Anda di halaman 1dari 6

Klasifikasi

Hampir seluruh kasus penderita DM disebabkan oleh berkurangnya kecepatan sekresi


insulin oleh sel-sel beta pulau Langerhans. Berbagai klasifikasi diabetes sudah dikemukakan,
antara lain klasifikasi berdasarkan usia dan etiologi.

Banyaknya klasifikasi diabetes justru menimbulkan kesulitan dalam mendiagnosis serta


perencanaan perawatannya. Maka pada tahun 1985, WHO (Tjokroprawiro, 2001)
menyeragamkannya dengan menggunakan klasifikasi yang dibuat oleh Diabetes Data Group
of The National Institute of Health USA, sebagai berikut:

a. Berdasarkan Klinis:
1. Diabetes Mellitus:
Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM)
Tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM)
- Obesitas
- Non-obesitas
Malnutrion related DM
- Fibrocalculous pancreatic diabetes mellitus
- Protein deficient pancreatic diabetes mellitus
Diabetes mellitus tipe lain:
Kelainan pankreas, homoral, terkena obat, abnormalitas reseptor insulin,
sindroma genetika, umum

2. Gangguan toleransi glukosa


- Obesitas
- Non-obesitas
- Berkaitan dengan kondisi tubuh lain

b. Resiko Statistik
Toleransi glukosa penderita normal. Namun, berdasarkan statistik
mempunyai resiko tinggi untuk mengidap Diabetes Mellitus.
IDDM timbul pada masa anak-anak/usia muda dan terdapat pada sekitar
10-20% kasus. Kadar insulin dalam sirkulasi darah hanya sedikit bahkan tidak ada
sama sekali. Hal ini disebabkan karena gagalnya pankreas merespon muatan glukosa
darah.
NIDDM sering terjadi pada orang dewasa dan terdapat pada 80-90% kasus.
Kegagalan respon glukosa disebabkan karena peningkatan kadar gula darah yang
terus-menerus sehingga harus diimbangi dengan peningkatan pelepasan insulin. Hal
ini dapat menyebabkan kerusakan pankreas (livolsi et al, 1994;Djamil, 2001).

DIAGNOSIS
Menurut Tjokroprawiro, 1992, kriteria diagnosis Diabetes Mellitus:

1. Diagnosis Diabetes Mellitus apabila:


a. Terdapat gejala-gejala Diabetes Mellitus (Polyuria, polydipsia, berat badan turun)
b. Salah satu dari Gula Darah Puasa (GDP) ≥ 120 mg/dl, 2 jpp ≥ 200 mg/dl atau
Glukosa Darah Acak (GDA) ≥ 200 mg/dl.
2. Diagnosis Diabetes Mellitus apabila:
Tidak terdapat gejala-gejala Diabetes Mellitus tetapi terdapat dua hasil GDP ≥ 120
mg/dl, 2 jpp ≥ 200 mg/dl, atau GDA ≥ 200 mg/dl.

TRANSLATE

Classification
Almost all cases of DM patients is caused by the reduced rate of insulin secretion by beta cells of
Langerhans islands. Various classifications of diabetes has been proposed, among other
classifications based on age and etiology.
Number of classification of diabetes was a cause difficulty in diagnosing and planning treatment.
Then in 1985, the WHO (Tjokroprawiro, 2001) menyeragamkannya using the classification made by
the Diabetes Data Group of the National Institutes of Health, USA, as follows:
a. Based Clinical:
1. Diabetes Mellitus:
Type 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus / IDDM)
Type 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus / NIDDM)
- Obesity
- Non-obesity
Malnutrion related DM
- Fibrocalculous pancreatic diabetes mellitus
- The protein deficient pancreatic diabetes mellitus
Diabetes mellitus is another type:
Abnormalities of the pancreas, homoral, exposed to drugs, insulin receptor abnormalities, genetic
syndromes, general
2. Impaired glucose tolerance
- Obesity
- Non-obesity
- In connection with another body condition

