Anda di halaman 1dari 21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Perhatian Orang Tua dan Prestasi Belajar

1. Pengertian Perhatian Orang Tua

Perhatian menurut Sumadi Suryabrata adalah “pemusatan tenaga

psikis tertuju kepada suatu objek.”1 Sedangkan Bimo Walgito

mengemukakan bahwa perhatian merupakan “pemusatan atau konsentrasi

dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau

sekumpulan obyek.”2 Kemudian Kartini Kartono menyatakan bahwa

“perhatian itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran,

yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan

pembatasan kesadaran terhadap satu obyek”.3

Dari beberapa pengertian perhatian menurut para pakar tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan atau

kesadaran jiwa yang diarahkan kepada sesuatu obyek tertentu yang

memberikan rangsangan kepada individu, sehingga ia hanya

mempedulikan obyek yang merangsang itu. Dari pengertian ini, maka

perhatian orang tua dapat diartikan sebagai kesadaran jiwa orang tua untuk

memperdulikan anaknya, terutama dalam hal memberikan dan memenuhi

kebutuhan anaknya, baik dalam segi emosional maupun material.

1
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 14.
2
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 56.
3
Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung : Mandar Maju, 1996) , Cet. III, h. 111

10
11

2. Pengertian prestasi belajar

Dalam memudahkan pemahaman tentang prestasi belajar, terlebih

dahulu perlu dibahas mengenai pengertian “prestasi” dan “belajar”.

a. Prestasi

Prestasi adalah “apa yang dihasilkan atau diciptakan.”4

Menurut Adikusuma S., prestasi ialah “apa yang dapat diciptakan,

hasil yang menggembirakan.”5 Sedangkan WJS Poerwadarminta,

mengartikan prestasi dengan “hasil yang telah dicapai (dilakukan,

dikerjakan dan sebagainya).”6

Dari ketiga pengertian tersebut di atas, terlihat ada satu

kesamaan bahwa prestasi adalah merupakan hasil dari suatu kegiatan.

Untuk itu dapat disimpulkan, bahwa prestasi adalah hasil yang

menggembirakan dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, baik

secara perorangan maupun kelompok dalam bidang tertentu.

b. Belajar

Berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli tentang

pengertian belajar, diantaranya Athur J. Getes yang dikutip oleh Ki

RBS. Fudyartanto, menyatakan bahwa “Belajar adalah perubahan

tingkah laku melalui pengalaman dan latihan.”7 Kemudian menurut R.

S. Chauhan, “belajar adalah membawa perubahan-perubahan dalam

4
Karya Anda, Kamus Mini Populer, (Surabaya: Karya Anda, tt.), h. 170.
5
Adikusuma S., Kamus Lengkap Populer, (Surabaya: Pustaka Tinta Mas, 1992), h. 288.
6
W J S Poerwa Darminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1987),
h. 471.
7
Ki RBS. Fudyartanto, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Jogjakarta: Global
Pustaka Utama, 2002), Cet. Ke-1, h. 150.
12

tingkah laku dari organisme.”8 Sementara Morgan yang dikutip oleh

M. Ngalim Purwanto, berpendapat bahwa ”belajar adalah setiap

perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”9 Selanjutnya

Witting, seperti yang dikutip Muhibbin Syah, mengemukakan, bahwa

“belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam

segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil

pengalaman.”10

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses perubahan keseluruhan tingkah laku individu

yang relatif menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

Pengertian ini dapat dipandang sebagai pengertian belajar secara

luas.

Kemudian dalam pengertian sempit, belajar adalah “The

process of acquirring knowlegde (proses memperoleh

pengetahuan).”11 Sementara Sardiman memberikan pengertian belajar

(dalam arti sempit) “…sebagai usaha penguasaan materi ilmu

pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya

kepribadian seutuhnya.”12 Dari kedua pengertian ini, dapat dipahami

8
Ibid. , h. 151.
9
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998), Cet.
Ke-14, h. 84.
10
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 61.
11
Ibid., h. 62.
12
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), Cet. Ke-8, h. 20.
13

bahwa belajar dalam arti sempit hanya terbatas pada perolehan dan

penguasaan ilmu pengetahuan saja.

c. Prestasi belajar

Dari pengertian “prestasi” dan “belajar” tersebut di atas, dapat

diambil suatu pengertian, bahwa prestasi belajar adalah hasil yang

diperoleh berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang

mengakibatkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari kegiatan

belajar.

