Sustainability Marine Tourism
Sustainability Marine Tourism
Oleh:
Puji Eka Purnama dan Widya Ratmaya
Pendahuluan
Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya dan
teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan perencana
pembangunan. Penafsiran yang multi-dimensional dari fenomena ini menjadikan
pariwisata didefinisikan secara luas dan rumit. Konsep-konsep baru ditawarkan dengan
penonjolan perspektif tertentu. Pariwisata sering disamakan sebagai suatu industri karena
fenomena ini terkait dengan proses-proses produksi barang dan jasa dengan
menggunakan teknologi tertentu. Dalam perspektif geografi, pariwisata terkait dengan
fenomena mobilitas penduduk secara spasial yang terjadi karena perbedaan fungsi-fungsi
ruang (dan isinya) bagi kehidupan komunitas masyarakat (Opperman, 1980). Keterkaitan
antara berbagai fenomena kehidupan masyarakat dalam pariwisata menyebabkan
pariwisata ini hanya dapat dipahami dengan baik apabila didasarkan pada pendekatan
inter disiplin dan transdisiplin.
Bisnis pariwisata saat ini menjadi sektor andalan di banyak negara. Naisbitt (1997)
menyatakan, pariwisata merupakan penghasil uang terbesar dan sektor terkuat dalam
perekonomian global. Pariwisata telah mampu mempekerjakan sebanyak 204 juta orang
di seluruh dunia menghasilkan 10,6 persen Produk Nasional Bruto dunia; memberikan
kontribusi pajak sebesar 655 juta dollar, sehingga tidak mengherankan apabila banyak
negara berlomba-lomba menjadikan negaranya sebagai objek yang kaya akan daya tarik
kepariwisataan. Seperti di Indonesia, pariwisata merupakan penghasil devisa terbesar ke
tiga setelah tekstil dan migas. Hal ini menunjukkan bahwa industri jasa bidang pariwisata
memilik potensi yang cukup besar untuk menjadi tulang punggung perekonomian nasional
di masa mendatang (Sutowo, 2002).
Sektor kepariwisataan menunjukkan perkembangan dan kontibusi ekonomi yang
cukup menarik dibandingkan dengan sektor lain di saat Indonesia menghadapi masa
krisis yang berkepanjangan. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan 9,18 hari/orang) di tahun
1998 meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan jumlah hari kunjungan 12,26/orang
pada tahun 2000. Besarnya devisa yang diperoleh sektor pariwisata pada tahun 2000
sebesar 5.75 milyar US$. Hal ini menunjukkan bahwa kepariwisataan sangat potensial
untuk dikembangkan di masa krisis.
Salah satu sumberdaya wisata yang potensial yaitu wilayah pesisir mempunyai
kekayaan dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentuk alam, struktur historis, adat,
budaya dan berbagai sumberdaya lain yang terkait dengan pengembangan
kepariwisataan. Hal ini merupakan karunia dan anugerah Tuhan untuk dapat
dikembangkan bagi kesejahteraan manusia. Karena sebagai mahluk yang termulia di beri
kuasa untuk memanfaatkan alam serta segala isinya dengan penuh tanggung jawab.
Alam dan sekitarnya dengan berbagai keragaman yang tinggi seperti wilayah pesisir
mempunyai nilai atraktif dan turistik wajib dikelola dan dikembangkan bagi kesejahteraan
melalui pariwisata bahari. Keragaman daerah pesisir untuk pariwisata bahari berupa
bentuk alamnya dan juga keterkaitan ekologisnya dapat menarik minat wisatawan baik
untuk bermain, bersantai atau sekedar menikmati pemandangan.
Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial termasuk di dalam kegiatan
“Clean industry” . Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila memenuhi berbagai
komponen yaitu terkaitnya dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk
yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan
keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya (Siti Nurisyah, 1998). Dengan
memperhatikan komponen tersebut maka wisata bahari akan memberikan kontribusi
nyata bagi perekonomian masyarakat.
Daya tarik wisata bahari di kawasan pesisir dan lautan Indonesia, merupakan
anugrah yang tidak semua negara di dunia memiliki kekayaan alam yang indah seperti ini.
