Gempa bumi
Disusun Oleh :
1. WARDONO ( 02 )
2. ANDIYANTO ( 17 )
3. ASRI PUJIWATI ( 26 )
4. DANI ( 28 )
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….i
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Fenomena Gempa Bumi……………………………………………….1
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita
semua, karena seringkali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi,
baik yang ringan maupun yang sangat dahsyat, menelan banyak korban jiwa dan
harta, meruntuhkan bangunan2 dan fasilitas umum lainnya. Gempa bumi
disebabkan oleh adanya pelepasan energi regangan elastis batuan pada litosfir.
Semakin besar energi yang dilepas semakin kuat gempa yang terjadi. Terdapat dua
teori yang menyatakan proses terjadinya atau asal mula gempa yaitu pergeseran
sesar dan teori kekenyalan elastis. Gerak tiba2 sepanjang sesar merupakan
penyebab yang sering terjadi. Klasifikasi gempa bumi secara umum berdasarkan
sumber kejadian gempa (R.Hoernes, 1878). Setiap bencana alam selalu
mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat, korban jiwa dan harta benda kerap
melanda masyarakat yang berada di sekitar lokasi bencana.
Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, yang
terjadi pada lokasi tertentu, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran pada bumi
terjadi akibat dari adanya proses pergeseran secara tiba-tiba (sudden slip) pada
kerak bumi. Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya sumber gaya (force)
sebagai penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia
(artificial earthquakes). Selain disebabkan oleh sudden slip, getaran pada bumi
juga bisa disebabkan oleh gejala lain yang sifatnya lebih halus atau berupa getaran
kecil-kecil yang sulit dirasakan manusia. Getaran tersebut misalnya yang
disebabkan oleh lalu-lintas, mobil, kereta api, tiupan angin pada pohon dan lain-
lain. Getaran seperti ini dikelompokan sebagai mikroseismisitas (getaran sangat
kecil). Dimana tempat biasa terjadinya gempa bumi alamiah yang cukup besar,
berdasarkan hasil penelitian, para peneliti kebumian menyimpulkan bahwa hampir
95 persen lebih gempa bumi terjadi di daerah batas pertemuan antar lempeng yang
menyusun kerak bumi dan di daerah sesar atau fault.
1
Para peneliti kebumian berkesimpulan bahwa penyebab utama terjadinya
gempa bumi berawal dari adanya gaya pergerakan di dalam interior bumi (gaya
konveksi mantel) yang menekan kerak bumi (outer layer) yang bersifat rapuh,
sehingga ketika kerak bumi tidak lagi kuat dalam merespon gaya gerak dari dalam
bumi tersebut maka akan membuat sesar dan menghasilkan gempa bumi. Akibat
gaya gerak dari dalam bumi ini maka kerak bumi telah terbagi-bagi menjadi
beberapa fragmen yang di sebut lempeng (Plate). Gaya gerak penyebab gempa
bumi ini selanjutnya disebut gaya sumber tektonik (tectonic source).
Selain sumber tektonik yang menjadi faktor penyebab terjadinya gempa bumi,
terdapat beberapa sumber lainnya yang dikategorikan sebagai penyebab terjadinya
gempa bumi, yaitu sumber non-tektonik (non-tectonic source) dan gempa buatan
(artificial earthquake).
2
BAB 2
STUDI MENGENAI GEMPA BUMI
Berdasarkan penyebabnya :
Gempa tektonik, yaitu gempa yang disebabkan oleh pergeseran
lapisan batuan pada daerah patahan.
Gempa vulkanik,yaitu gempa yang diakibatkan oleh
aktivitas vulkanisme.
Gempa guguran (gempa runtuhan), yaitu disebabkan oleh
runtuhnya bagian gua.
Gempa tumbukan, yaitu gempa yang disebabkan oleh meteor
besar yang jatuh ke bumi.
3
gempa berdasarkan kedalaman. Menurut Fowler, 1990, klasifikasi gempa
berdasarkan kedalaman fokus adalah :
1.Gempa dangkal : kedalaman fokus gempa kurang dari 70 km
2.Gempa sedang : kedalamanan fokus gempa kurang dari 300 km
3.Gempa dalam : kedalaman fokus gempa lebih dari 300 km (kadang-kadang
lebih dari 450 km)
Seperti halnya kedalaman, kemampuan untuk menentukan ketebalan juga
sangat diperlukan dalam ilmu kebumian. Dengan mengetahui cara
menghitung ketebalan, ahli kebumian bisa menyelidiki ketebalan lapisan-
lapisan penyusun bumi sehingga kita bisa mengetahui bahwa ketebalan kerak
bumi mencapai 100 km, ketebalan matel adalah sekitar 2900 km, liquid outer
core sekitar 2200 km, dan solid inner core sekitar 1250 km
picture by wikipedia
Analisis geometri akifer (aquifer : lapisan yang dapat menyimpan dan
mengalirkan air dalam jumlah yang ekonomis. Contoh : pasir, kerikil,
batupasir, batugamping rekahan.) juga melibatkan analisis kedalaman dan
ketebalan.
