PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia secara geografis terletak antara tiga lempeng yang saling
bertumbukkan. Lempeng Samudra Hindia-Australia bergerak relatif ke arah utara
menyusup ke bawah Lempeng Benua Eurasia yang relatif diam di sebelah utaranya
menghasilkan zona subduksi di sebelah barat Pulau Sumatera sampai di sebelah
selatan Pulau Jawa dan Kepulauan Nusa Tenggara. Selain itu, gerakan lempeng
Samudra Hindia-Australia ke arah utara di Pulau Papua bertumbukan dengan lempeng
Samudra Pasifik dan membentuk zona obduksi di tengah Pulau Papua Pasifik.
Gerakan Lempeng Samudra Pasifik yang relatif diam dan membentuk zona subduksi
di sekitar Kepulauan Maluku dan Pulau Sulawesi bagian utara.
Pertemuan tiga lempeng besar di Indonesia menyebabkan banyaknya kejadian
gempabumi tektonik yang terjadi di dasar laut. Gempabumi tektonik di sekitar zona
subduksi yang disertai dengan deformasi lempeng di bawah permukaan laut dapat
menyebabkan terjadinya tsunami. Tsunami adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan gelombang lautan yang sangat besar yang dihasilkan oleh perubahan
vertikal massa air dan juga dikaitkan oleh massa air di laut yang terjadi secara tiba-
tiba (Dewi dan Dulbahri, 2009).
Kejadian tsunami di Indonesia sangat dipengaruhi oleh adanya gempabumi.
Latief dkk (2000, dalam Dewi dan Dulbahri, 2009) menjelaskan bahwa kejadian
tsunami di Indonesia 90,5% terjadi akibat gempabumi, 8,6% oleh erupsi gunungapi
dan 1% diakibatkan oleh adanya longsor tanah. National Geophysical Data Centre
(2005) menyatakan bahwa kejadian tsunami dari 2000 tahun sebelum masehi sampai
Tahun 2005 di Indonesia adalah sebanyak 253 kejadian. Jumlah kejadian tsunami ini
adalah terbanyak ketiga di dunia setelah Jepang (443 kejadian) dan Amerika Serikat
(287 kejadian), namun demikian jumlah korban jiwa akibat tsunami di Indonesia
adalah yang paling besar di seluruh dunia.
Pantai selatan Jawa yang berhadapan dengan zona subduksi akibat tumbukan
Lempeng Samudra Hindia-Australia yang bergerak relatif ke arah utara menyusup ke
bawah Lempeng Benua Eurasia yang relatif diam. Hal tersebut menyebabkan wilayah
pantai selatan Jawa rawan menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang banyak
mengalami tsunami. National Geophysical Data Centre (2005) menyatakan bahwa
dalam kurun waktu dari 2000 tahun sebelum masehi sampai Tahun 2005 terjadi 32
kejadian tsunami di Pantai Selatan Jawa. Surat Kabar harian Kompas edisi Tanggal 1
Januari 2005 menyebutkan bahwa dalam kurun waktu antara Tahun 1629 sampai
dengan Tahun 2004 telah terjadi 8 kali kejadian tsunami di Pantai Selatan jawa, yakni
pada tahun; 1818, 1840, 1859, 1904, 1921, 1925, 1957, dan 1994.
Berdasarkan data tentang kejadian tsunami yang telah disebutkan di atas,
maka berarti bahwa Teluk Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta yang
terletak di Pantai Selatan Jawa tentunya merupakan wilayah yang rawan terhadap
bencana tsunami. Teluk Sadeng adalah bekas muara Sungai Bengawan Solo Purba
yang berbentuk lembah yang panjang dan relatif datar. Lembah ini sekarang
digunakan sebagai permukiman nelayan, tempat pelelangan ikan dan pelabuhan ikan.
Hal ini berarti bahwa elemen risiko bencana tsunami cukup banyak. Oleh karena itu,
maka diperlukan suatu penelitian tentang risiko bencana tsunami menjadi sangat
penting dilakukan di Teluk Sadeng berkaitan dengan upaya mitigasi dan reduksi
risiko bencana tsunami yang mungkin terjadi. Salah satu upaya mitigasi dan reduksi
bencana yang dapat dilakukan adalah dengan membuat peta bahaya, kerentanan dan
peta risiko bencana. Beradasarkan beberapa hal tersebut, maka kemudian disusun
suatu penelitian dengan judul “Pemetaan Rsisiko Bencana Tsunami dengan
Menggunakan Sistem Informasi Geografis: Studi Kasus di Teluk Sadeng,
Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta.”
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui sebaran secara spasial bahaya (hazard) bencana tsunami yang
terdapat di Teluk Sadeng.
2. Mengetahui sebaran secara spasial kerentanan (vulnerability) bencana tsunami
yang terdapat di Teluk Sadeng.
