Anda di halaman 1dari 22

Pepsi-Cola adalah salah satu minuman ringan paling terkenal di seluruh dunia dikonsumsi.

Diproduksi dan dipasarkan oleh PepsiCo, pertama kali dikembangkan dan diproduksi pada awal
1890 oleh Caleb Bradham, seorang apoteker di New Bern, North Carolina diberi label sebagai
"minuman Brad".  Pada tahun 1898, berganti nama Bradham minumannya menjadi "Pepsi-Cola".
Pada tanggal 16 Juni 1903, judul Pepsi-Cola adalah merek dagang dan telah sejak tetap tidak
berubah.  Tapi satu aspek Pepsi-Cola yang menyaksikan transformasi selama bertahun-tahun
adalah logo Pepsi. Logo Pepsi adalah salah satu yang paling terkenal dan logo yang diakui
dengan baik di dunia.
Pada tahun 1898, Bradham menggunakan script logo menuliskan sebagai logo Pepsi pertama
untuk merek produk.  Ketika bisnisnya sampai didirikan dan orang-orang mulai menikmati
minumannya, Bradham memutuskan untuk mengubah logo Pepsi menjadi versi yang lebih
disesuaikan dari script logo sebelumnya. Dengan demikian, pada tahun 1905, logo script diubah
diperkenalkan, diikuti dengan perubahan kedua di logo Pepsi pada tahun 1906 dengan
dimasukkannya slogan, "The Original Murni Makanan Minuman", di dalamnya.
During the 1933's sugar crisis, Loft, Inc. bought Pepsi-Cola. Selama krisis gula 1933's, Loft, Inc
membeli Pepsi-Cola. As part of their marketing strategy, Pepsi-Cola doubled the quantity of its
drink from six-ounce package size to twelve-ounces for 10 cents. Sebagai bagian dari strategi
pemasaran mereka, Pepsi-Cola dua kali lipat jumlah curahannya dari ukuran paket enam ons
sampai dua belas-ons selama 10 sen. Thus, the slogan “Refreshing & Healthful” was added to
the Pepsi logo, which was printed on the bottle. Dengan demikian, slogan "Penyegaran & Sehat"
telah ditambahkan ke logo Pepsi, yang tercetak pada botol. When the price for the twelve-ounce
bottle dropped to 5 cents, Pepsi-Cola excluded that tagline from the Pepsi logo. Bila harga untuk
dua belas botol-ons turun sampai 5 sen, Pepsi-Cola dikecualikan bahwa tagline dari logo Pepsi.

In 1940, Walter Mack, the CEO of Pepsi-Cola, adopted the idea of 12-oz. Pada tahun 1940,
Walter Mack, CEO Pepsi-Cola, mengadopsi ide 12-oz. embossed bottle with “Pepsi-Cola” baked
into the glass. timbul botol dengan "Pepsi-Cola" dipanggang ke dalam gelas. He further
developed the idea of introducing the new bottle design with crown, labeled with the Pepsi logo.
Dia lebih lanjut mengembangkan gagasan memperkenalkan desain botol baru dengan mahkota,
diberi label dengan logo Pepsi. In 1941, the Pepsi bottle crown colors were changed to red, white
and blue, along with the Pepsi logo, to commemorate the war efforts of the country. Pada tahun
1941, warna mahkota botol Pepsi diubah menjadi merah, putih dan biru, bersama dengan logo
Pepsi, untuk memperingati usaha-usaha perang negara.
By 1943, the Pepsi logo adopted a “bottle cap” look that included the slogan, “Bigger Drink,
Better Taste”. Pada tahun 1943, logo Pepsi mengadopsi tutup "botol" terlihat bahwa termasuk
slogan, "Minumlah Bigger, Better Taste". Later, in 1962, the Pepsi logo was replaced with two
bulls-eye marks encircling “Pepsi”, and then again in 1973, into a boxed Pepsi logo with minor
typeface changes. Kemudian, pada 1962, logo Pepsi digantikan dengan dua tanda melingkari
banteng-mata "Pepsi", dan kemudian di dalam sebuah logo Pepsi kemas dengan perubahan jenis
huruf kecil, 1973.
In 1991, Pepsi commemorated the evolution of its scripted Pepsi logo by featuring a logo design
with an italic capital typeface. Pada tahun 1991, Pepsi diperingati evolusi logo scripted Pepsi
dengan menampilkan desain logo dengan modal jenis huruf miring. Later at the company's 100
years celebration in 1998, Pepsi-Cola unveiled a new logo that symbolized the brand's
innovation and global recognition. Kemudian di tahun 100 perayaan perusahaan pada tahun
1998, Pepsi-Cola meluncurkan logo baru yang dilambangkan inovasi dan pengakuan merek
global. The new Pepsi logo consists of a three-dimensional globe against an ice blue background,
with the inclusion of the previously designed Pepsi typeface. Logo Pepsi yang baru terdiri dari
sebuah dunia tiga dimensi terhadap es latar belakang biru, dengan dimasukkannya jenis huruf
Pepsi dirancang sebelumnya. It has been the official Pepsi logo of PepsiCo, till date. Telah logo
Pepsi resmi PepsiCo, sampai tanggal.
Over the past century, the Pepsi logo has been evolved into remarkable designs with significant
modifications. Selama abad yang lalu, logo Pepsi telah berkembang menjadi desain yang luar
biasa dengan modifikasi yang signifikan. All in all, Pepsi logo is an exemplary piece of creativity
and innovation. Semua di semua, logo Pepsi adalah sepotong teladan kreativitas dan inovasi. No
doubt, it is one of the most recognized logos, ever. Tidak diragukan lagi, ini adalah salah satu
logo yang paling dikenal, pernah.
Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 16.02 0 komentar Link ke posting ini
Label: Logo-Merk Produk
Reaksi: 