Dalam pengertian yang lebih praktis, prestasi belajar dapat

diartikan dengan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan

oleh seorang siswa yang dikembangkan melalui mata pelajaran dan

indikatornya ditunjukkan dengan nilai hasil tes yang diberikan oleh

guru.

B. Bentuk Perhatian Orang Tua Terhadap Belajar Anak

Perhatian orang tua, terutama dalam hal pendidikan anak sangatlah

diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah perhatian orang tua

terhadap aktivitas belajar yang dilakukan anak sehari-hari dalam kapasitasnya

sebagai pelajar dan penuntut ilmu, yang akan diproyeksikan kelak sebagai

pemimpin masa depan.

Bentuk perhatian orang tua terhadap belajar anak dapat berupa

pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar anak,

pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan kebutuhan belajar

anak.
14

1. Pemberian bimbingan dan nasihat

a. Pemberian bimbingan Belajar

Menurut Oemar Hamalik dengan mengutip pendapat Stikes &

Dorcy, menyatakan bahwa bimbingan adalah “suatu proses untuk

menolong individu dan kelompok supaya individu itu dapat

menyesuaikan diri dan memecahkan masalah-masalahnya.”13 Kemudian ia

juga mengutip pendapat Stoops, yang menyatakan bimbingan adalah

“suatu proses yang terus menerus untuk membantu perkembangan

individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal

untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya

maupun bagi masyarakat.”14

Sedangkan H.M. Arifin dan Etty Kartikawati dengan mengutip

pendapat Ketut Sukardi, menyebutkan bimbingan adalah “bantuan yang

diberikan kepada individu dalam menentukan pilihan dan mengadakan

penyesuaian secara logis dan nalar.”15

Dari beberapa definisi bimbingan yang telah dikemukakan, jika

dikaitkan dengan bimbingan orang tua kepada anak, bahwa bimbingan

adalah bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Memberikan bimbingan

kepada anak merupakan kewajiban orang tua. Hal ini tersirat dalam Al

Qur,an dalam surah An Nisaa’ ayat 9 Allah firman:

13
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2002), h. 193.
14
Ibid.
15
H.M. Arifin dan Etty Kartikawati, Materi Pokok Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, 1998), h. 3
15

Bimbingan belajar terhadap anak berarti pemberian bantuan

kepada anak dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam

penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup, agar anak lebih terarah

dalam belajarnya dan bertanggung jawab dalam menilai kemampuannya

sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya,

serta memiliki potensi yang berkembang secara optimal meliputi semua

aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.

Di dalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Anak tidak

mungkin tumbuh sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Anak sangat memerlukan bimbingan dari orang tua, terlebih lagi dalam

masalah belajar. Seorang anak mudah sekali putus asa karena ia masih

labil, untuk itu orang tua perlu memberikan bimbingan pada anak

selama ia belajar. Dengan pemberian bimbingan ini anak akan merasa

semakin termotivasi, dan dapat menghindarkan kesalahan dan

memperbaikinya.

Dalam upaya orang tua memberikan bimbingan kepada anak yang

sedang belajar dapat dilakukan dengan menciptakan suasana diskusi di

rumah. Banyak keuntungan yang dapat diambil dari terciptanya situasi

diskusi di rumah antara lain; memperluas wawasan anak, melatih

menyampaikan gagasan dengan baik, terciptanya saling menghayati antara


16

orang tua dan anak, orang tua lebih memahami sikap pandang anak

terhadap berbagai persoalan hidup, cita-cita masa depan, kemauan anak,

yang pada gilirannya akan berdampak sangat efektif bagi daya dukung

terhadap kesuksesan belajar anak.

b. Memberikan nasihat

Bentuk lain dari perhatian orang tua adalah memberikan nasihat

kepada anak. Menasihati anak berarti memberi saran-saran untuk

memecahkan suatu masalah, berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan

pikiran sehat. Nasihat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar

dalam membuka mata anak-anak terhadap kesadaran akan hakikat sesuatu

serta mendorong mereka untuk melakukan sesuatu perbuatan yang baik.

