Anda di halaman 1dari 75

BAB 1 SEMESTER 1

1. Surat Al Baqarah : 30

pengelolaBacalah ayat dibawah ini dengan tartil, fasih, benar dan suara yang indah! Teks lihat “google
Al-Qur’an onlines”

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30)

a. Kandungan ayat

Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia dapat menjadi kalifah di muka bumi
tersebut. Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia diciptakan untuk menjadi penguasa yang
mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya,
gunungnya, lautnya, perikanannya dan seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa
yang ada di bumi untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu semuanya maka
sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-benar dijalankan dengan baik oleh
manusia tersebut, terutama manusia yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SWT.

Kesimpulan kandungan Surat Al Baqarah : 30, diantaranya:

1. Allah memberitahu kepada malaikat bahwa Allah akan menciptakan khalifah (wakil Allah) di bumi

1. Allah memilih manusia menjadi khalifah di muka bumi

2. malaikat menyangsikan kemampuan manusia dalam mengemban tugas sebagai manusia. Menurut
pandangan malaikat, manusia suka membuat kerusakan dan menumpahkan darah
3. Malaikat beranggapan bahwa yang pantas menjadi khalifah di bumi adalah dirinya. Malaikat merasa
selalu bertasbih, bertauhid dan menyucikan Allah

4. Allah lebih mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat

2. Surat Al Mukminun : 12-14

Bacalah Surat Al Mukminun ayat 12-14 berikut dengan fasih dan benar! Teks lihat “google Al-Qur’an
onlines”

Artinya: “12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. 13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). 14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS Al Mukminun : 12-14)

a. Kandungan ayat

Dalam surat Al Mukminun ayat 12-14 Allah SWT menerangkan tentang proses penciptaan manusia.
Sebelum para ahli dalam bidang kedokteran modern mengetahui proses asal usul kejadian penciptaan
manusia dalam rahim ibunya, Allah SWT sudah terlebih dahulu mejelaskan perihal kejadian tersebut
dalam Al Qur’an seperti dalam surat Al Mukminun ayat 12-14, dan diperkuat oleh ayat lainnya
diantaranya Surat Al Hasyr ayat 24 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya : Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai
asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.(QS Al Hasyr : 24)

Pada surat Al Mukminun ayat 12 -14 Allah SWT menjelaskan bahwa proses penciptaan manusia dalam
rahim ibunya terbagi menjadi 3 fase yaitu:
1. Fase air mani

2. Fase segumpal darah

3. Fase segumpal daging

Yang masing-masing fasenya memakan waktu 40 hari, hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang di
riwayatkan oleh bukhari:

Artinya :

Dari Abdullah bin Mas’ud ra.,ia berkata : Rasululla saw bercerita kepada kami, beliaulah yang benar dan
dibenarkan : “Sesungguhnva penciptaan perseoranganmu terkumpul dalam perut ibunva empat puluh
hari dan empat puluh malam atau empat puluh malam, kemudian menjadi segumpal darah, semisal itu
(40 hari = pen) kemudian menjadi segumpal daging, semisal itu (40 hari = pen), kemudian Allah
mengutus Malaikat, kemudian dipermaklumkan dengan empat kata, kemudian malaikat mencari
rizkinya, ajalnya (batas hidupnya), amalnya serta celaka dan bahagianya kemudian Malaikat meniupkan
ruh padanya. Sesungguhnya salah seorang di antaramu niscaya beramal dengan amal ahli (penghuni)
sorga, sehingga jarak antara sorga dengan dia hanya satu hasta, namun catatan mendahuluinya, maka ia
beramal dengan penghuni neraka, maka ia masuk neraka. Dan sesungguhnya salah seorang diantaramu,
beramal dengan amal ahli neraka, sehingga jarak antara neraka dengan dia hanya satu hasta, namun
catatan mendahuinya, maka ia beramal dengan amal penghuni sorga, maka ia masuk sorga. (Hadits
ditakhrij oleh Bukhari).

Sedangkan dalam surat Al Hasyr Allah menjelaskan bahwa janin sebelum menjadi manusia sempurna
juga mengalami tiga fase, yaitu:

1. Taswir, yaitu digambarkan dengan bentuk garis-garis, waktunya setelah 42 hari

2. Al Khalq, yaitu dibuat bagian-bagian tubuhnya

3. Al Baru’, yaitu penyempurnaan terhadap bentuk janin

Kesimpulan kandungan surat Al Mukminun ayat 12-14 ini antara lain:


1. Menjelaskan tentang proses kejadian manusia

2. Allah memberi kesempatan hidup di dunia kepada manusia

3. Usia manusia ditentukan oleh Allah SWT

4. Manusia diperintahkan untuk memikirkan proses kejadiannya agar tidak sombong kepada Allah dan
sesama manusia

3. Surat Adz Dzariyat ayat 56

Bacalah surat Az Zariyat berikut ini dengan fasih dan benar! Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah kepadaku.” (QS Adz
Zariyat : 56)

a. Kandungan ayat

Surat Adz dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk Allah, termasuk jin dan manusia
diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya
kepada Allah SWT. Jadi selain fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia
juga mempunya fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal ini
adalah menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.

Seperti diutarakan pada surat Al Mukminun ayat 12-14 bahwa Allah SWT yang menciptakan manusia
dari saripati tanah yang terkandung dalam tetesan air yang hina, yaitu air mani, oleh karenanya
merupakan suatu keharusan bagi manusia untuk menyembah penciptanya, yang telah menjadikan
manusia sebagai makhluk mulia diantara makhluk lainnya.

4. Surat Al Hajj ayat 5


Bacalah surat Al Hajj ayat 5 berikut ini dengan fasih, tartil, dan benar! Teks lihat “google Al-Qur’an
onlines”

Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,
agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai
waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah
Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah. “ (QS Al Hajj : 5)

B. PROSES KEJADIAN MANUSIA

Manusia dalam pandangan Islam tediri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmani manusia
bersifat materi yang berasal dari unsur-unsur sari pati tanah. Sedangkan roh manusia merupakan
substansi immateri, yang keberadaannya dia alam baqa nanti merupakan rahasia Allah SWT. Proses
kejadian manusia telah dijelaskan dalam Al Qur’anul Karim dan Hadits Rasulullah SAW.

Tentang proses kejadian manusia, Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Mukminun ayat
12 – 14 Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah.
Kemudian kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudain airmani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah,
Pencipta yang paling baik.” (QS Al Mukminun : 12-14).

Tentang proses kejadian manusia ini juga dapat dilihat dalam pada QS As Sajadah ayat 7 – 9 yang
berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya : 7. yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. 8. kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. 9.
kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS As Sajadah : 7
– 9)

Dalam hadits Rasulullah SAW tentang kejadian manusia, beliau bersabda yang artinya: “Sesungguhnya
setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya 40 hari sebagai nutfah, kemudain sebagai
alaqah seperti itu pula (40 hari), lalu sebagai mudgah seperti itu, kemudian diutus malaikat kepadanya,
lalu malaikat itu meniupkan ruh kedalam tubuhnya.” (Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari r.a dan
muslim)

Ketika masih berbentuk janin sampai umur empat bulan, embrio manusia belum mempunyai ruh,
karena baru ditiupkan ke janin itu setelah berumur 4 bulan (4X30 hari). Oleh karena itu, yang
menghidupkan tubuh manusia itu bukan roh, tetapi kehidupan itu sendiri sudah ada semenjak manusia
dalam bentuk nutfah. Roh yang bersifat immateri mempunyai dua daya, yaitu daya pikir yang disebut
dengan akal yang berpusat diotak, serta daya rasa yang disebut kalbu yang berpusat di dada. Keduanya
merupakan substansi dai roh manusia.

C. PERANAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH

Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang
diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah).
Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).

1. Memakmurkan Bumi

Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus mengeksplorasi
kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu
dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga
generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu.
2. Memelihara Bumi

Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM
(sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam
demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak
alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.

Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan yang jelas,
yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh
Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud
adalah agama (Islam).

Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi dari kerusakan?,
karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang benar-benar berbuat
shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi
– nabi sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan
dari pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya
dalam surat Al Isra ayat 4 yang berbunyi : Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang besar“. (QS Al Isra : 4)

Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi sebagai khalifah
dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang diciptakan oleh Allah SWT
karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya
dalam surat Al Qashash ayat 77 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL
Qashash : 7)
D. TUGAS MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK

Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata menyembah sebagai terjemahan
dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun. Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia
merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela maupun
terpaksa.

1. Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata caranya, dan syarat-syarat
pelaksanaannya oleh nas, baik Al Qur’an maupun hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau
dikurangi. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.

2. Ibadah ‘ammah (umum), yaitu pengabdian yang dilakuakn oleh manusia yang diwujudkan dalam
bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam konteks mencari keridhaan Allah SWT

Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang
memperoleh keridhaan Allah adalah k=jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, terjauhkan dari
kegelisahan dan kesengsaraan bathin. Sedankan diakhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga
dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Sebagaimana firman Allah
SWT yang artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al
Fajr : 27-30)

Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas
hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam telah memberi petunjuk kepada manusia
tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai
akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.

Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunayi tugas pokok di muka bumi, yaitu untuk
mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah SWT adlah bertauhid kepadanya,
yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala
situasi dan kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan rasulnya,
serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi
segala larangannya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu
ditambah dengan keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga,
waktu, bahkan jiwa.

LATIHAN

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini!

1. Isi kandungan surat Al Mukminu ayat 12-14 antara lain adalah …

1. Allah menerangkan tentang proses kejadian manusia

2. Allah menerangkan tentang proses kejadian alam semesta

3. Allah menjadikan khalifah di muka bumi

4. Allah menciptakan jin dan manusia untuk menyembah kepadanya

5. Allah memerintahkan mendirikan shalat dan menunaikan zakat

2. Bacan yang benar pada kata ‫مِنْ ُن ْط َف ٍة‬adalah …

a. min nutfatim

b. min nutfatin

c. minna nutfah

d. mim nutfatin
e. min nutfah

3. Arti dari kata ‫ لَ َعلَّ ُك ْم َتعْ ْقِلُ ْو َن‬adalah …

a. agar kamu memahami

b. agar kamu berpikir

c. agar kamu tidak sombong

d. agar kamu memohon

e. agar kamu mengetahui

4. Pada kata ً‫ ي ُْخ ِر ُخ ُك ْم طِ ْفال‬hukum bacaannya adalah …

a. izhar syafawi

b. izhar halqi

c. idgham mimi

d. idggham bigunnah
e. ikhfa

5. Yang dipilih Allah untuk menjadi khalifah di bumi adalah …

a. manusia dan malaikat

b. malaikat

c. manusia

d. jin dan manusia

e. jin

6. Malaikat tidak setuju kalau manusia menjadi khalifah, karena manusia …

a. selalu jujur

b. selalu berbuat kebaikan

c. suka berbuat kerusakan

d. suka memberi

e. suka menolong
7. Arti kalimat ‫ك ال ِّد َمآ َء‬
ُ ِ‫ َو َيسْ ف‬adalah …

a. menyucikan diri

b. berbuat kerusakan

c. berbuat kezaliman

d. menyusahkan diri

e. menumpahkan darah

8. Apabila ada huruf berharakat dhamah ( ‫ ) ُـ‬bertemu dengan huruf mad disebut …

a. mad tabi’i

b. izhar syafawi

c. idgham bilagunnah

d. mad lazim

e. izhar haqiqi
9. Manusia diciptakan oleh Allah dari …

a. batu

b. api

c. tanah

d. air

e. lumut

10. Usia manusia telah ditentukan oleh …

a. Allah SWT

b. Jin

c. Manusia

d. Malaikat

e. Nabi
BAB 2 SEMESTER 1

ikhlas1. Bacaan Surat Al An’am ayat 162-163

Bacalah ayat dibawah dengan tartil dan benar! Lihat al-Qur’an onlines di “google)

Artinya: “162. Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam. 163. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS Al An’am :
162-163

2. Isi Kandungan

Surat Al An’am ayat 162-163 sering kita baca pada bacaan iftitah shalat karena ayat ini bermakna sebuah
pengakuan terhadap kekuasaan Allah, tidak ada tuhan selain dia. Kita mengakui bahwa Allah SWT adalah
satu-satunya zat yang patut dan wajib disembah, karena yang lain tidak ada yang bisa menandingi
kekuasaan Allah SWT.

Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang mensekutukan Nya bahkan orang-orang yang berani
mensekutukanNya niscaya Allah akan memalingkan wajahnya dan tidak akan pernah memberikan
karuniaNya kepada orang-orang tersebut, hal ini disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits
Qudsi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah: yang Artinya:

Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar
berfirman : “Aku adalah penyekutu yang paling tidak membutuhkan sekutu, barang siapa yang beramal
sesuatu amal ia mensekutukan kepada selainKu, maka Aku terlepas dari padanya, amal itu untuk
sesuatu yang ia sekutukan“. (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

QS Al An’am yang kita baca pada saat iftitah shalat menandakan bahwa kita berikrar bahwa kita ikhlas
untuk beribadah, tidak ada motivasi lain dalam ibadah kita hanya ikhlas untuk Allah SWT. Ikhlas
merupakan syarat diterimanya amal shaleh yang dilaksanakan. Seperti firman Allah SWT: Lihat al-Qur’an
onlines di “google)

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS Al Bayinah : 5)

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Allah tidak akan menerima suatu amal kecuali amal yang dikerjakan
dengan ikhlas dan mencari ridho Allah” (HR. Ibnu Majah)

Setiap perbuatan manusia dimulai dari gerak hati atau niatnya. Oleh karenanya yang harus diluruskan
pertama kali, dan tercapainya derajat mukhlisin adalah titik awal dari gerak hati manusia atau niatnya.
Melalui niat yang baik akan menjadi awal perbuatan baik. Begitu pula niat ikhlas akan mengantarkan ke
perbuatan yang ikhlas pula. Bila tingkatan yang terakhir ini mampu dicapai manusia, maka yang muncul
adalah kebersihan hati dan ketulusan jiwa, sehingga baginya tiada pekerjaan yang dirasakan beban,
sekalipun sangat sulit menurut pandangan orang awam.

Dengan demikian, setiap muslim dituntut dalam beribadah kepda Allah haru disertai niat yang ikhlas,
tanpa dicampuri maksud atau niat yang lain melainkan semata – mata keridhoan Allah lah yang selalu
diupayakan dalam menempuh kehidupan ini.

Kesimpulan kandungan Surat Al An’am ayat 162 – 163, antara lain:

1. Semua aktivitas kehidupan, baik berupa ibadah khusus seperti shalat, zakat, puasa dan ibadah
umum seperti muamalah, bahkan kehidupan dan kematian hendaknya kita serahkan kepada alllah
semata

2. tidak ada yang dapat menyamai Allah

3. Hendaknya kita hanya berserah diri kepada Allah

1. Bacaan Surat Al Bayyinah Ayat 5


Bacalah Ayat dibawah ini engan tartil dan benar! Lihat al-Qur’an onlines di “google)

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS Al Bayyinah : 5)

2. Isi Kandungan

Surat Al Bayyinah ayat 5 memiliki beberapa kandungan, antara lain:

1. Manusia diperintahkan untuk menyembah hanya kepada Allah SWT

2. Memurnikan agama Allah dari ajaran-ajaran kemusyrikan

3. Manusia diperintahkan mendirikan shalat dan zakat

4. Menyembuh kepada Allah dan menjauhi kemusyrikan adalah agama yang benar dan lurus

Menjalankan ibadah yang telah ditetapkan oleh Allah dengan penuh keikhlasan, seperti dalam
menjalankan perintah shalat yang tepat pada waktunya dengan khusyuk serta lengkap dengan rukun
dan syaratnya. Rasulullah pernah bersabda yang artinya: “Shalat itu tiang agama, barang siapa yang
mendirikan shalat maka ia mendirikan agama dan barang siapa yang meninggalkannya berarti ia telah
meruntuhkannya.” (HR Baihaqi)

Dalam ayat ini orang yang beriman kepada Allah juga diperintahkan untuk menunaikan zakat. Dalam
menunaikan zakat haruslah mengikuti aturan dari Allah dan rasulnya yaitu kepada yang berhak
menerimanya. Orang-orang yang berhak menerima zakat telah dijelaskan oleh Allah dalam surat At
Taubah ayat 60. yang berbunyi: Lihat al-Qur’an onlines di “google)

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-
orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS At
Taubah : 60)
Jadi yang berhak menerima zakat ialah:

1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk
memenuhi penghidupannya.

2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.

3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.

4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya
masih lemah.

5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang
kafir.

6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak
sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar
hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

7. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara
mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum
seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam
perjalanannya.