PARADIGMA MERK : “BECAUSE, YOU ARE A BRAND”

MENDEFINISIKAN Suatu merk (brand) adalah satu hal. Bagaimana membangun merk adalah
hal lain.
Secara lugas dapat dikatakan Brand is…..,‘you’…., You are what you wear, You are what read,
You are what you eat, You are what you drive, You are what you dream of, You are what you
believe, You are what you promise.

Kalimat sederhana tersebut mengartikan bahwa Anda adalah sebuah merk. Diri Anda adalah
sebuah merk yang melekat secara fisik maupun emosional.

Kemanapun Anda pergi, apapun yang Anda pakai, apapun yang Anda baca, apapun yang Anda
makan, apapun yang Anda impikan, apapun yang Anda yakini, serta apapun yang Anda janjikan,
semuanya adalah merk, merk, merk dan merk.

Jadi, merk bukan sekedar nama, bukan pula logo atau symbol atau bukan juga sekedar
visualisasi, namun sudah menjadi jiwa yang melebur dalam produk-produk itu, sehingga nilai-
nilai yang terpancarkan dari sebuah produk itu bisa sangat berbeda-beda pada setiap orang.

Anda yang memakai jam tangan Rolex, umpamanya akan memperoleh penilaian berbeda dengan
pemakai jam Seiko yang kuno dan klasik. People is a Brand and Brand is a people. Jadi jelas,
dalam kompetisi bisnis yang saat ini kita harus menyadari bahwa brand itu penting dan dia tidak
jauh kemana-mana.
Brand berada di tengah-tengah kita. Brand adalah value indicator dari apa yang anda tawarkan.
Brand adalah payung yang melingkupi produk atau pelayanan, perusahaan, pribadi, atau bahkan
Negara..

Brand adalah sebuah ekuitas perusahaan yang menambahkan value pada produk dan pelayanan
yang ditawarkan.
Sebagai sebuah asset, brand menciptakan value bagi para konsumen melalui kualitas produk dan
kepuasan konsumen. Jadi, apapun yang kita tawarkan perlu kesadaran bahwa merk bukan lagi
kata yang hanya di hubungkan dengan produk atau sekumpulan barang. Tetapi juga dengan
proses yang meliputi pelayanan dan strategi bisnis kunci.

Merk (Brand) telah menjadi salah satu kata paling populer yang digunakan dalam dunia bisnis
saat ini. Merk bukan hanya domain bagi pemilik merk perusahaan besar saja. Untuk menang
dalam persaingan, perusahaan besar, menengah, dan kecil harus merubah cara strategi dalam
membangun citra merk bagi corporate-nya.

Ada sebuah article yang pernah saya baca “ Membesarkan sebuah produk menjadi Superbrand”
merupakan tema yang sangat tepat dan sangat penting dalam menerapkan kemampuan untuk
bersaing secara effektif, global, dan local dalam kondisi persaingan bisnis saat ini.

