Anda di halaman 1dari 61

Pertemuan II

Sejarah
Penggunaan Fungisida
Sejarah Penggunaan Fungisida

 Penderitaan manusia akibat penyakit Tanaman

 Penyakit karat pada gandum telah diketahui sejak jaman


Romawi

 dulu dianggap akibat kemarahan para dewa


 pencegahan melalui upacara-upacara persem-bahan kepada
dewa Robigus dan Robigo
 saat itu dewa tidak sepenuhnya dipercaya
 pengendalian secara kimiawi juga dilakukan, dengan
belerang, yang saat itu masih misterius
Dampak kejadian lain dari penyakit tanaman :

۞ 943 penyakit cendawan di Eropa, yang disebut penyakit “St Anthony’s


fire” pada manusia
 dengan gejala “meratap dan kejang”
 kini diketahui akibat megkonsumsi biji rye yang terkontaminasi
alkaloid yang terdapat dalam Claviseps purpurea

۞ 1750, di Eropa penyakit-penyakit pada cerealia secara ekonomi sangat


merugikan
 Akademi Seni dan Sain Perancis adakan sayembara untuk tulisan
terbaik mengenai penyebab dan pengendalian penyakit smut
(bunt) pada gandum
 solusi belum dite-mukan hingga 10 tahun kemudian
 10 tahun kemudian lebih dari setengah tanaman gandum di
Perancis gagal oleh Ustilago nuda

 Seorang peneliti bernama Tillet

Menjelaskan penyebab penyakit bunt, diberi nama Tilletia


tritici

percobaan efikasi berbagai macam perlakuan terhadap T. tritici


tanaman diaplikasi dengan bahan campuran kapur atau urin
relativ terbebas dari penyakit bunt

Tillet perlakuan benih terhadapT. tritici perintis pertama


praktik perlakuan fungisi-da pada benih
 Faktor penyakit tanaman dalam keberlangsungan beberapa
industri

Industri anggur
 penyakit tepung, Uncinula necator, mula-mula di Belanda dalam 1845,

 diikuti oleh penyakit embun bulu, Plasmopara viticola akhir 1850-an

 Dalam periode ini juga tercatat sebagai awal penggunaan fungisida


modern

 sulfur untuk pengendalian U. necator di Belanda

 belum didapat produk sulfur yang dapat diaplikasikan secara mudah


dalam area luas
Faktor penyakit tanaman dalam keberlangsungan beberapa
industri (lanjutan)

 1855, Bequerel memproduksi bentuk sulfur lembut (halus) dapat


diaplikasikan secara merata pada permukaan tanaman (bagaimana
proses pembuatannya ?)

 1885, campuran Bordeaux oleh Millardet (tembaga sulfat dan kapur)


untuk pengendalian P. viticola

 efektif terhadap penyakit hawar pada kentang


 Banyak versi campuran ini,
 tetapi campuran yang esensial sampai saat ini masih digunakan
untuk mengendalikan penyakit cendawan pada berbagai macam
tanaman
 Pengembangan FS thd penyakit pada anggur di Perancis, merangsang
penelitian FS internasional

 1886, percobaan di USA untuk evaluasi semua jenis FS unggulan di Perancis


terhadap :
 penyakit busuk hitam (Guignardia bidwellii) pada anggur
 kudis,Venturia inaequalis pada apel
 tepung, Sphaerotheca fuliginea pada anggur
 dan sejumlah patogen pada sayuran

 Kolaborasi USDA dan para pakar Perancis


 menguji hubungan dosis, biaya serta waktu optimum penyemprotan dan
fitotoksisitas

 produksi gandum sangat dibatasi penyakit karat, hingga datangnya fungisida


sistemik dalam pertengahan tahun 1960-an
 Tanaman lainnya juga mengalami gangguan penyakit
karat

۞ 1869, pada kopi di Sri Lanka, dalam 10 tahun produktivitas


turun lebih dari 50 %

۞ Banyak perkebunan kopi diganti dengan teh

۞ Perkebunan kopi di Sri Lanka dan India saat ini sepenuhnya


tergantung pada fungisida

۞ Senyawa organik kompleks untuk perlakuan benih pada


gandum dalam pengendalian penyakit karat
۞ Senyawa arsenik dan intermediat dyestuff dalam industri
farmasi, memicu fitopatologis German dalam penelitian yang
sama