Al Qur’an banyak menyatakan apabila terdapat perintah mendirikan shalat pasti selalu diiringi dengan
perintah menunaikan zakat karena antara shalat dan zakat terjalin hubungan yang sangat erat. Shalat
merupakan pembersih jiwa, sedangkan zakat merupakan pembersih harta. Mengeluarkan zakat bagi
sebagian manusia memang sukar karena zakat adalah suatu pengeluaran harta sendir yang sangat
disayangi.

Latihan

A. Pilih satu jawaban yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini!
1. Salah satu kandungan surat Al Bayyinah ayat 5 adalah …

a. Manusia diperintahkan untuk menyekutukan Allah

b. Manusia diperintahkan untuk menyembah kepada Allah

c. Manusia diperintahkan meninggalkan shalat

d. Manusia dilarang menunaikan zakat

e. Manusia diperintahkan berbuat kebaikan

BAB 3 SEMESTER 1

IMAN KEPADA ALLAH

sumber : http://hbis.wordpress.com/

allahIman menurut etimologi berarti percaya, sedangkan menurut terminologi, berarti membenarkan
secara dengan hati, lalu diungkapkan dengan kata-kata, dan diapikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Iman kepada Allah SWT berarti meyakininya dengan hati lalu diucapkan dengan lisan, kemudian
diaplikasikan dalam kehiduipan sehari-hari.

Iman kepada Allah SWT adalah rukun iman yang pertama. Hal ini menunjukkan bhawa iman kepada
Allah SWT merupakan hal yang paling pokok dan mendasar bagi keimanan dan seluruh ajaran islam.
Unutk mempertebal keimanan maka seseorang harus mengenal sifat-sifat Allah SWT beserta Asmanya
(Asmaul Husna).

A. Sifat-Sifat Allah SWT


1. Allah Bersifat Wujud (Ada), Mustahil Bersifat ‘Adam (Tidak Ada)

Allah SWT bersifat wujud atau ada, lawannya tidak ada (adam). Adanya Allah SWT dapat dibuktikan
dengan akal yaitu dengan melihat dan memikirkan semua yang ada atau yang terjadi di alam semesta
ini. Apabila diperhatikan kejadian dan kerja dari organ-oragn tubuh manusia, pasti terpikir bahwa semua
itu pasti ada yang mengatur dan menjadikannya. Demikian juga halnya dengan alam ini. Tidak dapat
diterima akal bila alam ini terjadi dengan sendirinya. Jika sebelumnya alam ini belum ada, kemudian
menjadikan dirinya sendiri, maka akal yang sehat tidak dapat menerima apabila sesuatu yang belum ada
dapat membuat dirinya menjadi ada. Sulit diterima akal, apabila benda tersebut terjadi dengan
sendirinya tanpa ada yang menciptakan atau menjadikan. Begitu pula keteraturan alam, adanya
pergeseran siang dan malam secara teratur, peredaran matahari pada sumbunya, peredaran planet-
planet, adanya hukum-hukum alam yang semuanya menunjukkan adanya pengaturan, dan yang
mengatur iru adalah Allah SWT.

Dalil tentang sifat Allah ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Al An’am : 102 yang berbunyi:(lihat Qur’an
online di google)

Artinya: (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia;
Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu. (QS Al An’am :
102)

Menurut fitrah dan pertimbangan akal sehat tidak mungkin Allah SWT tidak ada, karena ada yang dibuat
yaitu makhluk. Pendapat bahwa Tuhan itu tidak ada dan memandang ala mini terjdai secara kebetulan
adalah irasional (tidak masuk akal).

Manfaat mempelajarinya: agar manusia mau mengabdikan diri (menyembah) kepada yang wujud itu
yaitu Allah SWT

2. Allah Bersifat Qidam (Dahulu), Mustahil bersifat Huduts (Didahului)


Allah SWT bersifat qidam atau dahulu, lawannya bersifat baru ata ada yang mendahului. Hal ini dapat
dilihat dengan contoh yang sederhana, yaitu rumah. Rumah dibuat tukang (manusia). Adanya rumah itu
setelah adanya manusia (tukang). Dengan kata lain tukang lebih dulu ada dibanding rumah yang
dibuatnya. Begitu pula Allah SWT yang meciptakan alam semesta beserta isinya telah lebih dahulu ada
dibandingkan alam yang diciptakannya. Namun demikian, adanya Allah SWT tiada bermula dan tiada
berakhir.

Allah SWT adalah Maha Azali, yaitu sudah ada sebelum adanya sesuatu apapun selain dia sendiri, dan
akan terus abadi, sebagaimana firmannya : :( lihat Qur’an online di google)

Artinya : “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin]; dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS Al Hadid : 3)

Memperhatikan tanda – tanda kekuasaan Allah, maka akal sehat manusia pasti menolak bahwa yang
diciptakan lebih dahulu ada dari yang menciptakan. Pelukis lebih dulu ada dari pelukisnya. Maka
mustahil Allah bersifat Huduts.

Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin bahwa Allah SWT telah ada dan sempurna sejak awal.

3. Allah Bersifat Baqa’ (Kekal) Mustahil Fana (Binasa)

Allah SWT adalah Khaliq (pencipta) dan alam adalah Makhluk (yang diciptakan). Allah SWT sebagai
pencipta segala sesuatu mempunyai sifat Baqa’, yaitu kekal selama-lamanya. Semua yang ada di alam ini
dapat rusak, binasa, mati dan musnah. Tetapi Allah SWT tetap, tanpa mengalami perubahan,
sebagaimana firmannya : :(lihat Qur’an online di google)

Artinya : “(26). Semua yang ada di bumi itu akan binasa. (27). Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS Ar Rahman : 26-27)

Allah SWT tidak ada yang menciptakan, maka mustahil bagi Allah SWT memiliki sifat seperti makhluk.
Seluruh makhluk di alam semesta ini ada awalnya dan pasti akan berakhir, maka semuanya akan hancur.
Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin bahwasanya Allah SWT bersifat kekal, sementara manusia
pasti binasa dan manusia harus menyiapkan bekal untuk kehidupan sesudah binasa.

4. Allah Besifat Mukhallafat lil Hawaditsi (Berbeda dari Semua Makhluk), Mustahil Mumatsalatuhu lil
Hawaditsi (Ada yang Menyamainya)

Allah SWT berbeda sifatnya dengan semua makhluk. Hal ini mudah dipahami karena Allah SWT adalah
pencipta semesta alam, sehingga mustahil pencipta sama dengan yang diciptakannya. Firman Allah
SWT : :(lihat Qur’an online di google)

Artinya: “…Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan
Melihat.” (QS As Syuara : 11)

Kita wajib percaya bahwa Allah SWT berbeda dengan makhluknya. Meja, kursi, papan tulis yang dibuat
tentu tidak akan sama bentuk dan rupanya dengan yang membuat. Begitu pula Allah SWT sebagai Khalik
pasti berbeda dengan Makhluk.

Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin bahwa mauusia tidak mampu menandingi zat Allah yang
pasti tidak sama dengan manusia.

5. Allah Bersifat Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri), Mustahil Qiyamuhu Bighairihi (Bergantung pada
Sesuatu)

Allah SWT berdiri sendiri, lawannya adalah dengan batuan atau bergantung pada yang lain. Allah SWT
adalah pencipta alam dengan segala isinya. Ini berarti dalam penciptaan alam tidak ada yang membantu
dan dia tidak membutuhkan bantuan sebab Allah Maha Kuasa dan Maha Perkasa, sedangkan sesutau
selain Allah SWT adalah makhluk yang lemah dan mustahil menolong penciptanya. Firman Allah SWT : :
(lihat Qur’an online di google)
Artinya : “… Allah tidak merasa beratb memelihara keduanya dan dia Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS
Al Baqarah : 255).

Allah SWT tidak memerlukan bantuan dari yang lain, dia berkuasa sendiri, karena dia maha Sempurna.
Jika Allah SWT memerlukan bantuan dari yang lain berarti Allah bersifat Ihtiyaju li ghairihi atau
Qiyamuhu bi ghirihi. Itu tidak mungkin bagi Allah SWT, karena menunjukkan kelemahan dan
kekurangan. Yang mempunyai sifat kelemahan hanya makhluk, Mustahil dimiliki oleh Allah SWT.

Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak sombong, karena manusia saling membutuhkan satu
dengan yang lainnya, antara manusia harus saling tolong – menolong karena yang berdiri sendir adalah
Allah SWT.

6. Allah Bersifat Wahdaniyah (Esa), Mustahil ‘Adadun (Berbilang)

Agama Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu Esa, lawannya berbilang, yaitu lebih dari satu, baik
dzatnya, sifatnya, maupun perbuatannya. Esa dalam dzatnya ialah bahwa dzat atau substansi Allah SWT
tidak tersusun dari unsur atau elemen dan tidak dapat dibagi atau diukur.

Allah SWT adalah zat yang mutlak, tidak dapat disamakan dengan apapun, tidak mungkin dilihat dengan
mata, tidak dapat diraba dengan tangan, tidak dapat diketahui dengan panca indera manusia, juga tidak
dapat diukur dengan alat apapun, karena dia sangat berbeda dengan apa pun yang ada.

Allah SWT pun esa dalam perbuatannya, maksudnya tidak ada sesuatu yang mampu berbuat seperti
perbuatan khalik. Dia yang mewujudkan semua rencana dan perbuatannya tanpa dipengaruhi pihak lain.

Jika kita perhatikan alam semesta dan segala isinya, nampak keteraturan antara satu dengan yang lain,
itu adalah bukti bahwa alam ini berjalan atas “sunatullah”, tidak nampak sedikitpun benturan. Jika
demikian, maka yang mengatur hanya zat yang tunggal, yaitu Allah. Kerusakan akan terjadi bila adanya
tuhan lebih dari satu. Firman Allah SWt dalam QS Al Anbiya : 22, yang berbunyi: :(lihat Qur’an online di
google)
Artinya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak
binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (QS Al Anbiya :
22)

Keesaan Allah SWT wajib diyakini oleh setiap mukmin secara utuh dan sempurna. Namun jangan sampai
memikirkan zat atau bentuk Allah, tetapi yang harus dipirkan hanyalah ciptaannya saja.

Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin akan keesaan Allah dan hanya taat kepada Allah yang Esa
itu.

7. Allah Bersifat Qudrat (Maha Kuasa), Mustahil ‘Ajzun

Allah bersifat Maha Kuasa, lawannya lemah, terbatas, dan tidak berkuasa. Allah Maha Kuasa artinya
hanya Allah SWT saja yang berkuasa, sedangkan makhluk selain Allah SWT tidak mempunyai kekuasaan
apa-apa. Kekuasaan Allah SWT tidak hanya dalam membuat dan menghidupkan saja, tetapi juga
berkuasa meniadakan atau mematikan sesuai dengan kehendaknya sendiri. Firman Allah SWT : :(lihat
Qur’an online di google)

Artinya : “… Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran : 26)

Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak berlaku sewenang – wenang bila memiliki kekuasaan,
karena kekuasaan yang dimiliki oleh manusia sifatnya hanya sementara dan terbatas.

8. Allah Bersifat Iradat (Berkehendak), Mustahil Karahah (Terpaksa)

Sifat berkehendak, lawannya adalah terpaksa. Artinya bahwa Allah SWT menjadikan sesuatu sesuai
dengan rencana dan kehendaknya.

Sifat qudrat sangat erat kaitannya dengan sifat iradat. Segala sesuatu yang telah dan akan dijadikan
Allah SWT adalah karena kehendak (iradat) Allah sendiri.
Jika Allah SWT menghendaki sesuatu. Ia cukup hanya berfirman maka jadilah sesuatu yang
dikehendakinya itu. Firman Allah SWT : :(lihat Qur’an online di google)

Artinya : “Sesungguhnyanya perintahnya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya
“Jadilah” maka terjadilah ia.” (QS Yaasiin ; 82)

Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak lekas putus asa bila kehendaknya tidak tercapai atau
menemui kegagalan, sebab kewajiban manusia hanyalah berusaha dan yang menentukan adalah Allah
SWT.

9. Allah Bersifat Ilmu (Maha Mengetahui), Mustahil Jahlun (Tidak Tahu atau Bodoh)

Allah SWT bersifat Maha Mengetahui, lawannya tidak tahu. Ilmu Allah SWT tidak ada batasnya karena
Allah SWT yang menjadikan alam semesta ini. Allah SWT mengetahui segala sesuatu, baik nyata maupun
tidak nyata. Allah Maha Berilmu dan merupakan sumber segala ilmu, sedangkan manusia hanya
diberikan sedikit ilmu oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya : :(lihat Qur’an online di google)

Artinya : “…Tidakkah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS Al Isra : 85)

Ilmu artinya mengetahui, maksudnya Allah SWT memiliki sifat Maha Mengetahui terhadap sesuatu. Sifat
Allah itu sebagai bukti bahwa Allah tidak pernah didahului oleh ketidak tahuan, begitu pula ilmu Allah itu
sangat luas dan tidak dibatasi oleh kelemahan dan kekurangan.

Allah SWT mengetahui yang nampak dan tersembunyi, mengetahui yang sudah terjadi dan akan terjadi
yng ada di langit dan di bumi, bahkan yang tersembunyi di dalam diri setiap manusia. Firman Allah
SWT: :( lihat Qur’an online di google)

Artinya: Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha melihat apa
yang kamu kerjakan. (QS Al Hujurat : 18
Allah mustahil bersifat Jahlun (bodoh), karena bodoh merupakan sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT
Maha Sempurna.

Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak sombong bila memiliki ilmu pengetahuan sebab ilmu Alla
teramat luas dan ilmu manusia terbatas.

10. Allah Bersifat Hayat(Hidup), Mustahil Mautun (Mati)

Allah SWT bersifat Hayat atau hidup, lawannya mati atau mautun. Kehidupan Allah SWT sempurna
dalam arti dia hidup untuk selama-lamanya (hidup sempurna), tidak seperti hidupnya manusia, hewan
dan tumbuh-tumbuhan serta benda lain yang mengalami kebinasan. Allah SWT kekal. Kalau Allah SWT
mati atau tidak hidup tentu tidak akan ada makhluk hidup. Hal ini dapat disimak dalam Al Qur’an. Firman
Allah SWT. :(lihat Qur’an online di google)

Artinya : “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan
memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.” (QS Al Furqan : 58)

Sesuai dengan kekuasaannya, Allah memiliki sifat Hayat yang mutlak, hidup dengan sendirinya dan
sifatnya kekal. Hidup tidak pernah berakhir dengan kematian, karena mati hanyalah milik makhluk.
Dengan demikian wajib bagi Allah SWT bersifat hayat, dan mustahil bagiNya besifat maut.

Manfaat mempelajarinya: agar manusia hendaknya bebuat baik selama hidup di dunia yang hanya sekali
ini, sebab yang hidup kekal hanya Allah sedang manusia pasti mengalami kematian.

11. Allah Bersifat Sama’ (Mendengar), Mustahil ‘Asham (Tuli)

Allah SWT bersifat mendengar (sama’), lawannya tuli. Mendengarnya Allah SWT tidak sama dengan
mendengarnya manusia. Pendengaran manusia dapat mengalami gangguan, seperti menjadi tuli dan
tidak dapat mendengar. Ketajaman pendengaran manusia terbatas dan tidak sama antara satu dengan
yang lainnya.
Allah Maha Mendengar, tidak ada suara yang tidak didengar oleh Allah SWT. Tidak ada kesulitan bagi
allam SWT mendengar semua suara walaupun suara itu sangat lemah. Bahkan suara hati manusia akan
didengar oleh Allah SWT. Orang yang beriman kepada Allah SWT niscaya akan merasa senang dan
tenang karena tidak khawatir bahwa doa atau permohonannya tidak akan didengar oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT ; :(lihat Qur’an online di google)

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail
(seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.” (QS Al Baqarah : 127)

Setiap muslim di manapun berada, siang atau malam, di tempat ramai atau tersembunyi, senantiada
didengar oleh Allah SWT. Sikap ini harus ditanamkan dalam perilaku sehari – hari. Tidak ada kesulitan
bagi Allah mendengar sesuatu dan semua suara walaupun suara itu sangat lemah, bahkan suara hati
manusia akan didengar oleh Allah SWT.

Manfaat mempelajarinya: agar manusia dalam berbicara harus berhati – hati, jangan berkata kotor,
porno, atau cabul, sebab dimana manusia berbicara Allah pasti mendengar.