Dalam inti marketing, merk (brand) juga merupakan salah satu dari sembilan element penting
selain segmentasi, targeting, positioning, diferensiasi, marketing mix, selling, service and
process.

Dan tentunya suatu merk itu bisa berhasil jika perusahaan mampu membangun kesembilan
element pemasaran tersebut.

Jika saya bertanya kepada anda, adakah hubungannya antara merk dan pelayanan yang diberikan
kepada pelanggan? Tak mudah menjawab pertanyaan ini. Kebanyakan orang menganggap
branding hanya berkaitan dengan masalah penanaman produk dan aktifitas promosi.

Aktifitas branding pun seringkali akhirnya hanya berkisar di kedua hal itu. Padahal branding juga
menyangkut hal lain. Banyak orang melakukan branding cukup dengan melakukan aktifitas
marketing secara rutin saja, atau memasang iklan atau reklame dalam ukuran yang besar dan
menonjol, produk yang baik, atau sesuatu yang prestise semata, sementara sisi lain seperti
“pelayanan” terlupakan.

Padahal merk sebaiknya harus di cerminkan dalam setiap aspek budaya organisasi perusahaan,
terutama ketika terjadi interaksi antar manusia (antara karyawan & pelanggan), yaitu dalam hal
pelayanan. Layanan yang di berikan kepada pelanggan harus mampu mendukung dan
meningkatkan merk perusahaan atau produk. Dengan menjalankan pelayanan yang baik kepada
konsumen merk pun akan menjadi hidup. ***

Ringkasan dari diskusi menarik dengan Mr. Jadi Rajagukguk (Marketorial leader di hotel Sahid
Pakanbaru tgl : 14 April 2007 jam 10.15 WIB)
Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 15.06 1 komentar Link ke posting ini
Label: Produck-Brand
Reaksi: 

BRAND EQUITY : "Mesti Konsisten dan Fleksibel'

“Merek-merek besar berhubungan dengan emosi. Emosi-emosilah yang


mendorong semua keputusan kita. Merek mampu menjangkau luas karena sebuah
pengalaman yang mengikat kuat. Merek memiliki hubungan yang lebih dari
sekadar sebuah produk.”
-Scott Bedbury

Dunia pemasaran tidak akan bisa lepas dari yang apa disebut sebagai merek (brand). Segala teori
dan praktik dalam marketing selalu berawal dan berujung pada merek. Bahkan, bila suatu
perusahaan sedang membangun sebuah brand miliknya bisa diartikan pula bahwa ia sedang
membangun jati dirinya. Merek yang kuat akan
menjadi top of mind, selalu muncul pertama dalam benak konsumen. Dan, apabila perusahaan
mampu mengembangkan merek hingga menjadi top of mind, bisa dipastikan dia akan mampu
mempertahankan diri dari serangan pesaing.

Sebelumnya, ada baiknya apabila kita menengok ke belakang mengenai definisi merek. Dan bila
mengambil dari pemaparan American Marketing Association, merek adalah nama, istilah,
simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.

Pada perkembangannya, merek tidak sekadar sebagai simbol atau pembeda dari merek lain saja.
Merek yang unggul juga mampu berperan sebagai asosiatif, yaitu mengasosiasikan kualitas atau
jaminan kualitas bagi konsumennya. Bahkan, menjadi asosiasi lain yang mungkin tidak berkaitan
langsung dengan produknya. Misalnya, merek yang peduli pada dunia olahraga justru didominasi
oleh produk rokok. Contoh lain, Sony akan mudah diasosiasikan berteknologi tinggi dan jaminan
mutu, maka hal-hal itulah yang harus diproyeksikan Sony dalam strategi branding-nya.

Merek menjadi lebih dari sekedar simbol karena adanya enam level pengertian yang terkandung
di dalamnya, meliputi: atribut, manfaat, nilai, budaya, kepribadian, dan pemakai. Kotler
mengatakan, tantangan dalam pemberian merek adalah mengembangkan satu pengumpulan
makna yang lebih dalam terhadap merek tersebut. Pemasar harus menentukan pada level mana
dia akan menanamkan identitas merek.

Pelanggan Loyal
Merek yang sudah menjadi simbol, berasosiasi pada sesuatu yang positif, dan menjadi top of
mind merupakan merek yang sukses. Merek tersebut mengandung banyak value dan kekuatan,
atau dianggap memiliki ekuitas merek (brand equity) yang tak ternilai.