Betapa pentingnya nasihat orang tua kepada anaknya, sehingga Al Qur’an

memberikan contoh, seperti yang terdapat dalam surah Luqman ayat 13

Allah berfirman:

Nasihat dapat diberikan orang tua pada saat anak belajar di rumah.

Dengan demikian maka orang tua dapat mengetahui kesulitan-kesulitan

anaknya dalam belajar. Karena dengan mengenai kesulitan-kesulitan

tersebut dapat membantu usaha untuk mengatasi kesulitannya dalam

belajar, sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya.


17

Dalam upaya memberikan bimbingan, di samping memberikan

nasihat, kadang kala orang tua juga dapat menggunakan hukuman.

Hukuman diberikan jika anak melakukan sesuatu yang buruk, misalnya

ketika anak malas belajar atau malas masuk ke sekolah. Tujuan

diberikannya hukuman ini adalah untuk menghentikan tingkah laku yang

kurang baik, dan tujuan selanjutnya adalah mendidik dan mendorong anak

untuk menghentikan sendiri tingkah laku yang tidak baik.

Di samping itu hukuman yang diberikan itu harus wajar, logis,

obyektif, dan tidak membebani mental, serta harus sebanding antara

kesalahan yang diperbuat dengan hukuman yang diberikan. Apabila

hukuman terlalu berat, anak cenderung untuk menghindari atau

meninggalkan. Dalam hal ini M. Ngalim Purwanto mengemukakan sifat

hukuman yang mendidik, yaitu “a) senantiasa merupakan jawaban atas

suatu pelanggaran; b) sedikit-banyaknya selalu bersifat tidak

menyenangkan; c) selalu bertujuan ke arah perbaikan; hukuman itu

hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri.”16

Bentuk hukuman yang dapat diberikan pada anak adalah di

antaranya:

 Restitusi yaitu anak untuk mengerjakan sesuatu yang tidak

menyenangkan. Bagi anak yang prestasinya kurang maka hukuman

restitusinya misalnya mengatur waktu belajar, memberikan buku-buku

bacaan yang dapat menunjang prestasi belajarnya dan lain sebagainya.

16
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remadja
Karya, 1987), Cet. 3. h. 236.
18

 Deprivasi yaitu mencabut atau menghentikan sesuatu yang disenangi

anak. Bagi anak yang prestasi belajarnya kurang, maka hukuman

deprivasinya misalnya dengan tidak boleh nonton TV dan sebagainya.

 Membebani dengan sesuatu yang menyakitkan atau menyedihkan. Jika

anak tersebut prestasinya jelek dan tidak mau belajar barulah hukuman

yang ketiga ini diberikan pada anak, seperti menjewer, sedikit

memukul dan sebagainya.

2. Pengawasan terhadap belajar

Orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya, sebab

tanpa adanya pengawasan yang kontinu dari orang tua besar kemungkinan

pendidikan anak tidak akan berjalan lancar. Pengawasan orang tua

tersebut dalam arti mengontrol atau mengawasi semua kegiatan atau

aktivitas yang dilakukan oleh anak baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Pengawasan yang diberikan orang tua dimaksudkan sebagai

penguat disiplin supaya pendidikan anak tidak terbengkelai, karena

terbengkelainya pendidikan seorang anak bukan saja akan merugikan

dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan hidupnya.

Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih

diutamakan dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan

mengetahui kesulitan apa yang dialami anak, kemunduran atau kemajuan

belajar anak, apa saja yang dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas

belajarnya, dan lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahi


19

segala sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil belajar yang

maksimal.

Pengawasan orang tua bukanlah berarti pengekangan terhadap

kebebasan anak untuk berkreasi tetapi lebih ditekankan pada pengawasan

kewajiban anak yang bebas dan bertanggung jawab. Ketika anak sudah

mulai menunjukkan tanda-tanda penyimpangan, maka orang tua yang

bertindak sebagai pengawas harus segera mengingatkan anak akan

tanggung jawab yang dipikulnya terutama pada akibat-akibat yang

mungkin timbul sebagai efek dari kelalaiannya. Kelalaiannya di sini

contohnya adalah ketika anak malas belajar, maka tugas orang tua untuk

mengingatkan anak akan kewajiban belajarnya dan memberi pengertian

kepada anak akan akibat jika tidak belajar. Dengan demikian anak akan

terpacu untuk belajar sehingga prestasi belajarnya akan meningkat.