 Hasilkan FS sintetik fenol yang mengandung unsur merkuri, tembaga dan


timah

 Ditemukan oleh Bayer senyawa bermerkuri dan fenol berklor,


mendorong pengembangan perlakuan benih dengan merkuri organik

 Produk yang pertama adalah :


Uspulum,
diintroduksi dalam 1915 oleh Bayer,
diikuti oleh Ceresan dari ICI (1929)
diikuti Agrosan G, juga dari ICI (1933)
 Produk-produk merkuri, tembaga dan timah

 Populer dan menyebar luas

 Bayer, ICI berkembang menjadi perusahaan-perusahaan utama


dalam industri agrokimia dari akhir 1850-an

 produk-produk berbasis merkuri dilarang dalam 1970-1980-an


karena mencemari tanah
 Selama Perang di Eropa kegiatan pertanian dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan sendiri

 Setelah krisis mereda, pertanian diperhatikan kembali,


merupakan awal bangkitnya teknologi FS pertanian

 Awalnya sebagian besar produk yang diintroduksi benar-benar


untuk merespon kebutuhan petani

 Ketika itu, Bisnis FS diperoleh dari pengendalian penyakit


tanaman yang sebelumnya tidak dikendalikan dan kompetisi antar
perusahaan relatif ringan
 FUNGISIDA NON-SISTEMIK

 tidak dapat mengendalikan patogen-patogen yang sudah mapan di dalam


jaringan tanaman

 aplikasi harus sebelum kolonisasi patogen

 Patogen berkembang pada jaringan baru yang terbebas dari deposit


fungisida

 Aplikasi harus berkali-kali

۞Namun FS-NS cara kerjanya non-spesifik


۞masih handal dalam pengendalian patogen minor
۞untuk mengatasi resistansi patogen terhadap FS-
sistemik
Berkembangnya FS sistemik
Sebelum dikembangkannya FS-S akhir 1960-an,
semua senyawa FS bersifat protektan non-sistemik

Fungisida sistemik (FS-S) telah merebut pasar FS


non-sistemik (FS-NS)

FS-S, pada daun dapat mengendalikan penyakit


dengan membunuh miselium cendawan tepung
atau lebih umum melalui pencegahan germinasi
spora
Jumlah produk

Tahun

Gambar 2.1. Perkembangan fungisida non-sistemik (▲) dan sistemik (●)


 Sifat-sifat FS-S

 Tingkat dan durasi pengendaliannya lebih baik

 Lebih fleksibel dalam penggunaannya

 Namun gagal memberikan hasil pengendalian penyakit secara


sempurna

 Karena itu, penelitian terus berlangsung untuk

mendapatkan produk yang lebih efektif


mendapatkan teknologi pengendalian yang lebih baik
 Persyaratan penting yang diperlukan

 Aman terhadap
pekerja pabrik
pengguna
konsumer tanaman yang diaplikasi

harus dijamin tidak mencemari lingkungan


Selain itu, fungisida harus memiliki sifat-sifat seperti dalam
Tabel 1.3.
Tabel 1.3. Tipe fungisida yang ideal
Sifat Tipe produk yang baik

 Keananan Aman bagi pengguna


Diterima lingkungan
Aman terhadap konsemer produk yang diaplikasi

Memiliki spektrum pengendalian yang luas


 Keragaan Memiliki periode pengendalian yang cukup lama
Meningkatkan kepercayaan
Memiliki aktivitas anti resistan
Memperbaiki keamanan tanaman

Kompatibel dengan produk lainnya


 Penggunaan Mudah dibuat formulasi
Aman diaplikasikan

Biaya tiap perlakuan murah karena hal sebagai berikut :


 Biaya  Harga fungisida lebih murah
 Tingkat (dosis) penggunaan yang rendah
 Sedikit perlakuan tiap musimBiaya aplikasi lebih
 murah
II. PERDAGANGAN FUNGISIDA
Perdagangan Fungisida
 Pasar Global