Aaker dalam Kotler (2000) menyebutkan bahwa ekuitas merek adalah brand asset dan liability
yang berhubungan dengan sebuah merek tertentu. Hal ini berkaitan dengan tingkat pengakuan
merek, mutu merek yang diyakini, asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta aktiva lain
seperti hak paten, merek dagang, dan hubungan saluran distribusi.

Ada banyak langkah untuk mendapatkan ekuitas merek yang bagus. Antara lain meningkatkan
brand awarenes, membentuk brand association, menciptakan brand loyalty, membuat brand
perceived quality, membangun quality services, dan lainlain. Kesemuanya itu ujung-ujungnya
adalah membuat dan mempertahankan pelanggan loyal. Ada lima level sikap pelanggan terhadap
merek, mulai dari level terendah sampai tertinggi:

1. Pelanggan akan mengganti merek terutama karena alasan harga, tidak ada kesetiaan
merek.
2. Pelanggan puas, tidak ada alasan untuk berganti merek.
3. Pelanggan puas dan merasa rugi bila berganti merek.
4. Pelanggan menghargai merek itu dan menganggapnya sebagai teman.
5. Pelanggan terikat kepada merek itu.

Sederhananya, ekuitas merek akan sangat berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan berada
dalam level 3, 4, dan 5. Merek yang menarik dan mempertahankan pelanggan terbaik bakal lebih
mampu men-charge lebih besar, menjual lebih banyak dan lebih sering.

Dengan demikian, brand equity akan mampu memperbaiki margin dan menciptakan tabungan
pendapatan di masa depan. Potensi yang diciptakan oleh pelanggan loyal kepada merek inilah
yang sering kali dinamakan brand equity. Menurut Kotler, keuntungan kompetitif yang dapat
diperoleh dari tingginya ekuitas merek adalah:

1.  Merek tersebut memberikan pertahanan terhadap persaingan harga yang kompetitif.


2. Lebih mudah meluncurkan perluasan merek karena kredibilitasnya tinggi.
3. Mampu menetapkan harga lebih tinggi dari pesaing karena adanya keyakinan konsumen
terhadap kredibilitas barang tersebut.
4. Posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer sebab pelanggan
berharap memiliki merek tersebut.
5. Menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena tingkat kesadaran dan kesetiaan
merek konsumen tinggi.

Akan tetapi, brand equity tidak bisa tercipta dalam sekejap. Ini merupakan proses yang
membutuhkan waktu dan melibatkan semua lini dalam perusahaan. Mulai dari product
development, financial, distribution, dan tentu saja tim marketing. Para sales di lapangan,
customer services, hingga CEO adalah mesin-mesin yang akan menciptakan brand equity.

Setiap tahap atau proses dalam menciptakan ekuitas merek mesti sesuai dan seirama dengan
langkah lainnya. Sehingga, diperlukan sebuah “brand road map” atau tahaptahap pencapaian
merek. Dalam setiap tahapan itu harus selalu ada kontrol dan evaluasi.

Supaya pencapaian itu sesuai dengan target, maka peran seorang CEO (yang diibaratkan sebagai
dirigen) adalah vital sekali. Seorang top leader harus selalu tahu apakah merek yang ia tangani
berjalan sesuai dengan rancangan atau bahkan melenceng. Ia harus menyinergikan peran semua
bagian dalam perusahaannya sehingga bisa seirama. Misalnya, meyakinkan bagian financial
planning akan pentingnya sebuah program promosi yang tidak terukur (intangible). Di sisi lain,
peran para pemegang saham juga penting dalam penciptaan brand equity ini.

Frederick W Smith adalah contoh leader yang sukses menciptakan brand equity. Siapa tidak tahu
FedEx? Perusahaan pengiriman tercepat sekarang ini. Ada asosiasi yang kuat antara FedEx
dengan kecepatan dan ketepatan. Smith juga mampu mempertahankan ekuitas mereknya dari
ancaman pemogokan massal para pilot di perusahaannya. Dia bergerak cepat dan mendapat
dukungan dari karyawan lain, sehingga pemogokan batal. Bila benar-benar terjadi, bisa
dibayangkan dampak negatifnya pada merek FedEx.

Ketika pada suatu titik merek sudah menjadi kuat, ia tidak akan saja mempengaruhi profit.
Tetapi, juga mempengaruhi perilaku semua unsur yang ada di perusahaan tersebut. Sebab proses
untuk mencapai brand equity yang tinggi melibatkan unsur emosi dan perilaku semua orang yang
mendukung proses tersebut.

