Anda di halaman 1dari 7

TUGAS SIG

1. Data raster dan data vector

1. DATA RASTER

Dalam model data raster  setiap lokasi direpresentasikan sebagai suatu posisi sel. Sel
ini diorganisasikan dalam bentuk kolom dan baris sel-sel dan biasa disebut sebagai grid.
Dengan kata lain, model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid.
Setiap piksel atau sel ini memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik.

Setiap baris matrik berisikan sejumlah sel yang memiliki nilai tertentu yang
merepresentasikan suatu fenomena geografik. Nilai yang dikandung oleh suatu sel adalah
angka yang menunjukan data nominal. Akurasi model data ini sangat bergantung pada
resolusi atau ukuran pikselnya di permukaan bumi.

Pada model data raster, matriks atau array diurutkan menurut koordinat kolom (x) dan
barisnya (y). Pada sistem koordinat piksel monitor komputer, titik asal sistem koordinat
raster terletak di sudut kiri atas. Nilai absis (x) akan meningkat ke arah kanan, dan nilai
ordinat (y) akan membesar ke arah bawah – seperti terlihat pada gambar di atas.
Walaupun demikian. sistem koordinat ini sering pula ditransformasikan sehingga titik
asal sistem knordinat rerletak di sudut kiri bawah, makin ke kanan nilai absisnya (x) akan
meningkat. dan nilai ordinatnya (y) makin meningkat jika bergerak ke arah atas.

Entiry spasial raster disimpan di dalam layer yang secara fungsionalitas direlasikan
dengan unsur-unsur petanya. Contoh sumber-sumber entity spasial raster adalah citra
satelit, misalnya NOAA. Spot, Landsad Ikonos, dll. Kemudian citra radar, dan model
ketinggian dijital seperti DTM atau DEM dalam model data raster.

Model raster memberikan informasi spasial apa yang terjadi dimana saja dalam
bentuk gambaran yang digeneralisasi. Dengan model ini, dunia nyata disajikan sebagai
elemen matriks atau sel grid yang homogen. Dengan model data raster, data geografi
ditandai oleb nilai-nilai elemen matriks persegi panjang dari suatu objek. Dengan
demikian, secara konseptual, model data raster merupakan model data spasial yang paling
sederhana.

Data raster dapat dikonversi ke sistem koordinat geo-referensi dengan cara


meregistrasi sistem grid raster ke sistem koordinat geo-referensi yang diinginkan. Dengan
demikian setiap sel pada grid memiliki posisi geo-referensi. Dengan adanya sistem
georeferensi, sejumlah set data raster dapat ditata sedemikian  sehingga memungkinkan
dilakukan analisis spasial.

Karakteristik Raster
Resolusi suatu data raster akan merujuk pada ukunan permukaan bumi yang
direpresentasikan oleh setiap piksel. Makin kecil ukuran atau luas permukaan bumi yang
dapat direpresentasikan oleh setiap pikselnya, makin tinggi resolusi spasialnya.

Piksel-piksel di dalam zone atau area yang sejenis memiliki nilai (isi piksel atau ID
number) yang sama.

Pada umumnya, lokasi di dalam model data raster, diidentifikasi dengan


menggunakan pasangan koordinat kolom dan baris (x,y).

Nilai yang merepresentasikan suatu piksel dapat dihasilkan dengan cara sampling
yang berlainan:

 Nilai suatu piksel merupakan nilai rata-rata sampling untuk wilayah yang
direpresentasikannya.

 Nilai suatu piksel adatah nilai sampling yang berposisi di pusat (atau di tengah) piksel
yang bersangkutan.

 Nilai suatu pikset adatah nilai sample yang tertetak di sudut-sudut grid.

Gambar 1. Peta Raster yang menunjukan awan yang menyelubungi wilayah

2. DATA VEKTOR
Pada model data vektor, unsur geografik disajikan secara digital seperti bentuk
visualisasi/penyajian dalam peta hardcopy. Model data vektor menampilkan,
menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan :

1.Titik-titik.

Entity titik meliputi semua objek grafis atau geografis yang dikaitkan dengan
koordinat. Di samping koordinat-koordinat, data atau informasi yang diasosiasikan
dengan ‘titik’ tersebut juga harus disimpan untuk menunjukkan jenis titik yang
bersangkutan.