Dengan demikian agar pengembangan pariwisata bahari dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi pembangunan, maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan strategi
yang terencana dan sistematis bagi masyarakat lokal. Keterlibatan atau partisipasi
masyarakat lokal sangatlah penting, termasuk dalam kaitannya dengan upaya
keberlanjutan pariwisata itu sendiri yang mencakup perlindungan terhadap lingkungan
maupun manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat. Hal inilah yang menjadi faktor
utama dalam perspektif pengembangan pariwisata daerah.
Pengembangan pariwisata ini sudah tentu mempunyai kaitan dengan berbagai
aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi maupun dari segi sosial budaya.
Apabila dilihat dari segi ekonomi, pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan asli
daerah (PAD), antara lain berupa pajak, retribusi dan sumber devisa bagi negara.
Disamping itu, Industri pariwisata sebagai industri padat karya akan membuka lapangan
kerja bagi penduduk setempat, sekaligus akan membuka peluang bagi home industri bagi
masyarakat setempat dalam bentuk karya seni kerajinan tangan dan souvenir khas
daerah, jasa pemandu, jasa transportasi, restaurant dll. Hal tersebut akan menambah
pendapatan bagi masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Andrew Holden 2001, Enviroment and Tourism. Rontledge Introduction to
Enviroment Series.
Clare A. Gunn, 1994. Tourism Planning. Basics, Concepts, Cases. Third Edition.
Taylor & Francis Publisher.
Dahuri R, Rais J, Sapta P.G., Sitepu M, 2001. Pengelolaan Sumberaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara terpadu (Edisi Revisi).
Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002. Draf Akademik Pengelolaan Pesisir
dan Lautan.
Erari, K.Ph, 1999. Tanah Kita Hidup Kita. Hubungan Manusia dan Tanah di Irian
Jaya Sebagai Persoalan Teologis (Ekotologis Dalam Perspektif Malenesia).
Kreg Lindberg dan Donald E Hawkins, 1995. Ekoturisme : Petunjuk
Untuk Perencanaan dan Pengelolaan. The Ecotourism Society. North Benington,
Vermont.
Siti Nurisyah, 2001. Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di
Wilayah Pesisir Indonesia. Bulettin Taman Dan Lanskap Indonesia. Perencanaan,
Perancangan dan Pengelolaan Volume 3, Nomor 2, 2000. Studio Arsitektur Pertamanan
Fakultas Pertanian IPB Bogor.
Ardika, I Gde, “ kebijakan pembangunan Parawisata Indonesia : Peluang dan
Tantangan: Makalah disampaikan pada kuliah perdana Program Studi Parawisata Pasca
sarjana UGM tanggal 23 September 2003
BPS, Analisis pasar wisatawan Nusantara 1987, jakarta
BPS, Statistik Wisatawan Nusantara, 2001
Cadwick, Robin A, “ The Consept, Defenition, and Measures Used in Travel and
Tourist Research”, dalam Ritchi, J.R. Brent dan Goeldner, Charles, Travel, Tourism, and
Hospitality Research: A Handbook for Managers and Researches, New York, Jhon Wiley
& Sons, 1994
Conyers, Diana. 1991. “ An Introduction To Social Planning In The Third World ”. By
Jhon Wiley & sons Ltd, 1994, Terjemahan Drs. Susetiawan. SU : “ Perencanaan Sosial di
Dunia Ketiga : Suatu Pengantar”. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. (xi, 335
hal.)
Cohen and Uphoff. 1977. Rural Development Participation. New York: Cornel
University.
Dahuri, R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan.
Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2003
Damanik, Janianton, 2003, Masyarakat Desa Menyongsong Parawisata, makalah
disampaikan dalam Pelatihan Peningkatan Kualitas SDM Parawisata Daerah Provinsi DIY
di Yogyakarta, tanggal 17 Juni 2003
Naisbitt, Jhon, Global Paradox, Jakarta, Binarupa Aksara (terj) 1997
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 1990.
Opperman, Martin dan Key-Sung, Chon, 1980, Tourist Area cycle of Evolution :
Implication for Management of Resource, canaadian Geographer, vol .XXIV, No.1.
Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang, (2002), Pola dasar pembangunan
Daerah kabupaten Deli Serdang.
Sastropoetro, Santoso R.A. (1988). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin
Dalam Pembangunan Nasional, Bandung : Alumni.
Stephen, W, Tourism Geography, London, Routledge, 1988
Sutowo, Ponco. 2002, tantangan Industri Parawisata Daerah. Jawa Pos.
Undang-undang Nomor 9 tahun 1990 tantang Kepariwisataan