Satu lagi contoh merek yang memiliki nilai tertinggi saat ini adalah Google. Tahun 2006 merek
ini menghasilkan keuntungan iklan sebesar US$ 10,492 miliar. Wajarlah kalau Microsoft tergiur
untuk membeli saham perusahaan search engine ini.

Beberapa tahun terakhir, Google getol mengeluarkan produk-produk baru. Mulai dari Froogle
(comparison shopping), Gmail (free email), Google Earth (online mapping), Google Talk (instant
messaging), Google Base (classified ads), Google Print (book search), Google Desktop (desktop
utilities), Google Spreadsheets (online spreadheets) dan produk-produk baru lainnya. Google
juga melakukan sejumlah akuisisi untuk memperluas jalur produknya seperti akuisisi terhadap
Picassa (online photo sharing) dan Writely (online word processor).

Google kini sudah tidak bisa lagi disebut sebagai search engine saja. Ia merambah ke banyak
bidang lain sehingga boleh dibilang telah melakukan repositioning. Namun, repositioning adalah
perangkap berbahaya bila tidak dijalankan dengan benar karena bisa berdampak terhadap
runtuhnya brand equity yang sudah terbangun.

Meski melakukan repositioning, Google memilih untuk tidak beranjak terlalu jauh dari asosiasi
semula terhadap kata search engine. Pergantian positioning dari search engine ke information
organizer masih dalam tahap yang wajar karena konsumen dengan mudah menarik hubungan
antara keduanya.

Sebenarnya Google bisa saja mereposisi dirinya menjadi web portal atau web applications.
Tetapi, langkah tersebut tidak ditempuh karena Google sadar bahwa repositioning ke arah sana
terlalu jauh dan kata web portal sendiri sudah diasosiasikan dengan Yahoo!.
Jadi, perlu ditekankan di sini tentang pentingnya menjaga konsistensi merek dan mengikuti
perubahan yang terjadi. Langkah ini sangat penting dalam ekuitas merek. Konsistensi merek
menjadi critical dalam menjaga kekuatan dan keunggulan asosiasi merek bagi konsumen.
Beberapa pemimpin merek kelas dunia, seperti Coca- Cola dan IBM, berhasil mempertahankan
ekuitas mereknya dalam waktu yang tidak singkat. Kunci sukses dalam hal ini adalah adanya
dukungan aktivitas pemasaran yang secara konsisten menjaga merek tersebut.

Konsisten, menurut Kotler, tidak berarti statis tapi cenderung bersifat fleksibel mengikuti
perubahan yang terjadi sepanjang waktu—untuk meningkatkan brand awareness, brand
association, brand acceptability sampai pada level brand loyalty. Yang jelas, meski merek akan
selalu mencari kekuatan sumber-sumber baru yang potensial untuk ekuitas merek, namun
prioritas utama tetaplah melindungi dan mempertahankan sumber-sumber ekuitas merek yang
telah ada. Idealnya, sumber sumber kunci dari ekuitas merek akan menjadi nilai yang
berkelanjutan dan abadi.
Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 15.03 0 komentar Link ke posting ini
Label: Produck-Brand
Reaksi: 

TEORI MARKETING : Sejarah dan Revolusi Dunia

Jika dikatakan bahwa marketing adalah ilmu yang dinamis, itu memang benar adanya. Sejarah
teori dan konsep marketing selalu mengikuti perubahan struktur sosial dan ekonomi masyarakat.
Kemunculan ide-ide baru yang memperkaya ilmu marketing terus berkembang seiring revolusi
besar peradaban manusia.

Mungkin masih banyak yang belum tahu bahwa peradaban bisnis modern berkembang sejak
adanya revolusi industri di tahun 1900. Revolusi ini benar-benar mengubah tatanan struktur dan
perilaku masyarakat pada saat itu. Bisnis yang tadinya berciri merkantilis (berdagang) kemudian
berubah menjadi kapitalis. Kekuatan modal dipergunakan untuk membangun pabrik dan
organisasi perusahaan,memproduksi barang, dan memperdagangkannya.

Pada proses ini muncullah pandangan-pandangan baru tentang bagaimana perilaku pasar terjadi
dan bagaimana sebuah lembaga menjalankan kegiatan operasional untuk memenuhi kebutuhan
pasar. Hal-hal inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya ilmu praktik manajemen
bisnis, termasuk marketing.