Pengawasan atau kontrol yang dilakukan orang tua tidak hanya

ketika anak di rumah saja, akan tetapi hendaknya orang tua juga terhadap

kegiatan anak di sekolah. Pengetahuan orang tua tentang pengalaman anak

di sekolah sangat membantu orang tua untuk lebih dapat memotivasi

belajar anak dan membantu anak menghadapi masalah-masalah yang

dihadapi anak di sekolah serta tugas-tugas sekolah.

Untuk mengetahui pengalaman anak di sekolah orang tua

diharapkan selalu menghadiri setiap undangan pertemuan orang tua di

sekolah, melakukan pertemuan segitiga antara orang tua, guru dan anak

sesuai kebutuhan terutama ditekankan untuk membicarakan hal-hal yang


20

positif serta orang tua sebaiknya secara teratur, dalam suasana santai

mendiskusikan dengan anak, kejadian-kejadian di sekolah.

Satijan mengemukakan tentang pentingnya pertemuan antara

orang tua dan guru sebagai berikut:

Pertemuan orang tua dan guru, memungkinkan orang tua untuk


dapat:
a. Mendapatkan informasi tentang perkembangan anak di sekolah,
prestasi belajarnya, tingkah lakunya dan aktivitas anak di sekolah
serta kesulitan yang dialaminya, yang amat berguna bagi orang tua
dalam membimbing anak di rumah.
b. Berbagi informasi tentang keadaan anak, baik kepribadiannya,
cara belajarnya maupun hal lain yang dapat digunakan oleh guru
dalam membimbing anaknya di sekolah.
c. Memperoleh masukan tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh
orang tua di rumah untuk membantu anaknya dalam meningkatkan
prestasi belajarnya.
d. Ikut dilibatkan secara langsung di dalam menghadapi kesulitan
dan memecahkan masalah yang dihadapi anak di sekolah maupun
di rumah.17

Dalam upaya saling bantu membantu antar orang tua dan guru

dalam belajar anak, ada beberapa hal yang perlu di lakukan orang tua,

seperti yang dikemukakan oleh H.M. Arifi sebagai berikut:

Keluarga dapat membantu sekolah dengan:

a. Ayah membiasakan anak taat, terus terang dan dapat dipercaya,


jujur dalam ucapan dan perbuatan.
b. Keluarga menunjukkan rasa simpatinya terhadap segala pekerjaan
yang dikerjakan oleh guru serta membantu sekuat tenaga dalam
mendidik anak-anak mereka.
c. Keluarga memperhatikan kontinuitas anak-anaknya tiap hari
sekolah, dan memperhatikan juga keberesan kewajiban rumah dan
mendorong anak-anaknya untuk menetapi segala yang
diperintahkan oleh sekolah.
d. Keluarga tidak membebani anak pekerjaan-pekerjaan rumah yang
melemahkan penunaian tugas-tugas sekolah.18

17
Satijan, “Pentingnya pertemuan Orang tua – Guru dalam Membantu Keberhasilan
Anak di sekolah”, Penabur, No.4 THN.XXVIII (April, 2001), h. 1.
21

Dari hal tersebut, maka jelaslah bahwa pertemuan antara guru

dengan orang tua banyak membawa manfaat bagi kedua belah pihak. Ini

merupakan sasaran yang amat baik untuk menjalin kerja sama dalam

mengupayakan apa yang terbaik untuk keberhasilan belajar anak di

sekolah.

3. Pemberian motivasi dan penghargaan

Sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi anak, orang tua

hendaknya mampu memberikan motivasi dan dorongan. Sebab tugas

memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang

tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar.

Jika anak tersebut memiliki prestasi yang bagus hendaknya orang

tua menasihati kepada anaknya untuk meningkatkan aktivitas belajarnya.

Dan untuk mendorong semangat belajar anak hendaknya orang tua

mampu memberikan semacam hadiah untuk menambah minat belajar bagi

anak itu sendiri. Namun jika prestasi belajar anak itu jelek atau kurang

maka tanggung jawab orang tua tersebut adalah memberikan motivasi atau

dorongan kepada anak untuk lebih giat dalam belajar.

