Anda di halaman 1dari 22

Metode Audit Energi Dan Implementasi 1

Metode Audit Energi Dan


Implementasi
1. Pendahuluan
Negara Indonesia kaya akan sumber energi, tetapi pemanfaatannya selama ini
belum seimbang karena terlalu banyak tergantung pada sumber energi minyak bumi.
Padahal sumber energi minyak bumi dewasa ini merupakan sumber pendapatan yang
terpenting dan persediaannya terbatas. Ketergantungan pada satu sumber energi yaitu
minyak bumi dan produk turunannya ini tidak dapat dibiarkan secara terus menerus
karena kebutuhan energi akan terus meningkat baik disebabkan meningkatnya industri
maupun pertambahan jumlah penduduk serta adanya peningkatan kesejahteraan.

Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut di atas, disusunlah langkah-


langkah kebijakansanaan energi oleh pemerintah, langkah-langkah itu adalah:
1. Intensifikasi
2. Diversifikasi
3. Konservasi

2. Konservasi Energi
Konservasi energi merupakan langkah kebijaksanaan yang pelaksanaannya
paling mudah dan biayanya paling murah diantara langkah-langkah diatas, serta
sekarang juga dapat dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan energi
ini dimaksudkan untuk memanfaatkan sebaik-baiknya sumber energi yang ada, juga
dalam rangka mengurangi ketergantugan akan minyak bumi, dengan pengertian
bahwa konservasi energi tidak boleh menjadi penghambat kerja operasional maupun
pembangunan yang telah direncanakan. (Badan Koordinasi Energi Nasional, 1983).

Oleh Karena itu disamping harus secepatnya mengembangkan sumber-sumber


energi dari bahan bakar non fosil seperti biomassa, biogas, dan sebagainya, harus juga
berusaha untuk dapat mengoptimalkan penggunaan energi minyak bumi secara lebih
tepat, cermat, hemat dan efisien dalam rangka pelaksanaan program konservasi
energi.

2.1. Manfaat Konservasi Energi


a. Tingkat Nasional
o Memperoleh hasil yang cepat.

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 2

o Mengurangi load shading.


o Menambah penyediaan untuk ekspor.
o Penggunaan perawatan lokal.
o Menciptakan lapangan kerja.
o Inflasi yang lebih rendah.

b. Tingkat Pabrik
o Biaya produksi menurun.
o Posisi bersaing yang lebih baik.
o Meningkatkan kemampuan, tantangan perubahan kerja.
o Peningkatan produksi.
o Mengurangi dampak negative terhadap lingkungan.

3. Definisi Energi
Energi adalah suatu besaran yang secara konseptual dihubungkan dengan
transformasi, proses atau perubahan yang terjadi. Besaran ini seringkali dikaitkan
dengan perpindahan sebuah gaya atau perubahan temperatur, sehingga
memungkinkan penentuan satuan joule (perpindahan gaya 1 Newton sejauh 1 meter),
maupun kalor jenis (energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur sebesar 1
derajat per satuan massa material). Dalam keperluan praktis, energi sering kali
dikaitkan dengan jumlah bahan bakar atau konsumsi jumlah listrik.

3.1. Definisi Audit Energi


Usaha-usaha untuk menghemat energi di segala bidang makin dirasakan perlu
karena semakin terbatasnya sumber-sumber energi yang tersedia dan semakin
mahalnya biaya pemakaian energi. Usaha-usaha penghematan energy pada suatu
bangunan komersial seperti hotel atau suatu pabrik hanya dapat dilakukan jika telah
diketahui untuk apa energi tersebut digunakan dan berapa besarnya pemakaian energi
di tiap-tiap bangunan gedung hotel atau pabrik tersebut. Untuk mengetahui hal
tersebut maka diperlukan pengetahuan tentang audit energi atau kesetimbangan
energi. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada akhirnya audit energi didefinisikan
sebagai kegiatan untuk mengidentifikasi jenis energi dan mengidentifikasikan besarnya
energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik atau
bangunan serta mencoba mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi.
Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang sudah
ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan keharusan untuk

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 3

mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiapbagian operasi selama selang
waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan dapat dilakukan.
(Abdurarachim, 2002)

3.2. Konsep Audit Energi


Sasaran dari audit energi adalah untuk mencari cara mengurangi konsumsi
energi persatuan output dan mengurangi biaya operasi. Untuk mengukur besarnya
efisiensi penghematan digunakan parameter Benefit Cost Ratio (BCR) yang
didefinisikan sebagai : (Abdurarachim, 2002)

E.a.b
BCR=
C

keterangan :
E = biaya energi tahunan, satuan uang
a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E
b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat,% dari harga a
c = biaya realisasi, satuan uang

3.3. Klasifikasi Audit Energi


3.3.1. Survei Energi (Energy Survey or Walk Through Audit)
Survei energi merupakan jenis audit energi paling sederhana. Audit hanya
dilakukan pada bagian-bagian utama atau pengguna energi terbesar.

Tujuan dari survei energi adalah :


1) Untuk mengetahui pola penggunaan energi dan sistem yang mengkonsumsi energi
serta untuk mengidentifikasikan kemungkinan penghematan energi ( Energy
Conservasi Oppurtunity = ECO)
2) Untuk mendapatkan data yang berguna bagi audit energi awal. Pada survei energi,
data-data dapat diperoleh melalui wawancara dengan orang-orang yang
berhubungan dengan penggunaaan energi pada beberapa tahun terakhir yang
telah tersedia. Data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui
kecenderungan karakteristik pemakaian energi pada suatu industri, pabrik atau
gedung. Hasil laporan hanya berupa rekomendasi atau usulan mengenai bagian-
bagian yang perlu dilakukan audit rinci atau bagian-bagian yang telah optimal
penggunaan energinya.

