Anda di halaman 1dari 10

TANGGUNG JAWAB MANUSIA

SEBAGAI HAMBA ALLAH DAN


KHALIFAH

TUGAS AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI

1. YESI MELANI 07153022


2. MARISA SAFITRI 07153024
3. DEWI SARTIKA 07153026
4. SEPTIADI 07153030
5. ELFI SYUKRI YETTI GINTING 07153032
6. ANNE ASWIATRI 07153034
7. EARLY SAPUTRA 07153036
8. FEBBY ARIEF ZEINDRA 07153038
9. SUCI AFRI YANTI 07153040

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2008
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan hasil diskusi kelompok
kami ini dengan baik.

Tema makalah ini adalah “Peran dan tanggung jawab manusia sebagai Hamba
Allah dan sebagai kalifah di muka bumi ini”. Makalah ini berisikan beberapa
pembahasan mengenai peran dan tanggung jawab manusia sebagai Hamba Allah dan
kalifah di bumi, yang diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai
peran dan tanggung jawabnya sebagai makhluk Allah. Sehingga pembaca dapat
mamahami peran dan tanggung jawab tersebut dan menerapkan pemahaman itu dalam
kehidupan sehari – hari.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihakyang telah


membantu. Saran dan kritik yang membangun akan kami terima dengan hati terbuka agar
dapat meningkatkan kualitas makalah ini.

Padang, Maret 2008

KELOMPOK VI
KELOMPOK
MANUSIA SEBAGAI
6 HAMBA DAN
KHALIFAH


OBJEKTIF

OBJEKTIF

Mengetahui dan memahami konsep manusia sebagai hamba dan khalifah Allah.
Mengetahui dan memahami peranan dan tanggungjawab sebagai hamba dan khalifah
Allah.

OBJEKTIF KHUSUS

Melalui penyampaian materi ini kami berharap nantinya kita dapat :


1. menguraikan konsep manusia sebagai hamba dan khalifah.
2. menyebutkan peranan dan tanggungjawab manusia sebagai hamba dan khalifah.
3. memberi contoh peranan dan tanggungjawab manusia sebagai hamba dan khalifah.
MANUSIA SEBAGAI HAMBA
DAN
KHALIFAH ALLAH

A. PENGENALAN.

Manusia dijadikan oleh Allah bukan secara sia-sia dan main-main bahkan, mempunyai
peranan dan matlamat yang tertentu. Firman Allah SWT:

Maksudnya :
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?
(Al-Mu’minun:115)

Di antaranya ialah sebagai khalifah Allah yang akan mentadbur, mengurus dan
membangunkan bumi ini mengikuti syariat dan peraturan Allah dan juga sebagai hamba
yang sentiasa beribadah kepadaNya.

B. KONSEP MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH ALLAH.

a. Tanggungjawab Manusia Sebagai Hamba Allah

Allah SWT dengan kehendak kebijaksanaanNya telah mencipta makhluk-makhluk yang


di tempatkan di alam penciptaanNya. Manusia di antara makhluk Allah dan menjadi
hamba Allah SWT. Sebagai hamba Allah tanggungjawab manusia adalah amat luas di
dalam kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas yang ditentukan kepadanya.
Tanggungjawab manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah SAW di dalam
hadis berikut. Dari Ibnu Umar RA katanya; “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda
yang bermaksud:

“Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala dan


dipertanggungjawabkan terhadap apa yang digembalainya.Seorang laki-laki adalah
pengembala dalam keluarganya dan akan ditanya tentang pengembalaannya.
Seorang isteri adalah pengembala di rumah suaminya dan akan ditanya tentang
pengembalaannya.Seorang khadam juga pengembala dalam harta tuannya dan
akan ditanya tentang pengembalaannya. Maka semua orang dari kamu sekalian
adalah pengembala dan akan ditanya tentang pengembalaannya.”
(Muttafaq ‘alaih)