Dorongan orang tua kepada anaknya yang berprestasi jelek atau

kurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan kurangnya dorongan

dari orang tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan bahkan akan

menimbulkan keputusasaan. Tindakan ini perlu dilakukan oleh orang tua

baik kepada anak yang berprestasi baik ataupun kurang baik dari berbagai

18
H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarg, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 19.
22

jenis aktivitas, seperti mengarahkan cara belajar, mengatur waktu belajar

dan sebagainya, selama pengarahan dari orang tua itu tidak memberatkan

anak.

Stephanie Daisy Imelda R. Mengemukakan beberapa hal yang

dapat dilakukan oleh orang tua pada anak yang prestasinya kurang, yaitu:

1. Kenali kemampuan anak. Jangan menuntut anak melebihi


kemampuannya. Anak yang sering mendapat tuntutan yang terlalu
tinggi, akan mudah menjadi frustrasi dan akhirnya menjadi mogok
belajar.
2. Jangan membanding-bandingkan. Orang tua sebaiknya jangan
membanding-bandingkan anak dengan kakak atau adiknya
mengingat setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda.
Anak yang sering dibanding-bandingkan dapat kehilangan
kepercayaan diri. Bangkitkanlah rasa percaya diri anak dengan
menghargai setiap usaha yang telah dilakukan.
3. Menerima anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
4. Membantu anak mengatasi masalahnya. Bila anak memang
membutuhkan guru les, jangan dipaksakan anak dengan
kemampuannya sendiri hanya karena ayah dan ibunya dahulu
tidak pernah les.
5. Tingkatkan semangat belajar anak. Kita dapat melakukan hal ini
dengan, misalnya memberi pujian, pelukan, belaian maupun
ciuman.
6. Jangan mencela anak dengan kata-kata yang menyakitkan. Orang
tua harus menghindari mencela anak dengan kata-kata, "bodoh",
"tolol", "otak udang", dan sebagainya. Anak yang sering mendapat
label atau cap seperti itu pada akhirnya akan mempunyai
pandangan bahwa dirinya memang bodoh dan tolol.
7. Mendidik adalah tanggung jawab bersama. Ayah dan Ibu
mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mendidik anak.
8. Jangan lupa berdoa agar anak kita mendapat hasil yang terbaik.19

Berikut ini dikemukakan cara-cara yang dapat dilakukan oleh

orang tua untuk membangkitkan motivasi anak agar tumbuh rasa senang

dalam belajar yang dikutip dari sebuah artikel, yaitu sebagai berikut:

19
Stephanie Daisy Imelda R., “Peran Orang Tua dalam Membantu Anak Belajar”,
http://www.bpkpenabur.or.id, 12 Januari 2007.
23

1. Sisihkan waktu barang satu jam sampai dua jam untuk dapat
bertemu dengan anak-anak.
2. Curahan kasih sayang dengan tidak ada maksud memanjakan atau
menuruti segala kemauannya.
3. Tanyakan sekilas tentang pelajaran di sekolah.
4. Berilah penghargaan pada si anak dari hasil belajarnya sekalipun
hanya sebuah kata-kata manis.
5. Tanyakan apa yang menjadi kesulitannya,berilah nasihat untuk
menyelesaikan.
6. Bimbinglah untuk mengatur jadwal belajarnya belajar secara
kontinu dan mandiri.
7. Berilah sangsi yang mendidik jika ia melakukan keteledoran.
8. Jagalah kewibawaan orang tua agar ia tetap menghormati.
9. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan belajarnya.
10. Selalu berkonsultasi dengan guru jika ada masalah yang penting20

Di samping itu orang tua juga perlu memberikan penghargaan

kepada anak. Penghargaan adalah sesuatu yang diberikan orang tua

kepada anaknya karena adanya keberhasilan anak dalam belajar sehingga

meraih prestasi. Hal ini sangat berguna bagi anak karena dengan

penghargaan anak akan timbul rasa bangga, mampu atau percaya diri dan

berbuat yang lebih maksimal lagi untuk mencapai prestasi yang lebih

tinggi. Yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah memberikan pujian

dan penghargaan pada kemampuan atau prestasi yang diperoleh anak.