Sisa Asia; 9%
Sisa Dunia; 2%
Jepang; 28%

Eropa; 40%

Amerika Utara dan


Selatan; 21%

Pasar fungisida [total penjualan = $ 6.0 miliar (+ Rp. 55.2 triliun)]


 Target Penemuan Fungisida

 didasarkan pada nilai ekonominya bukan oleh sifat biologinya


semata
 FS ditargetkan untuk penyakit-penyakit
 penting secara ekonomi
 komoditas tanaman komersial yang ditanam
dalam skala luas

 Pentingnya patogen sebagai target tergantung pada :


 Frekuensi penyakit
 Beratnya penyakit
 Nilai kerugian secara ekonomis
 Resiko komersial
rencana pengembangan tiap produk FS harus memperhitungkan bahwa FS itu
dapat mencapai level penjualan yang dapat mengembalikan modal investasi
Biaya penemuan fungisida

۞ Rataan biaya industri pengembangan satu pestisida sintetik


sekitar $ 200 juta,

۞ Perlu waktu sekitar 8 tahun sebelum produk lengkap (siap


dipasarkan)

۞ Satu produk perdagangan dihasilkan dari sekitar 40 000


senyawa yang diseleksi (disekrining)
Biaya lain-lain

Duapertiga dari total biaya untuk

 biaya percobaan efikasi

 pengujian toksikologi dan

 keamanan terhadap lingkungan setara dengan

$ 80 juta dalam 1976

 Untuk memenuhi keperluan-keperluan regulasi ?


 Skrining Fungisida

 Merupakan suatu seri tahapan pengujian kandidat FS

 Cara kerja (mode of action)

 Tingkat dosis (konsentrasi) aplikasi yang efektif

 Spektrum penggunaan terhadap patogen sasaran

 Fitotoksisitas

 redistribusi dalam tanaman

 Keamanan terhadap organisme bukan sasaran

 Dampak negatif lainnya (lingkungan, konsumen, pengguna)


Formulasi

 Macam-macam

 Simak kembali topik insektisida

 Sebutkan sebanyak mungkin macam formulasi fungisida


yang anda ketahui dan pelajari karakternya

 Apa kelebihan dan kekurangan masing-masing formulasi


PERFORMA FUNGISIDA
Klasifikasi Fungisida
Menurut
 cara kerja (mode of action) biokimianya
 spektrum pengendaliannya terhadap penyakit
 protektan, kuratif atau eradikan,
 Mobilitasnya dalam tanaman
 Fungisida non-sistemik
 Fungisida sistemik
Aktivitas-ktivitas kuratif dan eradikan merupakan
karakter hampir semua fungisida sistemik
Protektan sistemik merupakan suatu fenomena yang
tidak umum
Klasifikasi Fungisida
Menurut Cara Kerja (Mode Of Action)
Biokimianya
Gangguan Umum Pada Fungsi Sel

 Fungisida non-sistemik
 berperan dalam pembentukan lapisan protektan sebagai
barier terhadap infeksi,
 mempunyai spektrum yang sangat luas,
 bila masuk ke dalam jaringan tanaman memungkinkan
tarjadinya fitotoksik
 FS anorganik :
Belerang,
Tembaga, Merkuri, Timah
 FS organik sintetis :
ditiokarbamat, ftalimid, sulfamid, triazin, klorofenil,
quinon, nitroparafin
Gangguan Fungsi Membran Sel

 Inhibitor Biosintesis Sterol

Inhibitor demetilasi-C14

 Inhibitor Biosintesis Gliserofosfolipid


Gangguan Fungsi Membran Sel
Inhibitor Biosintesis Sterol

 sangat efektif sebagai agens pengendali penyakit tanaman


 bersifat sistemik, sebagai
 protektan, curativ dan eradikan
 Sterol adalah pemeliharaan integritas membran sel cendawan
 reduksi dalam ketersediaan ergosterol (sterol)
mengakibatkan kekacauan dalam membran dan kebocoran
elektrolit
 sintetis ergosterol merupakan sifat sebagian besar cendawan
(Ascomycetes, Deuteromycetes dan Basidiomycetes)
 Tidak terdapat pada Phycomycetes (Oomycetes)
Gangguan Fungsi Membran Sel (lanjutan)

