Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Sejak dahulu, manusia hidup bersama, berkelompok membentuk masyarakat


tertentu, mendiami suatu tempat, dan menghasilkan kebudayaan sesuai dengan
keadaan dan tempat tersebut. Manusia secara kodrati adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individu mempunyai
kehidupan jiwa yang menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat. Tiap manusia mempunyai sifat, watak, dan
kehendak sendiri. Namun dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan satu
sama lain, mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu membantu untuk
memperoleh keperluan hidupnya. Setiap manusia memiliki kepentingan, dan acap
kali kepentingan tersebut berlainan bahkan ada juga yang bertentangan, sehingga
dapat menimbulkan pertikaian yang mengganggu keserasian hidup bersama.

Apabila ketidak-seimbangan perhubungan masyarakat yang menjadi perselisihan


itu dibiarkan, maka mungkin akan timbul perpecahan dalam masyarakat. Oleh
karena itu, dari pemikiran manusia dalam masyarakat dan makhluk sosial ,
kelompok manusia menghasilkan suatu kebudayaan yang bernama kaidah atau
aturan atau hukum tertentu yang mengatur segala tingkah lakunya agar tidak
menyimpang dari hati sanubari manusia.

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, kebudayaan


manusia mengalami perkembangan pula. Termasuk perkembangan hukum.
Peradaban yang semakin berkembang membuat kehidupan manusia sangat
membutuhkan aturan yang dapat membatasi prilaku manusia sendiri yang telah
banyak menyimpang seiring dengan perkembangan pemikiran manusia yang
semakinmaju.

Aturan atau hukum tersebut mengalami perubahan dan terus mengalami


perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan zaman. Untuk itu, suatu negara
hukum sangat perlu mengadakan pembangunan terutama di bidang hukum.
Mengenai pembangunan hukum ini tidaklah mudah dilakukan. Hal ini disebabkan
pembangunan hukum tersebut tidak boleh bertentangan dengan tertib hukum yang
lain.
BAB II
ISI

Pengertian Hukum

Mengenai apakah hukum itu, menjadi pertanyaan pertama setiap orang yang
mulai mempelajari tentang hukum. Sebenarnya sangat sulit untuk memberikan
definisi tentang hukum. Karena menurut Prof. Mr. Dr. L.J. Van Apeldoorn dalam
bukunya berjudul “Inleiding tot de studie van het Nederlandse Recht” adalah tidak
mungkin memberikan suatu definisi tentang apakah yang disebut hukum itu.
Hampir semua sarjana hukum memberikan pembatasan mengenai hukum yang
berlainan. Beberapa ahli seperti Aristoteles, Grotius, Hobbes, Philip S. James, dan
Van Vollenhoven memberikan definisi hukum yang berbeda-beda. Misalnya
menurut Immanuel Kant bahwa hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang
dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan
kehendak bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.

Menurut Ultrecht, hukum adalah peraturan yang berisi perintah dan larangan yang
mengatur masyarakat, sehingga harus dipatuhi. Menurut Kansil, hukum adalah
peraturan hidup yang bersifat memaksa. Dan menurut Mochtar Kusumaatmadja,
bahwa hukum yang menandai tidak saja merupakan keseluruhan asas-asas dan
kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, melainkan
juga meliputi lembaga-lembaga dan proses yang mewujudkan kaidah-kaidah itu
dalam masyarakat.

Hukum sebagai kaidah atau aturan yang mengatur kehidupan masyarakat


memiliki beberapa pengertian yang bersumber dari para ahli. Ada juga beberapa
sarjana dari Indonesia yang memberikan rumusan tentang hukum itu. Diantaranya
adalah :
 S.M. Amin, S.H.
Dalam bukunya yang berjudul “Bertamasya ke Alam Hukum”, bahwa
hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-
sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu adalah mengadakan
ketatatertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan
ketertiban terpelihara.
 J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto, S.H.
Dalam buku yang disusun bersama berjudul “Pelajaran Hukum Indonesia”
bahwa hukum adalah peraturan-peraturan tang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat yang
dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan
hukuman tertentu.
 M.H. Tirtaatmadjadja, S.H.
Dalam bukunya “Pokok-pokok Hukum Perniagaan” bahwa hukum adalah
semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-
tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti
kerugian, jika melanggar aturan-aturan itu, akan merugikan diri sendiri
atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda
dan sebagainya.

Ciri-ciri Hukum

Agar dapat mengetahui dan mengenal apakah hukum itu, sebelumnya harus dapat
mengetahui ciri-ciri hukum, diantaranya adalah :
1. Adanya perintah dan/ atau larangan.
2. Perintah dan/ atau larangan itu harus dipatuhi oleh setiap orang.
Setiap orang wajib bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat, sehingga tata
tertib dalam masya- rakat itu tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya.