2. Garis-garis atau kurva.

Entity garis dapat didefinisikan sebagai semua unsur-unsur linier yang dibangun
dengan menggunakan segmen-segmen garis lurus yang dibentuk oleh dua titik koordinat
atau lebih.

3. Poligon/luasan beserta atribut-atributnya.

Cara yang paling sederhana untuk merepresentasikan suatu poligon adalah


pengembangan dari cara yang digunakan untuk merepresentasikan arc yang sederhana
yaitu merepresentasikan setiap poligon sebagai sekumpulan koordinat (x,y) yang
membentuk segmen garis, dimana mempunyai titik awal dan titik akhir segmen garis
yang sama (memiliki nilai koordinat yang sama).

Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial ini, di dalam sistem model data vektor,
didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x,y). Di dalam model data
spasial vektor, garis-garis atau kurva merupakan sekumpulan titik-titik terurut yang
dihubungkan. Sedangkan luasan atau poligon juga disimpan sebagai sekumpulan list titik-
titik, tetapi dengan catatan bahwa titik awal dan titik akhir poligon memiliki nilai
koordinat yang sama dengan syarat poligon tersebur tertutup.

Representasi vektor suatu objek merupakan suatu usaha di dalam menyajikan objek
yang bersangkutan sesempurna mungkin. Untuk itu, ruang atau dimensi koordinat
diasumsikan bersifat kontinyu yang memungkinkan semua posisi, panjang dan dimensi
didefinisikan dengan presisi.

Karakteristik Vektor

Dalam model data vektor :

 Titik distrukturisasi dan disimpan (direcord) sebagai satu pasang  koordinat (x,y).

 Garis distrukturisasi dan disimpan sebagai suatu susunan pasangan koordinat (x,y)
yang berurutan.

 Luasan distrukturisasikan dan disimpan sebagai suatu susunan pasangan koordinat


(x,y) yang berurutan yang menyatakan segmen-segmen garis yang menutup menjadi
suatu poligon.
Gambar 2. Peta Vektor yang menggambarkan jalan, dan batasan Negara

1.  Struktur Data Arc-node

Secara kartografis penggambaran garis yang membatasi dua poligon yang


bersebelahan tidak akan dilakukan dua kali. Berlaku juga pada sistem digital. Struktur
arc-node merupakan cara untuk menyimpan data digital termasuk garis batas batas
dalam.

Pada struktur arc-node, node direferensikan membentuk segmen garis tertentu dimana
segmen-segmen garis membentuk polygon. Kemudian segmen garis diawali dan diakhiri
oleh masing-masing satu node. Selain itu, diantara dua node ada titik-titik verteks.

2.  Data Vektor Dengan  Topologi

Secara eksplisit topologi mendefinisikan hubungan spasial diantar unsur-unsur


geografik. Dalam praktisnya dengan topologi hubungan spasial diengekspresikan
menjadi suatu daftar (list), misalkan suatu poligon didefinisikan sebagai suatu daftar
segmen garis yang membatasi sisi poligon.

Hubungan spasial antara dua buah jalan yang berpotongan serta peruntukan lahan di
kiri kanannya  dapat dengan mudah diidentifikasi di peta dan kemudian dapat
dicocokkan dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Komputer menjabarkan hubungan
spasial tersebut dengan apa yang dinamakan topologi.

Tiga konsep utama topologi dengan struktur arc-node sebagai berikut :

 Connectivity : Segmen garis bersambung satu dengan lainnya dengan perantaraan


node.

 Definisi area/luasan:Segmen garis yang saling bersambung yang mengelilingi suatu


area/luasan disebut sebagai            polygon.

 Contiguity : Segmen garis memiliki arah dan sisi kiri dan sisi kanan.
3.  Data Vektor Dengan Spaghetti

Pada model ini lembaran peta kertas ditranslasikan garis demi garis ke dalam list
koordinat dalam format dijital. Sebuah titik dikodekan sebagai pasangan koordinat
tunggal, sebuah garis dikodekan sebagai list atau string pasangan-pasangan koordinat,
sementara area atau luasan dikodekan sebagai poligon dan direkam sebagai pasangan-
pasangan koordinat closed loop yang mendefinisikan batas-batasnya. Garis-garis yang
menjadi batas-batas bersama di antara poligon-poligon yang bersebelahan di-trace dan
direkam dua kali (sekali untuk poligon pertama, dan sekali lagi untuk poligon yang
terletak di sebelahnya). Dengan demikian, file data spasial yang dibangun dengan
menggunakan model data vektor seperti ini pada dasarnya merupakan kumpulan
pasangan-pasangan koordinat tanpa struktur yang inherent. Karena itu digunakan istilah
“model spaghetti”.