۞ Oomycetes mencukupi kebutuhan sterolnya langsung dari


inangnya
۞ Perbedaan ini menyebabkan
 Inhibitor biosintesis sterol
tidak dapat digunakan untuk pengendalian cendawan
Phycomycetes (Oomycetes) :
P. viticola,
Pythium spp. dan
P. infestans.
tidak dapat digunakan untuk menghambat perkecambahan spora,
karena sterol sudah terdapat sebagai produk simpanan dalam
spora dan
perkecambahan dapat berjalan tanpa proses biosintesis sterol
Gangguan Fungsi Membran Sel (lanjutan)

Inhibitor demetilasi-C14

 Kekuatan komersial inhibitor-inhibitor dimetilasi C14 (DMI)


timbul dari spektrum aktivitas dan penggunaannya yang
sangat luas, dengan penggunaan terhadap berbagai jenis
patogen termasuk anggauta Phycomycetes

 Fungisida DMI
 1,2,4-triazol
 Imidazol
 Pirimidinilbenzhidrol
Kisaran spektrum penggunaan utama
fungisida DMI

25
Penggunaan (senyawa/target

20

15

10

0
Gangguan Fungsi Membran Sel (lanjutan)

Fungisida DMI (lanjutan)


Siprokonazol, untuk cendawan tepung
Imazalil, digunakan untuk
cereal, buah-buahan, sayuran dan tanaman hias terhadap Fusarium,
Helminthosporium dan Septoria
Juga untuk perlakuan pascapanen pada jeruk dan pisang

Prokloraz, untuk
Pseudocercosporella herpotrichoides,
Septoris spp., Fusarium, Alternaria, Botrytis, Cercospora,
Erysiphe, Colletotrichum dan Pirycularia
Juga untuk perlakuan pascapanen pada buah
Gangguan Fungsi Membran Sel (lanjutan)

Penghambatan Biosintesis Gliserofosfolipid


۞ Gliserofosfolipid
 senyawa esensial pada fungsi membran sel,
 menyediakan suatu barier permeabilitas terhadap
 pergerakan ion-ion,
 molekul-molekul makro dan
 suatu matrik cair
 untuk aktivitas protein-protein yang berasosiasi dengan membran,
 Senyawa-senyawa tersebut terdapat dalam semua organisme eukayota,
 tetapi sedikit fungisida tanaman komersial yang spesifik menghambat
biosintesis senyawa-senyawa tersebut
Gangguan Fungsi Membran Sel (lanjutan)

 Fungisida-fungisida Inhibitor Biosintesis


Gliserofosfolipid :
 Iprobenfos
 Edifenfos
 Isoprotiolan
 Validamisin A :
Produk sekunder hasil fermentasi Streptomyces
hygroscopicus var limoneus
Gangguan Proses-proses Nukleus

 Inhibitor metabolisme asam nukleik

Inhibitor sintesis DNA

Inhibitor sintesis RNA

 Inhibitor biosintesis tubulin


Gangguan Proses-proses Nukleus
Inhibitor metabolisme asam nukleik
 Sintesis asam nukleik melibatkan banyak reaksi biokimia,
 sintesis prekursor purin dan pirimidin sampai pada reaksi-
reaksi polimerisasi ribonukleotida dan
 deoksiribonukleotida 5`-trifosfat ke dalam RNA dan DNA.
 Fungisida dengan cara kerja ini, sedikit yang komersial,
 Benzimidazol
 Fenilamid
 Hidroksipirimidin
 fenoksiquinolin
Gangguan Proses-proses Nukleus (lanjutan)

Inhibitor Sintesis DNA

 Fungisida dengan cara kerja ini :


 Himeksazol
digunakan sebagai agens perlakuan benih, atau tanah

 untuk Pythium spp., Fusarium spp., Corticium


sasakii dan Aphanomyces spp.

 pada bit gula, padi, sayuran dan tanaman hias


Gangguan Proses-proses Nukleus (lanjutan)

