Anda di halaman 1dari 3

Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang

mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya.
Tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua
pihak.

Pengelompokan

Ditengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan anak
jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak
jalanan, yaitu children on the street dan children of the street. Namun pada perkembangannya ada
penambahan kategori, yaitu children in the street atau sering disebut juga children from families
of the street.

Pengertian untuk children on the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di
jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam
kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah
setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun
masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun
dengan jadwal yang tidak rutin.

Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar
waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan
orangtua atau keluarganya.
Children in the street atau children from the families of the street adalah anak-anak yang
menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau
tinggalnya juga di jalanan

Beragam upaya yang dilakukan Pemprov, tidak menyelesaikan masalah. Penanganan yang
dilakukan belum menyentuh pangkal permasalahan, yakni kemiskinan

Berdasarkan catatan Komisi Nasional Perlindungan- Anak (Komnas PA), pada 2008, ada 8 ribu
anak jalanan. Jumlah itu meningkat 50 persen pada 2009 menjadi 12 ribu anak jalanan."Mereka
tersebar di 25 titik di wilayah DKI jakarta," ujar Sekretaris Jenderal Komnas PA Arist Merdeka
Sirait di Jakarta, Minggu (17/1).Mengatasi anak jalanan, sambungnya, tidak bisa dengan
pendekatan kriminal seperti yang tertera dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1988. Dalam
perda itu, anak jalanan diposisikan sebagai perusak keindahan kota dan pengganggu ketertiban
umum. Perda tersebut memandang anak jalanan melalui pendekatan kriminal.

Anak Jalanan belakangan ini menjadi suatu fenomena sosial yang sangat penting dalam
kehidupan kota besar. Kehadiran mereka seringkali dianggap sebagai cermin kemiskinan kota,
atau suatu kegagalan adaptasi kelompok orang tersebut terhadap kehidupan dinamis kota besar.
Pemahaman tentang karakteristik kehidupan mereka, seperti apa kegiatan dan aspirasi yang
mereka miliki, keterkaitan hubungan dengan pihak dan orang -orang yang ada di sekitar
lingkungan hidup mereka, memungkinkan kita menempatkan mereka secara lebih arif bijaksana
dalam konteks permasalahan kehidupan kota besar.

Situasi dan problema

Sebagian anak jalanan berasal dari keluarga miskin. Bayak di antara mereka yang di paksa untuk
mencari uang, mengisi kekurangan ekonomi. Seringkali bukan penghargaan atau kasih sayang
yang mereka peroleh ketika kembali dari “ladang” melainkan tinju dan tendangan dari pihak
orang tua, apalagi jika kebmbali ke rumah tanpa pendapatan. Banyak pula diantara anak-anak
jalanan berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Mereka memang tidak bekerja, tetapi menjadi
sasaran kekerasan dari orang dewasa. Kondisi di keluarga mendorong anak-anak untuk
memutuskan hubungan dengan keluarga dan hidup di jalanan.

Penanganan

Meskipun Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 secara tegas menyatakan bahwa fakir miskin
dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, juga telah diberlakukan Undang-Undang No.4
tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak serta ikut menandatangani Konvensi Hak-Hak Anak
pada bulan September 1990, akan tetapi masalah anak jalanan masih menjadi masalah yang
krusial, oleh karena keberadaannya makin hari makin meningkat.

Namun dengan demikian hingga saat ini tidak satu pun pemerintah kota yang mempunyai
kebijakan yang eksplisit untuk penanganan masalah anak jalanan. Bentuk penanganan yang lebih
banyak dilakukan oleh pihak pemerintah adalah bentuk penanganan panti.

Umumnya sikap masyarakat terhadap anak jalanan mencerminkan anggapan bahwa mereka tidak
dapat ditolong lagi atau mereka disingkirkan lalu di bina di panti-panti asuhan yang penanganan
pendidikannya masih dianggap konvensional. Penanganan seperti ini justru membuat anak
menjadi tidak kerasan, banyak yang kabur dari panti penitipan karena anak-anak tersebut sudah
lekat dengan budaya jalanan, atau dengan cara menyingkirkan mereka karena dianggap
mengotori kota.

Kita perlu mencari jalan keluarnya untuk menangani anak jalanan yang sering kali diperlakukan
tidak manusiawi dari oknum-oknum. Peristiwa tragis bagi anak jalanan tersebut menambah
tekanan beban mental dan kejiwaannya. Perlu ditinjau kembali, difikirkan dan dievaluasi bahwa
pengertian pembinaan itu tidak cukup satu hari, satu minggu, atau satu tahun, bahwa pembinaan
tidak cukup dengan hanya memberikan sesuatu yang bersifat materi. Pembinaan perlu berdasar
dari akar permasalahannya, serta penanganan yang kontiniu dan konsisten.
Akar permasalahan tersebut dapat dilihat dari latar belakang dan status sosial anak jalanan yang
pada umumnya berasal dari kelas ekonomi lemah. Dan dilingkungannya sendiri terdapat
penindasan sehingga mereka tidak dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Oleh karena
itu, program jangka panjang terhadapa anak jalanan tidak dapat dilepaskan dari upaya mengatasi
masalah kemiskinan yang melingkupi kehidupan anak jalanan.

Anda mungkin juga menyukai