Anda di halaman 1dari 7

Tugas 2 Pengantar Ilmu Keluarga (IKK 211)

KHAIRRUNNISA

G84080069

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen


Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
2010
Data Nasional Republik Indonesia dalam Aspek Pendidikan

Sistem sekolah Indonesia sangatlah luas dan bervariasi. Dengan lebih dari
50 juta siswa dan 2,6 juta guru di lebih dari 250.000 sekolah, sistem ini
merupakan sistem pendidikan terbesar ketiga di wilayah Asia dan bahkan terbesar
keempat di dunia (berada di belakang China, India dan Amerika Serikat). Dua
menteri bertanggung jawab untuk mengelola sistem pendidikan, dengan 84 persen
sekolah berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan sisa
16 persen berada di bawah Departemen Agama (Depag). Sekolah swasta pun
memainkan peran penting. Walaupun hanya 7 persen sekolah dasar merupakan
sekolah swasta, porsi ini meningkat menjadi 56 persen di tingkat menengah
pertama dan 67 persen di tingkat menengah umum.
Tingkat pendaftaran bersih sekolah dasar berada di bawah 60% di
kabupaten-kabupaten tertinggal dibandingkan dengan di kabupaten maju yang
memiliki pendaftaran universal. Tingkat pendaftaran bersih untuk pendidikan
menengah mengalami peningkatan kuat (saat ini 66% untuk Sekolah Menengah
Pertama dan 45% untuk Sekolah Menengah Umum) tapi tetap rendah
dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayah ini. Indonesia juga tertinggal
dengan para tetangganya dalam Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Tinggi, dengan tingkat pendaftaran kotor sebesar 21% dan 11,5% secara
berurutan.
Pendidikan merupakan hal penting bagi agenda pembangunan Pemerintah
Indonesia. Belanja pendidikan telah meningkat secara signifikan di tahun-tahun
terakhir setelah terjadinya krisis ekonomi. Secara nyata, belanja pendidikan
meningkat dua kali dari tahun 2000 sampai 2006. Di tahun 2007, belanja untuk
pendidikan lebih besar daripada sektor lain, yang mencapai nilai US$14 miliar,
atau lebih dari 16 persen dari total pengeluaran pemerintah. Sebagai bagian dari
PDB (3,4 persen), jumlah ini setara dengan jumlah di negara lain yang sebanding.
Undang-Undang mengenai Pendidikan Nasional (No. 20/2003) dan
Amandemen Konstitusi III menekankan bahwa semua warga Indonesia berhak
mendapatkan pendidikan, bahwa Pemerintah wajib untuk membiayai pendidikan
dasar tanpa biaya, dan bahwa Pemerintah diberi mandat untuk mengalokasikan
20% dari pengeluarannya untuk pendidikan. Undang-Undang mengenai Guru
(No. 14/2005) memperkenalkan perubahan-perubahan penting atas syarat dan
ketentuan pemberian kerja untuk sertifikasi guru, yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Rencana strategis Departemen Pendidikan
untuk 2005-9 memiliki tiga pilar utama, yaitu peningkatan akses terhadap
pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, dan kepemerintahan yang lebih baik
dalam sektor pendidikan.
Di tahun 2005, Pemerintah meluncurkan program yang disebut BOS
(Biaya Operasional Sekolah), sebagai cara untuk menyampaikan dana secara
langsung ke sekolah-sekolah agar anak-anak tetap bersekolah dan memberi
sekolah kebebasan dalam mengelola dana mereka sendiri. Dalam mendukung hal
ini sekaligus upaya desentralisasi secara umum, Pemerintah telah menetapkan
prinsip Pengelolaan Berbasis Sekolah dalam sistem pendidikan nasional serta
menyediakan kerangka untuk Standar Nasional Pendidikan.
Program Bank Dunia dalam meningkatkan taraf pendidikan di Indonesia
antara lain BOS - Knowledge Improvement through Transparency and
Accountability (BOS-KITA), Better Education through Reformed Management
and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU), Early Childhood Education and
Development (ECED), dan Managing Higher Education for Relevance and
Efficiency (IMHERE).
BOS - Knowledge Improvement through Transparency and Accountability
(BOS-KITA). Program BOS (Bantuan Operasional Sekolah) telah menyediakan
hibah untuk setiap siswa ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia sejak tahun