Allah menciptakan manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia diciptakan


untuk dikembalikan kepada Allah dan setiap manusia akan ditanya atas setiap usaha dan
amal yang dilakukan selama ia hidup di dunia. Dengan pemahaman iman terhadap hari
akhir maka seharusnya kita melaksanakan tugas kita ini sebaiknya.
Sebagai hamba Allah ada beberapa prinsip yang harus kita jalankan agar hidup kita
sesuai dengan hakikat kita, di antaranya :

1. Tauhid
Secara etimologis, tauhid berarti mengesakan, yaitu mengesakan Allah. Tauhid
adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa semua manusia
ada di bawah suatu ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan
dalam kalimat la’ila’ha illa al-La’h (Tidak ada Tuhan selain Allah). Berdasarkan
prinsip ini, maka pelaksanaan hukum Islam merupakan ibadah. Ibadah dalam arti
perhambaan manusia dan penyerahan dirinya kepada Allah sebagai manifestasi
pengakuan atas ke-Mahaesaa-Nya dan manifestasi kesyukuran kepada-Nya.
(Juhaya S. Praja, 1995: 69).

2. Keadilan (al’adl)
Pada umumnya, keadilan adalah keadaan di mana setiap orang memperoleh apa
yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari
kekayaan kita bersama (F.M. Suseno, 1986: 44). Keadilan merupakan prinsip
kedua setelah tauhid yang meliputi keadilan dalam berbagai hubungan: hubungan
antara individu dengan dirinya sendiri; hubungan antara individu dengan manusia
dan masyarakatnya; hubungan antara individu dengan hakim dan yang berpekara
serta hubungan-hubungan dengan berbagai pihak yang terkait. Perintah berlaku
adil ini dalam segala hal, keharusan berlaku adil terutama ditujukan kepada yang
mempunyai kekuasaan; berlaku adil dalam menimbang atau menakar barang
dalam jual-beli; dalam keluarga; bahkan kepada orang kafir sekali pun umat Islam
harus berlaku adil (Juhaya S. Praja,1995: 72).
Keadilan dalam hukum Islam berarti pula keseimbangan antara kewajiban yang harus
dipenuhi oleh manusia (mukallaf) dengan kemampuan manusia untuk menunaikan
kewajiban itu (Juhaya S. Praja, 1995: 74). Jika keadilan dilanggar, maka akan terjadi
ketidak-seimbangan dalam pergaulan hidup, sebab satu pihak akan dirugikan atau
disengsarakan, sementara yang lain memperoleh keuntungan. Jika sistem sosial rusak
karena keadilan dilanggar, maka pastilah seluruh masyarakat akan mengalami
kerusakan yang dampaknya akan menimpa semua orang..

3. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Prinsip amar ma’ruf nahi munkar merupakan turunan dari dua prinsip pertama, tauhid
dan keadilan. Amar ma’ruf mempunyai arti hukum digerakan untuk dan merekayasa
umat manusia menuju tujuan yang baik dan benar yang dikehendaki dan diridhoi
Allah. Sedangkan nahiy munkar berarti larangan untuk mencegah kemunkaran. Atas
dasar prinsip ini, dikenal dalam hukum Islam dengan perintah dan larangan; wajib
dan haram; pilihan antara melakukan dan tidak melakukan sesuatu (perbuatan).
Dalam filsafat hukum Barat, amar ma’ruf disebut social engineering (rekayasa sosial)
hukum. Sedangkan nahi munkar disebut fungsi social control (kontrol sosialnya)
(Juhaya S. Praja, 1995: 75).

4. Prinsip Kemerdekaan atau Kebebasan (al-Hurriyah)


Prinsip ini adalah kelanjutan dari prinsip-prinsip di atas, kewajiban dalam menyeru
kebajikan dan mencegah kemunkaran (amar ma’ruf nahi munkar) hanya dapat
dilaksanakan jika ada kebebasan yang sempurna dalam berbicara dan berbuat (A.
Rahman, Vol. I 1995: 91). Maksud kemerdekaan atau kebebasan di sini adalah dalam
arti luas yang mencakup berbagai macamnya, baik beragama, berserikat, dan
kebebasan berpolitik. Kebebasan individu meliputi kebebasan melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu perbuatan. Prinsip kebebasan ini menghendaki agar
agama dalam hukum Islam tidak disiarkan berdasarkan paksaan, tetapi berdasarkan
penjelasan, demonstrasi argumentasi, dan pernyataan yang meyakinkan (al-burha’n
wa al-Iqna’) (Juhaya S. Praja, 1995: 76).