Boleh jadi, ilmu marketing ketika itu memang menjadi jawaban atas berbagai pertanyaan yang
tidak bisa diakomodasi oleh ilmu ekonomi yang telah berkembang terlebih dahulu. Marketing
awalnya tak lebih dari aktivitas bisnis yang sederhana. Para ekonom pun hanya memasukkannya
sebagai salah satu bentuk aktivitas ekonomi.

Namun, pendekatan yang lebih berciri sosiologis kemudian menunjukkan adanya pengembangan
dari institusi (lembaga) yang disebut sebagai “market” dalam bahasa ekonomi. Pendekatan
sosiologis melihat institusi market bisa dilihat sebagai institusi sosial dibandingkan ekonomi.
Artinya, di market bukan hanya tempat bertemunya supply dan demand. Market adalah tempat
bertemunya penjual dan pembeli. Market merupakan sebuah sistem sosial di mana kebutuhan
setiap pihak akan materi tertentu akan bertemu.

Pada waktu itu, konsumsi dianggap sebagai akhir dari kegiatan produksi di dunia ekonomi.
Padahal perilaku konsumsi sendiri sebenarnya merupakan ilmu yang bisa dieksplorasi lebih
dalam. Demikian halnya dengan istilah “value”. Ilmu ekonomi meletakkan value berhubungan
dengan penambahan input dari faktor-faktor produksi. Padahal di dunia bisnis, value juga
mencakup sesuatu yang intangible seperti pelayanan.

Pendekatan marketing juga mempertanyakan apakah market dipengaruhi hanya oleh purchasing
power (daya beli) masyarakat? Lebih jauh dari itu, para praktisi bisnis melihat bahwa market
bukan sekadar dipengaruhi oleh daya beli, tetapi juga keinginan membeli yang
dipengaruhi oleh iklan dan tenaga penjual. Advertising Muncul Lebih Dulu

Kabarnya kelas pertama dari pelajaran marketing diberikan oleh ED Jones pada tahun 1902 di
University of Michigan dan kemudian oleh Simon Litman di University of California pada tahun
yang sama. Saat itu, pemikiran marketing masih berfokus pada masalah distribusi. Ini sesuai
dengan ciri industri tahap awal yang berfokus pada distribusi massal. Namun, pengembangan
pemikiran awal teori marketing justru banyak bermunculan dari universitas seperti Wisconsin,
Harvard, Ohio State, University of Illinois dan Northwestern University.

Sebenarnya, walaupun belum dimasukkan dalam disiplin ilmu marketing, pemikiran tentang
dunia iklan (advertising) sudah lebih dulu ada. Buku History of Advertising sudah muncul pada
tahun 1875. Demikian pula halnya dengan selling sudah mendahului pengembangan ilmu
marketing itu sendiri. Selling awalnya hanya sekadar sebuah seni menjual, tetapi kemudian
dijadikan sebuah formula untuk dipelajari dan dianalisis.

Mulanya pendekatan marketing memang menyangkut tiga elemen: advertising, selling dan
distribusi. Namun, banyak pemikiran yang kemudian menambahkan elemen-elemen dalam
marketing. Seperti Ralph Butler dan Arch Shaw, dua ahli ini menambahkan elemen lain
dalam marketing, yakni: komoditas, institusi, dan fungsional. Artinya marketing menyangkut
pula soal produk, organisasi pemasaran dan juga proses serta kegiatan.

Untuk elemen distribusi, berkembang pula pemikiran baru yang disebut retailing sejak tahun
1914. Nystrom pada waktu itu menulis literatur ritel bukan saja dari sisi proses distribusi, tapi
juga manajemen ritel. Dengan banyaknya tambahan elemen-elemen baru dalam marketing,
maka ilmu marketing kemudian masuk ke dalam tahapan integrasi. Pada tahap ini para pemikir
dan ilmuwan mencoba menggabungkan berbagai ilmu, literatur serta elemen yang berdiri sendiri
menjadi sebuah konsep yang terintegrasi. Buku Principles of Marketing pertama muncul lewat
tangan Paul Ivey pada tahun 1920-an. Buku ini menggabungkan semua teori dan pemikiran yang
berkembang di dunia marketing. Tetapi, yang lebih mengemuka kemudian adalah buku
Principles of Marketing karangan Maynard, Weidler dan Beckman. Berbeda dibandingkan Ivey
yang berfokus pada sisi pengusaha, buku ini lebih berfokus pada sudut
pandang konsumen.