Tubulin

 Membentuk bagian esensial sitoskeleton


 Aktif dalam pembentukan spindel dan segregasi kromosom dalam
pembelahan sel

 Benzimidazol mengganggu mitosis selama pembelahan sel pada


metafase

 Spindel mitotik mengalami distorsi dan inti keturunannya gagal


memisah, menghasilkan kematian sel

 karena afinitas yang tinggi bezimmidazol terhadap protein-protein


tubulin pada cendawan yang sensitif
Gangguan Proses-proses Nukleus (lanjutan)

Inhibitor sintesis RNA

 Fungisida dengan cara kerja ini :


 Senyawa-senyawa Fenilamid meliputi
asilalanin,
butirolakton dan
satu anggauta oksazolidinon
mempunyai aktivitas spesifik terhadap Oomycetes
Basis spesifitasnya sampai saat ini belum diketahui
Gangguan Proses-proses Nukleus (lanjutan)

Inhibitor biosintesis tubulin

 Fungisida dengan cara kerja ini :


 Bezimidazoles
 Popularitas benzimidazol dalam perdagangan didasarkan pada
performanya dalam praktik

 untuk pengendalian berbagai macam cendawan ascomyset, deuteromycet


dan basidiomycet

 Namun tidak mempunyai aktivitas terhadap oomycet

 Perkembangan fungisida sistemik dalam 1960-an termasuk bezimidazol,


terdiri dari
 benomil, karbendazim, metil tiofanat, fuberidazol dan tiabendazol
Pengaruh Pada Fungsi Dinding Sel

Inhibitor biosintesis kitin

Inhibitor biositesis melanin


Pengaruh Pada Fungsi Dinding Sel

Inhibitor biosintesis kitin


۞Kitin
 komponen dinding sel beberapa cendawan
 equivalen dengan selulosa dalam tumbuhan
 terdapat dalam cendawan Ascomycetes dan Basidiomycetes
 tetapi tidak terdapat dalam Phycomycetes yang selulosa
sebagai unsur utama dinding selnya
tidak aktif terhadap Plasmopara, Phytophthora atau
Pythium
Pengahambatan biosintesis kitin (lanjutan)

Fungisida dengan cara kerja ini :


Polioksin
Sangat mirip dengan produk sekunder
Sterptomyces cacaoi var. asoensis

Untuk pengendalian
R. solani (hawar seludang pada padi)
C. miyabeanus (bercak daun pada padi)
Alternaria kikuchianna (bercak hitam pada pir)
Pengaruh Pada Fungsi Dinding Sel (lanjutan)
Penghambatan biositesis melanin

۞ Sintesis melanin penting dalam patogenisitas cendawan

۞ Melanizasi dinding-dinding apresorium esensial dalam

 perkembangan infeksi hifa dan penetrasi pada epidermis inang

 Mutan P. grisea yang tidak mengandung melanin tidak patogenik.

۞ Penemuan trisiklazole mengawali pengembangan senyawa-senyawa lain seperti,


piroquilon dan klobentiazone)

۞ Efektif terhadap

 Ascomycetes dan Deutermycites berpigmen


 Penghambatan senyawa-senyawa tersebut terhadap sintesis melanin memberikan
pengendalian yang sangat baik terhadap P. grisea pada padi
Inhibitor Sintesis Protein
Penghambatan Sintesis Protein

 Blastisidin S, diisolasi dari produk fermentasi biakan


Streptomyces griseochromagens,
 selektif terhadap P. grisea dengan aktivitas sistemik
moderat

 Blastisidin S berinteraksi dengan subunit ribosomal


 menghalangi tempat ikatan untuk molekul-molekul
aminoasil-tRNA yang baru masuk,
 mencegah pemanjangan rantaian protein.
Penghambatan Respirasi

 Gangguan pada fosforilasi oksidatif

Penghambatan kompleks II
Penghambatan Respirasi

Gangguan pada fosforilasi oksidatif

Senyawa-senyawa yang melepaskan fosforilasi oksidatif


memungkinkan transport elektron diteruskan dengan
pengambilan oksigen secara maksimum tetapi tanpa produksi
ATP

Sejumlah produk yang mengeksploitir cara kerja ini telah


tersedia

Secara khas, senyawa-senyawa ini memiliki spektrum


aktivitas yang luas yang menjangkau bidang-bidang utama
dari penggunaan pestisida
Penghambatan Respirasi