Pujian dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa orang tua menilai dan

menghargai tindakan usahanya.

Bentuk lain penghargaan orang tua selain memberi pujian adalah

dengan memberikan semacam hadiah atau yang lain. Hadiah ini

dimaksudkan untuk memberikan motivasi pada anak, untuk

menggembirakan, dan untuk menambah kepercayaan pada anak itu

20
Atmadi, “Memotivasi Belajar Siswa di Rumah”, http://www.lumajang.go.id. 14
Desember 2007.
24

sendiri, serta untuk mempererat hubungan dengan anak. Akan tetapi

orang tua juga harus tetap memberikan nasihat karena hadiah itu sendiri

juga bisa merusak dan menyimpangkan pikiran anak dari tujuan belajar

yang sebenarnya.

4. Pemenuhan kebutuhan belajar

Kebutuhan belajar adalah segala alat dan sarana yang diperlukan

untuk menunjang kegiatan belajar anak. kebutuhan tersebut bisa berupa

ruang belajar anak, seragam sekolah, buku-buku, alat-alat belajar, dan

lain-lain. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak,

karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik.

Dalam hal ini Bimo Walgito menyatakan bahwa “semakin lengkap alat-

alat pelajarannya, akan semakin dapat orang belajar dengan sebaik-

baiknya, sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini

merupakan gangguan di dalam proses belajar, sehingga hasilnya akan

mengalami gangguan.”21

Tersedianya fasilitas dan kebutuhan belajar yang memadai akan

berdampak positif dalam aktivitas belajar anak. Anak-anak yang tidak

terpenuhi kebutuhan belajarnya sering kali tidak memiliki semangat

belajar. Lain halnya jika segala kebutuhan belajarnya tercukupi, maka

anak tersebut lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar.

Mengenai perhatian terhadap kebutuhan belajar, kaitannya dengan

motivasi belajar mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Hal itu dapat

21
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset), h.
123-124.
25

diketahui bahwa dengan dicukupinya kebutuhan belajar, berarti anak

merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Kebutuhan belajar, seperti buku

termasuk unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi

belajar. Karena buku merupakan salah satu sumber belajar, di samping

sumber belajar yang lain. Dengan dicukupinya buku yang merupakan

salah satu sumber belajar, akan memperlancar proses belajar mengajar di

dalam kelas dan mempermudah dalam belajar di rumah. Dan juga akan

dapat meningkatkan semangat belajar bagi anak. Dengan demikian sudah

sepatutnya bagi para orang tua untuk memperhatikan dan berusaha

memenuhi kebutuhan belajar anak.

C. Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak

Perhatian orang tua memiliki berhubungan positif dengan prestasi

belajar anak di sekolah. Nila F. Moeloek menyatakan bahwa “kajian empiris

membuktikan bahwa peran keluarga dan orang tua berkaitan erat dan positif

dengan prestasi belajar anak.”22 Dalam sebuah artikel berjudul Agenda

Reformasi Pendidikan, dinyatakan bahwa:

Faktor orang tua dalam keberhasilan belajar anak sangat dominan.


Banyak penelitian baik di dalam maupun di luar negeri menemukan
kesimpulan tersebut. Faktor orang tua bisa dikategorikan ke dalam dua
variabel: variabel struktural dan variabel proses. Yang dapat
dikategorikan variabel struktural antara lain latar belakang status sosial
ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan orang tua. Sedangkan
variabel proses adalah berupa perilaku orang tua dalam memberikan
perhatian dan bantuan kepada anaknya dalam belajar. Untuk bisa
mewujudkan variabel kedua tersebut tidak harus tergantung pada variabel
pertama. Artinya, tidak hanya keluarga "kaya" atau berpendidikan tinggi

22
Nila F. Moeloek, “Mengapa ada Percepatan Penuntasan Gerakan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar sembilan tahun”,http://www.dwp.or.id/dwp1.php?kas=12&noid=573., 12 April
2001.
26

bisa menciptakan variabel proses. Contoh variabel proses antara lain:


orang tua menyediakan tempat belajar untuk anaknya; orang tua
mengetahui kemampuan anaknya di mana anak mempunyai nilai paling
bagus; pelajaran apa anak paling tidak bisa; apa kegiatan anak yang
paling banyak dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah; orang tua
sering menanyakan tentang apa yang dipelajari anaknya; orang tua
membantu anaknya dalam belajar.23