12. Allah Bersifat Bashar (Melihat), Mustahil A’ma (Buta)

Allah bersifat Maha Melihat, lawannya buta. Melihatnya Allah SWT adalah sempurna terhadap apa yang
ada di alam ini. Firman Allah SWT : :(lihat Qur’an online di google)

Artinya : “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.” (QS Al hujurat : 18)

Bashar artinya melihat, maksudya Allah maha meliaht kepada seluruh makhluknya. Penglihatan Allah
sangat luas tidak dibatasi oleh suatu apapun. Allah maha melihat terhadap yang nampak maupun yang
tersembunyi.
Manfaat mempelajarinya: agar manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini hati – hati, jangan
berbuat maksiat sebab Allah pasti melihat meskipun di mana saja kita berada.

13. Allah Bersifat Kalam (Berfirman), Mustahil Abkam (Bisu)

Allah SWT bersifat kalam, lawannya bisu. Kalam Allah SWT adalah sempurna. Terbukti dalam firmannya
yang termaktub dalam Al Qur’an yang sempurna. Karena itu tidak ada bahasa manusia yang dapat
menggantikan bahasa (kalam) Allah SWT, karena kalam Allah SWT itu bersih dari segala kata manusia.

B. Asmaul Husna

Asmaul Husna adalah nama-nama yang baik yang merupakan sifat-sifat Allah SWT. Nama-nama itu
banyak kita jumpai dalam Al Qur’an. Diantara nama-nama Allah SWT yang juga sekaligus merupakan
sifat-sifat Allah SWT, ialah :

1. Al ‘Adlu (Adil)

Allah SWT Maha Adil terhadap makhluknya, terbukti dalam segala hal, baik yang meyangkut urusan
keduniaan maupun urusan akhirat. Misalnya, dalam ibadah Allah SWT tidak membeda-bedakan si kaya
dan si miskin, antara pejabat dengan staff dan sebagainnya. Kadar yang menjadi ukuran di sisi Allah SWT
ialah ketakwaan hamba-hambanya. Allah SWT berfirman : :(lihat Qur’an online di google)

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS An Nahl : 90)

2. Al Ghaffar (Pengampun)
Al Ghaffar merupkan sifat Allah yang artinya Pengampun. Maghfirah (ampunan) Allah SWT selalu
dilimpahkan kepada makhluknya yang mau mengakui kesalahan dan bertaubat. Sifat pengampun Allah
SWT ini dapat dilihat dalam firmannya : :(lihat Qur’an online di google)

Artinya : “Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” (QS Shaad : 66)

3. Al Hakim (Bijaksana)

Di antara sifat Allah SWT adalah Al Hakim, artinya bijaksana. Kebijaksanaan Allah SWT tidak terbatas
kepada bentuk ciptaannya saja, tetapi mencakup segala hal. Sebagai contoh, segala yang diperintahkan
Allah SWT, baik yang mengandung ibadah maupun muamalah, selalu mengandung hikmah dan bila
dikerjakan akan mendapat pahala. Sebaliknya, sesuatu yang dilarang ada hikmahnya dan bila di
tinggalkan akan mendapat pahala. Sifat bijaksan ini dapat diperhatikan pada ayat berikut ini: :(lihat
Qur’an online di google)

Artinya: “Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Ali Imran : 6)

4. Al Malik (Raja)

Al Malik adalah sifat Allah SWT yang berarti raja. Allah SWT merajai segala apa yang ada di alam ini.
Sebagai raja, Dia memiliki sifat kekuasaan dan kesempurnaan, tidak seperti raja di dunia ini yang banyak
kekurangan dan kelemahan. Kalau Allah SWT sudah memutuskan sesuatu tak ada satupun yang dapat
menolaknya dan kalau Allah SWT melarang sesuatu tidak ada satupun yang dapat mencegahnya. Allah
SWT berfirman : :(lihat Qur’an online di google)

Artinya: “Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang
mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS Al Mukminuun : 116)
5. Al Hasib (Pembuat Perhitungan)

Al Hasib adalah sifat Allah SWT yang maksudnya Pembuat Perhitungan. Segala sesuatu yang diciptakan
Allah SWT tentunya sudah diperhitungkan dengan cermat dan tepat. Balasan yang berlipat ganda akan
diberikan Allah SWT kepada orang-orang yang bersyukur dan berbuat baik. Perhitungan Allah SWT selalu
tepat dalam memberi pahala kepada orang yang bebruat kebajikan dan siksa kepada orang yang ingkar
kepadanya. Oleh karena itu, sebelum melakukan tindakan, kita harus memperhiutngkan baik buruknya
secara cermat, sebab Allah SWT akan menghitung semua amal kita di dunia ini. Allah SWT berfirman: :
(lihat Qur’an online di google)

Artinya: “…Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas segala sesuatu.” (QS An Nisa : 86)

Dengan memahami dan menghayati sifat-sifat dan asma Allah SWT diharapkan akan tumbuh dalam diri
manusia kesadaran akan keagungan, kebesaran dan ke Maha Pengasihan Allah SWT terhadap sesamam
makhluknya. Dengan demikian, pada akhirnya dapat melahirkan keimanan, sikap pengabdian, rendah
hati, mengasihi sesama dan berhati lembut.

C. Fungsi Iman Kepada Allah SWT

Fungsi iman dalam kehidupan manusia adalah sebagai pegangan hidup. Orang yang beriman tidak
mudah putus asa dan ia akan memiliki akhlak yang mulia karena berpegang kepada petunjuk Allah SWT
yang selalu menyuruh berbuat baik.

Fungsi iman kepada Allah SWT akan melahirkan sikap dan kepribadian seperti berikut ini.

1. Menyadari kelemahan dirinya dihadapan Allah Yang Maha Besar sehingga ia tidak mau bersikap dan
berlaku sombong atau takabur serta menghina orang lain

2. Menyadari bahwa segala yang dinimatinya berasal dari Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Sikap menyebabkan ia akan menjadi orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Ia
memanfaatkan segala nikmat Allah SWT sesuai dengan petunjuk dan kehendak Nya
3. Menyadari bahwa dirinya pasti akan mati dan dimintai pertanggungjawaban tentang segala amal
perbuatan yang dilakukan. Hal ini menyebabkan ia senantiasa berhati-hati dalam menempuh liku-liku
kehidupan di dunia yang fana ini.

4. Merasa bahwa segala tindakannya selalu dilihat oleh Allah yang Maha Mengetahui dan Maha
Melihat. Ia akan berusaha meninggalkan perbuatan yang buruk karena dalam dirinya sudah tertanam
rasa malu berbuat salah. Ia menyadari bahwa sekalipun tidak ada orang yang melihatnya namun Allah
Maha Melihat. Dalam salah satu riwayat pernah dikisahkan, pada suatu hari Khalifah Umar bin Khattab
menjumpai seorang anak pengembala kambing. Lalu Khalifah meminta kepada gembala itu agar mau
menjual seekor kambing kepadanya, berapa saja harganya. Namun anak itu berkata: “Kambing ini bukan
milikku melainkan milik majikanku”. Lalu Khalifah Umar berkata lagi: “Bukankah majikanmu tidak ada
disini?” Jawab anak gemabala tersebut,” Memang benar majikanku tidak disini dan ia tidak
mengetahuinya, tetapi Allah Maha Mengetahui” mendengar jawaban anak itu, Umar tertegun karena
merasa kagum atas kualitas keimanan anak itu, yakni Allah SWT Maha Melihat dan selalu
memperhatikan dirinya, sehingga ia tidak berani berbuat keburukan, walaupun tidak ada orang lain yang
melihatnya.

Sadar dan segera bertaubat apabila pada suatu ketika karena kekhilafan ia berbuat dosa. Ia akan segera
memohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan jahat
yang dilakukannya, sebagai mana diterangkan dalam Al Qur’an: :( lihat Qur’an online di google)

Artinya : “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui.” (QS An Nisa :135)

Fungsi iman kepada Allah SWT akan menumbuhkan sikap akhlak mulia pada diri seseorang. Ia akan
selalu berkata benar, jujur, tidak sombong dan merasa dirinya lemah dihadapan Allah SWT serta tidak
berani melanggar larangannya karena ia mempunyai iman yang kokoh. Oleh karena itu, iman memegang
peranan penting dalam kehidupan manusia, yakni sebagai alat yang paling ampuh untuk membentengi
diri dari segala pengaruh dan bujukan yang menyesatkan. Iman juga sebagai pendorong seseorang untuk
melakukan segala amal shaleh.

LATIHAN
A. Pilih salah satu jawaban yang tepat dari pernyataan di bawah ini!

1. Rasulullah SAW bersabda, “berpikirlah kamu tetang semua makhluk Allah tetapi janganlah kamu
memikirkan ….”

1. kekuasaan Allah

2. ciptaan Allah

3. rahmannya Allah

4. dzat Allah

5. rahimnya Allah

2. Allah SWT sebagai pencipta alam semesta beserta isinya secara logika sudah tentu wajib bersifat …

1. sama’

2. bashar

3. qiyamuhu binafsihi

4. wahdaniyah

5. qidam

3. Dalil naqli bahwa Allah itu wajib bersifat wujud antara lain terdapat dalam Al Qur’an surat Al An’am
ayat …

1. 99

2. 100

3. 101

4. 102
5. 103

4. Kuasanya Allah itu dengan memperhatikan tumbuhan “murbei”, hasil pengamatan kekuasaan Allah
dari imam …

1. Ahmad

2. Hambali

3. Syafi’i

4. Maliki

5. Hanafi

5. Perhatikan pernyataan-pernyataan berkut!

1. Tidak ada Tuhan selain Allah

2. Allah SWT pencipta segala sesuatu

3. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

4. Perintah beribadah hanya kepada Allah

5. Allah SWT pemelihara segala sesuatu

BAB 4 SEMESTER 1

A. Husnuzhan kepada Allah dan Sabar Menghadapi CobaanNya

dugaan-baikHusnuzhan artinya berprasangka baik. Sedangkan huznuzhan kepada Allah SWT


mengandung arti selalu berprasangka baik kepada Allah SWT, karena Allah SWT terhadap hambanya
seperti yang hambanya sangkakan kepadanya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah
SWT maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika baik prasangka hamban kepadanya
maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut.

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh bukhari mempertegas hal ini:

Artinya :Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut
sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu
dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-
orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat
kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia
datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil“. (Hadits
ditakhrij oleh Bukhari).

Orang yang berprasangka baik kepada Allah tentu meiliki akhlak yang baik (sifat terpuji). Akhlak yang
baik merupakan modal yang lebih berharga dibanding dengan modal harta kekayaan. Selain itu akhlak
mulia dapat meninggikan derajat dan martabat di hadapan manusia, sekaligus menyempurnakan iman
dan mendekatkan hubungan kita kepada Allah. Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya mengingatkan
kepada kita:

)‫اَ ْك َم ُل ْالم ُْؤ ِم ِني َْن ِا ْي َما ًنا اَحْ َس ُن ُه ْم َخ ْل ًقا ( رواه الترمذى‬

Artinya: “Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR
Tirmidzi)

Itulah pentingnya pembinaan akhlak yang baik. Sehingga ketika Rasulullah SAW menjawab pertanyaan
dari seorang badui pada suatu hari tentang pekerjaan yang mulia, apakah pekerjaan yang terkait
diberikan oleh seorang manusia, maka beliau menjawab, bahwa pekerjaan yang mulia dan terbaik
diberikan oleh seorang manusia adalah “akhak yang mulia”.

Rasulullah sendiri bersikap dan ber akhlakul mahmudah (akhlak mulia) sepanjang hidupnya. Sehingga
beliau pernah memberikan penghargaan tersendiri kepada pengikutnyta yang berakhlak baik. Misalnya,
suatu ketika Rasulullah diberi tahu bahwa seorang perempuan bernama Fulanah rajin shalat, puasa, dan
sedekah, tetapi suka menyakiti tetangga dengan mulutnya. Apa kata Rasulullah? “ia akan masuk surga.”
Diantara akhlak terpuji yang dicontohkan Rasulullah ialah bahwa dia memiliki sifat sabar dalam
kehidupannya. Sabar artinya orang yang mampu menahan diri atau mampu mengendalikan nafsu
amarah. Sabar juga sering disebut dengan kemampuan seseorang dalam menahan emosi.

Sebenarnya orang yang sabar ialah orang yang keras, yaitu keras dalam menguasai nafsu amarah.

)‫ب ( رواه متفق عليه‬ َ ‫ك َن ْف َس ُه عِ ْن َد ْال َغ‬


ِ ‫ض‬ ُ ِ‫ ِا َّن َما ال َّش ِد ْي ُد الَّذِى َي ْمل‬. ‫ْس ال َّش ِد ْي ُد ِبالصُّرْ َع ِة‬
َ ‫لَي‬

Artinya: “Bukan ukuran kekuatan seseorang itu dengan bergulat, tetapi yang kuat ialah orang yang
menahan hawa nafsunya pada waktu marah” (HR Muttafaqu Alaihi)

Orang yang sabar bila menerima musibah, ia akan mampu mengendalikan perasaannya. Sehingga ia
tidak terhanyut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Apalagi jika seseorang itu menyadari segala
musibah dan cobaan itu datangnya dari Allah juga.

Adapun sabar dalam pengertian Islam ialah tahan uji dalam menghadapi suka dan suka hidup, dengan
ridha dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah. Sabar itu diperintahkan dalam agama. Dalam Al Qur’an
disebutkan:

Artinya: “Hai orang-orana yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan) shalat.” (QS Al Baqarah ; 153)

Hidup di dunia tidak luput dari berbagai cobaan. Cobaan itu bisa berupa kesenangan dan kesusahan,
sehat dan sakit, serta suka dan duka. Adakalanya hal itu dialami diri sendiri, keluarga, sahabat dan
sebagainya.

Apa yang dialami manusia itu semua datangnya dari Allah dan merupakan ujian hidup. Berbagai macam
persoalan yang dihadapi dalam hidupm ini akan menambah keimanan kita apabila kita ikhlas
menerimanya. Allah SWT menggambarkan dalam Al Qur’an berbagai macam cobaan yang akan dialami
manusia serta bagaimana seharusnya sikap manusia dalam menerima cobaan tersebut.(lihat Al-Qur’an
Online di google)

Artinya: “155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa
innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS Al Baqarah : 155-156)

Pada hakikatnya, apapun yang kita alami terhadap cobaan yang diberikan Allah, kita harus berbaik
sangka. Misalnya, cobaan sakit, keluarga kita ada yang mengalami kecelakaan lalu lintas, semua itu
adalah cobaan dan kita harus tabah dan tawakal menghadapinya. Karena semakin sayang Allah kepada
seorang hambanya maka Allah akan menguji orang tersebut dengan cobaan yang lebih besar, sehingga
kadar keimanannya bertambah pula. Bila ia dapat bersabar menerima cobaan yang Allah berikan maka
Allah akan memberikan ganjaran yang sangat mulia yaitu mendapatkan surganya Allah SWT seprti yang
diuraikan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh bukhari:

Artinya :Dari Anas bin Malik, ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya
Allah berfirman : “Apabila Aku menguji hambaku dengan kedua kesayangannya lalu ia bersabar maka
Aku menggantikannya dengan sorga”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Cara Membiasakan Diri Bersikap Sabar

a. Zikrullah (Mengingat Allah)

Firman Allah dalam surat Ar Ra’du ayat 28 menjelaskan sebagai berikut: (lihat QS.Online di google)

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’du : 28)

Dalam ayat lain Allah menybutkan: (lihat QS.Online di google)


Artinya : Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya (QS Al Ahzab : 41)

Zikir bisa melalui pengucapan lisan dengan memperbanyak menyebut asma Allah. Tetapi, zikir juga bisa
dilakukan dengan tindakan merenung dan memperhatikan kejadian di sekeliling kita dengan tujuan
menarik hikmah. Sehingga akhirnya sadar bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah juga. Orang
yang sabar selalu mengingat Allah dan menyebut asama Allah apabila menghadapi kesulitan dan
musibah, bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bila seseorang berzikir dan membaca Al Qur’an hingga
ia lupa untuk meminta sesuatu kepada Allah maka Allah akan memberikan nikmat kepadanya melebihi
apa yang sebelumnya ia inginkan

Artinya :Dari Abu Sa’id Al Khudri ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda: Tuhan Yang Maha Mulia dan
Maha Besar berfinnan : “Barang siapa yang sibuk membaca Al Qur’an dan dzikir kepada Ku dengan tidak
memohon kepada Ku, maka ia Aku beri sesuatu yang lebih utama dari pada apa yang Aku berikan
kepada orang yang minta”. Kelebihan firman Allah atas seluruh perkataan seperti kelebihan Allah atas
seluruh makhlukNya“. (Hadits ditakhrij oleh Turmudzi).

b. Mengendalikan Emosi

Agar seseorang bisa berbuat sabar, maka harus berlatih mengendalikan emosi. Ada beberapa cara yang
bisa dilakukan dalam melatih mengendalikan nafsu atau emosi ini:

1. Melatih serta mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan membaca ayat-ayat suci Al Qur’an, shalat,
puasa, dan ibadah lainnya. Seseorang tidak akan terus melampiaskan berang atau kemarahannya
apabila ayat suci Al Qur’an dibaca. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh apabila ayat suci Al Qur’an bisa
digunakan untuk melerai orang yang bertikai. Demikian pula Rasulullah SAW memberikan resep
bagaimana caranya meredam amarah. “Berwudu’lah!” Demikian anjuran Rasulullah SAW.

2. Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dilarang agama. Orang yang mampu menghindarkan diri
dari kebiasaan yang dilarang agama, akan membuat hidupnya terbiasa dengan hal-hal yang baik dan
tidak mudah melakukan perbuatan-perbuatan keji. Orang yang tidak sabar, pada umumnya adalah
orang yang tidak perduli, bersikap kasar, berbuat keji misalnya berjudi, minum-minuman keras,
berkelahi, mengeluarkan kata-kata kotor, menyebarkan fitnah dan masih banyak lagi.
3. Memilih lingkungan pergaulan yang baik. Agar bisa menjadi manusia yang memiliki sifat sabar, maka
bisa diperoleh dengan memasuki lingkungan pergaulan yang baik, yang cinta akan kebenaran, kebaikan,
dan keadilan.

4.

B. Gigih, Berinisiatif, dan Rela Berkorban

1. Gigih

Gigih berarti berkemauan kuat dalam usaha mencapai sesuatu cita-cita. Gigih sebagai salah satu dari
akhlakul karimah sangat diperlukan dalam suatu usaha. Jika ingin mencapai suatu hasil yang maksimal,
suatu usaha harus dilakukan dengan gigih, dan penuh kesungguhan hati. Seorang pelajar harus gigih
dalam belajar guna mencapai prestasi yang optimal. Disamping gigih dalam belajar, pelajar hjuga harus
gigih dalam berbagai kebaikan seperti membantu kedua orang tua menurut kadar kemampuannya.
Islam mencela setiap muslim yang lemah semangat, merasa tidak berdaya seakan tidak memiliki gairah
hidup. Tak satu usahapun yang tidak memerlukan kegigihan, walau kadarnya berbeda. Setiap muslim
wajib memilki sifat dan sikap gigih. Gigih (sungguh-sungguh) dalam beribadah, gigih dalam mencari
rezeki untuk mencukupi kebutuhan hidup. Allah SWT berfirman: (lihat QS.Online di google)

Artinya: “ Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) maka kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain.” (QS Alam Nasrah : 7)

Sementara itu Rasulullah SAW bersabda:

)‫هلل َو الَ َتعْ ِجرْ … (رواه مسلم‬ َ ‫ض ِعيْفِ َو فِى ُك ِّل َخ ْي ٌر ا ِْخ ِرصْ َعلى َما َي ْن َف ُع‬
ِ ‫ك َواسْ َتعِنْ ِبا‬ َّ ‫ِن ال‬ ِ ‫اَ ْلم ُْؤمِنُُ ْال َق ِويُ َخ ْي ٌر َو اَ َحبُّ اِلى‬
ِ ‫هللا م َِن ْالم ُْؤم‬

Artinya: “Mukmin yang kuat lebih bagus adn lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah,
namun pada masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah kamu mencapai sesuatu yang
bermanfaat bagi kamu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa tak berdaya …”
(HR Muslim)
Orang yang gigih tidak akan berpangku tangan dan tidak suka bermalas-malasan sehingga ia akan
merasa keberkahan hidup. Apabila setiap orang Islam memiliki sifat gigih, niscaya hidayah dan karunia
Allah akan menaungi kita. Gigihlah dalam berusaha, Allah dan orang-orang yang beriman akan melihat
pekerjaan kita, sehingga tidak akan ada usaha kita yang sia-sia.

2. Berinisiatif

Berinisiatif artinya senantiasa berbuat sesuatu yang sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut sikap
bekerja keras dan etos kerja yang tinggi. Perhatikan firman Allah berikut ini. (lihat QS.Online di google)

Artinya: “39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). 41. Kemudian akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (QS An Najm : 38-41)

Kemudian surat Alam Nasrah ayat 1-8 berikut ini. (lihat QS.Online di google)

Artinya: “1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, 2. dan Kami telah menghilangkan
daripadamu bebanmu, 3. yang memberatkan punggungmu? 4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan
(nama)mu, 5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. 7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, 8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap. “ (QS Alam Nasrah : 1-8)

Renungkanlah ayat diatas. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berbuat yang produktif. Artinya
fokuskan pada satu pekerjaan, jika telah selesai kerjakan yang lain. Tentu tidak hanya kerja keras saja
melainkan dengan ketekunan, ketelitian, penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, senantiasa
mengefisienskan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan atau permasalahan. Cara dalam menyelesaikan
pekerjaan tersebut diatas disebut produktivitas kerja. Senantiasa menghasilkan etos kerjanya untuk
menghasilkan yang lebih baik.

Contoh produkitivitas kerja


Arif hampir setiap hari mempersiapkan diri belajar untuk meraih cita-cita melanjutkan studi ke
perguruan tinggi. Ia selalu memanfaatkan waktunya untuk belajar dan membantu orang tua. Kunci
utama inisiatif Arif adalah pengaturan waktu. Ia bisa membagi waktu kapan harus belajar dan harus
bermain. Akhirnya ia dapat lulus masuk ke perguruan tinggi yang dicita-citakannya.

Contoh lain: Pak Budiman adalah seorang walikelas di sebuah SMK. Walaupun beliau sibuk mengajar
namun bisa membagi waktunya untuk kepentingan kelasnya. Hal itu karena ia bisa mendata dan
menentukan hal yang harus didahulukan kemudian dikerjakan dengan tekun dan teliti. Sehingga
sebanyak apapun beban pekerjaan yang dialami Pak Budiman ia dapat menyelesaikannya dengan baik.

Kesimpulan dari contoh diatas adalah kerja keras itu bukan hanya gigih dan semangat tinggi. Berinisiatif
adalah usaha yang menghasilkan dengan pengaturan waktu yang baik dan terencana.

3. Rela Berkorban

a. Makna Rela Berkorban

1) Pengertian rela berkorban

Rela berarti bersedia dengan ikhlas hati, tidak mengharapkan imbalan atau dengan kemaun sendiri.
Berkorban berarti memiliki sesuatu yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya
sendiri. Rela berkorban dalam kehidupan masyarakat berati bersedia dengan ikhlas memberikan sesuatu
(tenaga, harta, atau pemikiran) untuk kepentingan orang lain atau masyarakat. Walaupun dengan
berkorban akan menimbulkan cobaan penderitaan bagi dirinya sendiri.

2) Pola keikhlasan dalam berbagai lingkungan kehidupan

Setiap orang atau setiap individu mempunyai kepentingan sendiri sesuai dengan keperluannya. Jika
setiap orang hanya mengejar kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain,
akan terjadi perselisihan dan pertengkaran dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, kita sebagai seorang
muslim yang memiliki kepribadian luhur, wajib mengendalikan siri dalam sikap dan perbuatannya demi
kepentingan umum. Kepentingan umum atau masyarakat harus didahulukan dari pada kepentingan
pribadi atau individu. Disinilah perlunya kita memiliki keikhlasan berkorban demi kepentingan yang lebih
luas. Kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

a) Pola keikhlasan berkorban dalam lingkungan keluarga, antara lain ;

1) Orang tua memberikan biaya untuk sekolah anak-anaknya

2) Orang tua memelihara, mengasuh, dan mendidik anak-anaknya

b) Pola keihklasan berkorban dalam lingkungan kehidupan sekolah, antara lain:

1) Para siswa memberikan sumbangan buku perpustakaan sekolah

2) Para siswa dan guru mengumpulkan dana sukarela untuk meringankan beban warga yang tertimpa
musibah

c) Pola keikhlasan berkorban dalam lingkungan kehidupan masyarakat, antara lain:

1) Warga masyarakat bergotong royong meperbaiki bendungan yang rusak karena banjir

2) Warga masyarakat yang mampu menjadi orangtua asuh bagi anak-anak yang terlantar dan tidak
mampu

d) Pola keikhlasan berkorban dalan lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain:
1) Para warga negara atau masyarakat membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti
pajak kendaraan bermotor, pajak bumi dan bangunan

2) Warga masyarakat merelakan sebagian tanahnya untuk pembangunan irigasi dengan memperoleh
penggantian yang layak

b. Mengembangkan semangat rela berkorban dalam kehidupan bermasyarakat

Kita harus selalu mengembangkan semangat rela berkorban dalam kehidupan masyarakat, berbangsa
dan bernegara. Misalnya sebagai berikut.

1. Ketika zaman penjajahan belanda. Penderitaan bangsa Indoneisa berada pada level yang sangat
tinggi dari para penjajah. Penderitaan yang sangat hebat ini melahirkan tekad untuk mengusir penjajah
dari tanah air Indonesia. Untuk mewujudkan tekad itu, nagsa Indonesia rela berkorban melawan
penjajah. Semangat berjuang dan rela berkorban itu akhirnya membuahkan hasil Proklamasi
Kemerdekaan17 agustus 1945

2. Orang tua merelakan putranya berjuang untuk bangsa dan negaranya sesuai dengan bidang dan
kemampuannya

3. Warga masyarakat rela berkorban tenaga, harta ataupun pikiran dalam membuat bendung, jalan
kampung, dan kepentingan masyarakat lainnya

Sikap rela berkorban yang mulia itu wajib dikembangkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Menumbuhkembangkan semangat rela berkorban dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya,
keteladanan (menjadi contoh), memberikan bimbingan, dan pembinaan kesadaran dalam keralaan
berkorban.

c. Menampilkan Perilaku Rela Berkorban dalam Kehidupan Sehari-hari

Seorang muslim yang baik senantiasa mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama. Ia sanggup dan rela berkorban untuk
kepentingan masyarakat, agama dan negaranya
Adapun sikap rela berkorban dakam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya sebagai berikut:

1. Selalu memperhatikan kepentingan umum, bangsa dan negara

2. Suka memberikan pembinaan yang baik kepada sesama

3. Gemar memberikan pertolonangan kepada sesama

4. Senantiasa menjauhkan diri dari perilaku angkuh, egois, hedonis dan materialistis

Perilaku egois adalah sikap perilaku yang hanya memetingkan diri sendiri. Perilaku hedonis adalah sikap
perilaku yang hanya mengutamakan hidup untuk bersenang-senang. Perilaku materialistis adalah sikap
perilaku yang hanya mementingkan kebendaan atau keduniaan saja

Sebagai pelajar, kita harus membiasakan sikap rela berkorban dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, dan
bernegara akan terwujud.

C. Sikap yang Benar terhadap Makhluk Hidup Selain Manusia

Binatang dan tumbuh-tumbuhan adalah makhluk hidup, keduanya perlu mempertahankan habitat dan
populasinya. Keduanya perlu makan dan minum untuk menjaga keadaan dan lingkungannya serta
mempertahankan keturunan dari jenisnya dengan bentuk dan tatacaranya yang berbeda dengan
manusia

Keberadaan dan kelestarian binatang dan tumbuhan, memberikan arti penting dan manfaat yang besar
bagi makhluk lainnya, termasuk manusia. Antara binatang dan tumbuh-tumbuhan serta manusia
terdapat hubungan timbal balik, saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Hubungan
timbal balik antara manusia dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan harus dijaga keseimbangan dan
kesinambunganya. Apabila keseimbangan hubungan timbal balik antara ketiganya tidak terjaga maka
akan menimbulkan kerusakan malahan bisa menjadi bencana.
Contoh akhlak yang baik dan terpuji terhadap binatang ialah membiasakan memelihara dan menyayangi
binatang. Binatang itu mengandung manfaat yang besar sekali bagi manusia, baik untuk dimakan
dagingnya, diminum air susunya, digunakan bulunya untuk pakaian, untuk alat angkutan dan
sebagainya. Memang binatang itu diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia. Perhatikan firman
Allah SWT: (lihat QS.Online di google)

Aritnya: ” 5. Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan. 6. Dan kamu
memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika
kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. 7. Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri
yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang
memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang 8. dan
(Dia telah menciptakan) kuda, bagal[820] dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya)
perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (QS An Nahl : 5-7)

Karena binatang itupun makhluk hidup yang bernyawa yang dapat merasakan lapar dan haus, sakit dan
mati, maka kita tidak boleh menganiaya dengan cara apapun. Nabi bersabda: “Barangsiapa yang
menganiaya binatang atau mengubah bentuknya, memotong ekor atau telinganya, amak atasnya
kutukan alah, kutukan para malaikat, dan manusia pada umunya.” (Al Hadits)

Oleh karena itu, salah satu syarat menyembelih binatang yang akan dimakan dagingnya harus
menggunakan alat penyembelih yang tajam, agar binatang yang disembelih itu segera mati dan tidak
lama mengalami penderitaan.

Akhlak yang baik terhadap tumbuh-tumbuhan artinya akhlak manusia yang baik dan terpuji menurut
pandangan syariat Islam tertuju kepada tumbuh-tumbuhan. Contoh akhlak yang baik yang baik terhadap
tumbuh-tumbuhan ialah membiasakan memelihara dan melestarikan tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-
tumbuhan apa saja yang ada di bumi ini diciptakan oleh Allah untuk manusia, agar diambil manfaatny
bagi kehidupan manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an: (lihat QS.Online di google)

Artinya: “Ia (Allah) yang telah menjadkan segala apa yang ada di langit dan dibumi untuk kamu semua
…”(QS Al Baqarah ; 29)

Dalam ayat lain: (lihat QS.Online di google)


Artinya: “Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-
sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan[765], Allah
menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS Ar Ra’du : 3)

Oleh karena itu, suatu kewajiban manusia agar bumi dan isinya, termasuk binatang dan tumbuh-
tumbuhan serta lingkungannya dapat kita sayangi dan dilestarikan dan memakmurkannya., bukan malah
ditelantarkan dan diburu. Semua itu sebenarnya hanya untuk kepentingan manusia. Semua itu
sebenarnya hanya untuk kepentingan manusia dan anak cucunya sampai akhir zaman. Firman Allah
dalam surat Hud ayat 61: (lihat QS.Online di google)

Artinya: “…Dialah Allah yang menciptakan kamu dan ditempatkannya kamu mendiami bumi ini dengan
tugas agar kamu dapat mengolah dan memakmurkannya …” (QS Hud : 61)

1. Memelihara Kelestarian Alam

Alam dan isinya diciptakan Allah untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu, untuk kelangsungan serta
kesempurnaan hidupnya, manusia berkewajiban menjaga kwantitas dan kwalitas lingkungan
menimbulkan larangan adanya merusak lingkungan. Untuk meperbaiki kualitas hidup, manusia
mengadakan usaha-usaha pembangunan yang mempunyai pengaruh terhadap kuantitas maupun
kualitas lingkungan.

Disatu pihak, kita harus mengadakan pembangunan walaupun hal itu bisa merusak kualitas dan
kuantitas lingkungan, tetapi di pihak lain pun kita harus mempertahankan lingkungan hidup. Misalnya
untuk pembangunan kita memerlukan devisa dan untuk memperoleh debisa kita bisa menjual kayu yang
diambil dari hutan. Apabila pengambilan kayu dari hutan tidak cermat dapat mengakibatkan kepunahan
hutan maupun hewan-hewan penghuninya. Akibat yang ditimbulkannya sangat merugikan, bahkan
mengancam kesejahteraan hidup manusia. Secara kronilogis dapat digambarkan sebagai berikut.

Apabila hutan dibabat dengan semena-mena maka tak ada lagi penahan air hujan. Air hujan akan
mengalir keras dan menghanyutkan humus dan bunga tanah. Di hulu menjadi tandus, dihilir dilanda
banjir. Akibatnya, hutan makin lama makin gundul, hujan menjadi jarang turun. Pada siang hari panas
terik matahari membakar bumi, malam harinya sangat dingin. Karena perubahan suhu yang tajam, batu-
batuan bisa pecah dan akhirnya lambat laun hancur jadi pasir. Jadi, padang pasir yang luas bukan terjadi
dengan sendirinya. Pada mulanya terjadi karena kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia sendiri.
Firman Allah SWT: (lihat QS.Online di google)

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar.”(QS Ar Rum : 41)

Kerusakan didarat seperti terjadinya padang pasir karena penggundulan hutan (tumbuh-tumbuhan),
juga punahnya beberapa jenis binatang. Kerusakan dilaut seperti pencemaran oleh buangan air limbah
industri, sehingga menyebabkan keracunan pada ikan yang menjadi sumber hidup para nelayan.