2005. BOS merupakan bagian dari upaya Pemerintah dalam menyediakan
pendidikan berkualitas kepada semua siswa di seluruh tingkatan pendidikan.
Bank Dunia mendukung program BOS melalui program BOS KITA
(Bantuan Operasional Sekolah - Perbaikan Pengetahuan untuk Transparansi dan
Akuntabilitas), program yang bertujuan mempermudah akses ke pendidikan
bermutu untuk semua anak usia 7 hingga 15 dengan memperkuat komite sekolah,
meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan pengaturan fidusia demi
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas program BOS sehingga dana
BOS saat ini dapat digunakan dengan lebih baik.
Kedutaan Besar Kerajaan Belanda menyediakan dukungan tambahan
sebesar $20 juta (sekitar 200 miliar Rupiah) yang bertujuan untuk membantu
Departemen Pendidikan Nasional dalam memaksimalkan efektivitas Program
BOS. Dana ini akan digunakan untuk memperkuat sejumlah kegiatan:
pengawasan, evaluasi dan penanganan keluhan; kampanye informasi dan
pemasaran sosial; sekaligus memperkuat tim BOS yang ada di tingkat sekolah
serta upaya komite sekolah dan orang tua.
Better Education through Reformed Management and Universal Teacher
Upgrading (BERMUTU). Proyek BERMUTU berusaha untuk meningkatkan
kualitas dan kinerja pengajaran. BERMUTU berarti "berkualitas" dalam Bahasa
Indonesia. Proyek ini akan mempersiapkan kerangka kerja untuk memastikan
bahwa guru memiliki peluang untuk meningkatkan pengetahuan mereka atas mata
pelajaran yang mereka ajarkan, dan pada saat yang sama meningkatkan
keterampilan mengajar mereka. Proyek ini pun berusaha meningkatkan sistem
akreditasi untuk program pendidikan guru.
Proyek ini akan berjalan dalam beberapa cara, melalui pendidikan guru
berbasis perguruan tinggi, melalui program pengembangan guru tingkat lokal, dan
melalui penemuan cara untuk meningkatkan sistem insentif dan
pertanggungjawaban guru. BERMUTU akan berjalan secara langsung di
perguruan-perguruan tinggi terpilih yang memiliki program pelatihan guru, yang
menyediakan hibah dengan basis kompetitif untuk mendorong mereka dalam
meningkatkan status akreditasi dan meningkatkan program penjangkauan mereka
untuk melatih guru di wilayah pedesaan dan terpencil, terutama melalui metode
berbasis TI. Proyek ini akan bekerja bersama kelompok guru, kepala sekolah dan
pengawas di 16 provinsi dan 75 kabupaten/kota, dengan menyediakan peluang
bagi para guru di wilayah pedesaan dan terpencil untuk meningkatkan
keterampilan mereka melalui pembelajaran jarak jauh.
Early Childhood Education and Development (ECED. Proyek ECED
bekerja sama dengan Departemen Pendidikan untuk memastikan bahwa semakin
banyak anak-anak dari keluarga miskin yang memiliki akses terhadap pendidikan,
sehingga meningkatkan perkembangan dan persiapan mereka untuk pendidikan
selanjutnya, sekaligus mengembangkan sistem ECED
yang berkualitas secara berkesinambungan.
Proyek ini menargetkan sekitar 738.000 anak-anak usia 0-6 yang tinggal di
sekitar 6.000 masyarakat miskin yang berlokasi di 3.000 desa
di 50 kabupaten miskin di Indonesia. Setelah jelas bahwa pendekatan ini berjalan,
Pemerintah akan mulai memperluas program ke lebih banyak anak-anak miskin di
seluruh negeri.
Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (IMHERE).
IMHERE dimulai dengan Rencana Jangka Panjang Pendidikan Tinggi
Pemerintah, yang mendukung pengelolaan dan administrasi
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dalam Departemen Pendidikan Nasional,
serta membantu pengembangan kerangka kerja hukum untuk pendidikan tinggi.
IMHERE bertujuan untuk membantu menciptakan lingkungan yang
memampukan perguruan tinggi negeri menjadi semakin otonomi dan lebih andal,
sambil meningkatkan kualitas, relevansi, efisiensi dan kesamaan pendidikan bagi
siswa. IMHERE mendanai pengembangan program akreditasi kelembagaan,
BAN-PT, strategi untuk memulihkan Universitas Terbuka serta memperkuat
pengelolaan dan administrasi perguruan tinggi.