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 4

3.3.2. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energy
Audit = PEA)
Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur produktifitas dan
efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan kemungkinan penghematan
energi. Kegiatan audit energi awal meliputi:
1) Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia
2) Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energy beserta alat-alat
ukur yang berhubungan dengan monitoring energi seperti:
a. Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang.
b. Meneliti adanya kebocoran
c. Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja.
d. Mengamati gas pembuangan pembakaran.
e. Dan lain-lain
3) Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan dalam
industri/pabrik atau gedung tersebut.
4) Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan manajemen energi dan
kriteria pengambilan keputusan dalam investasi penghematan energy.
Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber kebocoran /
kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak sempurna, kebocoran fluida atau
alat ukur pengendali yang tidak bekerja, rekomendasi perbaikan ringan yang harus
dilakukan.

3.3.3. Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energy Audit or Full
Audit)
Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan dengan
menggunakan alat-alat ukur yang sengaja dipasang pada peralatan untuk mengetahui
besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini diikuti dengan analisis rinci penggunaan energi
beberapa sistem. Tujuan dari audit energi ini adalah untuk mengevaluasi kemungkinan
penghematan energi.
Audit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun sebenarnya audit
energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan yang tercangkup dalam PEA
dilakukan pada awal kegiatan audit. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran
tekanan, temperatur, laju aliran fluida atau bahan bakar dan konsumsi energi listrik.
Data-data pengukuran tersebut kemudian digunakan untuk menghitung besarnya

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 5

konsumsi energi. Hal ini dilakukan dengan menerapkan balans energi pada komponen
atau sistem.
Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem atau komponen
yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti perhitungan agar diperoleh
penghematan energi dan penghematan biaya energi beserta cara-cara
implementasinya.

3.4. Tinjauan Audit Energi


o Menentukan bentuk penggunaan energi.
o Mengamati data sumber pemakaian dan biaya energi.
o Mengidentifikasi penggunaan, system operasi dan prosedur ke-energian.
o Memahami struktur kelistrikan.
o Menyusun prosedur perbaikan system ke-energian.
o Penetapan konsumsi energy spesifik.
o Identifikasi potensial pemborosan energi.
o Membangun cara untuk mengurangi konsumsi energi.

3.5. Pentingnya Audit Energi


Hemat energi tidak berarti harus mengoperasikans system tanpa menggunakan
energy atau mengurangi energi yang diperlukan, tetapi menghemat energi adalah
merupakan pengurangan dan menghilangkan pemborosan energi diseluruh bagian
peralatan yang menggunakan energi listrik sehingga tingkat kenyamanan yang sama
dapat tetap dipertahankan bahkan peningkatan dengan menggunakan jumlah energi
yang sedikit atau dengan menggunakan jumlah energi yang sama untuk menghasilkan
kenyamanan yang lebih tinggi tanpa mengurangi hasil produksi.

4. Definisi Manajemen
Adalah Pengelolaan terhadap sumber daya manusia dan sumber daya lainnya,
dengan tujuan agar secara bersama-sama dapat digunakan untuk menghadapi
perubahan-perubahan. Definisi yang lain yaitu sebuah teknik dan fungsi manajemen
untuk memonitor, merekam, menganalisis dan mengontrol aliran energy yang bekerja
dalam sebuah sistem untuk mencapai efisiensi penggunaan yang maksimal.

4.1. Manajemen Energi.


Manajemen energi adalah Pengelolaan terhadap sumber daya energy agar
dapat digunakan secara lebih efisien, tanpa mengurangi kuantitas dan kualitas produk,

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 6

serta aman bagi manusia dan lingkungan. Manajemen energi mencakup beberapa
bidang, yaitu : teknik (engineering), ilmu pengetahuan (science), matematika,
ekonomi, akutansi, dan teknologi informasi. Manajemen energy merupakan kombinasi
dari technical skill dan manajemen bisnis yang berfokus pada business engineering.
Sistem manakemen energi diatur oleh sebuah system organisasi menjalankan system
ini. Organisasi ini terdiri dari presiden, coordinator, pekerja, dan sebagainya.
Manajemen energi mencakup audit plan, educational plan, policy, reporting system,
strategic plan, economic analisis dan sebagainya.

4.2. Matrik Manajemen Energi.


Matrik manajemen energy telah dikembangkan pada awal tahun 1990 sebagai
suatu alat untuk membantu perusahaan untuk menganalisis penggunaan energy.
Matrik ini menunjukkan kelebihan dan kekurangan sistem manajemen energi yang
digunakan. Matrik manajemen energi dapat dilihat pada table di bawah ini :

Level Energy Organization Motivati Information Marketing Investment


Policy on Systems
4 Active Fully All staff Comprehens Extensive Postve
commit integreated accept ive system marketing descriminat
ment of into general responsi with within ion favor of
SOP managemet bility for effective and out environmen
manage saving managemen side tally
ment energy t reporting organizati friendly
on schemes
3 Formal Clear Most Monthly Regular Some…..cri
policy delegation major monitoring publicity teria use
but no and users and campaign for all other
top accountabilit motivate targeting for s creteria
commit y d to save individual
ment energy premise
2 Unadapt Delegation Motivati Monthly Some Investment
ed policy but on is monitoring staff with pay
management patch and awarenes back period
and and targeting by s training only
authority sporadic fuel type
unclear