Membuat kerusakan baik didarat, dilaut maupun diudaraadalah perbuatan yang sangat tercela dalam
agama, kerusakan yang terjadi dapat membahayakan hidup manusia. Al Qur’an memuat tidak kurang
dari 50 kali ayat yang melarang berbuat kerusakan. (lihat QS.Online di google)

Artinya: “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di
muka bumi dengan membuat kerusakan.” (QS As Syu’ara : 183)

Kesimpulannya, dalam suatu lingkungan hidup itu ada saling ketergantungan antara makhluk hidup
dengan benda-benda yang tidak hidup dan lingkungannya. Keadaan semacam itu disebut ekosistem.
Dalam suatu ekosistem, masing-masing unsur yang ada harus dijaga kelestarian dan keseimbangannya.
Artinya tidak boleh ada pengrusakan terhadap salah satu unsur. Sebab kalau salah satu unsur dalam
ekosistem itu rusak, akan timbul keselarasan ekosistem atau terjadi ketidak seimbangan alam
lingkungan.

Allah SWT menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Telah ditakdirkan dan ditentukan bahwa
semua makhluk ciptaannya mempunya hubungan timbal balik dan berkesinambungan, itulah sunatullah.
Firman Allah SWT dalam surat Ar Rahman ayat 5-13: (lihat QS.Online di google)

Artinya: “5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. 6. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-
pohonan kedua-duanya tunduk kepada Nya. 7. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan
neraca (keadilan). 8. Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. 9. Dan tegakkanlah
timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. 10. Dan Allah telah meratakan
bumi untuk makhluk(Nya). 11. Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak
mayang 12. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. 13. Maka nikmat Tuhan
kamu yang manakah yang kamu dustakan?.” (QS Ar Rahman : 5-13)

Ayat diatas menggambrkan bahwa alam semesta yang terdir dari beribu-ribu galaksi, diantaranya bumi
kita ini, semuanya mempunyai hubungan timbal balik dan daya tarik menarik antara satu dengan
lainnya. Begitu pula apa yang ada di planet bumi. Lingkungan yang ada di dalamnya mempunyai daya
tarik menarik dan hubungan timbal balik.

Apabila keseimbangan dalam hubungan timbal balik ini terganggu akibat salah satu unsurnya ada yang
kurang, berubah, atau karena sebab lain maka malapetaka dan bencana yang maha dahsyat akan
terjadi.

Memelihara Keseimbangan Alam sebagai Pernyataan Rasa Syukur Nikmat

Allah pencipta alam semesta telah menciptakan manusia sebagai makhluknya yang paling mulia. Allah
juga yang telah menciptakan alam semesta ini, terutama bumi untuk kepentingan manusia. Bahkan
Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah atau penguasa bumi. Dengan demikian sungguh
banyak kenikmatan Allah yang telah dianugrahkan kepada manusia. Sebagaimana tersebut dalam firman
Allah SWT: (lihat QS.Online di google)

Artinya: “32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit,
kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan
Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya,
dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. 33. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu
matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu
malam dan siang. 34. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
(QS Ibrahim : 32-34)
Betapa banyak nikmat Allah yuang telah diberikan kepada umatmanusia yang diterima oleh setiap orang
dalam kehidupannya. Segala kelezatan ketentraman, kebahagian, kesenangan dan kenikmatan dalam
bentuk apapun. Hal itu harus disyukuri. Setiap muslim wajib bersyukur atau berterima kasih kepada
Allah sebagaimana diperintahkan dalam kitab suci Al Qur’an: (lihat QS.Online di google)

Artinya: “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu
pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari
karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS An Nahl : 14)

Adapun cara bersyukur kepada Allah adalah sebagai berikut.

1. Dengan lisan, yakni dengan memuji Allah setiap memperoleh kenikmatan. Caranya dengan
mengucapkan alhamdulillahi rabbil alamin.

2. Dengan hati, yakni dengan mengakui dan merasakan serta menghayati nikmat Allah atas karunia
yang telah diberikan

3. Dengan seluruh jiwa raganya, yakni dengan menaati dan menjalankan perintahnya, serta menjauhi
larangannya.

Dengan bersyukur kepada Allah, manusia akan selalu ingat kepadanya, sehingga jiwanya menjadi bersih.
Jiwa yang bersih karena menyadari bahwa segala kenikmatan itu hanyalah karunia Allah semata. Dengan
demikian dapat menyadari bahwa segala kenikmatan itu adalah bekal untuk beribadah keapda Allah.
Mengabdi dan menghambakan diri semata-mata kepada Allah. Perhatikan firman Allah berikut. (lihat
QS.Online di google)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan
kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS Al
Baqarah : 172)

2. Menyayangi Binatang dan Merawat Tumbuh-tumbuhan


a. Pentingnya binatang dan tumbuh-tumbuhan bagi kehidupan manusia

Binatang termasuk salah satu makhluk Allah SWT. Antara manusia dan binatang medasar. Manusia
mempunyai akal pikiran sedangkan binatang tidak. Diluar kepentingan dan kemampuan akal pikiran itu
terdapat persamaan antara manusia dan binatang. Seperti misalnya, kepentingan untuk makan, minum
mempertahankan hidup dan keturunannya.

Kenyataannya manusia sangat membutuhkan keberadaan binatang, terutama binatang ternak. Diantara
binatang tersebut, ada yang bisa dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan manusia
seperti membajak dan bercocok tanam, menarik pedati dan memuat barang-barang, diambil madunya,
diperah susunya, disembelih untuk dimakan dagingnya sebagai pelengkap menu dan menambah gizi
makanan. Selain itu, binatang ternak juga mempunyai nilai tambah dalam segi ekonomi maupun segi
penghidupan.

Sudah selayaknya kita memelihara dan menyayangi binatang. Suatu hal yang tidak wajar apabila kita
memanfaatkan tenaga binatang, tetapi tidak mau memberi makan dan merawatnya. Seorang peternak
burung puyuh umpamanya, tidak akan mendapat hasil yang baik, apabila burung puyuh itu tidak
dipelihara dengan baik.

Coba renungkan ikan yang berada dilaut. Bermacam-macam warnanya, enak untuk dimakan. Ada yang
digunakan untuk minyak, hiasan, obat, tergantung pada keterampilan manusia dalam mengolah ikan
yang beraneka ragam itu. Sapi dan domba misalnya, susunya dapat diminum dan menyegarkan dan
menguatkan badan manusia. Kulitnya dapat digunakan sebagai bahan sepatu dan sandal. Bulunya dapat
digunakan untuk pakaian, sedang dagingnya enak untuk dimakan.

Binatang-binatang itu dapat diambil manfaatnya sesuai dengan slera dan keterampilan manusia didalam
menggunakannya. Perkutut dapat dipelihara, dan suaranya bisa membuat hati manusia gembira dan
senang. Sehingga perkutut yang kecil itu harganya ratusan ribu rupiah malah kadang-kadang samapi
jutaan rupiah.

Tumbuh-tumbuhan juga tidak kalah penting bagi manusia dalam menunjang hidup dan kehidupannya,
misalnmya sebagai berikut:
1. Oksigen merupakan kebutuhan yang sangat pokok dalam kehidupan manusia. Pada sistem
pernapasan manusia, yang dibutuhkan adalah oksigen. Manusia akan mati lemas apabila kekurangan
oksigen tersebut. Persediaan oksigen yang terdapat diudara disekeliling kita bisa terjamin
keseimbangannya apabila terjamin pulapopulasi tumbuh-tumbuhan yang ada. Karena oksigen
dikeluarkan oleh tumbuh-tumbuhan pada saat tumbuh-tumbuhna itu melakukan fotosintesis

2. Pohon dan tumbuh-tumbuhan yang lebat dapat menjamin adanya persedian air dalam tanah agar
tidak terus mengalir tanpa ada tempat penampungannya. Persedian air dalam tanah oleh akar-akar
pohon dan tumbuh-tumbuhan, bisa menjadi mata air. Mata air itu mengairi areal pertanian dan
perkebunan, untuk menunjang kebutuhan bahan makanan pokok manusia.

Pohon dan tumbuh-tumbuhan yang lebat menjamin tidak akan terjadi banjir yang bisa merusak
lingkungan kehidupan manusia. Dari tumbuh-tumbuhan pula bisa diperoleh vitamin nabati yang sangat
dibutuhkan oleh sel-sel tubuh manusia. Tumbuh-tumbuhan dapat dibuat bahan obat-obatan yang
menangkal manusia dari serangan berbagai penyakit, dan menyembuhkannya atas kuasa dan izin dari
Allah SWT.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya bila manusia memelihara dan melestarikan tumbuh-tumbuhan.
Diantara tumbuh-tumbuhan ada yang bisa dimakan dan ada yang tidak. Perawatan terhadap tumbuh-
tumbuhan yang dimakan agak berbeda dengan tumbuh0tumbuhan lainnya. Ada diantaranya yang
memerlukan air, pupuk, obat hama, dan sebagainya. Memang cara merawat dan apa yang diperlukan
tumbuh-tumbuhan itu tidak sama. Kita pun harus mempelajari dan memperhatikan cara pemeliharaan
masing-masing agar dapat diambil manfaatnya.

Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah di muka bumi yang seharusnya memelihara dan mengatur
dunia ini sesuai dengan tuntunan agama. Sehingga dapat hidup layak sebagai manusia, janganlah
berbuat kerusakan dimuka bumi karena itu termasuk perbuatan yang tidak disukai oleh Allah. Seperti
dalam firmannya yang berbunyi: (lihat QS.Online di google)

Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al
Qashash : 77)
b. Cara menyayangi binatang dan tumbuh-tumbuhan

Manusia wajib memelihara binatang dan tumbuh-tumbuhan dengan baik. Terhadap binatang ternak
manusia harus memelihara, memberi makan dan minum, mejaga kondisi dan lingkungan serta
kebutuhan hidupnya. Dengan demikian manusia dapat memanfaatkannya untuk kepentingannya
sendiri. Kesemuanya harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Hal ini pernah dicontohkan oleh nabi
Muhammad SAW ketika beliau melewati suatu daerah. Beliau melihat ada orang-orang yang berdiri
diatas punggung hewan-hewan mereka. Lantas beliau menasehati supaya mengendarai hewan itu
dengan baik dan meninggalkannya dengan baik pula.

Terhadap binatang liar, manusai berkewajiban menjaga habitatnya agar tidak punah. Berusaha agar
tidak merusak lingkungan tempat binatang-binatang liar itu hidup dan berkembang biak. Mengusahakan
agar jenis binatang ini, terutama jenis binatang buas, tidak mengganggu terhadap lingkungan kehidupan
manusia, bahkan banyak dikisahkan dalam alqur’an banyak binatang buas yang memberikan manfaat
misalkan lebah yang bisa diambil madunya Allah berfirman: (lihat QS.Online di google)

Artinya: 68. dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-
pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”, 69. kemudian makanlah dari tiap-tiap
(macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah
itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS An Nahl : 68 – 69)

Terhadap tumbuh-tumbuhan, manusia wajib memelihara kelestarian, keberadaan,


mengembangbiakkannya. Khususnya tanaman pertanian dan tanaman pangan serta tanaman lunak
lainnya. Lahan tempat bercocok tanam perlu diolah dengan baik, dipupuki dan disiangi, dijauhkan dari
hama. Mengusir hama dengan memberikan obat anti hama sehingga dapat meningkatkan hasil dan
dapat mencukupi kebutuhan pangan.

Untuk tanaman keras, lahan yang digunakan harus dibersihkan dari tanaman dan tumbuhan lain yang
bisa mengganggu perkembangannya. Memberikan pupuk yang dapat menunjang pertumbuhan
tanaman keras tersebut. Pada umumnya tanaman keras ditanam pada lahan perkebunan.
Tanaman dan tumbuh-tumbuhan hutan harus dijaga kelestariannya dan tidak dirusak untuk kepentingan
pribadi dan sesaat. Perusakan hutan dapa mengakibatkan banjir dan tanah longsor.

Latihan :

A. Pilih satu jawaban yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini!

1. Seseorang yang memilki sifat husnuzhan berarti ia memilki sifat …

1. tercela

2. baik hati

3. terpuji

4. akhlakul karimah

5. buruk sangka

2. Lawan dari sipat Husnuzzan ialah…..

a. tercela

b. baik hati

c. terpuji

d. akhlakul karimah

e. buruk sangka
3. Sebaik-baik orang mukmin adalah orang yang …

1. baik badannya

2. baikperangainya

3. baik ucapannya

4. baik hatinya

5. baik akhlaknya

4. Menurut Rasulullah SAW orang yang kuat adalah kuat …

a. fisiknya

b. menahan emosinya

c. menahan nafsunya

d. menahan amarahnya

e. menahan kantuknya

5. Allah akan memberikan cobaan kepada manusia berupa…

1. ketakutan

2. kesenangan
3. keberuntungan

4. keindahan

5. kenikmatan

BAB 5 SEMESTER 1

SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM

Kata-kata sumber dalam hukum Islam merupakan terjemah dari kata mashadir yang berarti wadah
ditemukannya dan ditimbanya norma hukum. Sumber hukum Islam yang utama adalah Al Qur’an dan
sunah. Selain menggunakan kata sumber, juga digunakan kata dalil yang berarti keterangan yang
dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran. Selain itu, ijtihad, ijma’, dan qiyas juga merupakan sumber
hukum karena sebagai alat bantu untuk sampai kepada hukum-hukum yang dikandung oleh Al Qur’an
dan sunah Rasulullah SAW

Secara sederhana hukum adalah “seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia yang diakui
sekelompok masyarakat; disusun orang-orang yang diberi wewenang oleh masyarakat itu; berlaku
mengikat, untuk seluruh anggotanya”. Bila definisi ini dikaitkan dengan Islam atau syara’ maka hukum
Islam berarti: “seperangkat peraturan bedasarkan wahyu Allah SWT dan sunah Rasulullah SAW tentang
tingkah laku manusia yang dikenai hukum (mukallaf) yang diakui dan diyakini mengikat semua yang
beragama Islam”. Maksud kata “seperangkat peraturan” disini adalah peraturan yang dirumuskan secara
rinci dan mempunyai kekuatan yang mengikat, baik di dunia maupun di akhirat.

A. Al Qur’an

Al Qur’an berisi wahyu-wahyu dari Allah SWT yang diturunkan secara berangsur-angsur (mutawattir)
kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al Qur’an diawali dengan surat Al Fatihah, diakhiri
dengan surat An Nas. Membaca Al Qur’an merupakan ibadah.

Al Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang utama. Setiap muslim berkewajiban untuk berpegang
teguh kepada hukum-hukum yang terdapat di dalamnya agar menjadi manusia yang taat kepada Allah
SWT, yaitu menngikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangnannya

Al Qur’an memuat berbagai pedoman dasar bagi kehidupan umat manusia.


a. Tuntunan yang berkaitan dengan keimanan/akidah, yaitu ketetapan yantg berkaitan dengan iman
kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir, serta qadha dan qadar

b. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlak, yaitu ajaran agar orang muslim memilki budi pekerti yang
baik serta etika kehidupan.

c. Tuntunan yang berkaitan dengan ibadah, yakni shalat, puasa, zakat dan haji.

d. Tuntunan yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia dalam masyarakat

Isi kandungan Al Qur’an

Isi kandungan Al Qur’an dilihat dari segi kuantitas dan kualitas.

1. Segi Kuantitas

Al Quran terdiri dari 30 Juz, 114 surat, 6.236 ayat, 323.015 huruf dan 77.439 kosa kata

2. Segi Kualitas

Isi pokok Al Qur’an (ditinjau dari segi hukum) terbagi menjadi 3 (tiga) bagian:

a. Hukum yang berkaitan dengan ibadah: hukum yang mengatur hubungan rohaniyah dengan Allah SWT
dan hal – hal lain yang berkaitan dengan keimanan. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid atau
Ilmu Kalam

b. Hukum yang berhubungan dengan Amaliyah yang mengatur hubungan dengan Allah, dengan sesama
dan alam sekitar. Hukum ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum syariat. Ilmu yang
mempelajarinya disebut Ilmu Fiqih

c. Hukum yang berkaitan dngan akhlak. Yakni tuntutan agar setiap muslim memiliki sifat – sifat mulia
sekaligus menjauhi perilaku – perilaku tercela.

Bila ditinjau dari Hukum Syara terbagi menjadi dua kelompok:

a. Hukum yang berkaitan dengan amal ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji, nadzar, sumpah dan
sebagainya yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan tuhannya.
b. Hukum yang berkaitan dengan amal kemasyarakatan (muamalah) seperti perjanjian perjanjian,
hukuman (pidana), perekonomian, pendidikan, perkawinan dan lain sebagainya.

