Anda di halaman 1dari 2

Meditasi dan Konsep

Jaman sekarang orang banyak yang tertarik untuk mengetahui, mempelajari dan
menjalankan meditasi. Berbagai macam teknik dan cara dikembangkan semakin
membingungkan aspiran sehingga pengertian meditasi itu semakin hari semakin kabur.

Pada dasarnya kita mengenal dua macam meditasi. Yang pertama adalah meditasi dengan
konsep, dan yg kedua adalah meditasi tanpa konsep.

Meditasi dengan suatu konsentrasi tertentu, dengan dilandasi oleh keyakinan, system,
ataupun harapan-harapan lainnya adalah meditasi berkonsep. Pada dasarnya pikiran
difokuskan pada satu hal dan di'jenuh'kan dalam absorpsi konsentrasi pada point itu. Apa
yang dipikirkan menjadi semakin real dan nyata. Bila anda percaya pada Yesus maka
anda akan melihat Yesus, demikian pula bila anda percaya dengan Buddha, anda akan
melihat Buddha. Disitu tidak lain adalah bentuk proyeksi dari pikiran konseptual kita
belaka.

Akan tetapi justru karena itulah disitu terletak bahayanya. Pikiran2 yang tadinya hanya
sebagai catatan pinggir , karena absorpsi tersebut kini tertampak sebagai realita. Hal itu
bisa menyebabkan delusi-delusi dan waham-waham. Oleh karena itulah, maka tidak
mengherankan bila dikatakan bahwa semakin bermeditasi seseorang menjadi semakin
bengkok dan tersesat.

Inti dari meditasi konseptual adalah bukan untuk meneliti realitas, melainkan hanyalah
sebagai sebuah persiapan untuk melenturkan dan melembutkan batin. Pada tataran
selanjutnya untuk menelaah realitas adalah melalui meditasi tanpa konsep.

Dalam meditasi jenis ini, maka kita menghindari bentukan2 pikiran dan perasaan kita.
Alih-alih kita memikirkan dan mengharapkan sesuatu, kita sekedar menjadi seorang
pengamat pasif. Disini bukan pikiran (thoughts) yang dilatih, melainkan adalah
mempertajam perhatian (mindfulness). Tanpa perhatian maka pengamatan tidak akan
menjadi jelas.
Dari kepasifan itu sampailah kita pada konsentrasi yang berimbang dengan perhatian
(mindful). Oleh karena itulah disitu kita akan melihat secara langsung apa itu realitas dan
apa itu konsep.
Konsep-konsep itu sekedar bak awan-awan yang melintas tanpa adanya suatu ketetapan
dan kontinyuitas. Dalam kondisi itu barulah kita sadari betapa berwaham (delutioned)-
nya kita. Disitulah letak persentuhan kita pertama kali dengan realitas. Sejauh kita hidup
selama ini, apa yang kita sebut realitas tidak lain adalah sebuah gambaran yg kita lihat
dengan kacamata konsep-konsep. Bagaikan seorang nahkoda kapal selam yg
mengemudikan kapal selamnya melalui simbol2, tanda2 dan indikator2 yang
disampaikan oleh para awak kapal lainnya yg memonitor realita berdasar radar, subsonic
instrument, kompas, dsb. Saat melihat realitas langsung itulah kita menjadi seorang
pengemudi mobil. Ia melihat secara langsung apa yang didepannya. Dengan
persentuhannya langsung dengan realitas ia membuat keputusan2 bijaknya, ia tahu secara
pasti kapan saat menginjak gas atau rem. Ia tidak lagi dikelabuhi oleh indikator2.
Meditasi tanpa konsep sering disebut dengan meditasi insight. Dikatakan demikian tidak
lain adalah karena kita memiliki pengelihatan yang jelas baik ke dalam maupun keluar.
Disitulah segala konflik internal kita mendapatkan pemahaman yang utuh karena melihat.
Dari situlah kita akan melihat ketertiban diantara segala sesuatu yang secara konseptual
terlihat tidak tertib.

Salam,
Suchamda

Anda mungkin juga menyukai