2. Konservasi Energi
Konservasi energi merupakan langkah kebijaksanaan yang pelaksanaannya
paling mudah dan biayanya paling murah diantara langkah-langkah diatas, serta
sekarang juga dapat dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan energi
ini dimaksudkan untuk memanfaatkan sebaik-baiknya sumber energi yang ada, juga
dalam rangka mengurangi ketergantugan akan minyak bumi, dengan pengertian
bahwa konservasi energi tidak boleh menjadi penghambat kerja operasional maupun
pembangunan yang telah direncanakan. (Badan Koordinasi Energi Nasional, 1983).
b. Tingkat Pabrik
o Biaya produksi menurun.
o Posisi bersaing yang lebih baik.
o Meningkatkan kemampuan, tantangan perubahan kerja.
o Peningkatan produksi.
o Mengurangi dampak negative terhadap lingkungan.
3. Definisi Energi
Energi adalah suatu besaran yang secara konseptual dihubungkan dengan
transformasi, proses atau perubahan yang terjadi. Besaran ini seringkali dikaitkan
dengan perpindahan sebuah gaya atau perubahan temperatur, sehingga
memungkinkan penentuan satuan joule (perpindahan gaya 1 Newton sejauh 1 meter),
maupun kalor jenis (energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur sebesar 1
derajat per satuan massa material). Dalam keperluan praktis, energi sering kali
dikaitkan dengan jumlah bahan bakar atau konsumsi jumlah listrik.
mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiapbagian operasi selama selang
waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan dapat dilakukan.
(Abdurarachim, 2002)
E.a.b
BCR=
C
keterangan :
E = biaya energi tahunan, satuan uang
a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E
b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat,% dari harga a
c = biaya realisasi, satuan uang
3.3.2. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energy
Audit = PEA)
Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur produktifitas dan
efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan kemungkinan penghematan
energi. Kegiatan audit energi awal meliputi:
1) Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia
2) Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energy beserta alat-alat
ukur yang berhubungan dengan monitoring energi seperti:
a. Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang.
b. Meneliti adanya kebocoran
c. Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja.
d. Mengamati gas pembuangan pembakaran.
e. Dan lain-lain
3) Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan dalam
industri/pabrik atau gedung tersebut.
4) Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan manajemen energi dan
kriteria pengambilan keputusan dalam investasi penghematan energy.
Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber kebocoran /
kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak sempurna, kebocoran fluida atau
alat ukur pengendali yang tidak bekerja, rekomendasi perbaikan ringan yang harus
dilakukan.
3.3.3. Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energy Audit or Full
Audit)
Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan dengan
menggunakan alat-alat ukur yang sengaja dipasang pada peralatan untuk mengetahui
besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini diikuti dengan analisis rinci penggunaan energi
beberapa sistem. Tujuan dari audit energi ini adalah untuk mengevaluasi kemungkinan
penghematan energi.
Audit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun sebenarnya audit
energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan yang tercangkup dalam PEA
dilakukan pada awal kegiatan audit. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran
tekanan, temperatur, laju aliran fluida atau bahan bakar dan konsumsi energi listrik.
Data-data pengukuran tersebut kemudian digunakan untuk menghitung besarnya
konsumsi energi. Hal ini dilakukan dengan menerapkan balans energi pada komponen
atau sistem.
Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem atau komponen
yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti perhitungan agar diperoleh
penghematan energi dan penghematan biaya energi beserta cara-cara
implementasinya.
4. Definisi Manajemen
Adalah Pengelolaan terhadap sumber daya manusia dan sumber daya lainnya,
dengan tujuan agar secara bersama-sama dapat digunakan untuk menghadapi
perubahan-perubahan. Definisi yang lain yaitu sebuah teknik dan fungsi manajemen
untuk memonitor, merekam, menganalisis dan mengontrol aliran energy yang bekerja
dalam sebuah sistem untuk mencapai efisiensi penggunaan yang maksimal.
serta aman bagi manusia dan lingkungan. Manajemen energi mencakup beberapa
bidang, yaitu : teknik (engineering), ilmu pengetahuan (science), matematika,
ekonomi, akutansi, dan teknologi informasi. Manajemen energy merupakan kombinasi
dari technical skill dan manajemen bisnis yang berfokus pada business engineering.
Sistem manakemen energi diatur oleh sebuah system organisasi menjalankan system
ini. Organisasi ini terdiri dari presiden, coordinator, pekerja, dan sebagainya.