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 7

1 Unwrite Informal Some Invoice Informal Only low


n set of part time staff checking contact cost
guide responsibilit awar of used to measure a
line y importa promote taken
nce of energy
energy effisiency
saving
0 No No No Noinformati No No
explicit delegation of awarene on system or marketing investment
policy energy ss of the accounting or on energy
management need to for promotio efficiency
save consumption n
energy

Tabel 1. Matrik Manajemen Energi

Untuk menentukan kualitas dari suatu system manajemen energi, matrik ini
mengelompokkan kedalam lima level. Level 0 adalah level terendah dengan tidak ada
kebijakan mengenai manajemen energy sama sekali. Level 4 adalah level yang terbaik
dengan komitmen terhadap manajemen energyi
Matrik manajemen energi meliputi 6 area pokok dari manajemen energi, yaitu :
a) Kebijakan energi
Manajemen energy yang efektif dimulai dengan suatu sosialisasi dari kebijakan
yang dibuat. Kebijakan-kebijakan yang dibuat harus diterapkan mulai dari level top
manajemen sampai level operator. Sistem manajemen energi yang baik ditandai
dengan adanya komitmen penuh dari top manajemen.

b) Organisasi
Organisasi ini adalah integrasi dari fungsi-fungsi manajemen yang lain.
Departemen-departemen yang mendukung system manajemen energi saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya.

c) Motivasi
Motivasi yang dimaksud adalah motivasi dari semua staff yang ada dalam mendukung
manajemen energi. Pengaturan energi yang baik tidak dapat dilepaskan dari tanggung

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 8

jawab semua staff yang ada untuk menghemat energi. Manajemen energi tidak dapat
berjalan tanpa adanya kesadaran untuk menghemat energi.
d) Sistem Informasi
e) Marketing
f) Investasi

4.3. Langkah-Langkah Manajemen Energi


o Komitmen manajemen puncak.
o Perorganisasian.
o Pelatihan.
o Penyiapan system dan prosedur.
o Detailed energi audit.
o Implementasi.
o Pemantauan.

4.4. Unsur Pokok Manajemen Energi


o Memperbaiki efisiensi penggunaan energi.
o Menggunakan kembali energi.
o Memanfaatkan gas buang sebagai sumber energi.
o Mengurangi biaya pembelian energi.

4.5. Pola Umum Penghematan Energi.


4.5.1. Sasaran Penghematan Energi.
o Menggunakan energi harus berdasarkan manfaat (produktif) dan
menghindarkan pemakaian yang tidak diperlukan.
o Meningkatkan efisiensi penggunaan energi.

4.5.2. Langkah Langkah Penghematan Energi


o Meningkatkan kesadaran karyawan agar melaksanakan sikap hidup dalam
menghemat energi.
o Mengadakan penelitian dan pengembangan melalui kegiatan audit energi.
(AUDIT MANAGEMENT ENERGY/amdhani-santoso-41407010002-rangkuman-2.html)

5. Implementasi
Indonesia telah memiliki standar audit energi pada bangunan gedung, yakni
SNI 03-6196-2000 Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung (selanjutnya

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 9

disingkat PAEBG). Standar PAEBG memuat prosedur audit energi pada bangunan
gedung, diperuntukkan bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pengelolaan gedung.
Berdasarkan hasil pelaksanaan di lapangan, selama melakukan audit energi
sejumlah gedung pemerintah dan swasta beberapa waktu ini, banyak bangunan yang
tidak siap untuk diaudit, dalam arti tidak menyediakan/sulit menyediakan kelengkapan-
kelengkapan data dasar yang dibutuhkan untuk pelaksanaan teknis audit energi (misal
karena data diagram instalasi listrik tidak ada karena tidak terarsipkan secara lengkap,
dll), dan hal-hal lain yang terkait manajemen energi pada bangunan tersebut.
Melihat kondisi tersebut, pada makalah ini mengusulkan perlunya standar audit
energi yang lebih menekankan perhatian pada aspek-aspek manajemen energi,
ketentuan-ketentuaan yang harus dipenuhi pihak-pihak yang terlibat dalam audit
energi (pemilik bangunan dan petugas audit energi), agar pelaksanaan prosedur teknis
audit energi sebagaimana disyaratkan dalam PAEBG dapat dilaksanakan dengan baik.
Pada makalah ini disampaikan konsep-konsep audit energi yang tertera pada
standar AS/NZS 3598:2000 guna menyempurnakan standar PAEBG. Standar ini dibuat
terutama bagi pengguna energi untuk mengetahui ruang lingkup audit dan mungkin
diterapkan untuk sektor umum, komersial dan industri, dan mencakup berbagai macam
bangunan dari area industri atau bangunan komersial yang kompleks sampai dengan
satu bangunan kecil.

5.1. Prosedur Audit Pada SNI 03-6196-2000


SNI 03-6196-2000 atau standar PAEBG membagi alur proses audit energi dalam
tiga tahap, yakni audit energi awal, audit energi rinci, dan implementasi & monitoring.
Pada tiap tahap disebutkan data dan prosedur apa saja yang dibutuhkan agar masing-
masing tahap itu dapat dilaksanakan dengan baik, seperti disebutkan di sini, terkait
tahap awal audit energi, kegiatannya meliputi pengumpulan sejumlah data energi dan
rekening energi. Namun tidak disebutkan tugas apa saja/kewajiban apa saja yang
harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang terlibat pelaksanaan audit energi (pemilik dan
pelaku audit energi) agar proses audit berlangsung lancar.