Sikap dan perhatian orang tua, baik dari ayah atau ibu terhadap

anaknya dalam melakukan aktivitas belajar, akan menimbulkan pengaruh

positif terhadap hasil belajar yang dicapainya. Misalnya, komunikasi yang

dilakukan orang tua kepada anak dalam suasana penuh keakraban dengan

menanyakan tentang belajarnya di sekolah ataupun mengenai kesulitan-

kesulitan yang dihadapinya, dapat memberi semangat terhadap aktivitas

belajarnya. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Oji Kurniadi, yang

dikutip surat kabar Pikiran Rakyat, menyatakan bahwa frekuensi komunikasi

antara ayah dan anak akan berpengaruh positif dan dapat meningkatkan

prestasi belajar anak-anaknya. Artinya, semakin tinggi frekuensi komunikasi

yang dilakukan, maka prestasi belajar anak akan meningkat. Bahkan, dengan

komunikasi akan mengurangi perpecahan atau pertentangan yang diharapkan

dapat meningkatkan prestasi belajar anak.24

Selanjutnya, Slameto dengan mengemukakan hasil penelitian yang

dilakukan Dougherty, T. dan Kurosaka, L., menyatakan:

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa bila orang tua berperan


dalam pendidikan, anaknya menunjukkan peningkatan prestasi
belajarnya, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosio-emosional,

23
Pakguruonline, “Agenda Reformasi Pendidikan”, http://paguruonline.pendidikan.net
/wacana_pdd_15.html., 2 November 2007.
24 Pikiran Rakyat, “Komunikasi Ibu-Anak yang Berkualitas Perlu”, http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/1103/21/03x2.htm., 21 Nopember 2003.
27

kedisiplinan, serta aspirasi anaknya untuk belajar sampai di Perguruan


Tinggi, bahkan setelah bekerja dan berkeluarga.25

Menurut hasil-hasil penelitian selama 30 tahun terakhir oleh National

Parent Teacher Asosiation, yang juga dikutif oleh Slameto, menyimpulkan

tentang manfaat peran dan perhatian orang tua, terutama ayah, hubungannya

dengan pendidikan anak, adalah:

...makin baiknya tumbuh kembang anak secara fisik, sosio-emosional,


keterampilan kognitif, pengetahuan dan bagaimana anak belajar sehingga
prestasi belajarnya lebih tinggi sering mendapat nilai A (9-10), kehadiran
sekolah lebih tertib/disiplin serta aktif dalam ekstrakurikuler,
menyelesaikan dengan tepat dan benar PR, bersikap lebih positif terhadap
sekolah, masuk ranking yang lebih tinggi dan setamat SMTA memasuki
Perguruan Tinggi favorit.26

Kemudian Slameto mengutip pendapat Blokir, bahwa

Ayah dapat berperan penting bagi perkembangan pribadi anak, baik


sosial, emosional maupun itelektualnya. Pada diri anak akan tumbuh
motivasi, kesadaran dirinya, dan identitas skill serta kekuatan/
kemampuan-kemampuannya sehingga memberi peluang untuk sukses
belajarnya, identitas gender yang sehat, perkembangan moral dengan
nilainya dan sukses lebih primer dalam keluarga dan kerja/kariernya
kelak. Terhadap semua itu pengaruh peran ayah yang paling kuat adalah
terhadap prestasi belajar anak dan hubungan sosial yang harmonis.27

Dikemukakan pula hasil penelitian US Departement Of Education

yang di acu Wood Elementary Dad's Club (2002) diperoleh bahwa:

Siswa-siswa yang mendapat nilai A (Setara 9-10) ternyata 51% ayah


dan ibu yang berperan pada aras tinggi, atau 48% hanya ayah saja yang
berperan tinggi, atau 44% hanya ibu saja yang berperan tinggi, dan atau
27% baik ayah maupun ibu yang berperan pada aras yang rendah.
Sedangkan di kalangan siswa yang tinggal klas, 6% saja yang baik ayah
maupun ibu berperan tinggi, atau 9% hanya ibu saja yang berperan tinggi,
dan atau 21% baik ayah maupun ibu yang berperan rendah.28

25
Slameto, “Peranan Ayah Dalam Pendidikan Anak Dan Hubungannya Dengan Prestasi
Belajarnya”, http://re-searchengines.com/slameto2.htm., 24 Mei 2003.
26
Ibid.
27
Ibid.
28
Ibid.
28

Dari beberapa keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh

perhatian orang tua sangat dominan terhadap keberhasilan belajar anak.