Manajemen energi mencakup audit plan, educational plan, policy, reporting system,
strategic plan, economic analisis dan sebagainya.
Untuk menentukan kualitas dari suatu system manajemen energi, matrik ini
mengelompokkan kedalam lima level. Level 0 adalah level terendah dengan tidak ada
kebijakan mengenai manajemen energy sama sekali. Level 4 adalah level yang terbaik
dengan komitmen terhadap manajemen energyi
Matrik manajemen energi meliputi 6 area pokok dari manajemen energi, yaitu :
a) Kebijakan energi
Manajemen energy yang efektif dimulai dengan suatu sosialisasi dari kebijakan
yang dibuat. Kebijakan-kebijakan yang dibuat harus diterapkan mulai dari level top
manajemen sampai level operator. Sistem manajemen energi yang baik ditandai
dengan adanya komitmen penuh dari top manajemen.
b) Organisasi
Organisasi ini adalah integrasi dari fungsi-fungsi manajemen yang lain.
Departemen-departemen yang mendukung system manajemen energi saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya.
c) Motivasi
Motivasi yang dimaksud adalah motivasi dari semua staff yang ada dalam mendukung
manajemen energi. Pengaturan energi yang baik tidak dapat dilepaskan dari tanggung
jawab semua staff yang ada untuk menghemat energi. Manajemen energi tidak dapat
berjalan tanpa adanya kesadaran untuk menghemat energi.
d) Sistem Informasi
e) Marketing
f) Investasi
5. Implementasi
Indonesia telah memiliki standar audit energi pada bangunan gedung, yakni
SNI 03-6196-2000 Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung (selanjutnya
disingkat PAEBG). Standar PAEBG memuat prosedur audit energi pada bangunan
gedung, diperuntukkan bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pengelolaan gedung.
Berdasarkan hasil pelaksanaan di lapangan, selama melakukan audit energi
sejumlah gedung pemerintah dan swasta beberapa waktu ini, banyak bangunan yang
tidak siap untuk diaudit, dalam arti tidak menyediakan/sulit menyediakan kelengkapan-
kelengkapan data dasar yang dibutuhkan untuk pelaksanaan teknis audit energi (misal
karena data diagram instalasi listrik tidak ada karena tidak terarsipkan secara lengkap,
dll), dan hal-hal lain yang terkait manajemen energi pada bangunan tersebut.
Melihat kondisi tersebut, pada makalah ini mengusulkan perlunya standar audit
energi yang lebih menekankan perhatian pada aspek-aspek manajemen energi,
ketentuan-ketentuaan yang harus dipenuhi pihak-pihak yang terlibat dalam audit
energi (pemilik bangunan dan petugas audit energi), agar pelaksanaan prosedur teknis
audit energi sebagaimana disyaratkan dalam PAEBG dapat dilaksanakan dengan baik.
Pada makalah ini disampaikan konsep-konsep audit energi yang tertera pada
standar AS/NZS 3598:2000 guna menyempurnakan standar PAEBG. Standar ini dibuat
terutama bagi pengguna energi untuk mengetahui ruang lingkup audit dan mungkin
diterapkan untuk sektor umum, komersial dan industri, dan mencakup berbagai macam
bangunan dari area industri atau bangunan komersial yang kompleks sampai dengan
satu bangunan kecil.
pada suatu area. Dengan cara ini dapat diidentifikasikan penggunaan energi serta
biayanya, yang mana pengawasan dan pengaturan biaya serta pemakaian energi dapat
diterapkan dan ditinjau lagi. Organisasi akan mendapatkan manfaat keuangan secara
langsung dari manajemen energi yang efektif. Organisasi juga mungkin akan
mendapatkan penghargaan dari komunitasnya, termasuk dari pelanggan yang
potensial, sebagai tanggungjawab dari warga masyarakat terhadap lingkungannya.
