Bahan pangan berdasarkan umur simpannya dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu bahan pangan yang mudah rusak (perishable), bahan pangan semi perishable, dan bahan pangan non-perishable. Untuk memperpanjang umur simpan bahan pangan (umumnya bahan pangan perishable dan semi perishable) maka dilakukan pengawetan. Pengawetan bahan pangan dapat dilakukan dengan berbagi cara yang umumnya bekerja atas dasar mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme guna memperpanjang daya simpan suatu bahan pangan. Salah satu metode pengawetan bahan pangan tersebut yaitu dengan pengawetan suhu rendah. Penyimpanan bahan pangan pada suhu rendah dapat memperlambat reaksi metabolisme. Selain itu dapat juga mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab kerusakan atau kebusukan bahan pangan. Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan makanan, antara lain kerusakan fisiologis, kerusakan enzimatis maupun kerusakan mikrobiologis. Pada pengawetan dengan suhu rendah dibedakan antara pendinginan dan pembekuan. Pendinginan dan pembekuan merupakan salah satu cara pengawetan yang tertua. A. PENDINGINAN Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang digunakan masih di atas titik beku bahan yaitu antara -2oC sampai -16oC. suhu dalam lemari es umumnya berkisar antara 4oC sampai 8oC. Pendinginan umumnya merupakan suatu metode pengawetan yang ringan, pengaruhnya kecil sekali terhadap mutu bahan pangan secara keseluruhan. Daya simpan makanan yang didinginkan berkisar antara beberapa hari sampai dengan beberapa minggu tergantung jenis bahan pangannya. Tahap awal untuk proses pendinginan adalah dilakukannya trimming untuk membuang bagian-bagian yang tidak diperlukan (yang rusak dan busuk), kemudian dilakukan pencucian agar bahan pangan bersih. Namun khusus untuk tomat yang akan diawetkan tidak boleh dicuci terlebih dahulu karena buah tomat yang telah dipanen akan tetap melangsungkan respirasi. Proses respirasi yang menyebabkan pembusukan ini terjadi karena perubahan-perubahan kimia dalam buah tomat dari pro-vitamin A menjadi vitamin A, pro-vitamin C-menjadi Vitamin C, dan dari karbohidrat menjadi gula, yang menghasilkan CO2, H2O, dan etilen. Jadi jika tomat yang akan diawetkan terlebih dahulu dicuci maka akan menyebabkan penambahan H2O pada tomat sehingga dapat mempercepat pembusukan. Respirasi ini tidak dapat dihentikan namun bisa dihambat yaitu dengan menyimpannya pada suhu dan kelembaban rendah. Tomat yang akan diawetkan dengan pendinginan juga harus sudah berwarna merah. Jika kita memilih tomat yang masih berwarna hijau dan diawetkan dengan pendinginan maka yang terjadi tomat tersebut akan tetap mentah (berwarna hijau). Hal ini disebabkan karena suhu dingin menghambat pembentukan pigmen warna, rasa, dan pembentukan nutrient. Untuk perlakuan pada telur juga sama halnya seperti pada tomat (hanya dilap saja, tidak dicuci). Hal ini berhubungan dengan cengkang telur yan berpori- pori sangat halus, sehingga pencucian peda telur dapat mempertinggi resiko masuknya bakteri ke dalam telur. Sebelum dilakukan pengemasan, bahan pangan ditimbang untuk mengetahui berat sebelum dilakukan pendinginan. Setelah ditimbang, bahan pangan dimasukkan ke dalam kantong plstik. Kantong plastic yang digunakan dalam praktikum ini adalah kantong plastic HDPE (high density polyethylene). Pengemasan ini baik dilakukan karena cukup efektif menekan pembentukan CO2 dan H2O sehingga menghambat terjadinya pembusukan. Pengemasan dengan plastic HDPE juga mengurangi kehilangna air pada bahan pangan. Plastik sebelum digunakan untuk mengemas bahan pangan yang berupa sayur dan buah harus dilubangi terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk pengaturan RH didalam kantung agar tidak mencapai keadaan jenuh karena dapat mempercepat terjadinya pembusukan oleh bakteri. Meningkatnya RH dalam kantong plastik yang tertutup rapat disebabkan oleh proses pernapasan dan transpirasi yang masih terus berlangsung dalam jaringan sayuran dan buah-buahan dengan salah satu produknya berupa uap air. Jika plastic tidak dilubangi, maka uap air akan menempel pada plastik sehigga menyebabkan pembusukan (RH mencapai titik jenuh). Untuk tahu dikemas menggunakan plastic yang diberi air hingga tahu tenggelam. Sedangkan pada tempe dikemas dengan plastic HDPE yang tidak dilubangi. Tempe di lakban agar tidak ada udara yang masuk dalam kemasan. Pada telur, penyimpanannya tidak didalam plastic tetapi dimasukkan kedalam wadah telur dengan posisi bagian yang lebar berada diatas (dimana kantung udara berada). Perlakuan-perlakuan pengemasan ini bertujuan agar tidak terjadi absorpsi bau antar produk pangan, agar ruang pendinginan dimanfaatkan secara efisien dan agar perlakuan dingin dapat diatur sesuai kebutuhan dingin dari produknya. Setelah dikemas, bahan pangan disimpan pada tempat yang sesuai dalam lemari es karena setiap bahan pangan memiliki suhu penyimpanan optimum masing-masing. Karena itu penentuan suhu penyimpanan sangat penting. Beberapa komoditi bahan pangan seperti sayur dan buah subtropis disimpan pada suhu yang terlampau rendah akan menyebabkan terjadinya kerusakan dingin (chilling injury). Berikut ini merupakan tabel hasil pengamatan dari beberapa jenis bahan pangan yang diawetkan melalui proses pendinginan. Penyimpanan dilakukan selama 2 minggu, tetapi untuk daging, ayam, dan ikan disimpan selama seminggu. Dari tabel hasil pengamatan terlihat bahwa warna, tekstur dan aroma dari sayur dab buah yang diawetkan dengan pendinginan tidak mengalami perubahan fisik. Hal ini dikarenakan pada suhu refrigerasi sebagian dari reaksi-reaksi metabolism akan berlangsung lambat, tetapi adapula raeksi-reaksi yang sama sekali terhenti bila suhu penyimpanan berada dibawah suhu kritis tertentu. Walaupun teksturnya masih kenyal, pada daging terdapat bau busuk serta berwarna agak kehijauan. Hal ini disebabkan karena penyimpanan daging diletakkan pada chiller, yaitu bagian dibawah freezer, memiliki suhu antara 4oC sampai 9oC, pada suhu ini masih ada mikroorganisme yang dapat tumbuh, karena daging tidak beku. Mikroorganisme tersebut adalah jenis psikotrof, meskipun tidak menghasilkan racun atau menimbulkan infeksi, tetapi dapat melakukan pebusukan pada suhu 4oC. Pada ikan, tidak terjadi perubahan yang begitu berarti. Warnanya tetap seperti sebelum diawetkan,putih pucat dan hitam, namun aromanya lebih amis menyengat. Hal ini disebabkan karena