobekan dari kainnya,
bahkan menurunkannya. Untuk menambah kekuatan sobek, komposisi polyester
harus melebihi komposisi kain kapasnya, paling sedikit 60% polyester dalam
campurannya. Sebaliknya, jumlah yang kecil dari kapasnya memnyebabkan
penurunan kekuatan sobekan apabila dicampur dengan polyester. Jumlah kapas yang
dicampurkan bila mencapai 40% atau lebih sedikit, akan menambah kekuatan
sobekannya bila dibandingkan dengan kain kapas saja.
2. Ketahanan Gesek
Kain 100% polyester mempunyai ketahanan gesekan yang tinggi. Ketahanan
gesekan berbanding lurus dengan komposisi campurannya. Jumlah 30 – 40% kapas
didalam campuran menunjukkan penurunan ketahanan geseknya, tetapi masih lebih
baik dari pada kain kapas.
3. Tahan Kusut
Hubungan antara tahan kusut dengan komposisi campurannya sangat kompleks.
Hasil yang baik mungkin diperoleh dengan pencampuran 30% kapas di dalamnya.
4. Elektro Statik
Poliester memiliki sifat elektro static bila dipakai. Pengumpulan muatan listriknya
terasa pada badan. Pencampuran dengan kapas akan mereduksi muatan listrik tersebut.
Jumlah 30% kapas di dalam campuran sudah cukup mengurangi muatan listrik yang
ada, sehingga memenuhi syarat untuk bahan pakaian.
PEMBAHASAN
Zat aktif permukaan adalah suatu zat yang apabila digunakan dalam konsentrasi kecil
akan merubah sifat-sifat dari sistem tertentu, misalnya menaikkan atau menurunkan tegangan
bidang batas (interfasial-tension) atau tegangan permukaan (surface-tension). Bidang zat aktif
permukaan cenderung untuk berpusat pada bidang batas.
Suatu molekulzat aktif permukaan yang aktif kapiler terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Gugus hidrofil yang mempunyai sifat afinitas cukup terhadap medium dan cenderung
untuk menarik pelarut air.
b. Gugus hidrofob yang mempunyai sifat menolak pelarut air, karena afinitas gugus tersebut
terhadap pelarut lebih kecil dari afintias antar molekul pelarut iitu sendiri. Apabila gaya
tolak gugus hidrofob ini cukup kuat maka molekul zat aktif permukaan akan berpusat
pada bidang batas sehingga bagian yang bertolak tidak mengadakan kontak dengan
pelarut.
Pencucian (Detergency)
Suatu sifat yang sangat penting dari zat aktif permukaan adalah detergent. Detergent
menurut pengertian yang luas bererti pembersihan dan oleh karena itu detergent diartikan sebagai
suatu zat yang mempunyai daya pembersih. Tetapi detergent juga dapat didefinisikan sebagai
proses penghilangan kotoran-kotoran dari suatu permukaan padat, oleh kerja suatu larutan.
Pada detergent deperlukan sifat pembasah, pendisperesi, dan pengemulsi.
Larutan sabun adalah pencuci yang baik karena mempunyai daya pengemulsi dan daya
basah yang efektif. Larutan sabun dapat menembus kain karena diabsorpsi oleh kain tersebut dan
karena larutan mempunyai tegangan permukaan yang rendah.
=senyawa sulfonium
= senyawa fosfonium
Susunan unsur : gabungan gugus hidrofob (liofob) dan hidrofil (anionik, kationik, nonionik,
amfoter)
Korelasi antara struktur kimia surfaktan dan sifat fisika, dipengaruhi :
Jenis gugus hidrofob / hidrofil
Keseimbangan besaran sifat hidrofil
(nilai HLB)
Bentuk molekul
Berat molekul
BALANS --> kemudahan kelarutan surfaktan dalam air --> menunjukkan kekuatan relatif sifat
hifrofil dengan hidrofob
Sifat hidrofil rendah--> kelarutan << --> tidak larut
Sifat hidrofil tinggi--> kelarutan >> tinggi
HLB
(dinyatakan alam angka dengan skala 1 – 20)
Sifat keaktifan permukaan biasanya berhubungan dengan balans antara porsi hidrofob dan
hidrofil dalam molekul surfaktan. Misalnya, untuk surfaktan anion dengan alkil hidrofob C8-C12,
cenderung bersifat sebagai zat pembaah, sedangkan untuk C12-C18 lebih bersifat sebagai deterjen
dan pengemulsi. Alkilsulfo suksinat lebih cenderung bersifat sebagai pembasah dibanding
deterjen. Makin tinggi porsi hidrofob dalam surfaktan, kelarutannya dalam air makin menurun
dan kelarutannya dalam minyak meningkat.
