Anda di halaman 1dari 15

Kls XI

BIOSFER

A. Pengertian Biosfer

Menurut etimologi, biosfer berasal dari kata bio yang berarti hidup dan sphere yang
berarti lapisan. Jadi, biosfer adalah lapisan tempat tinggal makhluk hidup atau seluruh
ruang hidup yang ditempati organisme. Biosfer merupakan sistem kehidupan paling besar
karena terdiri atas gabungan ekosistem yang ada di bumi. Selain manusia, mahkluk hidup
yang mendiami bumi adalah binatang (fauna) dan tumbuh-tumbuhan (flora). Pada
dasarnya, biosfer terdiri atas tiga lingkungan utama atau biosiklus (biocycle), yaitu
biosiklus darat, biosiklus air tawar (sungai, danau, atau kolam), dan biosiklus air asin
(lautan).
Secara rinci, A. Tansley mengemukakan bahwa ekosistem meliputi komponen-
komponen berikut ini.

1. Komponen biotik (berupa makhluk hidup) terdiri atas:


a. tumbuh-tumbuhan sebagai produsen,
b. binatang sebagai konsumen; meliputi herbivora (pemakan tumbuh-
tumbuhan), carnivora (pemakan daging), omnivora (pemakan tumbuh-
tumbuhan dan daging), dan bakteri dan jamur sebagai pengurai.

2. Komponen abiotik (berupa makluk tak hidup) meliputi iklim, bahan-bahan


anorganik berupa mineral-mineral yang terdapat di dalam batuan, tanah, air dan
udara. Contohnya antara lain Karbon (C), Nitrogen (N), Karbondioksida (CO2),
Air (H2O), Oksigen (O2), protein, karbohidrat, dan lemak.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran flora dan fauna


Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadan flora dan fauna di muka bumi
diantaranya ialah faktor klimatik (iklim), edafik (tanah, dan biotik (makhluk hidup).
1. Faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna yaitu
suhu, kelembaban udara, angin, dan curah hujan.

1. Suhu.
Sumber panas bagi seluruh permukaan bumi berasal dari radiasi matahari
secara langsung maupun tidak langsung. Radiasi matahari ke bumi dipancarkan
secara merata, akan tetapi karena perbedaan lintang, derajat keawanan,
ketinggian dan albedo maka suhunya akan berbeda-beda disetiap tempat.
Sehubungan dengan itu biasanya tumbuhan dan hewan beradaptasi terhadap
suhu lingkungan fisiknya, sehingga hanya daerah dengan suhu yang sangat
tinggi dan sangat rendah saja yang tidak dapat didiami oleh makluk hidup
secara permanen. Akibat perbedaan-perbedaan ini beberapa jenis tumbuhan dan
hewan telah berhasil beradaptasi dengan lingkungan tropis yang lembab, dan
lainnya beradaptasi dengan lingkungan dingin dan kering atau lingkungan panas
dan kering.
Bagi tumbuhan yang berkembang di daerah tropis, diperlukan variasi suhu
untuk proses perkembangbiakan, berbunga, berbuah, dan untuk tumbuh daun-
daun baru. Begitu pula tumbuhan didaerah dingin dan kering, memerlukan pola
cuaca yang bervariasi untuk melangsungkan serangkaian proses regenerasinya.

Berdasarkan faktor suhu, maka kita mengenal dua kelompok vegetasi, yaitu :
1. Kelompok vegetasi annual, yaitu kelompok tumbuhan yang hanya
berkembang pada saat-saat tertentu saja terutama pada musim panas. Sedangkan dimusim
dingin, tumbuhan jenis ini tidur karena berada dibawah lapisan es yang ketebalannya
bervariasi. Umumnya tumbuhan annual adalah tumbuhan kecil atau bunga-bungaan di
daerah beriklim dingin.
2. Kelompok vegetasi perennial, yaitu kelompok tumbuhan yang mempunyai
mekanisme melindungi diri dari suhu yang sangat rendah di musim dingin secara
bergantian, sehingga dapat berkembang terus-menerus. Kemampuan inilah menyebabkan
kelompok vegetasi perennial dapat berumur lebih dari satu tahun.