5. Prinsip Persamaan atau Egaliter


Prinsip persamaan mengandung arti bahwa tidak ada perbedaan antara sesama
manusia, tetapi bukan berarti hukum Islam menghendaki masyarakat tanpa kelas ala
Komunisme, kemuliaan manusia bukanlah karena ras dan warna kulit. Kemuliaan
manusia adalah karena dzat manusia itu sendiri (Juhaya S. Praja., 1995: 76-77). Islam
memiliki kecenderungan pada persamaan, tetapi tidak menghendaki penyamarataan.
Kelebihan seseorang terhadap orang lain dalam persaudaraan yang besar tidak
tergantung pada kebangsaannya, tetapi dalam hal menjalankan kewajiban atau
kemuliaan akhlaknya (A. Rahman, Vol I 1995: 49 dan 123).
Islam membolehkan pemilikan pribadi dan perbedaan dalam ekonomi dengan batas-
batas yang wajar di dalam masyarakat, agar tersedia kesempatan bagi individu untuk
mengembangkan dan memanfaatkan sifat-sifatnya yang mulia (A. Rahman, Vol I
1995: 126). Dalam tanggung jawab pelaku usaha, ia harus menghargai hak-hak
konsumen dengan berlaku jujur dan adil. Tidak boleh ada perbedaan yang berlebihan
di antara konsumen yang satu dengan lainnya.

6. Prinsip al-Ta’awun (Tolong-Menolong)


Prinsip ta’awun berarti bantu-membantu antara sesama anggota masyarakat. Bantu-
membantu ini diarahkan sesuai dengan tauhid, terutama dalam upaya meningkatkan
kebaikan dan ketakwaaan kepada Allah. Prinsip ini menghendaki kaum Muslim
berada saling tolong dalam kebaikan dan ketakwaan (QS. al-Maidah [5]: 2).
Setiap transaksi ekonomi harus dilakukan secara halal serta diarahkan terhadap
kebajikan dan tolong-menolong. Islam tidak hanya membenarkan kerjasama melalui
pelbagai bentuknya yang dinamis dan halal, melainkan juga membekali etos
kerjasama yang iman dan takwa yang melahirkan kerjasama yang jujur, adil dan
bertanggung-jawab (H. Ya’qub, 2003: 105-106). Untuk itu, dalam hubungan transaksi
antara konsumen dan produsen, prinsip ini harus dijiwai oleh kedua belah pihak.

Kelanjutan prinsip ta’waun, dikenal prinsip khusus asas taba’dulul mana’fi’, yang
berarti segala bentuk kegiatan mu’amalah harus memberikan keuntungan dan manfaat
bersama bagi pihak-pihak yang terlibat. Asas ini bertujuan menciptakan kerjasama
antar individu atau pihak-pihak dalam masyarakat dalam rangka saling memenuhi
keperluannya masing-masing dalam kesejahteraan bersama.

7. Prinsip Toleransi (Tasa’muh)


Prinsip ini sebagai kelanjutan dari prinsip-prinsip yang telah diuraikan di atas.
Toleransi dimaksudkan Islam ialah toleransi yang menjamin tidak terlanggarnya hak-
hak Islam dan umatnya. Toleransi dapat diterima dan terselenggara selagi tidak
merugikan agama Islam (Juhaya S. Praja, 1995: 77).
Suatu produk akan mudah diterima mayarakat, apabila seseorang (pelaku usaha)
mengetahui produk yang dibutuhkan masyarakat tersebut. Misalkan dalam wilayah
tertentu, minuman beralkohol atau narkotika, selain ditolak secara moral juga karena
bertentangan dengan ajaran hukum Islam.
Dengan prinsip-prinsip di atas, segala bentuk kegiatan ekonomi harus sesuai dengan
hukum Islam. Dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip tersebut, suatu perjanjian atau
perikatan tidak hanya berlaku hanya di dunia, tetapi memperhitungkan jangka
panjang di akhirat dengan iman dan taqwa (menjaga diri dari tindakan yang
merugikan atau merusak) serta sikap bertanggung-jawab.
b. Manusia Sebagai Khalifah Allah.