Hukum yang berkaitan dengan muamalah meliputi:

1. Hukum yang berkaitan dengan kehidupan manusia dalam berkeluarga, yaitu perkawinan dan warisan

2. Hukum yang berkaitan dengan perjanjian, yaitu yang berhubungan dengan jual beli (perdagangan),
gadai-menggadai, perkongsian dan lain-lain. Maksud utamanya agar hak setiap orang dapat terpelihara
dengan tertib

3. Hukum yang berkaitan dengan gugat menggugat, yaitu yang berhubungan dengan keputusan,
persaksian dan sumpah

4. Hukum yang berkaitan dengan jinayat, yaitu yang berhubungan dengan penetapan hukum atas
pelanggaran pembunuhan dan kriminalitas

5. Hukum yang berkaitan dengan hubungan antar agama, yaitu hubungan antar kekuasan Islam dengan
non-Islam sehingga tercpai kedamaian dan kesejahteraan.

6. Hukum yang berkaitan dengan batasan pemilikan harta benda, seperti zakat, infaq dan sedekah.

Ketetapan hukum yang terdapat dalam Al Qur’an ada yang rinci dan ada yang garis besar. Ayat ahkam
(hukum) yang rinci umumnya berhubungan dengan masalah ibadah, kekeluargaan dan warisan. Pada
bagian ini banyak hukum bersifat ta’abud (dalam rangka ibadah kepada Allah SWT), namun tidak
tertutup peluang bagi akal untuk memahaminya sesuai dengan perubahan zaman. Sedangkan ayat
ahkam (hukum) yang bersifat garis besar, umumnya berkaitan dengan muamalah, seperti
perekonomian, ketata negaraan, undang-undang sebagainya. Ayat-ayat Al Qur’an yang berkaitan
dengan masalah ini hanya berupa kaidah-kaidah umum, bahkan seringkali hanya disebutkan nilai-
nilainya, agar dapat ditafsirkan sesuai dengan perkembangan zaman.

Selain ayat-ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan hukum, ada juga yang berkaitan dengan masalah
dakwah, nasehat, tamsil, kisah sejarah dan lain-lainnya. Ayat yang berkaitan dengan masalah-masalah
tersebut jumlahnya banyak sekali.

B. Hadits

Hadits merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,
maupun ketetapan (taqrir). Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Qur’an. Allah
SWT telah mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh
nabi Muhammad SAW dalam haditsnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT: (lihat Al-Qur’an onlines
di google)

Artinya: “ … Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah, …” (QS Al Hasyr : 7)

Perintah meneladani Rasulullah SAW ini disebabkan seluruh perilaku Nabi Muhammad SAW
mengandung nilai-nilai luhur dan merupakan cerminan akhlak mulia. Apabila seseorang bisa
meneladaninya maka akan mulia pula sikap dan perbutannya. Hal tersebut dikarenakan Rasulullah SAW
memilki akhlak dan budi pekerti yang sangat mulia. Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua,
juga dinyatakan oleh Rasulullah SAW:

)‫هللا َو ُس َّن ُة َرس ُْولِ ِه ( رواه همام ما لك‬


ِ ‫اب‬ َ ‫ْن َما َت َمس َّْك ُت ْم ِب ِه َما لَنْ َتضِ لُّ ْوا اَ َب ًدا ِك َت‬ ُ ‫َت َر ْك‬
ِ ‫ت فِ ْي ُك ْم اَمْ َري‬

Artinya: “Aku tinggalkan dua perkara untukmu seklian, kalian tidak akan sesat selama kalian
berpegangan kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunah rasulnya”. (HR Imam Malik)

Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua memilki kedua fungsi sebagai berikut.

Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al Qur’an, sehingga kedunya (Al Qur’an dan
Hadits) menjadi sumber hukum untuk satu hal yang sama. Misalnya Allah SWT didalam Al Qur’an
menegaskan untuk menjauhi perkataan dusta, sebagaimana ditetapkan dalam firmannya : (lihat Al-
Qur’an onlines di google)

Artinya: “…Jauhilah perbuatan dusta…” (QS Al Hajj : 30)

Ayat diatas juga diperkuat oleh hadits-hadits yang juga berisi larangan berdusta.

1. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang masih bersifat umum.
Misalnya, ayat Al Qur’an yang memerintahkan shalat, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji,
semuanya bersifat garis besar. Seperti tidak menjelaskan jumlah rakaat dan bagaimana cara
melaksanakan shalat, tidak merinci batas mulai wajib zakat, tidak memarkan cara-cara melaksanakan
haji. Rincian semua itu telah dijelaskan oelh rasullah SAW dalam haditsnya. Contoh lain, dalam Al Qur’an
Allah SWT mengharamkan bangkai, darah dan daging babi. Firman Allah sebagai berikut: (lihat Al-Qur’an
onlines di google)

Artinya: “Diharamkan bagimu bangkai, darah,dan daging babi…” (QS Al Maidah : 3)


Dalam ayat tersebut, bangkai itu haram dimakan, tetap tidak dikecualikan bangkai mana yang boleh
dimakan. Kemudian datanglah hadits menjelaskan bahwa ada bangkai yang boleh dimakan, yakni
bangkai ikan dan belalang. Sabda Rasulullah SAW:

‫ َواَمَّا‬,‫ت َو ْال َج َرا ُد‬


ُ ‫ ْالح ُْو‬: ‫ان‬
ِ ‫ َفامَّا ْال َم ْي َت َت‬,‫ان‬ ْ َّ‫ا ُ ِحل‬
ِ ‫ت لَ َنا َم ْي َت َت‬
ِ ‫ان َو َد َم‬

)‫ال ( رواه ابن الماجه و الحاكم‬ ِّ ‫ َف ْال َك ِب ُد َو‬: ‫ان‬


ِ ‫الط َح‬ ِ ‫ال َّد َم‬

Artinya: “Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Adapun dua macam bangkai
adalah ikan dan belalalng, sedangkan dua macam darah adalah hati dan limpa…” (HR Ibnu Majjah)

2. Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al Qur’an. Misalnya, cara
menyucikan bejana yang dijilat anjing, dengan membasuhnya tujuh kali, salah satunya dicampur dengan
tanah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

ِ ‫ت اَ ْولَ ِهنَّ ِبال ُّت َرا‬


)‫ب ( رواه مسلم و هحمد و هبو داود و البيهقى‬ ُ
ٍ ‫طه ُْو ُر ِا َنا ِء اَ َح ِد ُك ْم ِا َذا َولِغَ فِ ْي ِه ْال َك ْلبُ اَنْ ي ُْغسِ َل َسب َْع مَرَّ ا‬

Artinya: “Mennyucikan bejanamu yang dijilat anjing adlah dengan cara membasuh sebanyak tujuh kali
salah satunya dicampur dengan tanah” (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Baihaqi)

Hadits menurut sifatnya mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

1. Hadits Shohih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya
bersambung, tidak ber illat, dan tidak janggal. Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang
samar-samar yang dapat menodai keshohehan suatu hadits

2. Hadits Makbul, adalah hadits-hadits yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima sebagai Hujjah.
Yang termasuk Hadits Makbul adalah Hadits Shohih dan Hadits Hasan

3. Hadits Hasan, adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, tapi tidak begitu kuat ingatannya
(hafalannya), bersambung sanadnya, dan tidak terdapat illat dan kejanggalan pada matannya. Hadits
Hasan termasuk hadits yang makbul biasanya dibuat hujjah untuk sesuatu hal yang tidak terlalu berat
atau tidak terlalu penting

4. Hadits Dhoif, adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih syarat-syarat hadits shohih atau
hadits hasan. Hadits dhoif banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain,
disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhi

Adapun syarat-syarat suatu hadits dikatakan hadits yang shohih, yaitu:


1. Rawinya bersifat adil

2. Sempurna ingatan

3. Sanadnya tidak terputus

4. Hadits itu tidak berilat, dan

5. Hadits itu tidak janggal

C. Ijtihad

Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada
ketetapannya, baik dalam Al Qur’an maupun Hadits, dengan menggunkan akal pikiran yang sehat dan
jernih, serta berpedoman kepada cara-cara menetapkan hukum-hukumyang telah ditentukan. Hasil
ijtihad dapat dijadikan sumber hukum yang ketiga. Hasil ini berdasarkan dialog nabi Muhammad SAW
dengan sahabat yang bernama muadz bin jabal, ketika Muadz diutus ke negeri Yaman. Nabi SAW,
bertanya kepada Muadz,” bagaimana kamu akan menetapkan hukum kalau dihadapkan pada satu
masalah yang memerlukan penetapan hukum?”, muadz menjawab, “Saya akan menetapkan
hukumdengan Al Qur’an, Rasul bertanya lagi, “Seandainya tidak ditemukan ketetapannya di dalam Al
Qur’an?” Muadz menjawab, “Saya akan tetapkan dengan Hadits”. Rasul bertanya lagi, “seandainya tidak
engkau temukan ketetapannya dalam Al Qur’an dan Hadits”, Muadz menjawab” saya akan berijtihad
dengan pendapat saya sendiri” kemudian, Rasulullah SAW menepuk-nepukkan bahu Muadz bi Jabal,
tanda setuju. Kisah mengenai Muadz ini menajdikan ijtihad sebagai dalil dalam menetapkan hukum
Islam setelah Al Qur’an dan hadits.

Untuk melakukan ijtihad (mujtahid) harus memenuhi bebrapa syarat berikut ini:

1. mengetahui isi Al Qur’an dan Hadits, terutama yang bersangkutan dengan hukum

2. memahami bahasa arab dengan segala kelengkapannya untuk menafsirkan Al Qur’an dan hadits

3. mengetahui soal-soal ijma

4. menguasai ilmu ushul fiqih dan kaidah-kaidah fiqih yang luas.

Islam menghargai ijtihad, meskipun hasilnya salah, selama ijtihad itu dilakukan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan. Dalam hubungan ini Rasulullah SAW bersabda:

) ‫ان َو ا َِذا َح َك َم َواجْ َت َه َد ُث َّم اَ ْخ َطأ َ َفلَ ُه اَجْ ٌر ( رواه البخارى و مسلم‬
ِ ‫اب َفلَ ُه اَ َج َر‬
َ ‫ص‬َ َ‫ا َِذا َح َك َم ْال َحا ِك َم َفاجْ َت َهدَ ُث َّم ا‬
Artinya: “Apabila seorang hakim dalam memutuskan perkara melakukan ijtihad dan ternyata hasil
ijtihadnya benar, maka ia memperoleh dua pahala dan apabila seorang hakim dalam memutuskan
perkara ia melakukan ijtihad dan ternyata hasil ijtihadnya salah, maka ia memperoleh satu pahala.” (HR
Bukhari dan Muslim)

Islam bukan saja membolehkan adanya perbedaan pendapat sebagai hasil ijtihad, tetapi juga
menegaskan bahwa adanya beda pendapat tersebut justru akan membawa rahmat dan kelapangan bagi
umat manusia. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

…)‫ا ِْخ ِتالَ فِ ا ُ َّمتِيْ َرحْ َم ٌة (رواه نصر المقدس‬

Artinya: ”… Perbedaan pendapat di antara umatku akan membawa rahmat” (HR Nashr Al muqaddas)

Dalam berijtihad seseorang dapat menmpuhnya dengan cara ijma’ dan qiyas. Ijma’ adalah kese[akatan
dari seluruh imam mujtahid dan orang-orang muslim pada suatu masa dari beberapa masa setelah
wafat Rasulullah SAW. Berpegang kepada hasil ijma’ diperbolehkan, bahkan menjadi keharusan. Dalilnya
dipahami dari firman Allah SWT: (lihat Al-Qur’an onlines di google)

Artinya: “Hai orang-oran yang beriman, taatilah Allah dan rasuknya dan ulil amri diantara kamu….” (QS
An Nisa : 59)

Dalam ayat ini ada petunjuk untuk taat kepada orang yang mempunyai kekuasaan dibidangnya, seperti
pemimpin pemerintahan, termasuk imam mujtahid. Dengan demikian, ijma’ ulam dapat menjadi salah
satu sumber hukum Islam. Contoh ijam’ ialah mengumpulkan tulisan wahyu yang berserakan, kemudian
membukukannya menjadi mushaf Al Qur’an, seperti sekarang ini

Qiyas (analogi) adalah menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada hukumnya dengan kejadian lain
yang sudah ada hukumnya karena antara keduanya terdapat persamaan illat atau sebab-sebabnya.
Contohnya, mengharamkan minuman keras, seperti bir dan wiski. Haramnya minuman keras ini
diqiyaskan dengan khamar yang disebut dalam Al Qur’an karena antara keduanya terdapat persamaan
illat (alasan), yaitu sama-sama memabukkan. Jadi, walaupun bir tidak ada ketetapan hukmnya dalam Al
Qur’an atau hadits tetap diharamkan karena mengandung persamaan dengan khamar yang ada
hukumnya dalam Al Qur’an.

Sebelum mengambil keputusan dengan menggunakan qiyas maka ada baiknya mengetahui Rukun Qiyas,
yaitu:

1. Dasar (dalil)

2. Masalah yang akan diqiyaskan


3. Hukum yang terdapat pada dalil

4. Kesamaan sebab/alasan antara dalil dan masalah yang diqiyaskan

Bentuk Ijtihad yang lain

• Istihsan/Istislah, yaitu mentapkan hukum suatu perbuatan yang tidak dijelaskan secara kongret dalam
Al Qur’an dan hadits yang didasarkan atas kepentingan umum atau kemashlahatan umum atau unutk
kepentingan keadilan

• Istishab, yaitu meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada dan telah ditetapkan suatu dalil,
sampai ada dalil lain yang mengubah kedudukan dari hukum tersebut

• Istidlal, yaitu menetapkan suatu hukum perbuatan yang tidak disebutkan secara kongkret dalam Al
Qur’an dan hadits dengan didasarkan karena telah menjadi adat istiadat atau kebiasaan masyarakat
setempat. Termasuk dalam hal ini ialah hukum-hukum agama yang diwahyukan sebelum Islam. Adat
istiadat dan hukum agama sebelum Islam bisa diakui atau dibenarkan oleh Islam asalkan tidak
bertentangan dengan ajaran Al Qur’an dan hadits

• Maslahah mursalah, ialah maslahah yang sesuai dengan maksud syarak yang tidak diperoeh dari
pengajaran dalil secara langsung dan jelas dari maslahah itu. Contohnya seperti mengharuskan seorang
tukang mengganti atau membayar kerugian pada pemilik barang, karena kerusakan diluar kesepakatan
yang telah ditetapkan.

• Al ‘Urf, ialah urursan yang disepakati oelh segolongan manusia dalam perkembangan hidupnya

• Zara’i, ialah pekerjaan-pekerjaan yang menjadi jalan untuk mencapai mashlahah atau untuk
menghilangkan mudarat.

D. Pembagian Hukum dalam Islam

Hukum dalam Islam ada lima yaitu:

a. Wajib, yaitu perintah yang harus dikerjakan. Jika perintah tersebut dipatuhi (dikerjakan), maka yang
mebgerjakannya akan mendapat pahala, jika tidak dikerjakan maka ia akan berdosa

b. Sunah, yaitu anjuran. Jika dikerjakan dapat pahala, jika tidak dikerjakan tidak berdosa
c. Haram, yaitu larangan keras. Kalau dikerjakan berdosa jika tidak dikerjakan atau ditinggalkan
mendapat pahala, sebagaiman dijelaskan oleh nabi Muhammad SAW dalam sebuah haditsnya yang
artinya:

Jauhilah segala yang haram niscaya kamu menjadi orang yang paling beribadah. Relalah dengan
pembagian (rezeki) Allah kepadamu niscaya kamu menjadi orang paling kaya. Berperilakulah yang baik
kepada tetanggamu niscaya kamu termasuk orang mukmin. Cintailah orang lain pada hal-hal yang kamu
cintai bagi dirimu sendiri niscaya kamu tergolong muslim, dan janganlah terlalu banyak tertawa.
Sesungguhnya terlalu banyak tertawa itu mematikan hati. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

d. Makruh, yaitu larangan yang tidak keras. Kalau dilanggar tidak dihukum (tidak berdosa), dan jika
ditinggalkan diberi pahala

e. Mubah, yaitu sesuatu yang boleh dikerjakan dan boleh pula ditinggalkan. Kalau dikerjakan tidak
berdosa, begitu juga kalau ditinggalkan.

Dalil fiqih adalah Al Qur’an, hadits, ijma’ mujtahidin dan qiyas. Sebagian ulama menambahkan yaitu
istihsan, istidlal, ‘urf dan istishab.

Hukum-hukum itu ditinjau dari pengambilannya terdiri atas empat macam.