Fungisida yang bekerja pada fosforilasi oksidatif

۞ Dinokap, untuk cendawan tepung

۞ Binapikril, protektan lebih efektif dari dinokap

۞ Draksolon,
 untuk perlakuan tanah terhadap Pythium, Fusarium
 Perlakuan tajuk terhadap cendawan tepung

۞ Fentin, untuk tanaman kentang, bit gula, kopi, padi, dan sayuran, terhadap
 P. infestans, Alternaria spp. Helminthosporium spp., C. beticola,
Ramularis spp., G. cingulata dan P. grisea
Penghambatan Respirasi

Penghambatan kompleks II

Suksinat dehidrogenase
 muncul dalam rantaian respirasi
 sebagai bagian dari kompleks suksinat dehdrogenase, atau kompleks II.

Kompleks ini mengandung protein besi-sulfur yang berperan dalam


transfer elektron dari flavin adenin dinukleotida tereduksi (FAD) ke
coenzim Q

Inhibitor-inhibitor suksinat dehidrogenase merupakan fungisida spesifik


terhadap basidiomycetes, termasuk manjur terhadap Rhizoctonia, tingkat
seksual dari Corticium
Penghambatan Respirasi
۞Fungisida yang ganggu compleks II
 Karboksamid,
untuk perlakuan benih pada
cereal, jagung, kapas, oilseed rape dan legum,
terhadap
Helminthosporium spp.
Rhizoctonia spp
Ustilago spp.
Sphaerotheca reilana
Tilletia caries
Gangguan Nonspesifik Pada Integritas Membran
Sel
Gangguan Nonspesifik Pada Integritas Membran Sel

Guadinin

berpengaruh non-spesifik pada membran melalui suatu daya kerja


detergen bagian lipofilik dari molekulnya

berinteraksi dengan lipid moieti membran,

bagian polar bereaksi dengan kelompok fosfolipid dalam fase encer


mengakibatkan
perubahan-perubahan permeabilitas,
gangguan pengambilan nutrisi,
perubahan komposisi membran dan
pengham-batan respirasi
Penghambatan Biosintesis Poliamin

 Pada cendawan, biosintesis poliamin terbatas oleh enzim ornitin


dekarboksilase,

 hambatannya dianggap menjadi suatu sasaran potensial untuk fungisida


selektif baru

 Agens-agens berhubungan dengan farmasi yang ada diketahui memiliki


aktivitas fungisidal yang baik

 perhatian langsung ditujukan pada penggunaan senyawa-senyawa analog


dengan poliamin seperti

 putrescin, spermidin dan spermin dalam gangguannya terhadap


pertumbuhan dan perkembangan cendawan.
Penghambatan pada Pensinyalan Ca+
 Ca+ memiliki peran esensial dalam pengaturan fungsi dalam semua
organisme eukaryota
 Dalam cendawan, pensinyalan Ca+ menjembatani beberapa aktivitas seperti
 pemanjangan ujung hifa,
 pencabangan,
 pergerakan sitoplasmik dan sporulasi

 Punya peran dalam homoeostasis pH cendawan, sebagai contoh,


 mengendalikan aktivitas enzim dan transport membran,

 merupakan sasaran potensial fungisida baru dan penting secara komersial

 Namun, belum ada senyawa berbasis penghambatan pensinyalan Ca+ yang


telah diberitakan
Cara Kerja Yang Tidak Teridentifikasi

Anilinopirimidin

 Mepanipirim, pirimetanil dan siprodanil, juga diketahui sebagai


pirimidinamin merupakan fungisida berspektrum luas dan memiliki
penggunaan potensial pada berbagai varietas tanaman

 Mepanipirim dan pirimetanil aktif terhadap B. cinerea pada tanaman


anggur dan buah-buahan lainnya serta terhadap V. Inaequalis pada apel

 Siprodanil memiliki aktivitas tambahan terhadap P. herpotrichoides, E.


graminis, P. teres, R. solani, Helminthosporium graminearum dan S.
nodorum, pada cereal
Sekian untuk hari ini

Pertemuan berikutnya
(Pertemuan III)
Bakterisida dan nematisida

Anda mungkin juga menyukai