Unsur-unsur, Sifat, dan Tujuan Hukum

Dari beberapa perumusan tentang hukum yang telah diberikan para Sarjana
Hukum Indonesia, dapat diambil kesimpulan, bahwa hukum itu meliputi beberapa
unsur, yaitu :
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan bermasyarakat.
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
3. Peraturan itu bersifat memaksa.
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
5. Adanya proses untuk mewujudkan kaidah, dan asas yang tertulis/ tidak tertulis.
Dilihat dari unsur-unsurnya, maka sifat dari hukum adalah mengatur dan
memaksa. Ia merupakan peraturan-peraturan hidup kemasyarakatan yang dapat
memaksa orang supaya mentaati tata-tertib dalam masyarakat serta memberikan
sanksi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa saja yang tidak mau patuh
mentaatinya.
Untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus dan
diterima oleh seluruh anggota masyarakat, maka peraturan hukum yang ada harus
sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat
tersebut. Dengan demikian, tujuan hukum itu adalah menegakkan keadilan,
membuat pedoman, dan bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam
masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan. Selain itu, dapat
pula disebutkan bahwa hukum menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak
menjadi hakim atas dirinya sendiri (eigenrichting is verboden), tidak mengadili
dan menjatuhi hukuman terhadap pelanggaran hukum terhadap dirinya. Namun
tiap perkara harus diselesaikan melalui proses pengadilan, dengan perantara
hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.

Teori-teori tentang tujuan hukum :


- Teori etika/ etis, yaitu tujuan hukum semata-mata untuk mencapai keadilan.
- Teori utilitas, yaitu hukum itu bertujuan untuk kemanfaatan/ faedah orang
terbanyak dalam masyarakat.
- Teori campuran, teori ini merupakan gabungan antara teori etis dengan teori
utilitas, yaitu tujuan hukum tidak hanya untuk keadilan semata, tetapi juga untuk
kemanfaatan orang banyak.
- Teori terakhir, yaitu tujuan hukum itu semestinya ditekankan kepada fungsi
hukum yang menurutnya hanya untuk menjamin kepastian hukum.

Sumber-sumber Hukum
Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan
aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan
yang kalau dilanggar akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Sumber hukum dapat ditinjau dari segi material dan segi formal.
1.Sumber-sumber hukum material, dapat ditinjau dari berbagai sudut misalnya
dari sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, dsb.

2.Sumber-sumber hukum formal, antara lain adalah :


• Undang-undang (statute).
• Kebiasaan (costum).
• Traktat (treaty).
• Pendapat sarjana hukum (doktrin).
Mazhab-mazhab Ilmu Pengetahuan

1.Mazhab Hukum Alam


Ada tiga tokoh dalam mazhab hukum alam, yaitu Aristoteles, Thomas van
Aquino, dan Grotius.
Aristoteles membagi dua bagian hukum, yaitu hukum yang dibuat oleh penguasa
negara, dan hukum yang dianggap baik oleh manusia itu sendiri. Hukum alam
adalah hukum yang oleh orang-orang berpikiran sehat dirasakan sebagai selaras
dengan kodrat alam. Menurut Thomas van Aquino (1225-1247) bahwa segala
kejadian di dunia ini diperintah dan dikemudikan oleh suatu “Undang-undang
abadi” (“Lex eternal”), yang menjadi dasar kekuasaan dari peraturan-peraturan
lainnya. Lex Eternal ini ialah kehendak dan pikiran Tuhan yang menciptakan
dunia ini. Manusia dikaruniai Tuhan dengan kemampuan berpikir dan kecakapan
untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mengenal
berbagai peraturan perundangan yang langsung berasal dari “Undang-undang
abadi” itu, dan yang oleh Thomas van Aquino dinamakan “HukumAlam” (“Lex
naturalis”).

Hukum alam tersebut hanyalah memuat asas-asas umum seperti misalnya :


- Berbuat baik dan jauhilah kejahatan.
- Bertindaklah menurut pikiran sehat.
- Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri.

Menurut Hugo de Groot (abad 17, seorang penganjur hukum alam), hukum
alam adalah pertimbangan pikiran yang menunjukan mana yang benar dan mana
yang tidak benar. Hukum alam itu merupakan suatu pernyataan pikiran (akal)
manusia yang sehat mengenai apakah suatu perbuatan sesuai dengan kodrat
manusia, dank arena itu apakah perbuatan tersebut diperlukan atau harusditolak.