b. Kelembaban Udara
Kelembaban udara menunjukkan banyaknya uap air yang terkandung
dalam udara. Zat hara penting akan diserap oleh akar tumbuhan dengan bantuan
air. Air juga sangat berperan dalam reaksi pembentukan bahan organik bagi
tumbuhan. Begitu pula bagi manusia dan hewan, air merupakan kebutuhan yang
sangat penting.
Berdasarkan tingkat adaptasi terhadap kelembaban lingkungannya, dunia
tumbuhan dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Xerofit, berasal dari kata xero yang artinya kering dan phytos yang berarti
tumbuhan. Jadi xerofit merupakan kelompok tumbuhan yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan yang kekurangan air atau kering. Daerah
persebarannya terutama dikawasan gurun ( kawasan arid ). Contohnya
kaktus.
2. Hidrofit, berasal dari kata hydros yang artinya basah atau berair. Jadi
hidrofit adalah kelompok tumbuhan yang khusus beradaptasi pada
lingkungan yang berair atau basah. Ciri khas vegetasi i ni adalah cenderung
mempunyai sistem perakaran yang dangkal, namun daunnya lebar-lebar
dengan ruang renik ( stomata ), mempunyai lapisan-lapisan kulit luar dan
daun-daunnya mengarah kearah datangnya sinar matahari. Contohnya
teratai, enceng gondok, paku-pakuan, selada air, kangkung dan sebagainya.
3. Mesofit, berasal dari kata meso yang artinya antara atau pertengahan. Jadi
mesofit merupakan kelompok vegetasi yang hidup pada daerah-daerah
lembab tetapi tidak sampai tergenang air. Tumbuhan kelompok ini banyak
terdapat di daerah lintang rendah ( tropis ) dengan curah hujan yang tinggi
dan relatif merata sepanjang tahun, Contohnya anggrek dan beberapa jenis
jamur
4. Tropofit yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan yang mampu beradaptasi pada
lingkungan dengan kondisi yang berubah-ubah ( menguntungkan dan tidak
menguntungkan ) . Vegetasi kelompok ini dapat hidup dengan perubahan
musim yang jelas yaitu musim panas dan musim dingin. Pada umumnya
tumbuhan tropofit berupa tumbuhan yang besar-besar, berdaun lebat dengan
cabang-cabang yang banyak dan dikategorikan sebagai belukar atau pohon-
pohon. Berdasarkan ciri tersebut, maka kelompok vegetasi ini merupakan
vegetasi khas daerah tropis.

c. Sinar Matahari

Tumbuh-tumbuhan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi


untuk proses fotosintesis. Energi ini khususnya dipergunakan untuk mengubah
karbondioksida (CO2 ) dan air menjadi glukosa dengan membentuk oksigen
( O2 ) di atmosfer sebagai hasil lainnya. Dengan demikian sinar matahari yang
sampai kepermukaan bumi merupakan sumber energi bagi tumbuh-tumbuhan
dalam rangka melangsungkan kehidupannya.

d. Curah hujan.

Air merupakan kebutuhan penting bagi keberlangsungan flora dan fauna.


Bagi lingkungan kehidupan darat, sumber air untuk memenuhi kebutuhan
organisme terutama berasal dari hujan atau bentuk presipatasi lainnya.
Perbedaan curah hujan tiap-tiap wilayah permukaan bumi menghasilkan
karakteristik vegetasi dan juga menyebabkan perbedaan jenis hewan yang
mendiaminya. Hal ini disebabkan tumbuh-tumbuhan merupakan produsen
yang menyediakan sumber makanan bagi hewan.

e. Angin.

Bagi tumbuhan angin berfungsi untuk membentuk CO2 dan memindahkan


uap air dan kelembaban dari suatu tempat ke tempat yang lain. Angin juga
sangat berperan dalam proses penyerbukan dan penyebaran biji-bijian yang
akan menjadi tumbuhan baru.