Gambar 3. Kombinasi peta vector dan peta raster

2. Pengertian Buffer dalam geologi

Definisi Buffering

Buffering merupakan salah satu analisis spatial yang sering digunakan dalam SIG. Buffer
biasanya digunakan untuk mewakili suatu jangkauan pelayanan ataupun luasan yang
diasumsikan dengan jarak tertentu untuk suatu kepentingan analisis spasial. Buffer dapat
dilakukan untuk tipe feature polygon, polyline maupun point. Pembuatan buffer
membutuhkan penentuan jarak dalam satuan yang terukur (meter atau kilometer).

Fungsi bufer sering digunakan untuk membuat penyangga dengan suatu jarak tertentu
pada feature titik, garis maupun polygon yang diseleksi. Hasil dari bufer ini dapat berupa
garis atau feature polygon. Feature yang dipilih untuk dibufer dapat lebih dari satu layer dan
dapat lebih dari satu tipe feature. Jika lebih dari satu feature di pilih untuk dibufer maka bufer
yang terpisah akan dibentuk untuk setiap pilihan feature.

Kelebihan dari metode ini diantaranya yaitu:

1. Mudah dilakukan pembuatan buffering berdasarkan feature yang diseleksi.


2. Memberikan banyak manfaat dan kegunaan untuk berbagai aplikasi.
3. Proses buffering tidak membutuhkan waktu yang lama.

Kekurangan dari metode ini yaitu:

1. Buffering tidak dapat dilakukan untuk beberapa layer secara langsung, sehingga
proses buffering dilakukan satu per satu.
2. Hasil dari beberapa buffering membutuhkan penyusunan atau pengaturan agar layer
tidak tumpang tindih, dalam hal ini tidak terjadi secara otomatis.

Aplikasi Buffering dan Manfaatnya

Dalam bidang kelautan dan perikanan metode ini dapat digunakan untuk menentukan daerah
serta batas-batas perairan, seperti:

1. Menentukan batas kewenangan kabupaten yaitu 3 mil dari garis pantai serta batas
kewenangan propinsi yaitu 12 mil agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemanfaatan
sumberdaya serta tidak menimbulkan konflik baik dalam masyarakat atau pemerintah
terkait dengan pemanfaatan ganda.
2. Membuat zona inti, zona penyangga atau zona pemanfaatan berdasarkan suatu jarak
untuk suatu kawasan Daerah Perlindungan Laut atau daerah konservasi. Dengan
demikian masyarkat dapat mengetahui daerah yang diperuntukan untuk perlindungan
dan pemanfaatan.
3. Memprediksi daerah yang rawan banjir sehingga dapat segera mengevakuasi warga
berada pada kawasan rawan banjir.
4. Mengetahui penyebaran bahan pencemar dari daerah pesisir atau bahan berbahaya dan
beracun dengan mengestimasi jarak atau radius dari bahan pencemar yang telah
tersebar di perairan. Sehingga dapat menghasilkan keputusan secara cepat dalam
mencegah warga untuk tidak mengkonsumi ikan di daerah tersebut.
5. Mengestimasi luasan tumpahan minyak kapal tanker dengan suatu radius tertentu
sehingga dapat diketahui daerah mana yang terkena tumpahan minyak.
6. Melakukan ekspansi sektor di suatu kawasan baik di pesisir dan laut sehingga tidak
terjadi konflik pemanfaatan ruang ganda antara dua kepentingan yang berbeda.
7. Menghitung luas kerusakan mangrove dengan misalnya mangrove ditebang pada
radius 100 meter dari garis pantai yang ada dengan mengimplementasikan fungsi
bufer yang ada pada aplikasi GIS pada masing-masing garis pantai yang dievaluasi.
8. Mengestimasi daerah yang rawan atau berpotensi terkena tsunami dengan
menerapkan fungsi bufer misalnya pada radius 50 km dari garis pantai sehingga dapat
merencanakan permukiman penduduk yang aman dari tsunami.
Gambar 4. Buffer dari jalan dan buffer dari Sungai, hasil proses Intersect.

Anda mungkin juga menyukai