2.Mazhab Sejarah
Tokoh dalam mazhab sejarah yaitu Friedrich Carl von Savigny (1779-1861). Von
Savigny berpendapat bahwa hukum itu harus dipandang sebagai suatu penjelmaan
dari jiwa atau rohani suatu bangsa; selalu ada suatu hubungan yang erat antara
hukum dengan kepribadian suatu bangsa. Hukum bukan diciptakan oleh orang,
melainkan tumbuh sendiri di tengah-tengah rakyat; hukum itu adalah penjelmaan
dari kehendak rakyat, yang pada suatu saat juga akan mati apabila suatu bangsa
kehilangan kepribadiannya.
Ada beberapa kebaikan dan keburukan dari mazhab sejarah.
Kebaikannya antara lain:
- Meningkatkan penghargaan nilai-nilai budaya bangsa sendiri
- Menaikan derajat kebiasaan hukum
- Melihat hukum sebagai kenyataan sosial
- Membuktikan bahwa logika bukan satu-satunya sumber pemikiran hukum
Dan keburukannya antara lain:
- Tidak memperhatikan arti pentingnya peraturan perundangan
- Perkembangan hukum menjadi lambat
- Tidak memberikan kepastian hukum
- Sulit menentukan yang mana hukum dan mana yang bukan hukum
- Tidak dapat menerangkan jiwa bangsa itu sendiri

3.Teori Teokrasi (Kedaulatan Tuhan)


Pada masa lampau, di Eropa para ahli filosof menganggap dan mengajarkan
bahwa hukum itu berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, dan oleh karena itu, maka
manusia diperintahkan oleh Tuhan untuk tunduk pada hukum. Berhubung
peraturan perundangna itu ditetapkan oleh penguasa Negara, maka oleh teori
Teokrasi diajarkan bahwa para penguasa Negara itu mendapat kuasa dari Tuhan;
seolah-olah para Raja dan penguasa lainnya merupakan wakil Tuhan. Teori
Teokrasi ini di Eropa Barat diterima umum hingga zaman Reinassance.

4.Teori Kedaulatan Rakyat


Menurut aliran rasionalisme ini, bahwa Raja dan penguasa Negara lainnya
memperoleh kekuasaannya itu bukan dari Tuhan, tetapi dari rakyatnya. Pada abad
pertengahan diajarkan bahwa kekuasaan Raja itu berasal dari suatu perjanjian
antara Raja dengan rakyatnnya. Kemudian pada abad 18, J.J.Rousseau
memperkenalkan teorinya bahwa dasar terjadinya suatu Negara ialah “Perjanjian
masyarakat” (Contrat Social”) yang diadakan oleh dan antara anggota
masyarakat untuk mendirikan suatu Negara.
5.Teori Kedaulatan Hukum
Tokoh dari aliran ini adalah Prof. Mr H. Krabbe dan Leon Duguit. Menurut
Krabbe, hukum hanyalah apa yang memenuhi rasa keadilan orang terbanyak yang
ditundukan kepadanya. Karena sifatnya yang berusaha mencapai keadilan yang
setinggi-tinginya, maka hukum itu wajib ditaati oleh manusia. Hukum itu ada,
karena anggata masyarakat mempunya perasaan bagaimana seharusnya hukum
itu. Hanyalah kaidah yang timbul dari perasaan hukum anggota suatu masyarakat,
mempunyai kewibawaan/ kekuasaan.
6.Asas Keseimbangan
Kranenburg, murid dari dan pengganti Prof. Krabbe berusaha mencari dalil yang
menjadi dasar berfungsinya kesadaran hukum orang. Dalil tersebut dirumuskan
oleh Kranenburg sebagai berikut: tiap orang menerima keuntungan atau mendapat
kerugian sebanyak dasar-dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dalil ini
oleh Kranenburg dinamakan asas keseimbangan.

Penemuan Hukum
Akibat perkembangan masyarakat, maka perkembangan hukum berjalan seiring
sejalan. Hakim merupakan salah satu faktor pembentukan hukum. Badan
Legislatif menetapkan peraturan yang berlaku sebagai peraturan umum,
sedangkan pertimbangan dalam pelaksanaan hal-hal konkret diserahkan kepada
hakim, sebagai pemegang kekuasaan Yudikatif.