Selain klasifikasi gempa di atas dikenal juga gempa laut, yaitu gempa
yang episentrumnya terdapat di bawah permukan laut. Gempa ini
menyebabkan terjadinya gelombang pasang yang dahsyat, disebut tsunami.
Seismograf adalah alat pencatat gempa, sedang seismogram adalah rekaman
atau hasil catatan seismograf.
4
2.2 Parameter - Parameter Gempa Bumi
a. Gelombang Gempa bumi
Secara sederhana dapat diartikan sebagai merambatnya energi dari
pusat gempa atau hiposentrum (fokus) ke tempat lain di bumi. Gelombang
ini terdiri dari gelombang badan dan gelombang permukaan. Gelombang
badan adalah gelombang gempa yang dapat merambat di lapisan bumi,
sedangkan gelombang permukaan adalah gelombang gempa yang merambat
dipermukaanbumi.
c. Intensitas
Intensitas adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu
gempa selain dengan magnitude. Intensitas dapat didefenisikan sebagai
suatu besarnya kerusakan disuatu tempat akibat gempa bumi yang diukur
berdasarkan kerusakan yang terjadi. Harga intensitas merupakan fungsi dari
magnitude.jarak ke episenter, lama getaran, kedalaman gempa, kondisi
tanah dan keadaan bangunan. Skala Intensitas Modifikasi Mercalli (MMI)
merupakan skala intensitas yang lebih umum dipakai. Dibawah ini akan
diuraikan pembagian intensitas serta efek yang diakibatkan oleh besarnya
5
intensitas tersebut dan nilai intensitas dalam satuan skala richter.
6
2.5 Studi Mekanik Gempa Bumi Dengan menggunakan Global Positioning
System (GPS)
Dengan adanya fakta, maka langkah pemantauan potensi dan usaha
mitigasi bencana jelas penting sekali untuk dilakukan, sehingga diharapkan
efek negatif yang dapat ditinggalkan oleh bencana tersebut dapat direduksi.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pemantauan potensi dan
mitigasi bencana alam gempa bumi yaitu melalui penelitian serta analisis
mekanisme siklus dan tahapan gempa bumi. Siklus gempa bumi (earthquake
cycle) didefinisikan sebagai perulangan gempa. Satu siklus dari gempa bumi
ini biasanya berlangsung dalam kurun waktu puluhan sampai ratusan tahun.
Dalam satu siklus gempa bumi terdapat beberapa mekanisme tahapan
terjadinya gempa bumi, diantaranya yaitu tahapan interseismic, pre-seismic,
co-seismic, dan post-seismic [Mori (2004), Vigny (2004), Ando (2005),
Natawidjaja (2004)]
Bentuk analisis siklus gempa bumi dilakukan dengan cara meneliti
dokumen sejarah kejadian gempa bumi, dan penelitian-penelitian geologi,
geofisika seperti stratigrafi batuan, terumbu karang (coral microattols), paleo-
tsunami, paleo-likuifaksi, dan lain-lain. Sementara itu bentuk analisis tahapan
gempa bumi dilakukan dengan cara melihat dan meneliti fenomena-fenomena
yang menyertai tahapan gempa bumi seperti deformasi, seismisitas, informasi
pengukuran geofisika (reseistivitas elektik, pengamatan muka dan temperatur
air tanah), dan lain-lain. [Mori (2004), Vigny (2004; 2005), Ando (2005),
Natawidjaja (2004)].
Studi Mekanisme Gempa Bumi Aceh 2004 dengan GPS.
Untuk melihat mekanisme dari gempa bumi Aceh 2004 dapat
dilakukan salah satunya dengan memanfaatkan teknologi Global Positioning
System (GPS). Data GPS dapat dengan baik melihat deformasi yang
mengiringi tahapan mekanisme terjadinya Gempa Bumi. Studi mengenai
tahapan mekanisme gempa ini akan sangat berguna dalam melakukan evaluasi
potensi Bencana Alam gempa bumi, untuk memperbaiki upaya mitigasi
dimasadatang.