Teori marketing belum berakhir dengan dimunculkannya buku-buku tadi. Pada dekade-dekade
berikutnya masuklah berbagai unsur yang memperkaya marketing. Ilmu-ilmu psikologi dan
sosial mulai masuk. Demikian pula dengan konsep seperti segmentasi baru hadir belakangan
setelah muncul konsep-konsep lain seperti marketing mix (4P).

Elemen-elemen dalam marketing sendiri mengalami perkembangan. Sebagai contoh, ilmu


advertising semakin berkembang dengan masuknya media-media baru seperti televisi yang mulai
populer pada tahun 1960-an. Pada tahun 1960-an dan 1970-an ilmu marketing justru
memecahkan diri ke dalam berbagai diferensiasi (kekhususan) seperti international marketing,
social marketing, marketing for non-profit organization dan lain-lain. Konsep social
responsibility juga menjadi salah satu konsep yang sudah mulai terbentuk pada tahun 1970.

Peran Kotler
Kejayaan Kotler sebagai “bapak marketing” sendiri dimulai pada periode 1970-an. Peran Kotler
dalam dunia marketing memang pada kemampuannya menerjemahkan konsep marketing ke
terminologi yang mudah dipahami oleh banyak orang. Kotler-lah yang mengubah konsep
marketing ke bentuk-bentuk aplikasi tertentu seperti marketing untuk health service, public
service, educational service, politik, dan lain-lain.

Tahun 1967, misalnya, Kotler sudah memperkenalkan konsep manajemen marketing modern
yang meliputi analisis marketing opportunities, mengorganisasikan aktivitas marketing, kegiatan
perencanaan marketing serta kontrol.

Buku-buku Kotler kemudian menginspirasi banyak para pengajar dan praktisi di dunia marketing
seluruh dunia. Bahkan, tak ada kuliah marketing yang tak lepas dari karya-karya Kotler. Buku
Principles of Marketing dan Marketing Management dari Kotler membentuk pemikiran-
pemikiran dasar dan fundamental yang mempengaruhi berbagai pemikiran baru lainnya di dunia
marketing.

Pada dekade 1980-an, pemikiran baru di dunia marketing seperti positioning yang dipopulerkan
oleh Jack Trout dan Al Ries serta brand equity yang dipopulerkan oleh David Aaker semakin
menguat. Era kemajuan bisnis di banyak negara pada dekade tersebut menciptakan kompetisi
bisnis yang semakin ketat. Karenanya, peran dari sebuah merek dan upaya untuk
mendiferensiasikan diri juga mengemuka. Dekade 1980 dan 1990-an adalah dekade menguatnya
unsur service dan kepuasan pelanggan di dalam marketing. Konsep seperti Servqual, Service
profit chain dan juga services marketing mulai bermunculan.

Gelombang Baru
Ketika dunia memasuki gelombang revolusi berikutnya, yakni revolusi teknologi informasi,
maka pemikiran-pemikiran marketing baru pun bermunculan mengikuti gelombang revolusi
tersebut. Salah satunya konsep experiential marketing. Dengan adanya teknologi informasi,
internet dan multimedia membuat experiential marketing lebih bisa berkembang. Demikian pula
di dunia service, peran IT membuat konsep CRM (Customer Relationship Management) juga
ikut berkembang. Belum lagi jargon-jargon baru seperti buzz marketing, viral marketing dan
lain-lain.

Tentu saja, seiring dengan revolusi ini, maka marketing pun harus berubah dalam cara
memandang kompetisi. Aliansi dan co-branding adalah cara memandang kompetisi baru, di
mana kerja sama dengan segenap pihak, termasuk kompetitor bisa menjadi kunci kemenangan.
Juga konsep “blue ocean” yang mendesak para marketer untuk menciptakan kompetisi yang baru
daripada bersaing di pasar yang sudah semakin sesak.

Revolusi baru juga berimbas pada perkembangan media periklanan. Semakin berkembang dan
kompleksnya media untuk berpromosi membuat marketer semakin berhati-hati menginvestasikan
dananya. Oleh karena itu muncul pemikiran-pemikiran baru yang menggugah
orang marketing untuk menghitung return on investment dari aktivitas marketing yang
dilakukannya. Marketing dihadapkan pada kenyataan bahwa kegiatan mereka harus mampu
dijelaskan dengan bahasa-bahasa finansial. Marketing ROI, CLV (Customer Lifetime Value),
dan lain-lain adalah pemikiran-pemikiran yang kemudian mulai muncul.