2. Faktor tanah yang berpengaruh karena tanah sebagai media tumbuh dan
berkembangnya tanaman, tingkat kesuburan tanah berpengaruh terhadap
persebaran tumbuhan.

Faktor tanah dsebut pula faktor edafik yang berasal dari kata edapos yang
artinya tanah atau lapangan. Melihat pola persebaran vegetasi dengan faktor
edafik berarti meninjau tanah dari sudut tumbuhan atau kemampuan meumbuhkan
vegetasi. Faktor fisik dan kimiawi tanah yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman abtara lain tekstur, struktur, dan keasaman tanah.

a. Tekstur tanah.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai partikel tanah dalam
suatu massa tanah terutama perbandingan antara pasir, debu dan lempung.
Tekstur tanah sangat penting dalam kaitannya dengan kapasitas menampung air
dan udara tanah. Tanah dengan proporsi partikel –partikel yang lebih besar
dapat mempunyai tata air yang baik. Tanah yang halus biasanya memiliki
potidak tersebar merata. Selain itu alirannya juga sangat lambat sehingga tidak
menguntungkan bagi tumbuh-tumbuhan.

b. Struktur tanah
Struktur tanah adalah susunan atau pengikatan butir-butir tanah dan
membentuk agregat tanah dalam berbagai kemantapan bentuk dan ukuran.
Struktur tanah menyebabkan perbedaan tingkat kemampuan tanah dalam
meloloskan air ( porositas ) dan besar pori-pori antara butir-butir tanah
( permeabilitas ). Porositas dan permeabilitas mempengaruhi penyaluran air,
unsur hara dan udara keseluruh bagian tanah.

c. Keasaman tanah
Kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh proses-proses kimia dan
pertukaran unsur kimia antar tumbuhan. Tumbuhan tidak mampu menyerap
unsur-unsur hara tanpa diubah dalam bentuk cairan. Jika keasaman tanah
berkurang sampai beberapa tingkat, maka air akan mempunyai kemampuan
yang kecil dalam menahan mineral-mineral untuk diubah menjadi unsur-unsur
hara. Akibatnya sekalipun unsur-unsur hara ada di dalam tanah tumbuhan tidak
mungkin hidup dengan baik disana.

3. Faktor topografi

Faktor topografi meliputi ketinggian dan kemiringan lahan. Ketinggian


suatu tempat erat kaitannya dengan perbedaan suhu yang akhirnya menyebabkan
pula perbedaan kelengasan udara. Diantara daerah yang mempunyai ketinggian
yang berbeda, akan ditumbuhi oleh vegetasi yang jenisnya berbeda pula karena
vegetasi tumbuhan maupun hewan mempunyai tingkat adaptasi yang berlainan.
Oleh sebab itu kita mengenal jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang khas untuk
daerah-daerah dengan ketinggian tertentu.
Faktor topografi yang lain adalah kemiringan permukaan tanah.
Permukaan tanah yang miring menyebabkan air cepat menyusuri lereng. Semakin
terjal permukaan semakin besar kekuatan air mengikis permukaan tanah yang
subur, sehingga ketebalan tanah menjadi berkurang. Biasanya tanah yang miring
setiap unitnya mempunyai jumlah flora dan fauna lebih sedikit dari pada tanah
yang relatif rata. Hal ini disebabkan oleh cadangan air cepat hilang karena
bergerak kebawah secara cepat.
C. Persebaran Flora di Dunia

 Lingkungan kehidupan laut ( biocycle laut )


