PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu metode pembelajaran yang dilaksanakan di Fakultas
Kedokteran UNSOED terutama dalam Blok Dermatomuskuloskeletal
(DMS) ialah Problem Based Learning yang merupakan suatu metode
pembelajaran yang mana peserta didik dipaparkan pada masalah atau
situasi sebagai awal bagi identifikasi kebutuhan belajarnya. Kemudian
menganalisa masalah tesebut secara terperinci dengan diberikan informasi
tambahan untuk membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut.
PBL ini sangatlah penting untuk diterapkan dalam kegiatan dan
proses pembelajaran karena memang mampu menuntut mahasiswa untuk
mempelajari secara mandiri maupun berkelompok mengenai sebuah kasus
yang diajukan. Proses pencarian materi yang mandiri inilah yang akan
membuat mahasiswa untuk bisa bertanggung jawab dengan tugasnya
untuk menggali ilmu pengetahuan secara luas dan mendalam terutama
yang berkaitan dengan kesehatan guna menunjang profesi sebagai dokter.
PBL KASUS KE : IV
KELOMPOK :2
JUDUL SKENARIO : Nyeri Sendi
HARI DAN TANGGAL : Tutorial I, Sabtu, 10 Oktober 2009
Tutorial II, Selasa13 Oktober 2009
A. Klarifikasi Istilah
a. Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang
Ada 3 macam sendi :
B. Menganalisa Masalah
1. Nyonya U, 63 tahun
2. Keluhan nyeri sendi pada kedua tangan meliputi kedua telapak
tangan dan jari-jari.
3. Nyeri dirasakan sejak 5 bulan yang lalu.
4. Beliau menggambarkan nyerinya sebagai nyeri tumpul dan disertai
kekauan sendi
5. Nyeri dirasakan semakin parah pada sore hari setelah bekerja dan
membaik kurang lebih 1 jam.
6. Minum peroxicam, keluhan berkurang.
Dari tabel diagnosis pembanding diatas ditambah dengan tambahan
informasi 2 dan 3 dapat disimpulkan bahwa penyakit yang diderita oleh Nyonya U
adalah osteoatritis
1. Definisi
Osteoartritis (Artritis Degeneratif, Penyakit Sendi Degeneratif) adalah
suatu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran
pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa
menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan. Penyakit ini biasanya terjadi pada
usia diatas 70 tahun.
Bisa terjadi pada pria dan wanita, tetapi pria bisa terkena pada usia
yang lebih muda.
Osteoartritis dikelompokkan menjadi:
Osteoartritis primer, jika penyebabnya tidak diketahui
Osteoartritis sekunder, jika penyebabnya adalah penyakit lain
(misalnya penyakit Paget atau ineksi, kelainan bentuk, cedera atau
penggunaan sendi yang berlebihan).
2. Etiologi
Dalam keadaan normal, sendi memiliki derajat gesekan yang
rendah sehingga tidak akan mudah aus, kecuali bila digunakan secara
sangat berlebihan atau mengalami cedera.
Osteoartritis kemungkinan berawal ketika suatu kelainan terjadi
pada sel-sel yang membentuk komponen tulang rawan, seperti kolagen
(serabut protein yang kuat pada jaringan ikat) dan proteoglikan (bahan
yang membentuk daya lenting tulang rawan). Selanjutnya tulang rawan
tumbuh terlalu banyak, tetapi pada akhirnya akan menipis dan membentuk
retakan-retakan di permukaan. Rongga kecil akan terbentuk di dalam
sumsum dari tulang yang terletak dibawah kartilago tersebut, sehingga
tulang menjadi rapuh. Tulang mengalami pertumbuhan berlebihan di
pinggiran sendi dan menyebabkan benjolan (osteofit), yang bisa dilihat dan
bisa dirasakan. Benjolan ini mempengaruhi fungsi sendi yang normal dan
menyebabkan nyeri. Pada akhirnya, permukaan tulang rawan yang halus
dan licin berubah menjadi kasar dan berlubang-lubang, sehingga sendi
tidak lagi dapat bergerak secara halus. Semua komponen sendi (tulang,
kapsul sendi, jaringan sinovial, tendon dan tulang rawan) mengalami
kegagalan dan terjadi kelainan sendi. .