Standar ini memberikan persyaratan minimal dalam pemeriksaan audit energi
dengan mengidentifikasikan kemungkinan mendapatkan biaya investasi yang efektif
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan energi, membagi audit
energi dalam tiga tingkat, yakni tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3, sebagaimana
tertera pada Gambar 1. Audit energi dan kemungkinan penghematan energi yang
diidentifikasikan dalam audit adalah penerapan yang paling baik dalam konteks
program manajemen energy dimana pengoperasiannya, dan secara formal telah
diketahui, adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan aktivitas
manajemen yang sedang berjalan pada suatu organisasi. Setiap organisasi melakukan
program manajemen energi berbeda dengan organisasi lain. Sebagai contoh, mungkin
hasil keluaran yang spesifik dari organisasi “Sistem Mutu” merujuk pada seri ISO 9000,
atau mungkin hasil keluaran dari organisasi “Sistem Manajemen Lingkungan” merujuk
pada ISO 14000. Pengguna energy disarankan telah menerapkan program manajemen
energi sesuai konsep ISO sebelum ada audit yang dilaksanakan. Organisasi yang
menerapkan program manajemen energi seharusnya memasukkan struktur
manajemen dalam program, secara formal menunjuk manajer energi, membangun
kebijakan manajemen energi, mengajak seluruh staf ikut mendukung program ini, dan
membuat sistem untuk memantau tagihan energi. Hal ini seharusnya dilakukan
sebelum pelaksanaan audit energi. Program manajemen energy seharusnya diterapkan
sebagai bagian dari sistem manajemen lingkungan, jika sudah ada. Uraian program
manajemen energi disampaikan pada sub bagian lanjutan makalah ini.
Tujuan dari standar ini adalah:
a. Memberikan petunjuk bagi pengguna energi dalam memutuskan jenis audit
yang sesuai dengan kebutuhan mereka;
b. Memberikan panduan bagi pengguna energi pada saat penugasan audit
energi;
c. Memberikan batasan dalam persiapan dan membandingkan proposal audit
energi;
d. Memberikan pelatihan terbaik bagi pada auditor energi dalam memberikan
servis yang baik dan efektif;
Standar ini dibuat terutama bagi pengguna energi untuk mengetahui ruang
lingkup audit dan mungkin diterapkan untuk sektor umum, komersial dan industri, dan
mencakup berbagai macam bangunan dari area industri atau bangunan komersial yang
kompleks sampai dengan satu bangunan kecil. Standar ini juga sebagai panduan bagi
auditor energi, dan mungkin sebagai dokumen referensi yang berguna bagi setiap
orang yang tertarik dalam lingkup langkah tepat manajemen energi. Pengguna energi
mungkin akan memutuskan satu tingkat audit, atau mungkin mulai dengan audit
Tingkat 1 dan hasil yang didapatkan digunakan untuk memutuskan apakah akan
dilanjutkan ke tingkat yang lain. Isi dan waktu yang diperlukan, pada audit akan
sangat bergantung pada luas area dan biaya yang biasanya dikeluarkan dalam
penggunaan energi. Penghematan mungkin akan ditemukan dan disarankan pada hasil
laporan pada setiap tingkat audit. Meskipun begitu, gambaran keakuratan pembiayaan
dan penghematan seharusnya juga dinyatakan.
biasanya menggunakan jasa ahli/spesialis untuk mengatasi bagian tertentu pada suatu
audit atau mungkin perlu untuk memasang meteran atau pengukur lokal. Laporan dari
audit tingkat 3 sering dipakai menjadi acuan untuk pengambilan keputusan untuk
investasi tertentu oleh pemilik atau kontraktor kinerja energi. (SNI 03-3598-2000,
Prosedur Audit Energi Pada Bangunan )
5.6. Pengawasan
Pemantauan seharusnya dilakukan secara terus menerus sebagai bagian
program manajeman energi. Suatu pengawasan memungkinkan tercapainya
keseluruhan target dari program dan memungkinkan pengguna dapat menilai
keakuratan dari penerapan program jika ada kemungkinan intervensi.
Audit energi mungkin sangat bervariasi baik dalam jangkauan maupun ruang
lingkup pemahamannya. Tetapi paling tidak dalam audit energi minimal terdapat hal-
hal seperti dibawah ini, yang seharusnya sesuai dengan syarat-syarat yang spesifik
yang diperlukan:
Keterangan gambar :
dalam deklarasi komitmen dari manajemen senior dari tujuan umum dan target khusus
berkaitan dengan:
a) Pengurangan pemakaian energi (kelistrikan, gas, minyak, pelumas, dll);
b) Pengurangan biaya energi (dengan menurunkan pemakaian dan menegosiasikan
rata-rata tiap unit yang lebih rendah);
c) Jadwal;
d) Pembatasan anggaran;
e) Pemusatan pebiayaan energi;
f) Pengorganisasian dari sumber manajemen.
7. Pemerikasaan berkala
Program manajemen energi akan lebih efektif jika hasilnya diperiksa secara berkala.
Kebijakan dan strategi manajemen energi harus diperiksa sejauh mana hasil yang telah
dicapai, dan hasil ini akan menjadi acuan dalan menentukan rencana penerapannya
untuk 12 bulan ke depan.