b. Risk Statistics
Patients with normal glucose tolerance. However, based on the statistics have a high risk to suffer
from Diabetes Mellitus.
Anak-anak/usia-onset IDDM young and there are at about 10-20% of cases. Insulin levels in the
blood circulation has little or nothing at all. This is caused by the failure of the pancreas respond to
glucose load.
NIDDM often occurs in adults and found in 80-90% of cases. Failure of glucose response caused by
increased blood sugar levels constant and should be counterbalanced by an increase in insulin
release. This can cause damage to the pancreas (livolsi et al, 1994; Djamil, 2001).
DIAGNOSIS
According Tjokroprawiro, 1992, criteria for diagnosis of Diabetes Mellitus:
1. Diagnosis of Diabetes Mellitus if:
a. There are symptoms of diabetes mellitus (polyuria, polydipsia, weight loss)
b. One of the Fasting Blood Sugar (GDP) ≥ 120 mg / dl, 2 JPP ≥ 200 mg / dl or Random Blood Glucose
(GDA) ≥ 200 mg / dl.
2. Diagnosis of Diabetes Mellitus if:
There are no symptoms of diabetes mellitus but there are two results of GDP ≥ 120 mg / dl, 2 JPP ≥
200 mg / dl, or GDA ≥ 200 mg / dl.
Hubungan antara Diabetes dengan Prevalensi dan keparahan penyakit Periodontal

Hubungan antara diabetes dengan penyakit periodontal telah diselidiki secara


meluas. Pada penelitian awal menunjukkan bahwa pasien Diabetes Mellitus lebih rentan
terhadap kerusakan jaringan periodontal yang ditandai dengan perluasan kehilangan tulang,
bertambahnya kegoyangan gig, pelebaran ligamen periodontal, serta supurasi dan
pembentukkan abcess periodontal (Carranza, 1996). Pasien dengan Diabetes Mellitus
menjadi rentan terhadap infeksi dan dapat mengganggu kontrol metabolik (Goldman, 1980).

Secara umum pada pasien Diabetes sering terjadi Hiperplasi gingiva, gingivitis,
kehilangan perlekatan, terdapat banyak gigi dengan poket yang dalam, destruksi tulang
alveol, pergerakan gigi dan migrasi gigi, penyembuhan tertunda, peningkatan infeksi setelah
operasi, abcess periodontal (Ress, 1999)

Rongga mulut pasien dengan diabetes menunjukkan susceptibilitas yang tidak


normal dan dapat diketahui dari respons jaringan terhadap injury, infeksi, dan iritan lokal.
Respons yang terjadi berhubungan dengan penurunan resistensi jaringan sehingga
perbaikan jaringan menjadi lebih lama dari normal. Prevalensi meningkat pada penderita
dengan diabetes yang tidak terkontrol, karena daya tahan tubuh penderita Diabetes
Mellitus tak terkontrol cenderung menurun sehingga rentan terhadap infeksi dan dapat
menyebabkan kelainan periodontal yang destruktif (Fedi, 2004). Namun menurut Goldman
(1980), penyakit sistemik memang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit periodontal,
tapi tanpa adanya faktor predisposisi dental plak, sedikit kemungkinan atau bahkan tidak
terjadi penyakit periodontal

Maria Fransiska, skripsi (keparahan penyakit periodontal pada penderita DM yang disertai
Xerostomia di poli DM RSU DR. SOETOMO sby)
Keterangan Xerostomia

Salah satu komplikasi dari DM adalah Xerostomia. Xerostomia merupakan gejala kekeringan
mulut akibat saliva yang menurun. Penurunan aliran saliva akan menyebabkan penurunan
mekanisme pembersihan gigi dan mulut oleh kelenjar saliva sehingga terjadi peningkatan
akumulasi plak, debris, kalkulus, dan terjadi peningakatan keparahan penyakit periodontal.
Kesimpulan

Keparahan penyakit periodontal pada penderita DM yang disertai Xerostomia lebih tinggi
daripada penderita DM yang tidak disertai xerostomia

Anda mungkin juga menyukai