1. Hukum yang diambil dari nash yang tegas, yakni adanya dan maksudnya menunjukkan kepada hukum
itu

Hukum seperti ini tetap, tidak berubah dan wajib dijalankan oleh seluruh kaum muslim, tidak
seorangpun berhak membantahnya. Seperti wajib shalat lima waktu, zakat, puasa, haji dan syarat syah
jual beli dengan rela. Imam syafi’ie berpendapat apabila ada ketentuan hukum dari Allah SWT, pada
suatu kejadian, setiap muslim wajib mengikutinya.

2. Hukum yang diambil dari nash yang tidak yakin maksudnya terhadap hukum-hukum itu.

Dalam hal seperti ini terbukalah jalan mujtahid untuk berijtihad dalam batas memahami nas itu. Para
mujtahid boleh mewujudkan hukum atau menguatkan salah satu hukum dengan ijtihadnya.
Umpamanya boleh atau tidakkah khiar majelis bagi dua orang yang berjual beli, dalam memahami
hadits:

ِ ‫ان ِب ْال ِخ َي‬


ً ‫ار َما لَ ْم َي َت َفرَّ قا‬ ِ ‫اَ ْل َب ْي َع‬

Dua orang yang jual beli boleh memilih antara meneruskan jual beli atau tidak selama keduanya belum
berpisah
Kata “berpisah” yang dimaksud dalam hadits ini mungkin berpisah badan atau pembicaraan, mungkin
pula ijab dan kabul. Sperti wajib menyapu semua kepala atau sebagian saja ketika wudhu’, dalam
memahami ayat:

Artinya: “Dan sapulah kepalamu” (QS Al Maidah : 6)

Juga dalam memahami hadits tidak halal binatang yang disembelih karena semata-mata tidak membaca
basmalah.

ِ ‫َما اَ ْن َه َر ال َّد َم َو ُذ ك َِر اِسْ َم‬


‫هللا َعلَ ْي ِه‬

Alat apapun yang dapat mengalirkan darah dan disebutkan padanya nama Allah.

3. Hukum yang tidak ada nas, baik secara qa’i (pasti) maupun zanni (dugaan), tetapi pada suatu masa
telah sepakat (ijma’) mujtahidin atas hukum-hukumnya

Seperti bagian kakek seperenam, dan batalnya perkawinan seorang muslimah dengan laki-laki non
muslim. Di sini tidak ada jalan untuk ijtihad, bahkan setiap muslim wajib mengakui untuk
menjalankannya. Karena hukum yang telah disepakati oleh mujtahdidin itu adalah hukum untuk seluruh
umat, dan umat itu menurut Rasulullah SAW tidak akan sepakat atas sesuatu yang sesat. Mujtahidin
merupakan ulil amri dalam mempertimbangkan, sedangkan Allah SWT menyuruh hambanya menaati ulil
amri. Sungguhpun begitu, kita wajib betul-betul mengetahui bahwa pada huku itu telah terjadi ijma’
(sepakat) ulama mujtahidin. Bukan hanya semata-mata hanyan didasarkan pada sangkaan yang tidak
berdasarkan penelitian.

4. Hukum yang tidak ada dari nas, baik qat’i ataupun zanni, dan tidak pula ada kesepakatan mujtahidin
atas hukum itu.

Seperti yang banyak terdapat dalam kitab-kitab fiqih mazhab. Hukum seperti ini adalah hasil pendapat
seorang mujtahid. Pendapat menurut cara yang sesuai denngan akal pikirannya dan keadaan
lingkungannya masing-masing diwaktu terjadinya peristiwa itu. Hukum-hukum seperti itu tidak tetap,
mungkin berubah dengan berubahnya keadaan atau tinjauannya masing-masing. Maka mujtahid dimasa
kini atau sesduahnya berhak membantah serta menetapkan hukum yang lain. Sebagaimana mujtahid
pertama telah memberi (menetapkan) hukum itu sebelumnya. Ia pun dapat pula mengubah hukum itu
dengan pendapatnya yang berbeda dengan tinjauan yang lain, setelah diselidiki dan diteliti kembali pada
pokok-pokok pertimbangannya. Hasil ijtihad seperti ini tidak wajib dijalankan oleh seluruh muslim.
Hanya wajib bagi mujtahid itu sendiri dan bagi orang-orang yang meminta fatwa kepadanya, selama
pendapat itu belum diubahnya.

LATIHAN
A. Pilih satu jawaban yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini!

1. Generasi setalah tabi’in adalah …

a. Tabi’it Tabi’in

b. Tabi’at

c. Tabi’ut

d. Baiat

e. Sanad

2. Mewujudkan suatu hukum/ajaran yang tidak tercantum dalam Al Qur’an…

a. Bayan wat Takrir

b. Bayan wat

c. At Ta’kid

d. Bayan Wat Tafsir

e. Al Hasyir

3. Merinci ayat-ayat Al Qur’an yang masih samar dan umum ialah…

a. Bayan wat Tafsir

b. Bayan wat Tasyri

c. Siwak

d. Bayan wat Takrir

e. At Ta’kid

4. Al Qur’an merupakan pembeda antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang
buruk,sehubungan dengan itu Al Qur’an dinamakan …

a. Al Furqan
b. Adz Dzikir

c. At Tanzil

d. Asy Syifa’

e. An Nur

5. Salah satu fungsi hadits terhadap Al Qur’an adalah sebagai Bayan wat Tasyri yang artinya …

a. menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an yang masih umu

b. mempertegas/memperkuat hukum-hukum yang disebutkan dalam Al Qur’an

c. menghapus suatu hukum yang telah ditetapkan dalam Al Qur’an

d. mewujudkan suatu hukum/ajaran yang tidak tercantum dalam Al Qur’an

e. memberi koreksi terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang berkaitan denagn masalah hokum

BAB 6 SEMESTER 1

KETELADANAN RASUL PERIODE MEKKAH

Islam bermula pada tahun 622 ketika wahyu pertama diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu
Muhammad bin Abdullah di Gua Hira’, Arab Saudi. Sejarah Islam menceritakan perkembangan Islam
sampai sekarang.

Islam muncul di Jazirah Arab pada kurun ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad s.a.w. mendapat wahyu
dari Allah s.w.t. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang sejauh Samudra Atlantik
di Barat dan Asia Tengah di Timur. Lama-kelamaan umat Islam berpecah dan terdapat banyak kerajaan-
kerajaan Islam lain yang muncul.Namun demikian, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan
Umayyah, kerajaan Abbasiyyah, kerajaan Turki Seljuk, Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal
India, dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang terkuat dan terbesar di dunia. Tempat
pembelajaran ilmu yang hebat telah mewujudkan satu Tamadun Islam yang agung.

Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutamanya
pada Zaman Emas Islam.
Pada kurun ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan penjajah Eropa.
Selepas Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman yaitu kekaisaran Islam terakhir tumbang menyembah bumi.

Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang dilewati oleh jalur sutera.
Kebanyakkan orang Arab merupakan penyembah berhala dan ada sesetengahnya merupakan pengikut
agama Kristian dan Yahudi. Mekah ialah tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana di situ
terdapatnya berhala-berhala agama mereka dan juga terdapat Telaga Zamzam dan yang paling penting
sekali Kaabah.

Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah (570 atau 571 masihi). Beliau merupakan
seorang anak yatim sesudah ayahnya Abdullah bin bdul Muthalib dan ibunya Aminah binti Wahab
meninggal dunia. Beliau dibesarkan oleh pamannya yaitu Abu Thalib. Baginda kemudiannya kawin
dengan Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang selesa dan aman.

Namun demikian, ketika Nabi Muhammad s.a.w. berusia lebih kurang 40 tahun, beliau didatangi oleh
Malaikat Jibril a.s. Sesudah beberapa waktu beliau mengajar ajaran Islam secara tertutup kepada rekan-
rekan terdekatnya dan seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.

Pada tahun 622 masehi, baginda dan pengikutnya berhijrah ke Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah.
Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah adalah dimulainya kalender Hijrah .

Mekah dan Madinah kemudiannya berperang. Nabi Muhammad s.a.w. memenangi banyak pertempuran
walaupun ada di antaranya tentera Islam yang tewas. Lama kelamaan orang-orang Islam menjadi kuat
dan berjaya membuka Kota Mekah. Selepas kewafatan Nabi Muhammad s.a.w., seluruh Jazirah Arab di
bawah penguasaan orang Islam.

A. Sosok Nabi Muhammad saw sebagai seorang manusia.

Sudahkah kamu berprilaku seperti Rasulullah saw? Beliau terkenal sebagai orang yang jujur, pemimpin
yang selalu memikirkan rakyat, dan juga seorang pemaaf. Kita harus meneladani kepribadian Rasulullah
tersebut, karena prilaku yang demikian sangat berguna bagi bangsa,, Negara dan Agama. Keteladanan
Rasulullah terbukti saat beliau menyebarkan agama Islam yang penuh rintangan di Mekkah. Keteladanan
apakah yang bisa kamu ambil dardi pristiwa penyebaran Islam tersebut?.

Menghayati perjuangan Rasulullah saw. Sangatlah penting sehingga akan tumbuh rasa cinta kita kepada
beliau dan menjadikannya suri teladan dalam kehidupan.

Agama Islam berkembang dengan banyak pengorbanan, baik disegi harta, jiwa, dan tenaga. Kita harus
berterima kasih atas perjuangan Nabi Muhammad saw dan sahabat –sahabatnya serta para tabi’it
tabi’in dan para ulama salihin yang dengan ikhlas berjuang demi perkembangan Islam. Marilah kita
pelajari dakwah Rasulullah saw. Tersebut pada priode Mekkah dan reaksi masyarakat terhadap
kedatangan Islam

Nabi Muhammad saw adalah nabi yang terakhir dan pemberi cahaya keimanan bagi umat manusia.
Kelahiran Nabi Muhammad saw menjadi rahmat bagi semesta alam. Sekitar tahun 570 M, Arab
merupakan jazirah yang tandus. Tanahnya terdiri atas bukit-bukit batu, gurun sahara dan padang pasir
yang terhampar luas. Iklimnya sangat panas dan hampir semua wilayahnya dikelilingi lautan keadaan
sosial masyarakat rusak parah. Keadaan akidahnya sesat, pemujaan terhadap patung berhala ada di
mana-mana, perjudian, mabuk-mabukan dan menjadikan kaum wanita sekedar pemuas nafsu sudah
menjadi tradisi. Semua itu menandakan kerusakan perilaku kehidupan yang parah.

Di tengah-tengah kesesatan akidah dan kerusakan akhlak, lahirlah bayi laki-laki dalam keadaan yakin.
Ayahnya yang bernama Abdullah telah wafat ketika beliau berusia 3 bulan dalam kandungan ibunya
( Aminah). Keduanya merupakan keturunan bangsawan Quresy. Bapaknya adalah putri dari Wahab bin
Abdul Manaf bin Zuhrah bin Qilab. Muhammad lahir pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah
bertepatan tanggal 20 April 571 M. Disebut tahun Gajah karena pada tahun itu kota Mekkah sedang
deserbu tentara Abrahah dari Habsyi Yaman. Abrahah adalah gubernur Ethiopia yang datang dengan
berkenderaan gajah. Maksud Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah itu sia-sia. Abrahah dan tentaranya
hancur oleh lemparan batu kerikil yang dibawa oleh burung Ababil atas perintah Allah. Peristiwa
hancurnya tentara gajah itu dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Fil.

Kesedihan Abdul Muthalib atas kematian anaknya (Abdullah) menjadi hilang dengan lahirnya cucu laki-
laki. Abdul Muthalib membopong cucu laki-lakinya mengelilingi ka’bah yang disaksikan oleh seluruh
bangsawan Quresy lalu anak tersebut diberi nama Muhammad oleh kakeknya artinya ” yang terpuji”.

Sudah kebiasaan orang Mekkah untuk menyusukan dan membesarkan anaknya di kampung yang yang
udaranya masih segar, sehat dan alami. Pada mulanya orang-orang kampung tidak ada yang mau
menyusukan karena tahu beliau yatim dan miskin. Melihat kenyataan ini, kesedihan Aminah bertambah
dalam dan sambil memperhatikan bayi laki-lakinya, pikirannya melayang teringat pada al marhum
suaminya. Mula-mula orang menyusui Muhammad saw ialah ibunya sendiri. Setelah itu, Muhammad
disusui oleh Suaibah Al Aslamiyah(bekas budak Abu Lahab), lalu Halimah binti Abu Duaib As Sa’diyah.
Halimah berasal dari pegunungan mencoba membawa dan menyusui Muhammad, dengan harapan
Muhammad itu akan membawa berkah. Halimah menyusukannya selama 2 tahun dan mengasuhnya
selama 2 tahun sesudah itu maka genaplah 4 tahun dalam asuhannya. Sebenarnya Halimah masih ingin
merawat Muhammad lebih lama lagi, tetapi Aminah sangat

Merindukan putranya. Setelah itu, Aminah memintanya untuk merawat Muhammad. Pada usia 6 tahun
Muhammad diajak ibunya ke Madinah sambil ziarah ke makam ayahnya dengan disertai Ummu Aiman
(budak peninggalan al marhum ayahnya). Ini merupakan perjalanan jauh kali pertama bagi Muhammad
dan merupakan perkenalan pertama dengan alam bebas.

Setelah sampai di Madinah dan bertemu dengan kerabat-kerabatnya, Muhammad diajak ke makam
ayahnya. Beberapa tahun sebelumnya, ia pernah mendengar cerita tentang ayahnya. Ia menatap sedih
makam ayahnya. Kesedihannya masih belum hilang, ketika diajak melanjut perjalanan pulang ke
Mekkah. Dalam perjalanan pulang, yaitu di Abwa’ Aminah jatuh sakit lalu meninggal dunia. Jenazahnya
dimakamkan di tempat ia meninggal. Dahulu Muhammad tidak menyaksikan ayahnya wafat, kini ia
menyaksikan langsung kepergian ibunya untuk selama-lamanya. Kesedihan yang dahulu belum hilang,
sekarang ditambah kesedihan yang lebih mendalam lagi. Dengan keadaan yatim piatu Muhammad
melanjutkan perjalanan pulang menempuh jarak jauh hannya desertai Ummu Aiman. Setelah sampai di
Mekkah, ia di asuh oleh kakeknya. Tidak lama kemudian sewaktu ia berusia 8 tahun, kakeknya wafat.
Muhammad memang dipersiapkan untuk menjadi nabi dan rasul. Sepanjang hayatnya selalu diberi
cobaan dengan berbagai rantai kesedihan yang tidak putus-putusnya. Sebelumnya wafat, Abdul
Muthalib berwasiat agar Muhammad di asuh oleh pamannya, yaitu Abu Thalib. Abu Thalib ialah
anaknya, dia seorang pedagang ke negeri Syam(Syiria). Walaupun Abu Thalib sendiri punya anak, tetapi
beliau tidak membedakan antara anak sendiri dan kemenakannya.

Pada usia 12 tahun, Muhammad diajak Abu Thalib berdagang ke negeri Syam. Setelah sampai di Syam ,
mereka singgah di Bashra( suatu kota yang disana ada biara). Disana mereka bertemu dengan Pendeta
Bukhaira dan menasehatkan Abu Thalib agar segera membawa Muhammad pulang ke Mekkah dan
menjaganya baik-baik. Pendeta Bukhaira mengetahui dan memperhatikan keadaan Muhammad bahwa
ada tanda-tanda seorang nabi dan rasul.

Pada usia 14 tahun, Muhammad sudah berani mengikuti pamannya(zubair) dalam lperang Fijar( Harbal
Fijar) perang kesucian. Perang itu terjadi antara suku Quresy dan suku Qais yang disebabkan oleh
persoalan keturunan dan kebangsawanan. Dalam perang itu, Muhammad membantu menyediakan
perlengkapan perang, yaitu memunguti anak panah dan membawanya untuk dilepaskan kepada musuh.

Pada usia menjelang dewasa, Muhammad menjualkan barang dagangan Khadijah, Khadijah adalah
seorang janda kaya, bangsawan dan budiman. Khadijah sangat tertarik pada perilaku dan kejujuran
Muhammad. Akhirnya, pada usia 25 tahun ia menikah dengan Khadijah yang usianya 40 tahun. Selama
berumah tangga dengan Khadijah Muhammad memiliki enam anak, yaitu:

a. Qasim, wafat ketika usia 2 tahun

b. Zaenab menikah dengan Abal

c. Ruqayyah menikah dengan Usman bin Affan

d. Ummu Kalsum menikah dengan Usman bin Affan

e. Fatimah Az Zahrah menikah dengan Ali bin Thalib r.a

f. Abdullah wafat ketika masih kecil.