Perkembangan kehidupan vegetasi pada perairan laut terutama terdapat
pada zona dekat pantai yang masih dapat ditembus sinar matahari. Meskipun air
laut bersifat transparan , sinar matahari hanya dapat mencapai kedalaman
beberapa puluh meter saja. Penyinaran ini masih pula dipengaruhi oleh kejernihan
air laut dan letak laut. Seperti pada tumbuhan didaratan, vegetasi dilaut juga
membutuhkan energi dari matahari untuk menghasilkan makanan melalui proses
fotosintesis. Oleh sebab itu pada laut dalam tidak ditemukan vegetasi yang hidup
permanen karena lautnya dingin dan gelap. Jika ditemukan tumbuhan-tumbuhan
pada wilayah laut dalam tersebut disebabkan oleh aktivitas arus laut yang
mengangkutnya ke lokasi lain.
Di dasar laut dangkal banyak terdapat fitoplanton atau tumbuhan kecil
yang melayang-layang. Flora yang tumbuh didasar laut antara lain bermacam-
macam ganggang, rumput laut, dan lain-lain. Pada zona litoral dan neritis tumbuh
vegetasi khas pantai misalnya hutan mangrove yang meliputi bakau, perdu, liana,
efipit, dan parasit.. Vegetasi air asin sangat tampak pada zona litoral dan sebagian
zona nertitis karena vegetasinya besar-besar dan banyak jumlahnya.

 Lingkungan kehidupan air tawar ( biocycle air tawar )

Lingkungan kehidupan air tawar meliputi danau, sungai, kolam, payau,


rawa dan bentuk-bentuk perairan darat lainnya. Vegetasi yang banyak
berkembang di lingkungan seperti ini diantaranya tenceeratai, paku air, enceng
gondok, talas air, pandan, selada, kangkung dan berbagai vegetasi perairan tawar
lainnya. Pada perairan darat juga berkembang vegetasi tingkat rendah misalnya
ganggang dan lumut.

 Lingkungan kehidupan darat ( biocycle darat )

Lingkungan kehidupan darat meliputi daerah yang sangat luas dan sangat
bervariasi jenisnya. Biocycle darat terbentang di daerah sekitar khatulistiwa
sampai ke daerah kutub utara dan kutub selatan. Lingkungan vegetasi ini
berbatasan langsung dengan ;lingkungan kehidupan perairan darat dan lingkungan
kehidupan perairan laut.
Sehubungan dengan variasi yang sangat beragam ini maka lingungan vegetasi
daratan dibedakan menjadi beberapa bagian yang disebut biochore atau sub
lingkungan ( bioma ). Pembagian ini didasarkan pada corak vegetasi utama akibat
iklim yang khas pada wilayah-wilayah tersebut.

Biocycle daratan terdiri dari hutan, padang rumput dan gurun. Berikut ini
sebaran hutan, padang rumput, dan gurun yang akan dibahas lebih lanjut.
 Hutan

1. Hutan Hujan Tropis


Tersebar di wilayah sekitar ekuator antara lintang 10ºLU – 10°LS, curah hujan
antara 200 – 400 cm per tahun, dengan ciri vegetasinya berupa hutan belantara
dengan tumbuhan heterogen, tingkat kerapatan tinggi, dengan wilayah persebaran di
Indonesia, dataran rendah Amazon (Brazil), Amerika Tengah, wilayah Afrika sekitar
katulistiwa, dan Pulau Madagaskar.

2. Hutan Musim
Terdapat di daerah-daerah yang memiliki pergantian musim kemarau dan
penghujan sangat jelas, musim kemarau lebih panjang dengan curah hujan antara 100
– 200 cm per tahun. Pada musim kemarau vegetasinya menggugurkan daun
(meranggas), tersebar di India, Asia Tenggara, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika
Selatan.

3. Hutan Konifer (Hutan berdaunjarum)


Terdapat di daerah lintang tinggi mendekati kawasan lingkaran kutub, seperti
Kanada bagian utara, Eropa Utara, Asia Utara sekitar Siberia, dan pegunungan tinggi
di kawasan tropis.

4. Sabana
Padang rumput yang diselingi semak belukar, banyak dijumpai di Afrika, India,
Australia, Amerika Selatan, dan sekitar Bali dan Nusa Tenggara Barat.

5. Stepa (Prairi)
Padang rumput yang luas tanpa diselingi semak belukar, terdapat di daerah
peralihan antara iklim basah dan iklim kering, tersebar di Rusia antara Eropa Barat
sampai Asia Timur, Argentina, dan Amerika Selatan.