Di antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi
khalifah atau wakilNya di bumi. Dengan ini manusia berkewajipan menegakkan
kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta
penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.

Firman Allah SWT :

Maksudnya :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. mereka berkata, “ mengapa engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji engkau dan menyucikan engkau?” Tuhan berfirman, “ sesungguhnya aku
mengetahui apa mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Al-Baqarah:30)

Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan
tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu karena manusia merupakan makhluk yang paling
istimewa.

Firman Allah SWT :


Maksudnya :
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulkan amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, ”
(Al-Ahzab: 72)

c. PERANAN DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN


KHALIFAHNYA.

Tanggungjawab manusia sebagai hamba dan khalifah kepada Allah secara khususnya
meliputi perkara-perkara yang berkaitan dengan kehidupan. Tanggungjawab tersebut bisa
dirumuskan seperti berikut:

1. Mengabdikan diri kepada Allah menerusi beriman kepada Allah dan melakukan
amal soleh dalam bentuk yang sempurna.

2. Sebagai hamba, manusia perlu melaksanakan amanah Allah, memelihara serta


mengawal agama Allah serta ajaran Allah SWT.

3. Untuk melaksanakan amanah sebagai khalifah Allah ini, manusia hendaklah


menyedari dan memahami bahawa kewajipan berdakwah dengan menyebarkan
dan memperluaskan ajaran Islam ke arah menegakkan syiar Islam serta
meninggikan kalimah Allah di atas muka bumi ini, dengan berperanan
menegakkan amar makruf serta mencegah kemungkaran.

Firman Allah Ta’ala :

Maksudnya :
“Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru (berdakwah) kepada
kebajikan (mengembangkan Islam). Dan menyuruh berbuat segala perkara yang
baik, serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji). Dan mereka yang
bersifat demikian ialah orang-orang yang berjaya.
(Ali Imran: 104)

Apabila tugas menyeru kepada Islam dilakukan secara meluas dan menyeluruh dan
dapat memberi kesedaran dan keinsafan nescaya akan dapat mewujudkan manusia
yang faham akan tanggungjawab dan menjadi manusia yang bertanggungjawab.
4. Sebagai khalifah Allah, yang dimaksudkan dengan wakil Allah, wajiblah manusia
menjaga agama dengan melaksanakan dua perkara:

i) Menegakkan Islam. Dengan berdakwah kepada manusia seperti yang dilakukan


oleh Rasulullah SAW dan para sahabat RA dan membuktikan kebaikan ajaran
Islam dan hukumnya di samping mempertahankan agamanya dari ancaman
musuh.

ii) Melaksanakan Islam. Dengan mengamalkan perintahNya dan meninggalkan


laranganNya, dalam semua urusan termasuk juga urusan kemasyarakatan dan
kenegaraan.

5. Bertanggungjawab menjauh dan memelihara diri dan keluarga daripada masuk ke


dalam neraka.

Firman Allah SWT :

Maksudnya :
“Wahai orang-orang yang beriman ! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari
neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu (berhala). Neraka itu dijaga dan
dikawal oleh Malaikat-malaikat yang keras kasar (layanannya), mereka tidak
menderhaka kepada Allah dalam segala yang diperintahkanNya kepada mereka dan
mereka pula melakukan segala yang diperintahkan.”
(At-Tahrim : 6)

Begitulah di antara tanggungjawab besar yang wajib dilaksanakan oleh setiap manusia
yang hidup di atas muka bumi Allah. Seterusnya ia mestilah kembali kepada Islam,
menghayati Islam, kembali kepada beriman dan beramal soleh.

Anda mungkin juga menyukai