Keseimbangan atau balans antara porsi hidrofob dan hidrofil, merupakan factor kritis
dalam penentuan sifat keaktifan surfaktan. Hal tersebut dinyatakan sebagai “hidro-phile –
lipophile – balance” atau HLB (istilah lipofil identik dengan hidrofob). HLB juga merupakan
skala penentu untuk pembentukan emulsi. Secara kwantitatif HLB dinyatakan dalam skala 0 – 20,
dari sangat hidrofob (HLB ≈ 0) menjadi sangat hidrofil (HLB ≈ 20). Porsi hidrofob dan hidrofil
yang seimbang menunjukkan skala HLB ≈ 10.
Sebagai contoh adalah zat aktif nonion etoksilat, nilai HLB rendah (4-6) menunjukkan
gugus hidrofob menentukan sifat utama surfaktan, dan lebih sesuai untuk sifat emulsi air dalam
minyak. HLB sedang (7-9) menunjukkan sifat pembasah yang baik, harga HLB makin tinggi (8-
18) bersifat sebagai emulsi minyak dalam air, dan HLB (13-15) untuk deterjen yang baik. Skala
10-18 menunjukkan sifat kelarutan yang tinggi.
Sebagai contoh adalah zat aktif nonion etoksilat, nilai HLB rendah (4-6) menunjukkan
gugus hidrofob menentukan sifat utama surfaktan, dan lebih sesuai untuk sifat emulsi air dalam
minyak. HLB sedang (7-9) menunjukkan sifat pembasah yang baik, harga HLB makin tinggi (8-
18) bersifat sebagai emulsi minyak dalam air, dan HLB (13-15) untuk deterjen yang baik. Skala
10-18 menunjukkan sifat kelarutan yang tinggi.
Untuk surfaktan nonionik dari sorbitol monolaurat dengan 20 unit etilenoksida, berat
molekul surfattan = 1216 dan
berat molekul gugus hidrofil = 993
HLB sorbitol monolaurat = (993/1216) x (11/5) =
HLB =16,33
PENGGOLONGAN HLB
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Deterjen
PRINSIP PELEMASAN
Prinsip pelemasan adalah memberikan lapisan lemak atau minyak yang hidrofob
membentuk suatu film tipis pada bahan yang mengakibatkan pengecilan gesekan antara elemen
bahan yang berdampingan, sehingga struktur secara utuh lebih lemas dan lembut. Lapisan lemak
yang terbentuk dihasilkan oleh adsorpsi zat pelemas pada permukaan serat.
Mekanisme adsorpsi zat pelemas akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
struktur molekul zat pelemas dan gugus penyusunnya, serta sifat alamiah dan struktur gugus pada
permukaan padatan, lingkungan fasa air.
Zat pelemas yang merupakan zat aktif permukaan mempunyai struktur amphifilik yang
mempunyai 2 jenis gugus yang mempunyai sifat yang berlawanan yaitu gugus polar yang suka air
(hidrofil) dan gugus non polar yang tidak suka air (hidrofob). Dalam air zat pelemas akan larut
karena gugus polar membentuk ikatan hidrogen dengan air dan apabila suatau serat kapas
dimasukkan dalam larutan maka gugus hidrofil dari serat akan tertarik untuk bergabung dengan
hidrofil pda permukaan serat adanya gaya tarik atom atau molekul dari serat kapas yang bersifat
anion dengan zat pelemas yang bersifat kation menyebabkan zat pelemas berpindah dari larutan
dan kemudian teradsorbsi pada permukaan serat molekul pelemas teradsorbsi pada serat dengan
kedudukan gugus hidrofil melekat pada serat dan gugus hidrofob tertinggal pada permukaan serat
Gugus hidrofob yang terdiri dari rantai hidro karbon ini membentuk lapisan film yang
menutupi permukan serat menyebabkan gesekan antara serat berkurang sehingga bahan menjadi
lemas.
Kedudukan pelemas tersebut dapat berubah sebaliknya tergantung pada sifat, muatan
pelemas dan seratnya. Efek pelemasan makin bila kedudukan molekul pelemas makin rapat.