3. Faktor predisposisi
Dalam beberapa kasus di temukan bahwa wanita mempunyai
resiko yang lebih besar daripada pria.
4. Patofisiologis
Konsep lama menyebutkan adanya proses pakai dan aus (wear and
tear), sehingga terlihat pengikisan atau penipisan rawan sendi. Ternyata
hal tersebut tidak dapat diterapkan sepenuhnya, karena beberapa hal yang
menjadi hambatan diantaranya adalah terdapatnya proses OA pada
persendian yang tidak banyak mengalami proses pembebanan biomekanik,
tidak dapatc menjelas-kan proses kronisitas OA. Banyak penelitian yang
mencoba mengungkapkan ketidakcocokkan teori lama tersebut, yaitu
dijumpainya perbedaan antara rawan sendi pada penyakit OA dan proses
penuaan (aging process), serta OA dapat diinduksi pada percobaan hewan
yang distimu-lasi menggunakan zat kimia atau trauma buatan.
Sentral dari proses OA tersebut sebenarnya terdapat pada khondrosit yang
merupakan satu-satunya sel hidup yang ada di dalam rawan sendi.
Gangguan pada fungsi khondrosit itulah yang akan memicu proses
patogenik OA.
Permukaan rawan sendi akan retak dan terjadi fibrilasi serta fisura
yang lama-kelamaan akan menipis dan tampak kehilangan rawan sendi
fokal. Selanjutnya akan tampak jawaban tulang subkhondral berupa
penebalan tulang, sklerotik dan pembentukkan kista. Pada ujung tulang
dapat dijumpai pembentukan osteofit serta penebalan jaringan ikat
sekitarnya. Oleh sebab itu pembesaran tepi tulang ini memberikan
gambaran seolah persendian yang terkena itu bengkak.
7. Pemeriksaan fisik
Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini
(secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur.
Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerak) maupun eksentrik
(salah satu gerakan saja) (Joewono Soeroso et al., 2006)
Krepitasi
8. Pemeriksaan radiologis
Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA ialah :
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada
bagian yang menanggung badan)Peningkatan densitas (sklerosis) tulang
subkondral
Kista tulang . Osteofit pada pinggir sendi. Perubahan struktur anatomi
sendi
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Osteoartritis
Penatalaksanaan OA berdasarkan distribusinya (sendi mana yang terkena)
dan berat ringannya sendi yang terkena. Penatalaksaannya terdiri dari 3 hal
:
1. Terapi non farmakologis
a. edukasi atau penerangan
maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui
sedikit seluk beluk tentang penyakitnya, bagaimana
menjaga penyakitnya agar penyakitnya tidak bertambah
parah serta persendiannya tetap dapat dipakai.
2. Terapi farmakologis
a. analgesik oral non opiat
Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati
sendiri penyakitnya, terutama dalam hal mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat-obatan
yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit. Pada
umumnya pasien mengetahui hal ini dari iklan pada
media massa, baik cetak (koran), radio, maupun televisi.
b. analgesik topikal
analgesik topikal ini banyak dijual dipasaran dengan
bebas sehingga bisa didapatkan dengan mudah.
Kebanyakan pasien telah mencoba terapi dengan
menggunakan cara ini, sebelum menggunakan obat-
obatan per oral lainnya.
d. chondropotective agent
chondropotective agent adalah obat-obatan yang dapat
menjaga atau merangsang perbaikan (repair) tulang rawan
sendi pada pasien osteoartritis. Sebagian peneliti
menggolongkan obat-obatan tersebut dalam slow acting
anti osteoarthritis drugs (SAAODs) atau disease
modifyng anti osteoarthritis drugs (DMAODs). Sampai
sekarang yang termasuk dalam golongan obat ini adalah :
tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,
glukosaminoglikan, vitamin C, superoxide desmutase,
dan sebagainya.