Pada waktu beliau berusia 35 tahun di Mekkah terjadi banjir besar sehingga Hajar Aswad runtuh.
Setelah peristiwa runtuhnya hajar aswad, hampir terjadi pertumpahan darah antar kabilah karena
masing-masing berebut untuk mengangkat atau membetulkan ke tempat semula. Semua kabilah
memutuskan untuk minta pengadilan pada Muhammad. Ternyata cara-cara pengadilan dari beliau bisa
diterima dan memuaskan semua kabilah. Oleh karena hal tersebut beliau digelar Al Amin yang artinya
orang yang dioercaya.

B. Nabi Muhammad sebagai seorang Rasul

Priode Mekkah berlangsung sejak diangkat Muhammad saw menjadi nabi dan rasul yang ditandai
dengan turunnya wahyu pertama yaitul Alaq ayat 1-5 kepada beliau hingga menjelang hijrah Nabi
Muhammad saw ke Madinah. Masa itu berlangsung selama +13 tahun yakni dari tahun 610 – 622M.
Masa ini sangat berat dirasakan karena Rasulullah banyak mendapatkan rintangan, khususnya dari
lingkungan masyarakat atau kaumnya. Setelah Nabi Muhammad saw, menerima wahyu kedua yaitu
Surah Al Muddatstsir yang berbunyi:

         
         
 

Artinya: ” Hai orang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmmu agungkanlah, dan
pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa( menyembah berhala) tingglkanlah, dan janganlah kamu
memberi (dengan maksud) memperoleh balasan yang lebih banyak. Dan untuk ( memenuhi perintah)
Tuhanmu, bersabarlah.” (Al Muddatstsir ayat 1-7)

1. Da’wah secara sembunyi-sembunyi.

Ayat diatas menunjukkan bahwa setiap rasul itu memang selalu rajin, ulet dan tidak cepat putus asa.
Setelah surah ini turun, mulailah Rasulullah saw, berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Beliau
terutama berdakwah kepada orang-orang yang terdekat dengan beliau, dan teman sejawat agar mereka
lebih dulu percaya kepada seruannya dan mengikutinya. Tempat yang dipilih oleh beliau untuk
berdakwah adalah rumah Al Arqam bin Abil Arqam Al Makhzumy. Para sahabat Nabi yang pertama
masuk Islam adalah sebagai berikut :

a. Abu Bakar,

b. Siti Khadijah

c. Ali bin Abi Thalib


d. Zaid bin Haristah

Selain dari yang tersebut diatas, maka dengan bantuan Siti Khadijah dan Abu Bakar Siddiq dari hari ke
hari bertambahlah orang-orang yang masuk yang beriman kepada seruan beliau, baik dari pihak lelaki
maupun perempuan. Orang yang beriman itu terbagi tiga golongan hartawan, golongan bangsawan dan
golongan hamba sahaya dan orang-orang desa. Mereka berdakwah secara sembunyi-sembunyi lebih
kurang selama 3 tahun memeluk dan mengikuti seruan nabi Muhammad saw. Apabila mereka hendak
mengerjakan ibadah kepada Allah, mereka harus pergi ke satu tempat yang jauh dari kota Mekkah
seperti di celah-celah bukit, agar tidak diketahui oleh orang kafir. Mereka menyadari apabila dilihat oleh
orang-orang kafir, mereka akan mendapat rintangan dan bahaya.

2. Da’wah secara terang-terangan.

Setelah Islam semakin kuat pengikutnya semakin banyak, maka tak ada lagi alasan untuk secara
sembunyi Allah turunkan surat Al Hijr ayat 94 berbunyi:

Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu)
dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik

Sejak turunnya ayat ini, da’wah dilaksanakan nabi secara terang-terangan di depan masyarakat umum.
Cara beliau melarang sesuatu tidak sekaligus, tetapi sedikit demi sedikit. Pada awal da’wah terang-
terangan, Abu Lahab membuat gaduh suasana sehingga pada saat itu juga turun surat Al Lahab ayat 1-5
yang berbunyi:

Artinya: Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa, Tidaklah berfaedah
kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan, Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak, Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu baker, Yang di lehernya ada tali dari sabut. ( Al
Lahab : 1-5).

Pada waktu berikutnya Abu Lahab, selalu membuat kegaduhan, yaitu menghasut orang Quresy supaya
memusuhi Nabi Muhammad saw. Mereka mendatangi Abu Thalib, meminta agar melarang Nabi
berda’wah. Permintaan itu dilaksanakan oleh Abu Thalib, lalu Nabi menjawab, ” ya pamanku, andaikata
diletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan ditangan kiriku, aku tidak akan berhenti
berda’wah.” Mulai waktu itu, Abu Thalib tidak berani lagi melarang Nabi untuk berda’wah.

Setelah usaha mereka gagal, orang Quresy membawa seorang pemuda tampan kepada Abu Thalib, yang
bernama Ammarah bin Al Walid bin Mughirah, mereka seraya berkata, ” Wahai Abu Thalib, ambillah ia
menjadi anak saudara dan serahkan kepada kami Muhammad ungtuk kami bunuh sebab ia telah
menentang kami dan memecah belah persatuan kami,” Usul kaum Quresy tersebut dijawab oleh Abu
Thalib, ” Jahat benar pikiran kamu, demi Tuhan, sekali-kali tidak bisa.”

Akhirnya tokoh-tokoh Quresy bermufakat untuk memilih seorang yang fasih dan lancar bicara untuk
membujuk Rasulullah. Utbah bin Rabi’ah pembicara ulung menghadap Nabi dan mengatakan, ” Ya
Muhammad apa sebenarnya maksudmu menyiarkan agama baru ini, jika engkau bermaksud mencari
pengaruh, berhentilah, kami akan mengangkatmu menjadi raja, kami tidak akan memutuskan suatu
perkara tanpa seizin engkau. Apabila engkau ingin kekayaan, kami kumpulkan harta kekakyaan
untukmu. Apabila engkau ingin wanita cantik, kami akan carikan untukmu atau barangkali engkau sakit,
biarlah kami yang mengobati dengan kami sendiri, asalkan engkau berhenti da’wah.” Setelah Utbah bin
Rabi’ah selesai bicara lalu ia diam dan penuh harap supaya Nabi menerima tawaran itu. Setelah itu, Nabi
membacakan beberapa ayat Al Qur’an. Hati dan jiwa Utbah spontan menjadi lemah karena ayat Al
Qur’an yang gaya bahasanya sangat indah.Ia tidak berkata apa-apa, lalu pulang dengan perasaan hampa
dan kecewa, pada saat lain Utbah datang lagi untuk membujuk Nabi agar mau bergantian dalam
peribatan, sekali menyembah Allah, sekali menyembah berhala, maka turunlah surat Al Kafirun ayat 1-6
yang berbunyi:

Artinya: Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang
kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku ( Al Kafirun : 1-6).

3. Hijrah ke Negeri Habsyi.

Pengertian hijrah ialah berpindah dari suatu tempat yang lain. Nabi Muhammad saw, tidak tega melihat
penderitaan kaum muslim yang dianiaya oleh kaum Quresy. Beliau ingin menolong tetapi kekuatan
beliau saat itu masih lemah dan jumlah umat Islam masih sedikit. Oleh karena itu, beliau menyuruh para
sahabatnya dan kaum muslim untuk hijrah ke negeri Habsyi, sebagai mana sabda beliau yang artinya: “
Jikalau kamu keluar berpindah ke negeri Habsyi, adalah lebih baik, karena disana ada seorang raja yang
di wilayahnya tidak ada seorang pun yang dianiaya sehingga Allah menjadikan suatu masa kegirangan
dan keluasan kepada kamu dari pada keadaan sekarang yang seperti ini.”
Lalu mereka pun hijrah ke negeri Habsyi, sedangkan nabi dan sahabat lainnya masih banyak yang tinggal
di Mekkah. Peristiwa hijrah ini disebut hijratul ula (pindah yang pertama). Selanjutnya karena adanya
pemboikotan atas kaum muslimin di Mekkah oleh kafir Quresy, maka nabipun menyuruh kaum muslimin
untuk hijrah yang kedua kalinya ke negeri Habsyi. Mereka pun mengikuti perintah nabi, dan yang hijrah
saat itu berjumlah 101 orang yaitu 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Hijrah itu diikuti oleh
kaum muslim di Yaman yang dipimpin oleh Abu Musa Al Asyari dan jumlah mereka adalah 50 orang.
Karena kekejaman kaum kafir Quresy semakin merajalela terhadap kaum muslim yang berada di
Mekkah.

C. Nabi Muhammad saw sebagai Uswatun Hasanah

Uswatun Hasanah berarti teladan yang baik. Siapakah yang akan kita contoh dalam hidup ini?
Sepatutnya, yang wajib kita contoh adalah tingkah laku Rasulullah sebab ucapan dan segala perbuatan
Rasulullah dijamin benar dan baik sebagaimana firman Allah swt berikut ini:(lihat google al-Qur’an
online)

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.”( Al Ahzab : 21 )

Barang siapa yang menginginkan hidup bahagia di dunia dan akhirat, seharusnya ia mengikuti jejak serta
mencontoh perbuatan Nabi. Berikut ini adalah beberapa sifat terpuji Rasulullah saw.

1. Ketabahan dan keteguhan pendirian Nabi Muhammad saw.

Sejak lahir hidup Nabi Muhammad saw penuh dengan rantai kesedian. Namun beliau tidak pernah
mengeluh, mengadu dan putus asa. Dengan langkah yang tegap dan penuh perhitungan beliau tidak
pernah mundur menghadapi cobaan hidup.

Dalam menyampaikan risalah, beliau selalu mendapat penghinaan, siksaan dan ancanana. Setiap
peperangan melawan orang musyrik, bala tentara Islam jumlahnya jauh lebih sedikit, sedangkan
peralatan perangnya lebih sederhana. Namun Rasulullah tidak pernah turun semangatnya, walaupun
cobaan-cobaan berat dalam mengemban tugas menyampaikan risalah terus berdatangan.

2. Pemaafnya Nabi Muhammad saw.


Pada tahun 621 M, Nabi Muhammad saw, berda’wah ke Thaif. Akan tetapi beliau disambut dengan
siksaan dan lemparan batu. Lalu Malaekat Jibril datang menawarkan jasa untuk membalaskan tingkah
laku orang Thaif. Nabi menolak sambil berdo’a : ” Berikanlah petunjuk-mu pada kaumku, ampunilah
mereka karena mereka belum tahu.”

Pada tahun 622 M, Orang-orang musyrik mengumumkan akan memberi hadiah bagi siapa saja yang
dapat menangkap Muhammad saw dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Lalu ada orang yang sanggup
untuk membunuh Nabi, yaitu Suraqah, tetapi kuda yang ditungggangi jatuh waktu mau menangkap
Nabi. Niat untuk membunuh Nabi batal dan ia meminta maaf, Nabi pun memberi maaf.

3. Beliau adalah pemimpin yang memikirkan umatnya.

Ia perintahkan umatnya hijrah supaya tidak dianiaya orang kafir Mekkah, sementara beliau tetap berada
di Mekkah.

4. Beliau adalah orang yang terkenal kejujurannya sehingga diberi gelar Al Amin.

Nabi Muhammad SAW Membangun Masyarakat Melalui Kegiatan Ekonomi dan Perdagangan

Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan Allah SWT. Sejak lahir telah tampak pada diri beliau
keistimewaan dan keajaiban, diantaranya adalah beliau lahir dalam kondisi telah berkhitan dan tali
pusarnya telah diputus, sehingga kelahiran Nabi Muhammad SAW sangat menggemparkan dunia.

Di balik keajaiabn itu terdapat banyak ujian dan cobaan yang harus beliau jalani, diantaranya beliau lahir
sudah dalam kondisi yatim, dan usia 6 tahun beliau telah menjadi yatim piatu, sehingga beliau benar –
benar dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul
Muthalib. Setelah kake beliau meninggal dunia, beliau tinggal dengan paman beliau, Abu Thalib yang
miskin. Dalam usia yang masih tergolong anak – anak, beliau harus sudah bekerja keras untuk bertahan
hidup, beliau mengembala kambing milik penduduk mekah.

Di balik pengembalaannya, Allah SWT benar – benar ingin menguji seseorang yang kelak akan diangkat
menjadi Nabi dan Rasul. Saat mengembala, beliau merenung dan berfikir, yang menyebabkab beliau
jauh dari pemikiran duniawi dan terhindar dari noda yang merusak namanya. Sejak muda, beliau sudah
terkenal sebagai orang yang terpercaya. Ketika Nabi Muhammad SAW berusia 12 tahun, Abu Thalib
mengajak beliau untuk berdagang ke Negeri Syam (Syiria). Sekalipun hanya ikut membantu pamannya,
Nabi Muhammad SAW sangat bersemangat dan tekun. Ia belajar bagaimana cara berdagang dan
melayani para pembeli dengan baik. Sikapnya yang sangat sopan dan ramah membuat masyarakat di
sekitar negeri Syam tertarik.

Ketika Nabi Muhammad SAW menginjak dewasa, yaitu 25 tahun, beliau kembali berdagang ke Negeri
Syam. Namun dalam perjalanan kali ini, beliau tidak lagi ditemani oleh pamannya. Kali ini, beliau
dipercaya untuk menjual barang dagangan milik Khadijah, seorang janda kaya raya yang amat disegani
oleh masyarakat Arab ketika itu. Alasan Khadijah menyerahkan barang dagangan kepada beliau yaitu
karena Khadijah telah mendengar kebaikan, kejujuran, dan keuletan Nabi dalam berdagang.

Dalam perjalanan ke negeri Syam, Nabi Muhammad SAW ditemani oleh seorang pembantu yang
bernama Maisyaroh. Maisyaroh adalah seorang kepercayaan Khadijah yang sangat berpengalaman
dalam berdagang. Atas bantuan Maisyroh, Nabi Muhammad SAW tidak mengalami kesusahan untuk
berdagang di Negeri Syam.

Dalam perdagangan bersama maisyaroh, Nabi Muhammad SAW mendapatkan keuntungan yang besar.
Hal ini ia dapatkan karena selama berdagang ia sangat tekun, jujur, ramah, dan murah senyum kepada
para pembeli yang dating.

Nabi Muhammad SAW tidak pernah membohongi pembeli. Jika ada barang yang cacat, maka beliau
menunjukkan kecacatannya. Jika barang tersebut berharga murah, maka beliau tidak akan menjual
dengan harga yang mahal. Jika barang itu banyak, maka beliau tidak pernah menimbun barang tersebut
agar mendapat keuntungan yang lebih besar. Beliau memberitahukan harga jual yang telah ditentukan
oleh majikannya. Beliau akan mengatakannya dengan jujur, sehingga pembeli tertarik untuk membeli
barang dagangannya.

Karena kejujuran dan kepandaian beliau dalam berbisnis, beliau mendapatkan laba yang sangat besar
dan Khadijah tertarik untuk melamarnya. Kemudian Nabi Muhammad SAW yang berusia 25 tahun
menikah dengan Khadijah yang berusia 40 tahun. Dari pernikahan ini beliau dianugerahi 6 orang anak.

Demikian kisah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan
perdagangan. Sebagai umatnya, kita harus meneladani beliau. Dikala muda, beliau sudah mencari
nafkah untuk hidupnya sendiri, beliau mengembala kambing dan berdagang untuk memenuhi
kebutuhannya. Keuletan, kejujuran, dan keramah – tamahan beliau sudah seharusnya kita teladani
dalam kehidupan sehari – hari.

LATIHAN :

A. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat!

1. Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah kepada ….

a. negara-negara yang berbahasa Arab

b. seluruh manusia

c. rakyat Timur Tengah

d. suku Quresy

e. orang Jahiliyah

2. Isi risalah Nabi dalam Al Qur’an surat Al Ikhlas menjelaskan bahwa Allah swt Maha….

a. Esa

b. Bijaksana

c. Pengampun

d. Mengetahui

e. Adil

3. Tidak ada satu pun contoh yang lebih baik daripada perbuatan Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu,
beliau disebut …

a. Ulul azmi

b. Orang yang tekun beribadah

c. Orang yang pandai memimpin


d. Sederhana

e. Uswatun hasanah

4. Pada waktu Muhammad berusia … Pendeta Bukhaira melihat tanda-tanda kenabian terakhir pada diri
beliau.

a. 6 tahun

b. 12 tahun

c. 15 tahun

d. 25 tahun

e. 9 tahun

5. Pada tanggal 17 Ramadhan, wahyu pertama turun. Pada waktu itu Rasulullah berusia …

a. 25 tahun

b. 30 tahun

c. 35 tahun

d. 40 tahun

e. 45 tahun

Anda mungkin juga menyukai