Data Buruh Migran

Arus migrasi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri semakin hari semakin
membesar jumlahnya. Hal ini disebabkan karena problem ketenagakerjaan di
dalam negeri yang belum terpecahkan. Krisis yang tidak kunjung selesai hingga
saat ini juga mendorong percepatan terjadinya migrasi.
Diperkirakan jumlah buruh migran Indonesia yang berada di luar negeri
sebesar 4,5 juta orang. Sebagian besar diantara mereka adalah perempuan (sekitar
70 %) dan bekerja di sektor domestik (sebagai PRT) dan manufaktur. Dari sisi
usia, sebagian besar mereka berada pada usia produktif (diatas 18 tahun sampai 35
tahun), namun ditengarai banyak juga mereka yang sebenarnya berada pada usia
anak-anak. Kenyataan ini terjadi karena mereka banyak yang dipalsukan identitas
dokumen perjalanannya. Selebihnya, sekitar 30 % adalah laki-laki, bekerja
sebagai buruh perkebunan, konstruksi, transportasi dan jasa.
Bekerja di luar negeri sebagai buruh migran memang menjanjikan gaji
yang besar, namun resiko yang harus ditanggung juga sangat besar. Kerentanan
buruh migran sudah dialami sejak masa perekrutan di daerah asal. Proses ini
merupakan awal dari mata rantai eksploitasi terhadap buruh migran Indonesia.
Pemerintah selalu melaknat praktek percaloan sebagai biang masalah buruh
migran, namun tak pernah serius memberantas praktek percaloan. Hampir
sebagian besar buruh migran berangkat ke luar negeri melalui perantara perantara
ini. Oleh karena itu, proses perekrutan buruh migran sarat dengan praktek
pemerasan dan penipuan. PJTKI berkontribusi besar terhadap eksistansi calo,
karena merekalah tukang tadah dari hasil perekrutan para calo.
Pada masa bekerja sebagaian besar buruh migran bekerja disektor-sektor
yang penuh resiko (3D: Dark, Dirty, Dangerous) namun minim proteksi. Di timur
Tengah (terutama Arab saudi), buruh migran indonesia yang menjadi korban
perkosaan dan kekerasan majikan mencapai jumlah ribuan. Data resmi yang yang
dikeluarkan pihak KBRI Arab Saudi dan KBRI Kuwait, jumlah buruh migran
yang melarikan diri ke KBRI untuk mencari perlindungan dari tindak kekerasan
dan perkosaan majikan mencapai sekitar 3.627 orang pertahun. Puluhan mayat
buruh migran Indonesia yang meninggal di Arab Saudi masih terlantar belum
dikuburkan dan tidak bisa segera di kirim ke ahli waris Indonesia.
Di Malaysia, buruh migran Indonesia diperlakukan sebagai ''persona non
grata''. Politik anti migran pemerintah Malaysia merepresi buruh migran Indonesia
yang tidak berdokumen di Malaysia. Padahal sebelumnya merekalah yang
menjadi tulang punggung perekonomian Malaysia. Untuk mengusir buruh migran
Indonesia tak berdokumen, pemerintah Malaysia tak hanya menerbitkan Akta
Imigresen 1154 tahun 2002 tetapi juga melancarkan Ops-Nyah yang mengerahkan
tentara dan polisi Malaysia bersenjatakan lengkap. Malaysia pun menggunakan
milisi sipil RELA untuk menangkapi buruh migran Indonesia. Di Malaysia
persoalan perdagangan perempuan juga menjadi masalah besar.
Di negara-negara lain buruh migran mengalami aneka ragam persoalan. Di
Hongkong buruh migrant menerima gaji dibawah standar. Di Taiwan banyak gaji
yang tidak dibayar dan PHK sepihak. Taiwan juga menjadi tujuan perdagangan
perempuan Indonesia khususnya dari Kalimantan untuk tujuan kawin kontrak. Di
Singapura, selain penyelundupan (smuggling in person), kerentanan yang dialami
oleh buruh migran ditunjukkan dengan banyaknya angka kematian. Semester
pertama tahun 2007 ini, sudah 120 buruh migran Indonesia meninggal dunia.
Pulang ke tanah air, bukan berarti penderitaan berakhir. Mendarat di
Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng sudah harus siap-siap masuk sarang
penyamun, Terminal III. Di Terminal khusus buruh migran Indonesia, praktek
pemerasan berlangsung secara sistematik, baik yang bersifat resmi maupun liar.
Monopoli angkutan pemulangan buruh migran Indonesia ditetapkan secara
sepihak oleh Depnakertrans dan BNP2TKI yang secara terang-terangan memark-
up ongkos angkutan pulang berlipat-lipat melebihi tarif normal. Tak ada
kebebasan bagi buruh migran Indonesia memilih angkutan yang disukai.
Dari kesemua hal tersebut kelihatan kompleksitas masalah yang dialami
buruh migran Indonesia baik dalam hal jenis maupun lokus dan penyebabnya.
Namun jika ditarik satu benang merah, akar persoalannya adalah minimya
perlindungan yang diberikan oleh Negara. Oleh karena itu memperkuat institusi
negara agar dapat memberikan perlindungan bagi rakyat merupakan hal yang
pertama dilakukan. Penguatan gerakan buruh migran untuk membangun
bargaining position juga harus dilakukan secara terus-menerus. Selain itu,
persentuhannya dengan bangsa-bangsa lain menjadikan permasalahan buruh
migran tidak bisa dilepaskan dari konteks global.

Daftar Pustaka

Anonim. 2010. Ikhtisar. [terhubung berkala]


http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASI
APACIFICEXT/INDONESIAINBAHASAEXTN/0,,contentMDK:218797
16~pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK:447244,00.html (17
Oktober 2010).
Anonim. 2007. Seputar Migrant Care. [terhubung berkala]
http://www.migrantcare.net/mod.php?
mod=content&op=viewcontent&contid=1 (17 oktober 2010).

Anda mungkin juga menyukai