3. Mengetahui sebaran secara spasial risiko (risk) bencana tsunami yang terdapat
di Teluk Sadeng.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diantaranya adalah untuk:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi terkait
kajian pemetaan bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability), dan risiko (risk)
bencana tsunami dengan menggunakan system informasi geografi.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi
pemerintah, masyarakat dan stakeholder lain yang terkait, sehubungan dengan
upaya mitigasi dan reduksi risiko bencana tsunami di Teluk Sadeng,
Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah sebaran secara spasial bahaya (hazard) bencana tsunami yang
terdapat di Teluk Sadeng?
2. Bagaimanakah sebaran secara spasial kerentanan (vulnerability) bencana
tsunami yang terdapat di Teluk Sadeng?
3. Bagaimanakah sebaran secara spasial risiko (risk) bencana tsunami yang
terdapat di Teluk Sadeng?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebencanaan
Terdapat beberapa konsep dalam kegiatan penanggulangan bencana, antara lain
konsep mengenai bencana, risiko bencana, bahaya, serta kerentanan bencana.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Kejadian bencana secara
umum dapat dikategorikan dalam 3 jenis, yaitu:
1. Bencana Alam
Bencana alam adalah bencana yang dihasilkuan oleh proses alam, misal
gempa bumi, banjir, sunami, gunung meletus, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor.
2. Bencana Nonalam
Bencana nonalam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
ataupun rangkaian peristiwa nonalam, misal berupa gagal teknologi,
epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana Sosial
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa ataupun
rangkaian peristiwa yang berasal dari aktivitas manusia, misal konflik antar
kelompok atau antar komunitas, serta kejadian terorisme.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga tahapan, yaitu
penyusunan peta genangan tsunami pada beberapa skenario (peta bahaya tsunami),
penyusunan peta kerentanan tsunami, dan peta risiko bencana tsunami. Berikut ini langkah
detail dari masing-masing tahapan penyusunan peta-peta tersebut:
Skenario
Skor
Ketinggia Tingkat Bahaya
Bahaya
n
1m 5 Bahaya Sangat Tinggi
2m 4 Bahaya Tinggi
3m 3 Bahaya Sedang
6m 2 Bahaya Rendah
>6m 1 Bahaya Sangat Rendah
No Sko
. Penggunaan Lahan r
1 Permukiman 3
2 Kantor Pemerintah 3
3 Fasilitas Umum 3
4 Sawah Tadah Hujan 2
5 Kebun Campuran 2
6 Tegalan 2
7 Sawah Irigasi 2
8 Semak Belukar 1
9 Gisik Pantai 1
Rumput/Tanah
10 Kosong 1
11 Sungai 1
12 Badan Air 1
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Kodoatie, Robert J. dan Sjarief, Roestam. 2006. Pengelolaan Bencana Terpadu. Jakarta:
Yarsif Watampone.
National Geophysical Data Centre. 2005. Tsunami Run-upsWhere All Records Returned.
Diakses Oleh Ahmad Cahyadi Tanggal 15 September 2006 Pukul 18.30 WIB dari
Paula.Dunbar@Noaa.Gov.NOAA-Satelite-and-Information-Service-Natural-Hazard
Dewi, Ratna Sari dan dulbahri. 2009. Bencana Tsunami Parangtritis. Dalam Sunarto;
Marfai, Muh Aris; dan Mardiatno, Djati. (eds), Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah
Kepesisiran Parangtritis. Yogyakarta: Pusat Studi Bencana (PSBA) Universitas Gadjah
Mada, 65-88.
Sukwardjono dan Sukoco, Mas. 1997. Kartografi Dasar. Yogyakarta : Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Bartlett, Darius J. 2001. GIS for coastal zone management. Florida: CRC Press
Bryant, E. 2008. Tsunami: The Underrated Hazard, 2nd edition. Chichester, UK:
Praxis Publishing
Cardona, O.D. 2003. The Notion of Disaster Risk: Conceptual Framework for
Integrated Risk Management. Colombia: Universidad Nacionalde Colombia
Coburn, A.W., Spence, R.J.S., dan Pomunis, A. 1994. Mitigasi Bencana, Modul
Program Pelatihan Manajemen bencana. Edisi Kedua. United Nations
Development Programme (UNDP)
Marfai, M. Aris. 2008. ILWIS Exercise Module: Coastal Flood Assessment by Means
of GIS Technology. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM
Nayak. 2007. GIS in Disaster Monitoring and Prediction. United States: Springer
Publishing
Shamsi, U.M. 2005. GIS applications for water, wastewater, and stormwater system.
Florida: CRC Press
UN/ISDR. 2004. Living with Risk: A Global Review of Disaster Reduction Initiatives.
Genewa: UN Publications