6. Tundra
Padang rumput yang terletak di wilayah-wilayah lintang tinggi yang berbatasan
dengan kutub dan mampu bertahan terhadap suhu udara dingin.

7. Gurun (padang pasir)


Kawasan iklim kering yang ditandai rata-rata jumlah curah hujan tahunan lebih
kecil, terletak di sekitar lintang 30° – 35°, terdapat di Asia, Afrika, Amerika, dan
Australia.
D. Persebaran Fauna di Dunia
Menurut Alfred Russel Wallace, secara umum wilayah persebaran fauna di
permukaan bumi dikelompokan ke dalam enam region, yaitu sebagai berikut:

1. Paleartik, meliputi wilayah-wilayah di Benua Eropa, Uni Soviet, Jepang, Laut


Mediteran, dan Afrika bagian paling utara. Contoh fauna: panda, unta, rusa, dan
beruang kutub.

2. Ethiopian(Afrotropical), meliputi seluruh Benua Afrika (kecuali bagian utara) dan


Pulau Madagaskar. Contoh fauna: gajah Afrika, badak bercula dua, kuda nil,
gorilla, zebra, jerapah, singa, dan reptil.

3. Oriental, meliputi wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Contoh fauna: orang
utan, banteng, harimau, gajah, dan reptile.

4. Australian, meliputi wilayah-wilayah Benua Australia, Selandia Baru, dan Pulau


Papua. Contoh fauna: hewan berkantung seperti kanguru, kuskus, wallaby, burung
cendrawasih, kasuari, kakatua, dan kiwi.

5. Neartik, meliputi wilayah Amerika Utara (AS dan Kanada), Greenland, sampai
bagian tengah Meksiko. Contoh fauna: bison, caribouw, salamander, ayam
kalkun, dan kura-kura.

6. Neotropik, meliputi Meksiko bagian bagian selatan, Amerika Tengah, dan


Amerika Selatan. Contoh fauna: ikan piranha, belut listrik, Lama, ular anaconda,
dan kera.

Peta persebaran fauna di dunia


E. Persebaran Flora di Indonesia
Wilayah flora di Indonesia terdiri atas empat subwilayah, yaitu:

1. Flora Sumatera – Kalimantan


Keadaan flora pada wilayah ini di dominasi hutan hujan tropis, yaitu hutan yang
tumbuh di daerah yang mempunyai curah hujan, suhu, dan kelembaban udara yang
tinggi, dan banyak mendapat sinar matahari, pohonnya tumbuh rapat dan lebat,
spesiesnya banyak dan beranekaragam, selalu hijau, pohonnya besar dan tinggi. Di
daerah pantai Sumatera dan Kalimantan terdapat hutan bakau yang berfungsi menjaga
ekosistem pantai, dan mencegah terjadinya erosi pantai.

2. Flora Jawa – Bali


Keadaan flora Jawa – Bali dikelompokkan menjadi: hutan hujan tropik (di Taman
Nasional Cibodas dan Gunung Halimun), hutan muson tropik (hutan jati), sabana
tropik(di Jawa Timur dan Bali) , dan hutan bakau (di pantura Jawa).

3. Flora kepulauan Wallacea


Wilayahnya meliputi Indonesia bagian tengah yaitu pulau Sulawesi, kepulauan
Nusa Tenggara, dan kepulauan Maluku. Iklimnya lebih kering sehingga di dominasi
vegetasi sabana, hutan pegunungan di Sulawesi, hutan campuran di wilayah Maluku
dengan jenis rempah-rempah (seperti Pala, Cengkeh, Kayu Manis).

4. Flora Papua
Flora di wilayah ini di dominasi hutan hujan tropis dengan flora khas yaitu
Eucaliptus, sedangkan di daerah pantai banyak dijumpai Mangrove.
F. Persebaran Fauna di Indonesia
1. Fauna Asiatis (Fauna Indonesia Barat)
Terletak di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali, dibatasi oleh Garis
Wallace yang membentang antara Selat Lombok dan Selat Makassar.

2. Fauna Australis (Fauna Indonesia Timur)


Terletak di pulau Papua dan sekitarnya, dibatasi oleh Garis Weber yang
terbentang antara Laut Tmor, Laut Seram, dan Laut Halmahera.
3. Fauna Peralihan (Fauna Indonesia Tengah)
Meliputi di wilayah, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan kepulauan Maluku. Letaknya
diantara Garis Wallace dan Garis Weber. Fauna endemik adalah anoa, babirusa,
burung maleo, dan komodo.

Peta batas fauna Indonesia

F. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi.

1. Pengahalang Geografi.
Penghalang geografi adalah keadaan fisik lapangan dan faktor geografi lainnya
yang menghalangi aliran gen antarpopulasi. Penghalang geografi merupakan
penghalang dalam bentuk kondisi muka bumi, seperti gunung, padang pasir, dan laut.
Penghalang jenis ini sangat menentukan persebaran organisme dimuka bumi.
Penghalang geografi merupakan hasil aktivitas alam berupa pegunungan ataupun
pemisahan permukaan bumi. Hasil proses alami ini berupa benua yang dibatasi oleh
lautan, gunung, gurun, dan faktor alam lainnya. Adanya batas-batas tersebut
menghalangi interaksi antarorganisme. Pada mulanya kelompok organisme
diperkirakan hanya menghuni satu tempat, akibat sifat organisme yang aktif dan selalu
berusaha mencari kondisi lingkungan yang terbaik untuk proses hidupnya, kelompok
organisme tersebut menyebar keberbagai tempat yang memiliki kondisi lingkungan
yang berbeda. Persebaran organisme ini akan terhenti begitu berhadapan dengan
penghalang geografi. Selain itu persebaran organisme dapat berhenti akibat terbatasnya
kemampuan struktur ataupun fungsi organisme tersebut seperti kemampuan terbang,
berenang ataupun berlari. Ditempat baru organisme melakukan adaptasi dan modifikasi
sehingga menjadi organisme yang berbeda dengan asalnya. Berdasarkan penjelasan ini ,
terlihat bahwa pengfhalang geografi merupakan faktor penting dalam persebaran
organisme di muka bumi.

2.Penghalang Reproduksi.
Penghalang reproduksi merupakan penghalang dalam bentuk tidak terjadinya
interhibridasi ( perkawinan ) di antara organisme yang menghuni satu daerah
biogeografi dengan daerah biogeografi lainnya. Tidak terjadinya interhibridasi ini
akibat adanya penghalang geografi. Dengan demikian penghalang geografi dapat
menyebabkan munculnya penghalang reproduksi. Penghalang reproduksi ini
menyebabkan terjadinya isolasi reproduksi yang megakibatkan semakin berbedanya
organisme tersebut dengan organisme asalnya.

3. Penghalang Endemis.
Penghalang endemis merupakan penghalang dalam bentuk kekhasan organisme
akibat menghuni daerah khas pula. Kekhasan ini terjadi akibat adanya penhalang
reproduksi yang mencegah terjadinya interhibridasi dengan organisme lain diluar
wilayah biogeografi tersebut. Penghalang reproduksi sendiri merupakan akibat dari
adanya penghalang geografi. Dengan demikian dapat ditarik hubungan bahwa
penghalang geografi menyebabkan penghalang reproduksi menghalangi juga
terjadinya oenghalang endemis. Penghalang endemis ini menyebabkan proses endemis
organisme semakin khas oraganisme tersebut dan semakin berbeda jauh dengan
organisme asalnya.
Dampak Kerusakan Flora dan Fauna Terhadap Kehidupan

A. Kerusakan Flora, Fauna dan dampaknya.


Dalam siklus kehidupan baik hewan maupun tumbuhan selalu terjadi evolusi,
seleksi alam, dan adaptasi. Evolusi adalah perubahaan makluk hidup secara perlahan-
lahan dari sederhana ke bentuk yang lebih sempurna dalam jangka waktu yang sangat
lama. Jadi makluk hidup selalu mengalami perubahaan sehingga timbul spesies baru.
Perlu diketahui bahwa tumbuhan dan hewan berasal dari makluk hidup masa lampau
yang telah mengalami perubahaan dalam waktu yang sangat lama.

Seleksi alam adalah penyaringan suatu lingkungan hidup sehingga hanya makluk
hidup tertentu yang dapat bertahan dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidup yang baru. Makluk hidup yang tidak mampu bertahan dan menyesuaikan dengan
lingkungan yang telah berubah akan mati atau pindah kelingkungan lain. Dengan adanya
seleksi alam ini, banyak hewan dan tumbuhan yang dulu hidup, sekarang telah punah
karena tidak mampu untuk survival menyesuaikan dengan lingkungan atau habitat yang
ada.

Contoh kerusakan flora dan fauna yang terjadi di Indonesia akibat kegiatan
manusia, misalnya :

1. Hutan menjadi gundul.


Dalam prakteknya tebang pilih juga mengorbankan pohon lain yang tertimpa
sehingga banyak pohon kecil yang mati. Apabila penebangan dilakukan secara
serampangan maka akan menghabiskan pohon-pohon dihutan.

2. Tanah Longsor.
Akar-akar pohon di hutan berfungsi sebagai penahan tanah agar tidak tererosi dan
longsor. Karena pohon sudah mati maka fungsi tersebut juga tidak dapat berlangsung.

3. Banjir.
Pohon-pohon di hutan dapat berfungsi sebagai penahan air hujan sehingga air
meresap kedalam tanah. Namun, karena fungsi hutan berubah maka akar tidak
mampu lagi menahan air akibatnya di dahilir atau di daerah yang lebih rendah akan
banjir.
4. Rusaknya hutan habitat hewan dan makluk hidup lain.

Rusaknya hutan berarti rusaknya tempat hidup hewan. Oleh karena itu.
Kelestarian hewan di hutan juga terancam, begitu juga dengan makluk hidup lainnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemusnahan fauna adalah sebagai berikut.
1. Faktor kematian merupakan faktor yang langsung mematikan atau
mengurangi populasi. Misalnya pemangsaan, perburuan, penyakit,
kelaparan dan kecelakaan.
2. Faktor kesejahteraan merupakan faktor yang menyangkut kuantitas dan
kualitas lingkungan hidup fauna. Misalnya makanan, air dan tempat hidup.
3. Faktor manusia merupakan kegiatan-kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas makanan, air dan tempat hidup.
Mengapa kita perlu melkakukan perlindungan terhadap fauna ? Hewan
merupakan bagian penting dari suatu ekosistim yaitu sebagai konsumen.
Hilangnya salah satu komponen dalam ekosistim dapat menyebabkan ekosistim
tidak seimbang sehingga dapat berdampak negatif. Untuk menjaga agar
keseimbangan alamnya tidak terganggu maka terus diusahakan agar tidak ada
komponen alam yang mengalami kepunahan, baik hewan maupun tumbuhan.

B. Pelestarian Flora dan Fauna

Untuk menjaga kelestarian gen tumbuhan atau hewan perlu dilakukan usaha antara
lain sebagai berikut:
1. Diadakan daerah yang dilindungi, seperti cagar alam, hutan lindung, dan suaka
margasatwa.
2. Diadakan daerah penyangga, daerah antara lahan pertanian dan permukiman
penduduk dengan daerah cagar alam.
3. Pengembangan daerah yang dilindungi seperti untuk penelitian, pendidikan, dan
pariwisata.
4. Mendirikan kawasan kebun raya dan kebun binatang yang dijadikan koleksi
hidup, misalnya Kebun Raya Bogor dan Taman Safari Indonesia.
5. Diadakan bank gen, yaitu menyimpan dan menjaga suatu gen agar tetap baik.

Anda mungkin juga menyukai