Gugus polar (hidrofil)
Pelemas
Serat hidrofil
Pelemas
Serat Hidrofob
RESEP PENCUCIAN UNTUK PENGUJIAN DAYA ABSORBSI, KETEBALAN DAN
KEKAKUAN POLIESTER KAPAS
Cara Pengujian :
dibuat larutan sabun sesuai dengan resep yang telah ditentukan
jika menggunakan kombinasi sabun + sapamine, akhir pencucian tanpa dibilas air hangat
maupun air dingin
dikerjakan pada bak aluminium dengan menggunakan pembakar bunsen
contoh bahan kemudian direndam dalam larutan tersebut pada temperatur tersebut selama
2 jam
sekali-kali contoh bahan diangkat-angkat
kemudian dibilas dengan air dingin 3x
dicuci air panas pada temperatur 90 0C selama 30 menit dan akhirnya dengan air dingin
hingga bersih peras dan angin-anginkan supaya agak kering
jika menggunakan kombinasi antara sabun dan sapamine akhir pencucian tanpa dibilas air
panas maupun dingin.
Contoh uji
Contoh uji kain poliester kapas ukuran 20x20 cm. Untuk pengujian ini dibutuhkan 4 contoh kain
Poliester Kapas (65/35).
Cara pengujian :
contoh uji dipasang pada bingkai penyulam, letakkan mendatar sejauh 1cm dari buret
kemudian dijatuhkan butiran-butiran air berturut-turut
meresapnya air tersebut kedalam kita catat dengan stopwatch
pengujian dilakukan dalam sepuluh tempat dan penilaian diambil rata-ratanya
Deterjen berfungsi untuk menghilangkan kotoran /lemak yang menempel pada bahan
tekstil terutama dari bahan poliester/kapas. Partikel minyak/kotoran yang menempel pada
permukaan tersebut akan hilang sehingga interface antara kain dan air tidak terhalang. Sehingga
akan menambah kemampuan serapan terhadap air (keringat) atau dengan kata lain daya serap kain
akan bertambah.
Namun untuk diperoleh sifat lemas maka perlu ditambahkan pengerjaan dengan zat aktif
pelemas (softener). Softener yang dibahas ini terutama untuk jenis kationiok. Cara kerja pelemas
kationik ini adalah membentuk lapisan film pada permukaan bahan dengan cara mengelilingi serat
sehingga mengurangi gaya gesekan antar serat/benang. Akibatnya kain/benang akan terasa lembut
dan pegangannya menjadi lemas/langsai. Namun karena terjadi pelapisan pada permukaan bahan
yang diberi zat pelemas, maka sifat hidrofil dari serat akan terkurangi sebab permukaan telah
terblokir oleh molekul/partikel dari zat pelemas. Selain itu lapisan film juga akan menghalangi air
sebelum ke bahan. Mekanismenya sebagai berikut, zat pelemas memiliki 2 gugus aktif yaitu lebih
tertarik pada serat (hidrofil) sedang bagian ekor/ hidrofob akan mengarah keluar. Karena zat
pelemas yang digunakan cukup untuk menutupi permukaan serat dan membentuk lapisan. Maka
bagian yang hidrofob yang mengarah keluar tadi akan menghalangi air yang akan mendekati serat
karena tolak menolak dari sifat polar. Akhirnya daya serap kain secara teknis akan berkurang.
gugus non polar (rantai alkil) dan gugus polar (quartenary ammonium). Bagian yang polar akan
KESIMPULAN
1. Pencucian dengan sabun/deterjen akan menambah daya serap kain poliester/kapas.
2. Penambahan zat pelemas pada kain poliester/kapas setelah pencucian akan meyebabkan daya
serapnya menurun.
DAFTAR PUSATAKA
1. Zat kimia Pembantu (auxiliaries), DR. Isminingsih Gitopadmojo, Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil, Bandung, Semester V, 2001
2. Skripsi, Panji Ahmad Tamzil, 681081, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1975
3. Technology of Textile Finishing
HLB
Contoh : surfaktan non ionik dari sorbitol monolaurat dengan 20 unit etilenoksida, berat molekul
surfaktan = 1216 dan berat molekul gugus hidrofil = 993, maka :
993 100
HLB sorbitol monolaurat = x = 16 ,33
1216 5
PENGGOLONGAN HLB
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Deterjen
water oil
oil water
O/W W/O