5.2. Konsep-konsep AS/NZS 3598-2000 yang dapat dijadikan rujukan


penyempurnaan standar audit energy
AS/NZS 3598-2000 Energy Audits (disingkat EA) pada kata pengantar
disebutkan bahwa audit energi dilaksanakan sebagai bagian dari program manajemen
energi. Audit energi dan survei energi adalah cara mengetahui penggunaan energi

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 10

pada suatu area. Dengan cara ini dapat diidentifikasikan penggunaan energi serta
biayanya, yang mana pengawasan dan pengaturan biaya serta pemakaian energi dapat
diterapkan dan ditinjau lagi. Organisasi akan mendapatkan manfaat keuangan secara
langsung dari manajemen energi yang efektif. Organisasi juga mungkin akan
mendapatkan penghargaan dari komunitasnya, termasuk dari pelanggan yang
potensial, sebagai tanggungjawab dari warga masyarakat terhadap lingkungannya.
Standar ini memberikan persyaratan minimal dalam pemeriksaan audit energi
dengan mengidentifikasikan kemungkinan mendapatkan biaya investasi yang efektif
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan energi, membagi audit
energi dalam tiga tingkat, yakni tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3, sebagaimana
tertera pada Gambar 1. Audit energi dan kemungkinan penghematan energi yang
diidentifikasikan dalam audit adalah penerapan yang paling baik dalam konteks
program manajemen energy dimana pengoperasiannya, dan secara formal telah
diketahui, adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan aktivitas
manajemen yang sedang berjalan pada suatu organisasi. Setiap organisasi melakukan
program manajemen energi berbeda dengan organisasi lain. Sebagai contoh, mungkin
hasil keluaran yang spesifik dari organisasi “Sistem Mutu” merujuk pada seri ISO 9000,
atau mungkin hasil keluaran dari organisasi “Sistem Manajemen Lingkungan” merujuk
pada ISO 14000. Pengguna energy disarankan telah menerapkan program manajemen
energi sesuai konsep ISO sebelum ada audit yang dilaksanakan. Organisasi yang
menerapkan program manajemen energi seharusnya memasukkan struktur
manajemen dalam program, secara formal menunjuk manajer energi, membangun
kebijakan manajemen energi, mengajak seluruh staf ikut mendukung program ini, dan
membuat sistem untuk memantau tagihan energi. Hal ini seharusnya dilakukan
sebelum pelaksanaan audit energi. Program manajemen energy seharusnya diterapkan
sebagai bagian dari sistem manajemen lingkungan, jika sudah ada. Uraian program
manajemen energi disampaikan pada sub bagian lanjutan makalah ini.
Tujuan dari standar ini adalah:
a. Memberikan petunjuk bagi pengguna energi dalam memutuskan jenis audit
yang sesuai dengan kebutuhan mereka;
b. Memberikan panduan bagi pengguna energi pada saat penugasan audit
energi;
c. Memberikan batasan dalam persiapan dan membandingkan proposal audit
energi;
d. Memberikan pelatihan terbaik bagi pada auditor energi dalam memberikan
servis yang baik dan efektif;

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 11

e. Membantu pengembangan program manajemen energi dengan menjelaskan


aktifitas sebelum dan sesudah audit bagi organisasi pengguna energi serta
pelaporan yang baik;
f. Persyaratan untuk audit;
g. Memberikan kontribusi dalam kualitas energi yang ada sekarang dan sistem
manajemen yang lain, seperti keuangan, lingkungan, operasional atau
ketersediaan manajemen kesehatan dan keselamatan.

Standar ini dibuat terutama bagi pengguna energi untuk mengetahui ruang
lingkup audit dan mungkin diterapkan untuk sektor umum, komersial dan industri, dan
mencakup berbagai macam bangunan dari area industri atau bangunan komersial yang
kompleks sampai dengan satu bangunan kecil. Standar ini juga sebagai panduan bagi
auditor energi, dan mungkin sebagai dokumen referensi yang berguna bagi setiap
orang yang tertarik dalam lingkup langkah tepat manajemen energi. Pengguna energi
mungkin akan memutuskan satu tingkat audit, atau mungkin mulai dengan audit
Tingkat 1 dan hasil yang didapatkan digunakan untuk memutuskan apakah akan
dilanjutkan ke tingkat yang lain. Isi dan waktu yang diperlukan, pada audit akan
sangat bergantung pada luas area dan biaya yang biasanya dikeluarkan dalam
penggunaan energi. Penghematan mungkin akan ditemukan dan disarankan pada hasil
laporan pada setiap tingkat audit. Meskipun begitu, gambaran keakuratan pembiayaan
dan penghematan seharusnya juga dinyatakan.

5.3. Penentuan Tingkatan Audit


Audit tingkat 1, seringkali disebut sebagai garis besar, membolehkan seluruh
pemakaian energi pada suatu area untuk dievaluasi, untuk melihat apakah penggunaan
energi masih rasional atau berlebihan. sehingga pengaruh dari pengukuran energi
dapat dilacak dan dievaluasi.
Audit tingkat 2, mengidentifikasikan sumber dari energi pada suatu area,
besarnya pasokan energi, dan penggunaan dari energi tersebut. Pada tingkat ini juga
mengidentifikasikan lokasi mana saja yang memungkinkan adanya penghematan,
merekomendasikan tindakan yang harus dilakukan, dan memberikan pernyataan biaya
dan kemungkinan penghematan.
Audit tingkat 3, memberikan analisis yang detail tentang penggunaan energi,
penghematan yang bisa dilaksanakan, dan biaya yang dicapai dari penghematan
tersebut. Penghematan ini mungkin meliputi seluruh area atau mungkin dikhususkan
pada suatu bagian, seperti pada satu proses industri atau salah satu pelayanan saja.

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 12

biasanya menggunakan jasa ahli/spesialis untuk mengatasi bagian tertentu pada suatu
audit atau mungkin perlu untuk memasang meteran atau pengukur lokal. Laporan dari
audit tingkat 3 sering dipakai menjadi acuan untuk pengambilan keputusan untuk
investasi tertentu oleh pemilik atau kontraktor kinerja energi. (SNI 03-3598-2000,
Prosedur Audit Energi Pada Bangunan )

Gambar 2. Flow Chart Audit Energy Process

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 13

5.4. Pemilihan Auditor


Auditor seharusnya telah menunjukkan pengalaman, yang terkait dengan jenis
area, melakukan suatu audit energi yang berdasarkan pada standar dan seharusnya
memiliki ahli asuransi perlindungan yang sesuai. Auditor seharusnya mengusulkan satu
atau lebih orang yang akan bertanggung jawab untuk melaksanakan audit. Pekerjaan
seharusnya dilakukan atau dibawah pengawasan, dari orang-orang yang diusulkan
tersebut.

5.5. Frekuensi Audit


Audit tingkat 1 seharusnya dilaksanakan setiap tahun sebagai bagian dari
peninjauan kembali program manajemen energi. Audit ke tingkat yang lebih tinggi
seharusnya dilaksanakan setiap 3 sampai 5 tahun atau jika:
a. Pengajuan dan perubahan baru yang signifikan pada penggunaan area atau
b. proses;
c. Pengembangan area atau peningkatan;
d. Pengajuan dan perubahan baru pada praktek pekerjaan;
e. Perubahan suatu bagian dalam harga energi atau ketersediaannya;
f. Peningkatan yang signifikan pada indikator kinerja energi pada area tersebut;
atau
g. Adanya pengenalan suatu teknologi yang baru.

5.6. Pengawasan
Pemantauan seharusnya dilakukan secara terus menerus sebagai bagian
program manajeman energi. Suatu pengawasan memungkinkan tercapainya
keseluruhan target dari program dan memungkinkan pengguna dapat menilai
keakuratan dari penerapan program jika ada kemungkinan intervensi.

5.7. Peraturan dan Kewajiban Bagi Pengguna Energi


5.7.1. Aktivitas Sebelum Audit
Pemilihan tingkat audit pengguna energi seharusnya membagi tingkat audit
yang dibutuhkan, seperti disebutkan dibawah ini.
a. Masalah yang spesifik yang akan diperiksa pada saat audit.
b. Kompleksitas dari area.
c. Total anggaran yang tersedia untuk proses audit dan penerapannya.

5.7.2. Informasi yang Dipersiapkan

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 14

Pengguna energi seharusnya menyiapkan baik informasi yang berkaitan kepada


auditor ataupun mamasukkan sumber dari informasi tersebut pada ruang lingkup kerja
auditor:
a. Tingkatan audit energi yang dibutuhkan.
b. Penunjukan yang jelas perwakilan dari klien di lapangan sebagai
penghubung bagi para auditor.
c. Waktu yang ditetapkan untuk laporan audit yang lengkap.
d. Aktifitas rinci di area tersebut, sebagai contoh, kepadatan, tingkatan
produksi, dan waktu penggunaan.
e. Masalah spesifik uang utama pada area audit, yang mungkin dilakukan
pada audit energi, atau kebutuhan apa saja yang dicantumkan pada
laporan audit.
f. Menemukan apa saja dari audit yang telah dilaksanakan sebelumnya.
g. Informasi mendasar tentang aktifitas manajemen energi pada area
tersebut.
h. Besarnya biaya energi selama 24 bulan terakhir.
i. Profil area beban energi.
j. Rencana jangka pendek dan jangka panjang pada area tersebut yang
mungkin mempengaruhi rekomendasi yang diberikan.
k. Informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi keuangan.
l. Rencana awal area yang menunjukkan penggunaan luas lantai pada
area bangunan yang diaudit.
m. Diagram teknis pelayanan.
n. Aturan yang membatasi akses area.

Tambahan, untuk audit tingkat 2 dan tingkat 3 informasi yang disiapkan


seharusnya memberikan:
a. Informasi yang lebih rinci mengenai program manajemen energi pada
organisasi tersebut; dan manfaat yang lebih rinci tentang audit ini untuk
program manajemen energi pada organisasi tersebut.
b. Gambar arsitektual yang lebih rinci dan spesifikasinya.
c. Tingkat aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan energi untuk setiap
bangunan.
d. Salinan simpanan terkini.
e. Pembacaan meteran dan sub-meteran dan lokasinya pada area tersebut.

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 15

f. Jadwal perawatan yang diberlakukan untuk peralatan utama dan


perlengkapannya.
g. Kartu nama peralatan dan perlengkapan serta jadwal operasinya.

5.7.3. Aktivitas Setelah Audit


Pengguna energi harus melakukan hal-hal berikut seteh laporan audit telah
lengkap dan diserahkan:
a. Apabila satu tingkat audit telah lengkap dilaksanakan, pengguna energi bias
memutuskan apakah akan meningkatkan ke tingkat audit yang selanjutnya.
b. Membuat suatu kerangka rancana kerja, dengan urutan prioritas, tugas dan
biaya dimasukkan dalam penerapan setiap pengukuran, penempatan tugas,
dan jadwal dari setiap penempatan tersebut.
c. Membicarakan dengan staff yang betugas, pemakai bangunan dan bagian-
bagian lain yang tertarik yang terpengaruh dengan pengukuran awal dalam
rencana kerja dan kerjasama diantaranya akan sangat penting berpengaruh
pada kesuksesannya.
d. Pemantauan yang teratur sebagai hasil penerapan pengukuran dan meninjau
kembali rencana kerja jika diperlukan.

6. Persyaratan Umum Audit Energi

Audit energi mungkin sangat bervariasi baik dalam jangkauan maupun ruang
lingkup pemahamannya. Tetapi paling tidak dalam audit energi minimal terdapat hal-
hal seperti dibawah ini, yang seharusnya sesuai dengan syarat-syarat yang spesifik
yang diperlukan:

a. Pengujian terhadap sumber daya dan pemakaian energi.


b. Pertimbangan mengenai komponen bangunan, servis area, pengaturannya dan
proses penggunaan energi yang utama.
c. Pertimbangan kemampuan bangunan menyediakan tempat bagi pengguna
gedung untuk beraktifitas, penggunaan area dan kondisi lingkungan serta
peralatan.
d. Analisis terhadap kinerja energi dalam hubungan dengan besarnya area dan
aktivitas di dalamnya yang bergantung pada lokasi dan kondisinya.
e. Peninjauan kembali terhadap kebijakan manajemen energi dan prosedurnya
yang melibatkan staf, pemantauan atau penetapan tujuan bersama dengan
rencana yang telah ditetapkan atau investasi masa depan.

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 16

f. Pengidentifikasian dan rekomendasi pemeriksaan untuk penerapan energi dan


kesempatan penghematan keuangan.

7. Persyaratan Spesifik Audit Energi


Dalam Audit tingkat 1 seharusnya terdapat hal-hal seperti dibawah ini:
a. Kerjasama dengan perwakilan auditor seperti di bawah ini:
i). Tipe konstruksi bangunan
ii). Tipe dan bentuk pelayanan
iii). Unit produksi Dan jumlahnya (contoh: luas)
b. Total pemakaian dari semua bahan/tenaga selama 24 bulan
sebelumdilaksanakan audit (tentunya dengan data rekening yang disiapkan
oleh penggunaenergi). Jika data ini tidak tersedia, auditor harus
memperkirakan pemakaian berdasarkan beban yang terpasang, akan tetapi
perkiraan jelas disesuaikan dan masih relevan/wajar dalam laporan.
c. Jika tersedia, dilakukan evaluasi terhadap data pembebanan.
d. Persiapan profil konsumsi energi tiap bulan atau tiap waktu tertentu (yakni,
KWh/bulan, MJ/bulan) untuk semua bahan/tenaga selama 2 tahun terakhir.
e. Analisa biaya untuk semua jenis energi yang digunakan pada area audit.
f. Pengidentifikasian terhadap kemungkinan pengurangan pemakaian energi dan
biaya pada area tersebut yang mungkin di dalamnya terdapat pelatihan untuk
staf, pekerjaan keuangan, perawatan, pengganti bahan bakar, perubahan tarif,
dan peningkatan tingkatan audit energi.
b. Persiapan pelaporan, yang seharusnya memasukkan temuan-temuan dan
rekomendasi yang didapatkan dari pelaksanaan tugas-tugas yang diuraikan
sebelumnya. Dalam laporan seharusnya juga dimasukkan sumberdata dan
ketepatan dari perkiraan.

Dalam Audit tingkat 2 harus memasukan hal-hal berikut:


a. Tugas-tugas yang spesifik untuk audit tingkat 1.
b. Bertemu dengan auditor yang ada di lapangan dan melaksanakan inspeksi pada
area audit dengan meneliti aturan pemakaian energi, semua peralatan
bangunan pengoperasian dan perawatan peralatan, dan komponen bangunan.
c. Analisa pemakaian energi pada area tersebut, mengidentifikasi sumber energi,
jumlah pasokan energi, dan menjelaskan peruntukan dari energi yang
digunakan. Analisia harus mengidentifikasikan faktor penting yang
mempengaruhi pemakaian energi seperti jam pengoperasian.

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 17

d. Persiapan target dan indikator pemakaian energi (misal KWh/m2, MJ/m2,


KWH/orang, MJ/orang) dari pemakaian energi pada area audit (seperti
pencahayaan, HVAC, pemanas air) dimana dibandingkan data aktual, perkiraan
dan tingkat target setelah audit. Jika data detail tentang pemakaian energi
tidak tersedia untuk mengetahui indikator ini, perkiraan dari indikator
didasarkan pada beban yang terlihat, dengan memasukkan asumsi yang
relevan pada laporan.
e. Penyediaan daftar rekomendasi untuk mengurangi pemakaian energi dan
biayanya, yang seharusnya tersebut baik capital works maupun manajerial.
Yang termasuk rekomendasi capital works antara lain:
o Deskripsi yang jelas tentang penerapan program dari setiap rekomendasi.
o Perkiraan penghematan energi dan biaya tahunan untuk setiap
rekomendasi.
o Perkiraan biaya dari penerapan tiap rekomendasi.
o Perbandingan antara manfaat dan biaya.

f. Secara manajerial, yang akan memfasilitasi penggunaan energi yang efisien,


harus terdapat hal-hal berikut:
o Penyediaan submeteran energi untuk memfasilitasi sub pengawasan yang
sedang berlangsung baik bagian-bagian dari manajemen maupun
memverifikasi penghematan.
o Perubahan dalam perawatan dan pengoperasian.
o Modifikasi dan atau penambahan seluruh peralatan yang ada sekarang.
o Alternatif bahan bakar.
o Alternatif struktur tarif.
o Alternatif pengaturan staf.
o Melatih staf dan mengikutsertakan dalam pelaksanaan manajemen energi.

g. Pengkategorian dari rekomendasi harus sesuai dengan kebutuhan dari


pengguna energi atau sesuai urutan seperti di bawah ini:
o Dari yang paling mudah untuk diterapkan dengan sedikit atau tanpa biaya.
o Dari yang membutuhkan periode balik modal kurang dari 3 tahun.
o Dari yang membutuhkan periode balik modal lebih dari 3 tahun.
o Laporan, disiapkan berdasarkan adanya temuan-temuan dan rekomendasi
yang tugas-tugas yang diuraikan sebelumnya.
o Jika diminta dapat dilakukan pertemuan dengan pengguna energi.

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 18

Dalam Audit tingkat 3 harus memasukkan hal-hal berikut ini :


a. Hal-hal atau tugas yang telah disebutkan dalam audit Tingkat 1 dan Tingkat 2.
b. Diperlukan tambahan pertemuan secara regular dan dialog mendetail antara
auditor dengan staf area audit, pertemuan tersebut antara lain:
o Pertemuan pertama (sesuai perjanjian dengan auditor), untuk meninjau
tingkatan penggunaan energi saat ini, finalisasi metodologi pemeriksaan
dan waktu serta mengatur akses pada area.
o Pertemuan kedua (mengikuti jadwal dari laporan akhir), pada saat auditor
memberikan presentasi pada pengguna energi menjelaskan rekomendasi
dan rencana usulan penerapannya.
c. Penyediaan analisis yang detail pada area atau proses untuk melihat
dimana,kapan dan bagaimana energi tersebut digunakan. Analisis ini harus
dimasukkan, tapi tidak dibatasi, evaluasi operasi dan pelayanan bangunan dari
area yang diaudit, operasi peralatan dan perlengkapan, sistem pengaturan,
jadwal perawatan, jam operasi dan analisis jam kerja staf. Pengidentifikasian
antara perkiraan penggunaan energi dan penggunaan energi aktual.
d. Memeriksa gambar dan dokumen lainnya yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan pada bagian ini. Beberapa dokumen harus dikembalikan pada
pengguna energi setelah audit dilaksanakan dengan lengkap.
e. Persiapan profil pemakaian per jam untuk semua bahan bakar yang digunakan
dalam jangka waktu 7 hari.
f. Penyediaan semua meteran, peralatan dan perlengkapan untuk mendapatkan
hasil audit dan memastikan keakuratannya.
g. Laporan, disiapkan berdasarkan temuan-temuan dan rekomendasi yang
didapatkan dari pelaksanaa tugas-tugas yang diuraikan sebelumnya.
h. Rekomendasi, yang harus disampaikan secara mendetail sehingga tidak perlu
panduan dari pihak luar.
i. Presentasi kepada pengguna energy.

8. Persyaratan Laporan Audit


Kelengkapan dari informasi yang dilaporkan akan mencerminkan tingkat dan
ruang lingkup audit yang dilaksanakan. Laporan akhir harus berisikan bagian-bagian
yang spesifik, dan setidaknya terdapat hal-hal berikut:

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 19

a. Rangkuman temuan-temuan pokok dan penting, rencana penerapan yang


direkomendasikan, dan biaya dari penerapan tersebut baik capital works
maupun manajerial dan prediksi penghematannya.
b. Tabel isi hasil audit.
c. Penjelasan tentang area audit dan pelayanan.
d. Observasi dalam pelaksanaan dari area audit bangunan, proses dan
rencananya.
e. Data pemakaian energi sekarang, termasuk profilnya (mingguan, harian dan
perjam). Apabila tersedia, profil tersebut harus ditinjau ulang.
f. Analisis mengenai data penggunaan energi termasuk indikator kinerja energi
daperbandingannya dengan aturan industri.
g. Perhitungan mengenai keterkaitan teknis, lingkungan dan anggaran.
h. Daftar prioritas dari rekomendasi yang diberikan, termasuk biaya dari
penerapannya, perkiraan penghematan dan evaluasi keuangan.
i. Jika diperlukan, gunakan table yang sesuai

9. Kerangka Program Manajemen Energi


Berikut disampaikan kerangka program manajemen energi yang dilampirkan
dalam AS/NSA 3598:2000 Energy Audit. Standar Australia ini mendefinisikan program
energy sebagai program untuk mencapai dan mempertahankan efisiensi dan efektifitas
penggunaan energi termasuk kebijakan, pelatihan, perencanaan aktivitas, tanggung
jawab dan sumberdaya yang mempengaruhi kinerja organisasi dalam mencapai
maksud dan tujuan dari kebijakan energi. Program manajemen energi adalah program
terencana yang bertujuan untuk mengurangi anggaran biaya energi suatu organisasi
dengan menawarkan peningkatan kenyamanan bagi pengguna dan mengurangi akibat
yang ditimbulkannya terhadap lingkungan. Manajemen energi meliputi:
a. Pada anggaran energi untuk menyiapkan sumbersember energi yang
dibutuhkan
b. Mengumpulkan dan menganalisis data pemakaian energi saat ini.
c. Melaksanakan audit energi untuk mengetahui di mana dan bagaimana
mengefektifkan pemakaian energy.
d. Menerapkan penghematan energy.
e. Secara berkala melaporkan penghematan yang telah dicapai.

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 20

Ada 2 strategi pokok manajemen energi yaitu :


a. Konservasi energi – menghindari pemakaian energi yang tidak perlu dan
pengurangan pada permintaan pada pelayanan yang berkaitan dengan energi
(jika tidak diperlukan maka matikan).
b. Efisiensi energi – pengurangan pemakaian energi pada saat penggunaan (jika
kamu perlukan maka lebih berhematlah). Penerapan strategi manajemen energi
yang sesuai akan sangat mempengaruhi pengurangan dalam pembiayaan dari
servis dan pengiriman barang, dan peningkatan kualitas servis.

Kesuksesan dari program akan sangat bergantung pada :


a. Komitmen menyeluruh dari seluruh bagian dalam organisasi tersebut, mulai dari
manajer senior sampai ke bawahan.
b. Sistem pelaporan yang efektif dimana dapat dipertanggungjawabkan pada
manajer dalam penggunaan energi.
c. Perhatian dari staff dan program pelatihan.
d. Program manajemen energi adalah proses yang berkelanjutan.
e. Program ini akan lebih efektif jika dilaksanaan secara rutin, dan ditinjau ulang
bila diperlukan.

Gambar 3. Manajemen Energi-Peningkatan Berkala

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 21

Keterangan gambar :

1. Mengadopsi Pendekatan Strategi


Awal mula manajemen energi adalah dengan mengadopsi pendekatan strategi dari
suatu perusahaan untuk menerapkan manajemen energi. Transparansi dalam
manajemen energi perlu dibangun sebaik-baiknya dengan alokasi keuangan yang
sesuai dan sumber daya staf serta prosedur pelaporan yang baik. Pernyataan
komitmen dari perusahaan harus disiapkan, sebagaimana program manajemen energi
membutuhkan komitmen dari seluruh organisasi demi kesuksesannya.

2. Menempatkan Manajer Energi


Manajer energi, yang seharusnya adalah staf senior, akan bertanggungjawab terhadap
seluruh koordinasi dari program ini dan akan melaporkan langsung kepada manajemen
puncak. Manajer energi tidak harus memiliki latar belakang teknis, tetapi harus
mengetahui seluk beluk aktivitas dari organisasi tersebut dan memiliki dukungan yang
baik.

3. Membuat Sistem Pengawasan dan Pelaporan Energi


Kesuksesan manajemen energi membutuhkan pembangunan sistem pengumpulan,
penganalisaan, dan pelaporan dalam pemakaian dan biaya energi suatu organisasi. Hal
ini bisa digunakan untuk melihat penggunaan energi dan hubungannya dengan biaya,
sehingga memfasilitasi pengidentifikasian penghematan yang mungkin tidak bisa
dideteksi. Sistem membutuhkan rekaman baik sejarah maupun penggunaan energi
yang sedang dilakukan, seperti informasi biaya dari data tagihan. Informasi ini bias
memberikan nilai rata-rata dengan melihat tren yang dapat dianalisis dan peninjauan
tarif.

4. Pemeriksaan Audit Energi


Audit energi dilakukan baik dimana dan bagaimana penggunaan energi, dan
kemungkinan penghematan energi. Isi dari standar ini menyebutkan hal tersebut.
Menyiapkan Pernyataan Kebijakan Manajemen Energi Kebijakan manajemen energi
yang tertulis akan menjadi panduan untuk meningkatkan efisiensi energi, dan
menegaskan kembali komitmen dalam penghematan energi. Hal ini juga akan
membantu untuk memastikan bahwa kesuksesan program yang tidak bergantung pada
individu-individu dalam organisasi. Pernyataan kebijakan manajemen energi termasuk

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |


Metode Audit Energi Dan Implementasi 22

dalam deklarasi komitmen dari manajemen senior dari tujuan umum dan target khusus
berkaitan dengan:
a) Pengurangan pemakaian energi (kelistrikan, gas, minyak, pelumas, dll);
b) Pengurangan biaya energi (dengan menurunkan pemakaian dan menegosiasikan
rata-rata tiap unit yang lebih rendah);
c) Jadwal;
d) Pembatasan anggaran;
e) Pemusatan pebiayaan energi;
f) Pengorganisasian dari sumber manajemen.

5. Menyiapkan dan Melaksanakan RencanaTerinci Penerapan Kerja


Rencana penerapan kerja harus dibuat sebagai bagian dari audit energi, dan harus
dilaksanakan oleh manajemen. Rencana harus memasukkan penerapan jadwal dan
harus menyebutkan semua modal dan kebutuhan anggaran. Lingkup kerja ini meliputi
pengembangan atau perubahan prosedur operasional untuk memastikan bahwa
peralatan dan perlengkapan menggunakan energi yang minimum, negosiasi
pengaturan suplai listrik, sampai dengan pengadopsian program yang akan
mengurangi pemakaian energi. Keseluruhan strategi tersebut dapat menjadi langkah
awal dari organisasi dengan biaya kecil, dimana akan dapat mencapai manfaat
keuangan yang maksimal.

6. Penerapan Kepedulian Para Staf dan Program Pelatihan


Kunci dari kesuksesan program manajemen energi adalah memelihara tingkat
kepedulian yang tinggi dari seluruh staf terhadap program ini. Hal ini bisa dicapai
dengan beberapa cara, termasuk di dalamnya melalui pelatihan resmi, koran, poster,
publikasi, dan memasukkan manajemen energi pada program-program pelatihan yang
sudah ada. Hal ini sangat penting untuk menyebarluaskan rencana program dan studi
kasus yang memperlihatkan penghematan, dan untuk melaporkan hasil yang didapat
secara berkala.

7. Pemerikasaan berkala
Program manajemen energi akan lebih efektif jika hasilnya diperiksa secara berkala.
Kebijakan dan strategi manajemen energi harus diperiksa sejauh mana hasil yang telah
dicapai, dan hasil ini akan menjadi acuan dalan menentukan rencana penerapannya
untuk 12 bulan ke depan.

Teknik Elektro Universitas Brawijaya |

Anda mungkin juga menyukai