BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
agar siswa dapat mengalami perubahan pada dirinya (Hamalik 1983: 21)
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
diharapkan.
berpusat pada guru (Sardiman 2004 : 95) pada prinsipnya belajar merupakan
dikatakan belajar apabila di dalamnya tidak terdapat aktivitas. Oleh sebab itu
aktivitas merupakan suatu prinsip atau asas yang sangat penting di dalam
1
2
Lalang Tedong Kabupaten Maros pada pelajaran Bahasa Indonesia masih ada
anak yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal ideal yaitu
75, hal itu diduga disebabkan kurangnya aktivitas dan perhatian siswa pada
saat pembelajaran berlangsung siswa kurang terlibat pikir atau dengan kata lain
siswa cenderung pasif, prestasi belajar anak sangat ditentukan oleh aktivitas
Memes (2001: 36 ). Bila nilai aktivitas siswa < 75,6 maka dikatagorikan aktif,
bila 59, 4 < nilai aktifitas < 75,6 maka dikatagorikan cukup aktif bila nilai
Metode ini dapat melatih pola pikir siswa karena dihadapkan dengan
permasalahan tersebut. Selain itu dapat melatih kerja sama siswa di dalam
kelompok dan melatih tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan.
Dengan demikian metode ini diharapkan siswa terbisa terlibat dan aktif
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dan interaksi
baik.
prestasi dan aktivitas belajar melalui Teams Games Tournaments (TGT) siswa
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
Maros.
2. Manfaat Penelitian
Kabupaten Maros;
BAB II
A. Tinjauan pustaka
1. Pengertian belajar
berbeda satu sama lain. Dalam uraian ini kita akan berkenalan dengan beberapa
pengalaman.(Hamalik, 1983).
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,
akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
5
6
Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar,
yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha
belajar.
kecenderungan perilaku saja. Hal ini dapat diidentifikasi bahkan dapat diukur
perilaku dalam belajar relatif permanen. Dengan demikian hasil belajar dapat
perubahan perilaku hasil belajar dengan terjadi secara kebetulan. Orang yang
perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan orang dapat melakukan
2. Aktifitas belajar
proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik
eksperimen. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak
ada aktivitas. Itulah mengapa aktifitas merupakan prinsip yang sangat penting
8
dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2004). Dalam aktifitas belajar ada
beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan
ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktifitas
membuat suatu daftar kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan
sebagai berikut.
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras
yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok
mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan
diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama.
Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi
peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai
10
yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta
dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok
dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota
dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa
11
menyenangkan.
2) Games tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal
dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap
soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga
soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan
dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja
menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian.
Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi
nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan
membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.
Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk
12
yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca
soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain
yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban
benar.
Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal
habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap
peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal,
dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal
dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan
jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain
dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan
setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang
13
3) Penghargaan kelompok
oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing–
masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh
Diperoleh
Top Score 60
High Middle Score 40
Low Score 20
Sumber : Slavin dalam Yasa, 2008
Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer (skor tinggi), Low
a) Mengajar (teach)
tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/ suku yang berbeda.
kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui
kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang
pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Winkel (1996:244) bahwa “dalam
yang diperoleh pada proses pembelajaran. Tingkah laku sebagai hasil belajar
juga tidak terlepas dari proses pembelajaran di kelas dan berbagai bentuk
adalah “tingkah laku yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program
belajar dalam hal ini, meliputi wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar dan prestasi belajar ibarat dari sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Oleh Karena itu, berbicara hasil belajar maka orientasinya
bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dicapai seorang pelajar setelah
dikemukakan oleh Nasution (2000: 61) bahwa “hasil belajar siswa dirumuskan
sebagai standar kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik
belajar. Sehingga hasil belajar dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
penting peranan dan fungsi hasil belajar dalam pendidikan dan pengajaran
formatif) dan atau untuk mengisi rapor atau Surat Keterangan Hasil
atau lulus tidak hanya seorang siswa dari suatu lembaga pendidikan
yang bersangkutan.
digunakan untuk :
sendiri.
subyek belajar ternyata banyak faktor yang mempengaruhi dari sekian banyak
49) bahwa secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor interen (dari
dalam) dan faktor eksteren (dari luar) diri subyek belajar. Hal ini, sama
pokok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal .
Faktor internal terdapat pada diri siswa itu sendiri, yang meliputi faktor
yang berada di luar siswa yang terdiri atas faktor keluarga atau rumah tangga,
daya cipta siswa untuk menemukan dan mengesankan. Gagne dalam Mulyasa
(2007: 111) menambahkan bahwa ”Jika seorang siswa dihadapkan pada suatu
1. Prinsip motivasi
pengalaman yang sudah dimiliki peserta didi. Dengan pengetahuan latar ini,
3. Prinsip sosialisasi;
kalangan siswa, karena hasil belajar akan lebih baik. Pengelompokan peserta
kelamin, dan minat. Setiap kelompok diberi tugas yang berbeda dari sumber
yang sama.
hasil belajarnya melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar sambil
bermain.
B. Kerangka Pikir
Dalam proses belajar mengajar akan lebih baik bila siswa secara aktif
belajar tidak mungkin akan berhasil tanpa adanya aktivitas belajar itu sendiri.
24
belajar mengajar.
Minat erat sekali hubungannya dengan suka atau tidak suka, tertarik
atau tidak tertarik dan senang atau tidak senang. Minat tidak tercetus dengan
menimbulkan minat, yang diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Yang jelas
melahirkan sikap positif dan tidak menunjang minat belajar siswa. Penyebab
turunnya minat belajar siswa antara lain karena kurangnya motivasi dalam diri
siswa itu sendiri. Turunnya minat belajar ini akan berdampak negatif pada
hasil belajar, karena sesuatu yang dilakukan tanpa dilandasi niat, kemauan dan
usaha yang keras hanya akan sia-sia dan memberikan hasil yang tidak
Proses Belajar
Mengajar
maksimal. Dengan demikian, motivasi dan aktivitas belajar siswa menentukan
Sikap Pengetahuan
Temuan
25
C. Hipotesis
penelitian ini adalah Ada peningkatan antara aktivitas belajar dan minat siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
1. Variabel penelitian
2. Desain penelitian
research).
Terdapat beberapa macam model PTK. Namun yang akan dipilih dala
penelitian ini adalah model Kemmis dan MC Taggart, model ini terdiri dari
empat komponen dalam satu siklus, yaitu (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3)
belum berhasil. Secara skematik desain PTK dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
Perencanaan
Refleksi Tindakan
Observasi
27
1. Populasi
28
2. Sampel
(2002: 70) bahwa: ”Apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik
jika jumlah sujeknya di atas 100 orang dapat diambil antara 10%-15% atau
karena hal ini populasi yang diteliti kurang dari 100 orang. Selain siswa, guru
sebagai berikut:
1. Tes
butir soal sehingga dapat diseleksi atau revisi. Tes adalah serentetan atau
29
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Rianto, 1996:83). Tes dibuat untuk mengukur sejauh mana siswa dapat
memahami atau mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Sebelumnya perlu
dilakukan analisis butir soal dari soal pada tes tersebut. Pemberian tes
dilakukan setelah akhir pokok bahasan pecahan. Dalam penelitian ini, tes
2. Angket
Jenis angket yang dipergunakan adalah jenis angket tertutup. Angket tertutup
dengan disertai alternatif jawaban, responden diminta untuk memilih salah satu
Dalam penelitian ini angket dibuat untuk mengukur minat siswa dalam
sebagai berikut.
30
indikator variabelnya.
3. Observasi
maupun dilakukan dalam situasi buatan yang khusus diadakan. Petunjuk yang
sebagai berikut.
32
list atau daftar cek terdiri dari daftar item yang berisi faktor-faktor yang
siswa.
Siklus I
disiapkan.
guru saat terjadi proses belajar mengajar yang meliputi memotivasi siswa,
kegagalan yang telah terjadi setelah proses belajar mengajar dalam selang
waktu tertentu. Hasil sebagai masukan guru dan observatori untuk membuat
Siklus II
1. Perencanaan (planning)
Seluruh aspek yang diamati dalam proses belajar mengajar dengan kualitas
yang baik.
4. Refleksi (reflection)
Pada akhir siklus dilakukan refleksi hal-hal yang diperoleh baik dari
mangacu pada prosedur kegiatan yang sama pada siklus I yang meliputi
Perencanaan
Perencanaan Pelaksanaan
Observasi
tindakan I Tindakan I
Refleksi
Pelaksanaan Perencanaan
Hasil
Tindakan II Tindakan II
Hasil
deskriptif, yang terdiri dari rata-rata nilai maksimal dan minimum yang
diperoleh siswa pada setiap siklus untuk analisis kuantitatif, yang digunakan
berikut:
Keterangan :
Me = Mean
f = Frekuensi
N = Jumlah siswa
38
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Aktifitas siswa
dalam Teams Games and Tournaments (TGT) terdiri dari dua, yaitu lembar
observasi siklus I dan lembar observasi siklus II. Lembar observasi siklus I,
pada siklus II. Berikut hasil analisis sikap siswa selama mengikuti proses
38
39
Frekuensi Persentase
No Aktifitas Siklus Siklus Siklus Siklus
I II I II
1 Mendengarkan Penjelasan Guru 30 38 73,17 92,68
2 Membaca Materi Ajar 39 40 95,12 97,56
3 Mengerjakan Soal 38 41 92,68 100
Melakukan Keterampilan
4 33 36 80,48 87,80
Kooperatif
Mempresentasikan Hasil Kerja
5 30 38 73,17 92,68
Kelompok
Sumber : Hasil Observasi, 2010
Dari tabel 4 di atas diketahui bahwa pada siklus I frekuensi siswa yang
setelah siklus II, siswa yang mendengarkan penjelasan guru sebanyak 38 orang
dengan persentase 97,56%, kemudian siswa yang membaca materi ajar pada
siklus II, siswa yang membaca materi ajar meningkat frekuensinya menjadi 40
orang dengan frekuensi 97,56%, selain itu pada siklus I pula siswa yang
dan pada siklus II terjadi perubahan tingkat siswa yang mengerjakan soal
frekuensinya yaitu 41orang dengan persentase 100%, seluruh siswa yang hadir
ternyata telah menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Dan yang lebih penting
lagi adalah pada siklus I siswa yang melakukan keterampilan kooperatif atau
pada siklus I frekuensinya hanya 30 orang dengan persentase 73,17% dan pada
kerjasa kelompok, hal ini karena siswa masih kurang percaya diri untuk tampil
tentang proses penilaian. Hal lain, yang membuat siswa kurang termotivasi
adalah tidak adanya pemberian motivasi penuh kepada peserta didik tentang
sistem penilaian di kelas sehingga pada siklus I ini memang masih dalam
yang signifikan, dimana siswa sudah mulai aktif belajar dan termotivasi
berikut.
41
perubahan aktifitas siswa pada sikus I dan siklus II, dimana pada siklus I siswa
belum terlalu membaca bahan ajar, belum terlalu aktif bekerja sama dalam
kelompoknya.
siswa. Siklus I dilakukan dua kali pertemuan proses belajar mengajar, dan tes
akhir siklus I pada pertemuan ketiga. Khusus untuk pertemuan pertama semua
siswa hadir, dan begitu pun pada pertemuan kedua semua siswa yang hadir
42
merupakan tes akhir siklus I semua siswa menjadi sampel hadir. Tes akhir ini
telah diberikan, adapun skor hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 5
berikut.
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 30,00 2 4,9 4,9 4,9
40,00 4 9,8 9,8 14,6
50,00 1 2,4 2,4 17,1
60,00 13 31,7 31,7 48,8
70,00 16 39,0 39,0 87,8
80,00 5 12,2 12,2 100,0
Total 41 100,0 100,0
Sumber : Hasil Perolehan SPSS 15.0, 2010
Tabel 6. Statistik Prestasi Belajar Melalui Teams Games Turnaments pada tes
akhir siklus I
nilai median yang diperoleh adalah 70, nilai modus yang diperoleh adalah 70,
nilai standar deviasi yang diperoleh adalah 13,04, nilai rentang yang diperoleh
adalah 50 nilai tertinggi yang diperoleh adalah 80 dan nilai terendah yang
dalam lima kategori maka diperoleh distribusi frekuensi skor seperti yang
Inpres No. 15 Lalang Tedong, Kabupaten Maros. Pada kategori sangan rendah
sebanyak 29 orang dengan persentase 70,7%, dan yang masuk kategori tinggi
sebanyak 5 orang dengan persentase 0%. Pada siklus I ini jumlah siswa yang
mempunyai kategori sedang yang paling dominan, oleh karena itu keberhasilan
Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut.
kategori tidak tuntas dengan frekuensi tidak tuntas sebanyak 7 orang dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode TGT dan 82,9% siswa dalam
dengan tema kegiatan. Hal ini berarti masih ada siswa sebanyak 7 orang yang
Setelah melihat hasil tes akhir siklus I, maka semua yang ada pada
siklus I dilakukan perbaikan pada proses tindakan siklus II. Proses belajar
mengajar pada sikus II dilakukan selama dua kali pertmuan dan pertemuan
ketiga diadakan tes akhir. Hasil tes akhir siklus II dapat dilihat pada tabel 8
berikut.
mendapatkan skor 100 sebanyak 4,9% dari 100%. Jika data tersebut di
Tabel 10. Statistik Prestasi Belajar Melalui Teams Games Turnaments pada
tes akhir siklus II
lima kategori maka diperoleh distribusi frekuensi skor seperti yang ditunjukkan
Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Prestasi Belajar Membaca Siswa
Kelas V SD Inpres No. 15 Lalang Tedong, Kab. Maros Siklus II
47
rendah, 14,6% yang masuk dalam kategori sedang dengan frekuensi 6 orang,
24,4% yang masuk kategori tinggi dengan frekuensi 10 orang dan 61% yang
tabel berikut.
Tabel 12. Deskripsi Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Kelas V pada Siklus II
kategori tidak tuntas dalam pembelajaran dan 41 siswa dalam kategori tuntas
Teams Games and Tournaments (TGT) dalam meningkatkan hasil belajar dari
Tabel 13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar Membaca Siswa
Kelas V Siklus I dan siklus II
Frekuensi Persentase (%)
Interval Kategori
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
0 – 39 Sangat Rendah 2 0 4,9 0
40 – 54 Rendah 5 0 12,2 0
55 – 74 Sedang 29 6 70,7 14,6
75 – 84 Tinggi 5 10 12,2 24,4
85 – 100 Sangat Tinggi 0 25 0 61
Jumlah 41 41 100 100
Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa terjadi perubahan hasil belajar
siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I frekuensi skor hasil belajar siswa
berada pada kategori sangat rendah yaitu 2 dengan persentase 4,9%. Kemudian
pada siklus II terlihat bahwa skor hasil belajar siswa meningkat menjadi
persentase 61% yang berada pada kategori tinggi dengan frekuensi 25 orang
49
dan persentase 24,4% berada pada kategori tinggi dengan frekuensi 10 orang,
dan kategori sangat rendah dan rendah sudah tidak ada lagi. Hal ini terbukti
Kabupaten Maros. Secara jelas dapat diperhatikan pada grafik berikut ini
prestasi belajar siklus I dan siklus II dalam setiap kategori, dimana pada sikus I
siswa mendapatkan hasil dengan kategori sangat tinggi, namun pada siklus II
grafik telah menunjukkan adanya siswa yang telah mencapai kategori sangat
tinggi bahkan sudah ada lagi siswa yang mencapai kategori rendah dan sangat
rendah.
50
Berikut ini ditunjukkan secara grafik prestasi belajar siswa melalui TGT
Pada grafik di atas jelas sekali bahwa begitu besar perubahan yang
yang diperoleh pada siklus I yaitu 30 dan pada siklus II menjadi 70, nilai
100. Begitupun standar deviasinya pada siklus I 13,04 naik menjadi 8,09,
B. Pembahasan
51
Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah dilakukan tes sikus I melalui
Teams Games and Tournaments (TGT) adalah rata-rata yang diperoleh adalah
62,68 dengan nilai tertinggi 80 dan yang terendah 30 serta mediannya 70 dari
skor ideal 100, berada pada kategori sangat rendah yaitu dengan frekuensi 2
dengan persentase 4,9% standar deviasinya 13,04. Hal ini disebabkan karena
banyak siswa yang memonopoli tugas yang diberikan dan yang lain hanya
cerita dan tidak membantu temannya. Siswa belum mengetahui apa arti dalam
bekerja sama dalam kelompok. Oleh karena itu dalam siklus I ini guru lebih
pada siklus I, dikarenakan masih banyak siswa yang melakukan aktifitas yang
namun tetap harus menjai perhatian karena jika dibiarkan tanpa tindakan
52
Pada siklus II tidak jauh beda dengan siklus I. Siklus II keaktifan siswa
sudah nampak, dorongan dan minat siswa dalam belajar sudah dapat terlihat
belajarnya. Tes pada siklus II ini menunjukkan nilai yang lebih baik dari siklus
I yaitu dengan rata-rata 85,16, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70, median
90 serta standar deviasi 8,09, persentase yang diperoleh yaitu 61% berada pada
siswa sudah merupakan hasil diskusi kelompok. Dari pembahasan di atas kita
siswa yang tidak tuntas belajar bahasa indonesianya yaitu sebesar 17,1% dan
siswa yang tuntas sebesar 82,9%, pada siklus II sudah tidak ada siswa yang
BAB V
A. Kesimpulan
yang lebih baik dari siklus I yaitu dengan rata-rata 85,16, nilai
tertinggi 100 dan nilai terendah 70, median 90 serta standar deviasi
sangat tinggi
B. Saran
54
Dari kesimpulan di atas maka peneliti dapat mengemukakan beberapa
indonesia.
Indonesia.
56
DAFTAR PUSTAKA
Kemis dan MC.Targgart. 1992, The Action Research Planne Victoria: Deaken
University
56