8
Pengolahan data pre-seismic signal, dilakukan dengan menggunakan data
GPS kontinyu yang terletak di daerah paling dekat dengan episenter gempa,
yaitu GPS di stasiun Sampali Sumatera Utara, dan stasiun Phuket Thailand.
Sinyal yang dicoba dilihat adalah sinyal pre-seismic deformasi, dan
karakteristik ionosfer pada gempa Aceh 2004. Berdasarkan hasil penelitian
pre-seismic signal deformasi dari gempa Aceh- 2004 ternyata tidak ditemukan
adanya bentuk anomali deformasi berupa akselerasi deformasi. Hasil
pengolahan data GPS daily solution di stasiun Sampali selama 15 hari
sebelum terjadinya gempa di Aceh tidak menunjukkan adanya akselerasi
deformasi. Kumpulan nilai koordinat daily solution hanya berubah dalam
fraksi mili saja. Sementara itu hasil pengolahan data GPS daily solution di
stasiun Phuket selama 15 hari sebelum terjadinya gempa di Aceh juga tidak
menunjukkan adanya akselerasi deformasi. Kumpulan nilai koordinat daily
solution di titik Phuket juga hanya berubah dalam fraksi mili saja. Berbeda
halnya kalau kita lihat hasil pengolahan data 15 hari setelah gempa di titik
Analisis Post-Seismic
Post-seismic pada gempa Aceh 2004 dimulai tepat setelah berakhirnya
deformasi elastis pada tahapan co-seismic. Nilai deformasi bertambah sebesar
4 sentimeter dalam kurun waktu 15 hari di stasiun PHKT (Phuket Thailand).
Rekaman sinyal post-seismic menunjukan pola eksponensial sesuai dengan
hukum omori mengenai tahapan ini. Nilai deformasi di stasiun PHKT (Phuket
Thailand) setelah 50 hari dari waktu kejadian gempa mencapai 34 cm, dan
nilai ini cukup signifikan, mencapai 1.25 kali nilai deformasi yang diberikan
tahapan co-seismic. Sementara itu stasiun GPS yang dipasang kontinyu di
Universitas Syah Kuala Banda Aceh menunjukkan nilai deformasi post-
seismic sebesar 15 sentimeter setelah 90 hari pengamatan. Deformasi post-
seismic ini dapat terjadi bertahun-tahun lamanya.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa studi mengenai tahapan mekanisme
gempa ini akan sangat berguna dalam melakukan evaluasi potensi Bencana
Alam gempa bumi, untuk memperbaiki upaya mitigasi di masa datang.
Setelah melihat mekanisme fase gempa bumi di Aceh 26 Desember 2004
ditambah dengan informasi penelitian siklus gempa bumi, dan penelitian
lainnya, maka kita dapat melakukan evaluasi potensi gempa bumi di masa
yang akan datang di sekitar zona subduksi Sumatera pasca terjadinya gempa
besar tersebut.
10
2.6 Prediksi Gempa Bumi
Prediksi dengan peralatan dan metode ilmiah
* Pengetahuan tentang zona seismic dan daerah beresiko yang dipelajari
lewat studi dampak historis dan lempeng tektonik
* Memonitor aktifitas seismikdengan menggunakan seismogram dan
instrument lain
* Menggunakan observasi ilmiah
* Memonitor tingkat seismic global.
3.1 Kesimpulan
Gempa Bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi,
tidak dapat dicegah dan ditentukan dimana lokasinya. Untuk melihat
mekanisme dari gempa bumi dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi
Global Positioning System ( GPS ). Data GPS dapat dengan baik melihat
deformasi yang mengiringi tahapan mekanisme terjadinya gempa bumi.
Studi mengenai tahapan mekanisme gempa bumi ini akan sangat
berguna dalam melakukan evaluasi potensi bencana alam gempa bumi, untuk
memperbaiki upaya mitigasi dimasa depan.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://http://www.pirba.ristek.go.id/det.php?id=4
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1030986000&34
http://http://72.14.235.104/search?q=cache:B5UgCE2vrygJ:jurnalsipil
ukm.tripod.com/v2n2_2theo_ari.pdf+ketebalan+inner+core&hl=id&ct=clnk&cd=
1&gl=id
www.appliedgeology.itb.ac.id/static/lab/hg/modul1.pdf
14