Yang dilakukan hakim yaitu :


1) Konstruksi hukum. Misalnya pada pasal 1576 tentang jual beli “Koop Break
Geen Huur”
2)Penafsiran hukum. Ada beberapa metode penafsiran, yaitu
• Penafsiran tata bahasa, yaitu penafsiran yang berdasarkan ketentuan UU
yang berpedoman pada perkataan.
• Penafsiran sahih, yaitu penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu
sebagaimana yang telah diberikan oleh pembentuk UU.
• Penafsiran historis, yaitu penafsira yang berdasarkan sejarah hukum dan
UU-nya.
• Penafsiran sistematis, yaitu penafsiran menilik susunan yang berhubungan
dengan bunyi pasal-pasallainnya baik dalam UU itu, maupun dengan UU
yang lainnya.
• Penafsiran Nasional, yaitu penafsiran menilik sesuai tidaknya dengan
sistem hukum yang berlaku.
• Penafsiran teleologis, yaitu penafsiran dengan mengingat maksud dan
tujuan undang-undan itu.
• Penafsiran ekstensif, yaitu memberi tafsiran dengan memperluas arti kata-
kata dalam peraturan itu.
• Penafsiran restriktif, yaitu penafsiran dengan membatasi (mempersempit)
arti kata-kata dalam peraturan itu.
• Penafsiran analogis, yaitu memberi tafsiran pada suatu peraturan hukum
dengan memberi ibarat pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas
hukumnya.
• Penafsiran a contrario, yaitu suatu cara menafsirkan undang-undang yang
didasarkan pada perlawanan pengertian antara soal yang dihadapi dan soal
yang diatur dalam suatu pasal undang-undang.
Macam-macam Pembagian Hukum
1.Menurut sumbernya :
a. Hukum undang-undang,
b. Hukum adat,
c. Hukum traktat,
d. Hukum jurisprudensi,
2.Menurut bentuknya :
a. Hukum tertulis,
b. Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan),
3.Menurut tempat berlakunya :
a. Hukum nasional,
b. Hukum internasional,
c. Hukum asing,
d. Hukum gereja,
4.Menurut waktu berlakunya :
a. Ius constitutum (hukum positif),
b. Ius constituendum,
c. Hukum asasi (hukum alam),
5. Menurut cara mempertahankannya :
a. Hukum material,
b. Hukum formal,
6. Menurut sifatnya :
a. Hukum yang memaksa,
b. Hukum yang mengatur,
7.Menurut wujudnya :
a. Hukum obyektif,
b. Hukum subyektif,
8.Menurut isinya :
a. Hukum privat,
b. Hukum publik,
Ditinjau dari segi bentuknya, hukum dapat dibedakan atas:
a). Hukum Tertulis (statute law, written law),
b). Hukum Tak Tertulis (unstatutery law, unwritten law)
Kaidah/ Norma
Kaidah atau norma hukum adalah peraturan mengenai tingkah laku manusia
dalam hidup bermasyarakat yang berasal dari hati sanubari manusia.

Macam-macam norma :
1) Norma agama,
2) Norma kesusilaan,
3) Norma kesopanan,
4) Norma hukum,

Macam – macam kaidah :


1) Kaidah Agama Mengatur Hub.Antara Manusia dengan Tuhan Yg menjadi
Kepercayaannya,bisa berupa Larangan dan Anjuran Bagi Pemeluknya.

2) Kaidah Kesusilaan bersumber Dari Hati Mengatur Hub.Manusia dlm


Hidup sosial agar Manusia itu Bersusila Sesuai dengan Tingkah laku yg
diinginkan Masyarakat.

3) Kaidah Kesopanan Mengatur Hub. Manusia dengan Manusia agar tingkah


laku manusia itu teratur dalam hub.sosial di Masyarakat

4) Kaidah Hukum Berasal Dari Hukum Positif yg ada di suatu negara. hukum
Ini bersifat Memaksa bagi Smua Individu yg tercakup dlm negara,dan
hukum dikenalkan pada umum melalui sosialisasi thd Hukum itu.
BAB III
PENUTUP

Dari uraian singkat materi mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum diatas,
disimpulkan bahwa pengertian hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang
terdiri dari norma dan sanksi-sanksi yang bertujuan menjaga ketertiban pergaulan
manusia, sehingga keamanan dan ketertiban tetap terpelihara.

Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan
aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan
yang kalau dilanggar akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.

Hukum memiliki ciri-ciri, unsur-unsur, sifat, dan tujuan hukum. Mazhab ilmu
pengetahuan digunakan sebagai dasar bagi penemuan hukum, yang memiliki
pengertian yang dijelaskan oleh para ahli hukum.

Dari ciri-ciri hukum disebutkan bahwa sanksi terhadap pelanggaran hukum adalah
tegas, maka dari itu setiap orang wajib mentaati hukum, agar senantiasa tercipta
kehidupan yang aman dan damai.
DAFTAR PUSTAKA

Kansil, C.S.T. Drs. SH, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta 1989.

Anda mungkin juga menyukai