Dengan kata lain bahwa perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak,

terutama dalam hal pendidikan dan belajarnya, memiliki hubungan dan

pengaruh positif terhadap prestasi belajar yang dicapai anak di sekolah.

D. Signifikasi Perhatian Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,

masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian, pendidikan anak tidak semata

tanggung jawab sekolah, tetapi bersama antara orang tua, sekolah dan

masyarakat. Sesungguhnya orang tua merupakan penanggung jawab utama

pendidikan anak. Dalam pengertian ini, keberhasilan pendidikan anak di

sekolah bukan hanya merupakan hasil perjuangan guru dan anak sebagai

peserta didik. Tetapi keberpihakan orang tua yang memberikan dukungan

berupa perhatian, dorongan dan pengawasan kepada anaknya ikut

memberikan andil. Dengan kata lain, orang tua mempunyai peranan besar

terhadap keberhasilan yang dicapai anak di sekolah.

Belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman. Oleh karena itu selama menjalani proses belajar, anak

menghadapi berbagai macam problematika baik yang bersifat fisik maupun

psikis yang menjebak anak ke dalam suatu kesulitan sehingga mengakibatkan

lemahnya semangat, prestasi menurun, atau hal-hal lain yang merugikan anak.

Maka dalam keadaan seperti ini eksistensi orang tua sangat penting dalam

menyertai perjalanan anak dalam rangka mengatasi kesulitan-kesulitannya,


29

terutama dalam menumbuhkan motivasi dan melatih anak untuk mencari

solusi dan mengatasi masalah-masalahnya secara mandiri. Dalam hal ini Hari

Waluyo menyatakan bahwa “peranan orang tua untuk membimbing dan

memotivasi anak, akan sangat berperan untuk kesuksesan prestasi belajar

anak.”29

Perhatian orang tua pada aktivitas belajar anak dengan segala yang

berhubungan dengannya, dapat memberikan motivasi berprestasi yang tinggi

dan memunculkan simpati anak kepada orang tua yang pada akhirnya dapat

menumbuhkan kepercayaan pada diri anak. Perhatian orang tua sesungguhnya

merupakan investasi kepada anak dalam meningkatkan aktivitas belajar, dan

membantu memaksimalkan perkembangan kepribadian serta prestasi belajar.

Senada dengan hal tersebut, Pramuji Wibowo menyatakan sebagai berikut:

Motivasi ekstrinsik yang paling utama adalah dari orang tua atau
keluarga. Hal ini dikarenakan semenjak kecil anak bersosialisasi,
menerima pendidikan (pendidikan informal) pertama kalinya adalah di
dalam keluarga, dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini
merupakan pendidikan yang terpenting atau utama terhadap
perkembangan pribadi anak. Belajar sebagai proses interaksi untuk
mencapai tujuan akan lebih efektif, bila ditunjang dengan motivasi yang
tinggi, baik yang berupa intrinsik maupun ekstrinsik, dan orang tua adalah
hal yang signifikan dalam membangkitkan motivasi seseorang.30

Perhatian yang cukup dan perlakukan orang tua yang bijaksana

terhadap anak, akan berdampak pada kemampuan pengembangan potensi diri

anak yang melahirkan motivasi belajar yang tinggi dan kemampuan

29
Hari Waluyo, “Hambatan Kultural Kurikulum 2004”, http: //www.suaramerdeka.com/harian/
0401/26/kha2.htm., 26 Januari 2004.
30
Pramuji Wibowo, ”Pengaruh Motivasi Terhadap Efektivitas Belajar”,
http://pramujiwibowo.wordpress.com. 13 Maret 2007.
30

berkonsentrasi dalam aktivitas belajarnya yang akhirnya berpengaruh kepada

pencapaian prestasi yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai