Anda di halaman 1dari 9

2 resep mengelola perilaku siswa, yaitu tegas dan 

sabar.
dengan satu komentar

Sebagai seorang guru, dalam keseharian ditangan kitalah tanggung jawab untuk mengelola
perilaku siswa. Baik atau buruk perilaku siswa, tugas kita lah untuk merubah yang buruk dan
memelihara hal yang baik dari siswa. Dalam beberapa tahun terakhir saya sebagai guru saya
menemukan 2 resep yang bisa saya bagi dengan anda.

Tegas

Mohon bedakan tegas dan galak apalagi kejam, tegas berarti melakukan kewenangan kita
sebagai guru agar siswa mau mengikuti peraturan atau disiplin yang telah digariskan di kelas dan
di sekolah.

Tegas kepada perilaku siswa yang mengganggu iklim di kelas. Hal ini penting karena
kepentingan bersama di kelas adalah untuk belajar dan mengajar.

Tegas kepada perilaku siswa bukan kepada siswanya. Jika kita tegas kepada siswa yang terjadi
maka hanya kepada siswa-siswi tertentu lah kita akan tegas, dan bukan pada perilakunya. Tidak
heran jika banyak kelas yang didalamnya ada ‘trouble maker’ sebutan itu ada karena guru tidak
jeli kepada perubahan kecil ke arah lebih baik yang diperbuat oleh siswa terlanjur mendapat cap.

Sabar

Sikap sabar diperlukan karena kita percaya bahwa siswa cepat atau lambat akan berubah
perilakunya buruknya. Banyak guru yang memilih mendidik dengan hati dan bukan dengan
amarah. Hal ini karena mereka percaya bahwa apa yang mereka lihat dari siswa mereka sekarang
belum tentu menjadi hal yang kekal saat siswa sudah menjadi dewasa nanti.

Sabar juga bisa berarti doa, saat melihat perilaku yang kurang dari siswa, jika yang kita lakukan
adalah menyumpah dalam hati maka umpatan kita malah akan menjadi kenyataan. Bersikap
sabar juga bisa berarti mendoakan yang terbaik bagi siswa, mendoakan perubahan sekecil
apapun itu dari siswa kita dikelas.

Sabar membuat hari-hari kita sebagai guru menjadi lebih ringan dan lebih mudah. Sebaliknya
jika kita tidak mempunyai kesabaran maka yang terjadi dalam banyak kesempatan sebagai guru
yang kita lakukan hanya sibuk mengeluh dan mempertanyakan ‘kenapa’ dan ‘mengapa’ banyak
sekali kekurangan di kelas kita. Bayangkan, maka hari-hari kita akan diisi oleh rasa pesimis dan
lupa akan inovasi.

10 ciri guru profesional
dengan 62 komentar
1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan
mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.

2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran


Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk
memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.

3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif


Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa 
mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.

4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik


Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat
memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif, 
membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.

5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua


Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka
selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum,
disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi  panggilan
telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.

6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya


Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa
dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.

7. Pengetahuan tentang Kurikulum


Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan
standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga  memastikan pengajaran mereka
memenuhi standar-standar itu.

8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan


Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki
pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap
untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja
sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.

9. Selalu memberikan yang terbaik  untuk Anak-anak dan proses Pengajaran


Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa
mempengaruhi siswa dalam kehidupan  mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang
mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak
dewasa.
10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati
dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya.

 Siswa sebagai subyek pembelajaran. Learning empowers students.

Dalam penerapan metode belajar aktif yang benar, siswa


dan guru sama-sama aktifnya.
dengan 41 komentar

Metode belajar aktif atau sekarang lumrah disebut sebagai metode PAKEM (pembelajaran
kreatif, aktif dan menyenangkan) saat ini mulai dirasakan pentingnya dikalangan praktisi
pendidik. Dikarenakan metode ini agaknya menjadi jawaban bagi suasana kelas yang kaku,
membosankan, menakutkan, menjadi beban dan tidak membuat betah dan tidak menumbuhkan
perasaan senang belajar bagi anak didik. Alih-alih membuat anak mau menjadi pembelajar
sepanjang hayat yang terjadi malah kelas dan sekolah menjadi momok yang menakutkan bagi
siswa.

Dulu saya pernah mendengar sebuah lelucon mengenai metode belajar aktif di sekolah dasar.
Saya tidak ingat detailnya tetapi yang saya ingat dengan baik adalah dalam metode belajar aktif
yang terjadi adalah guru bermalas-malasan, sedangkan yang aktif justru muridnya. Murid
diminta untuk mencatat, menyalin dan dibebani banyak sekali pekerjaan rumah. Dengan
demikian ada kesalahan dalam menerjemahkan pendekatan pembelajaran. Tidak mungkin
tercapai nuansa PAKEM apabila siswa dalam hal ini malah terbebani sedangkan guru juga tidak
tentu arah dalam melaksanakan dan merencanakan pembelajaran dikelas.

Cara belajar siswa aktif adalah merupakan tantangan selanjutnya bagi para pendidik. Sebab ruh
dari KTSP yang diberlakukan sekarang ini adalah pembelajaran aktif. Dalam pembelajaran aktif
baik guru dan siswa sama-sama menjadi mengambil peran yang penting.

Guru sebagai pihak yang;

 merencanakan dan mendesain tahap skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan di


dalam kelas.
 membuat strategi pembelajaran apa yang ingin dipakai (strategi yang umum dipakai
adalah belajar dengan bekerja sama)
 membayangkan interaksi apa yang mungkin akan terjadi antara guru dan siswa selama
pembelajaran berlangsung.
 Mencari keunikan siswa, dalam hal ini berusaha mencari sisi cerdas dan modalitas belajar
siswa dengan demikian sisi kuat dan sisi lemah siswa menjadi perhatian yang setara dan
seimbang
 Menilai siswa dengan cara yang tranparan dan adil dan harus merupakan penilaian
kinerja serta proses dalam bentuk kognitif, afektif, dan skill (biasa disebut psikomotorik)
 Melakukan macam-macam penilaian misalnya tes tertulis, performa (penampilan saat
presentasi, debat dll) dan penugasan atau proyek
 Membuat portfolio pekerjaan siswa.

Siswa menjadi pihak yang;

 menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir


 melakukan riset sederhana
 mempelajari ide-ide serta konsep-konsep baru dan menantang.
 memecahkan masalah (problem solving),
 belajar mengatur waktu dengan baik,
 melakukan kegiatan pembelajaran secara sendiri atau berkelompok (belajar menerima
pendapat orang lain, siswa belajar menjadi team player)
 mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan atau action.
 Melakukan interaksi sosial (melakukan wawancara, survey, terjun ke lapangan,
mendengarkan guest speaker)
 Banyak kegiatan yang dilakukan dengan berkelompok.

 Siswa sebagai subyek pembelajaran. Learning empowers students.

 6 indikator pengelolaan kelas yang berhasil


 dengan 45 komentar

 Pembaca sekalian, tulisan ini dibuat menyambut respon dari Ibu Ayu yang menanyakan
mengenai indikator pengelolaan kelas yang berhasil. Uniknya melalui upaya menjawab
pertanyaan beliau saya malah mendapat hal-hal yang baru. Salah satu yang membuat saya
terkejut adalah perihal memberikan siswa konsekuensi, yang ternyata sama dengan
mengancam siswa. Semuanya saya dapat dari situs teachers.net. silahkan menikmati
indikator-indikator berikut ini.

 1. Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas

 2. Sebagai guru jika anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.

 3. Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi
contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan dan
lain-lain ) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata cara
masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan peraturan kelas.

 4. Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab


prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.

 5. Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi.(stiker,


penghilangan hak siswa dan lain-lain)
 6. Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan
disiplin bisa dipelajari

 Ada dua hal yang membedakan antara guru yang berhasil dengan yang tidak.

 1. Guru yang kurang berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran dengan
langsung mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa
selama setahun penuh.

 2. Guru yang efektif menghabiskan dua minggu pertama ditahun ajaran dengan
meneguhkan prosedur.

 Siswa sebagai subyek pembelajaran. Learning empowers students.

 “Apakah mereka bisa mengerti pelajaran yang saya


berikan atau tidak yaa?”
 Siswa sebagai subyek pembelajaran. Learning empowers students.
 “Apakah mereka bisa mengerti pelajaran yang saya
berikan atau tidak yaa?”
 dengan satu komentar


 http://www.heyugly.org/images/QuestionMark.jpg
 Sebagai guru yang mengajar di kelas, selepas mengajar terkadang terbersit pertanyaan
seperti ini, “Apakah mereka bisa mengerti pelajaran yang saya berikan atau tidak?”
Mengerti atau tidak mengerti, sebenarnya bukan itu persoalannya. Karena pada dasarnya
siswa bisa membangun pengertiannya sendiri dengan pengalaman belajar mereka
sebelumnya. Hal yang paling mungkin bisa kita sebagai guru lakukan adalah memberikan
sejumlah pertanyaan yang membantu siswa menghubungkan dirinya dengan pengajaran
yang anda lakukan. Berikut ini adalah pertanyaannya
 1. Apa yang saya belajar hari ini?
 2. Mengapa aku belajar hal ini?
 3. Bagaimana saya dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan ini untuk
membuat perbedaan dalam hidup saya?
 4. Bagaimana saya bisa bekerja dengan guru dan siswa lain untuk meningkatkan
pembelajaran saya?
 5. Bagaimana saya bisa lebih maju lagi sebagai seorang pembelajar?

Siswa sebagai subyek pembelajaran. Learning empowers students.

Think, Pair and Share (Berfikir, Berpasangan,


dan Berbagi Pengetahuan)
dengan 12 komentar

Dalam menjalankan sebuah rencana pembelajaran dikelas komputer (TIK)  saya selalu menyukai
kejutan-kejutan di luar rencana. Kejutan tersebut bisa berupa siswa yang ternyata sangat cepat
dalam bekerja sehingga waktu menjadi cepat berlalu, sampai hanya satu sampai lima orang siswa
yang ternyata bisa menguasai materi yang diberikan.

Untuk kasus yang terakhir yang saya lakukan adalah kembali mengajak siswa untuk duduk
bersama mendengarkan penjelasan dan meninggalkan sementara pekerjaannya di komputer.
Kami semua lalu duduk dikarpet yang ada di lantai. Jika tidak memungkinkan mereka saya minta
diam di mejanya  masing-masing.

Lalu saya memberikan waktu pada semua siswa untuk berdiskusi mengutarakan apa yang
menjadi kesulitan dalam pengerjaan soal . Biasanya satu persatu siswa akan mengatakan apa
yang menjadi kesulitan.

Tetapi yang menarik ada beberapa siswa yang langsung menunjuk tangan ketika temannya
mengaku kesulitan terhadap pekerjaannya. Walaupun terkadang saya membantu menerjemahkan
kesulitan yang dialami dalam bahsa yang sederhana agar teman-temannya mengerti.

Siswa yang menunjuk tangan itu ternyata ingin membantu karena dia merasa bisa melakukan apa
yang dikatakan oleh temannya sebagai hal yang sulit.
Setelah semuanya berbicara, maka secara otomatis setiap orang dengan tidak sadar mendapat
pasangannya. Satu orang siswa yang menguasai materi dan mau membantu berpasangan dengan
satu atau lebih rekannya yang belum menguasai.

Adegan selanjutnya bisa dibayangkan semua siswa asyik belajar dari pengalaman rekannya
sendiri dan rekannya yang mengajari mendapat manfaat dengan membagi ilmu.

Delapan pertanyaan untuk membantu menilai kinerja


guru di sekolah
dengan 13 komentar

Menilai kinerja guru di sekolah bukan sebuah hal yang sederhana. Perlu sebuah komunikasi yang
baik di dalam sekolah sendiri untuk membuat sebuah standar penilaian yang baik. Standar
penilaian kinerja guru yang baik tidak muncul begitu saja. Perlu diupayakan kesepakatan dari
pihak yang akan menilai (kepala sekolah) dan guru yang akan dinilai. Dengan demikian tercapai
saling pengertian bahwa proses penilaian kinerja guru, sama sekali bukan untuk mencari-cari
kesalahan tetapi semata-mata untuk peningkatan kinerja agar sekolah dapat berjalan lebih baik
lagi dalam prakteknya. Serta bagaimana agar sekolah dapat membantu guru agar lebih baik lagi
dalam melakukan pembelajaran dikelas.

Standar penilaian kinerja guru yang baik tidak muncul begitu saja. Perlu diupayakan
kesepakatan dari pihak yang akan menilai (kepala sekolah) dan guru yang akan dinilai.

Berikut ini delapan pertanyaan yang dapat menuntun guru dan kepala sekolah dalam melakukan
penilaian kinerja. Pertanyaan dibawah ini dapat diajukan kepada guru yang akan dinilai sekaligus
mengarahkan kepala sekolah dalam menilai kinerja.

1. Apakah semboyan dan filosofi mengajar anda

2. Apakah rencana anda tahun ajaran ini

3. Sebutkan pencapaian anda tahun ini

4. Sebutkan kesulitan yang anda hadapi


5. Apakah strategi anda untuk mencapai tujuan-tujuan di tahun ajaran ini?

6. Apakah peran dan sumbangsih anda dalam kegiatan-kegiatan di sekolah?

7. Hal-hal apa saja yang harus di tingkatkan untuk mendukung kinerja anda di sekolah

8. Apa saran anda untuk sekolah ini?

Siswa sebagai subyek pembelajaran. Learning empowers students.

8 cara membentuk siswa yang ‘inquirer’ di kelas. (Refleksi


workshop di Sekolah Sophos Indonesia Serpong)
Bersama kurang lebih 25 guru yang hadir saya berbagi dan membahas bersama mengenai
bagaimana menjadikan siswa punya keinginan kuat untuk menjadi seorang yang inquirer (selalu
bertanya dan ingin tahu).

Beberapa hal yang saya sampaikan dalam workshop ini antara lain

1. Siswa bukanlah ‘busa’ yang mesti menyerap pengetahuan sebanyak-banyaknya.


Menjadikan siswa yang selalu mau bertanya dan ingin tahu sebenarnya tidak susah yang
diperlukan hanya menjadikan siswa sebagai salah satu sumber belajar.
2. Pandang siswa sebagai individu yang ‘unik’, seperti juga kita orang dewasa yang menjadi
guru, siswa senang sekali bisa diketahui keunikannya. Anda tidak perlu tahu detail
pribadi siswa sampai masalah lain yang terlalu sensitive tapi cukup memandang siswa
unik dan berprasangka baik maka setengah dari perjalanan mendisplinkan siswa sudah
selesai.
3. Dengan menanamkan dipikiran guru bahwa setiap siswa adalah unik, maka kelas yang
kita ajar bukan lagi kelas yang terbagi atas kelas dengan pembagian ‘anak pintar’ dan
‘anak yang tidak pintar’.
4. Setiap siswa pada dasarnya senang belajar dan selalu ingin tahu, tugas guru bukan
memberitahukan (menyuapi) tetapi membantu mereka menemukan sendiri keingin
tahuannya.
5. Berikan mereka ketrampilan bertanya dan melakukan riset. Mencari data dimasa
sekarang tidak hanya lewat buku tetapi juga lewat internet.
6. Nilai bukan segalanya, tapi sebagai guru anda memang mesti menilai siswa. Formula
yang terbaik adalah berikan siswa penilaian yang berimbang , autentik sambil tetap
memberikan motivasi dan umpan balik bagi siswa.
7. Siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda. Dalam teori pendidikan hal tersebut
disebut modalitas belajar, jadi tidak semua siswa bisa tahan mendengarkan guru berbicara
secara terus menerus selama 1 jam pelajaran.
8. Belajar bukan aktivitas yang pasif. Guru yang baik memberikan kesempatan siswa untuk
belajar dengan mendengar, melihat dan bergerak.
Guru yang hadir semuanya antusias dan senang mengikuti kegiatan dalam workshop ini. Saat
yang sama saya juga belajar mengembangkan diri menjadi guru yang reflektif dan mau terus
belajar. Kepada Ibu Tristan dan Ibu Egi, dua orang srikandi pendidikan dari Sekolah Sophos
Indonesia, ucapan terima kasih yang besar saya ucapkan semoga sekolah yang anda pimpin bisa
menjadi sekolah yang efektif dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi siswa.

Anda mungkin juga menyukai