Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SABRIADI

NIM : 097104026

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DENGAN PERILAKU PERILAKU


MEROKOK PADA REMAJA

Seharusnya : Remaja tidak merokok

Kenyataanya : Sebagian besar remaja adalah perokok

Identifikasi masalah :

1. Persepsi
2. Comformitas
3. Lingkungan
4. Tipe kepribadian

1. LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan masa yang paling mengesankan


yang pernah dialami manusia dalam hidupnya. Pada masa ini
seorang anak mulai mengenal hal-hal baru yang belum
pernah mereka alami pada periode sebelumnya. Remaja
sendiri, berasal dari kata latin adolensence yang berarti
tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik (Hurlock, 1992). Ada banyak pengertian remaja yang
dikemukakan oleh para ahli. Papalia & Olds (2001)
berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara
kanak-kanak dan dewasa. Transisi perkembangan pada masa
remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak
masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa
sudah dicapai (Hurlock, 1990).
Masa remaja tentu saja mempunyai ciri-ciri yang berbeda
dengan periode perkembangan sebelumnya yang pernah
dialami manusia. Hurlock (1992) menjelaskan beberapa ciri-
ciri pada masa remaja diantaranya masa remaja sebagai
masa dewasa. Yaitu, remaja mengalami kebingungan atau
kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada
periode sebelumnya. Untuk memberikan kesan bahwa
mereka hampir atau sudah dewasa, maka remaja cenderung
melakukan hal-hal seperti merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.
Diantara perilaku-perilaku negatif tersebut, kasus yang paling
sering kita jumpai adalah perilaku merokok. Berdasarkan
data dari WHO, sebanyak 30% perokok di dunia adalah kaum
remaja. Penelitian yang dilakukan di Jakarta menunjukkan
bahwa 64,8% pria dengan usia diatas 13 tahun adalah
perokok. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan
mengingat dampak yang dapat ditibulkan dari perilaku
merokok. Ogden (2000), menjelaskan bahwa merokok dapat
menimbulkan dampak negatif yang sangat berpengaruh pada
kesehatan. Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, tapi
dapat memicu timbulnya penyakit baru. Persepsi remaja
mempunyai peranan penting dalam timbulnya perilaku
merokok.
Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan
atau dirasakan individu (Bower). Persepsi merupakan suatu
proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh individu (Gibson). Persepsi remaja yang
memandang bahwa dengan merokok maka dapat
meningkatkan kepercayaan diri dan meningkatkan pergaulan
menjadi salah satu alasan semakin meningkatnya jumlah
perokok khusunya dikalangan remaja. Persepsi remaja
tentang manfaat merokok yaitu merokok dapat
meningkatkan pergaulan dan meningkatkan bermanfaat
secara material. Hal ini tentu sangat memperihatinkan
mengingat peranan penting remaja kedepannya.
Persepsi seseorang akan mempengaruhi sikap terhadap
objek tertentu dan akan dilanjutkan dengan mewujudkannya
dalam perilaku. Adanya hubungan antara persepsi dan
perilaku merokok pada remaja menjadi suatu permasalahan
yang melatarbelakangi penulisan karya tulis ini.

Anda mungkin juga menyukai