Dari berbagai pergolakan pemikiran marketing tadi kita bisa menyimpulkan bahwa pemikiran
marketing, mau tidak mau, harus terus berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan
struktural yang terjadi dalam tatanan sosial ekonomi masyarakat, bentuk dan tingkat kompetisi
yang ada serta perkembangan teknologi. Setelah revolusi industri dan IT, dunia diramalkan akan
masuk ke revolusi bioteknologi.

Kita tunggu saja, pemikiran-pemikiran baru apa dalam dunia marketing yang akan
berkembang dalam revolusi baru ini.

Sumber : http://pt-joenoes-ikamulya.gooforum.com/ 
Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 14.40 0 komentar Link ke posting ini
Label: Manajemen pemasaran
Reaksi: 

Senin, 04 Oktober 2010


DAFTAR WEBSITE DENGAN HARTA KARUN MELMPAH

Internet merupakan gudang bagi ilmu pengetahuan. Sebagai media global, internet menyediakan
banyak sekali sumber-sumber pengetahuan maupun file-file media yang bisa kita gunakan secara
gratis.

Berikut beberapa situs yang menyimpan banyak “harta karun” melimpah yang menarik menurut
versi saya tentunya :

1. Gary L. Gray’s Homepage. Koleksi video berformat Quicktime mengenai iklan komersial
Apple, kumpulan keynote Steve Jobs, dan beberapa video menarik lainnya.
2. Billsportsmaps. Situs yang berisi file-file gambar mengenai informasi turnamen olahraga
(Sepakbola, NFL, MLB, NBA) yang disajikan berbentuk infografis dengan peta.

3. GUIdebook: Graphical User Interface gallery. Merupakan situs yang berisi arsip tampilan
screenshot dari seluruh GUI dan elemen-elemennya (Icon, Splash Screen, Window) yang pernah
dibuat. Sangat lengkap dan tersusun dengan rapi, dan merupakan referensi yang sangat
komprehensif mengenai sejarah GUI sebagai antar-muka penggunaan komputer mulai dari
zaman Xerox Star, Apple Lisa, Macintosh, sampai era Windows XP/Vista.

4. Pakdenono.com. Situs yang berisi ebook Islam gratis, ceramah da’wah dan kristologi dalam
format mp3, dan juga konten lainnya.

5. Mifka weblog. Salah satu blog favorit saya untuk men-download wayang golek mp3, Cepot,
artikel Islam, cerpen, kumpulan humor bahasa Sunda, sawer panganten, ebook, dan banyak
banget konten yang menurut saya sangat jarang ditemukan di website lainnya.

6. Link Matematika. Berisi modul pembelajaran matematika, ebook, dan materi lainnya seputar
matematika.

SUMBER : http://kangpriyanto.wordpress.com/category/komputer-internet/
Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 08.23 0 komentar Link ke posting ini
Label: Manajemen internet
Reaksi: 

"Daftar Merk yang sering salah kaprah dipakai sebagai nama jenis produk

Harus diakui, tidak semua produk yang ada di Indonesia ditemukan di negeri ini.
Terdapat beberapa produk yang hadir dan merupakan jenis barang baru yang diadopsi
dari luar dan tidak jarang kemunculannya pertama kali dipopulerkan oleh suatu merk
dagang tertentu.

Seiring dengan waktu, produk tersebut semakin populer dan banyak digunakan, yang
pada akhirnya kemudian memunculkan merk dagang baru yang jenis produknya sama
namun dengan merk & perusahaan yang berbeda. Namun karena sudah “terbiasa”,
seringkali merk yang hadir pertama tersebut melekat di kebiasaan masyarakat dan
seolah-olah menjadi jenis produk itu sendiri, saking telah melekatnya di masyarakat.

Contoh merk-merk tersebut diantaranya adalah :

1. Aqua. Sulit sekali rasanya ketika beli air minum dalam kemasan untuk tidak
menyebut Aqua. Merk dagang ini memang sepertinya sudah sangat melekat sebagai
ikon dari air minum/mineral dalam kemasan.

2. InFocus. Saking kuatnya merk dagang ini, sehingga seringkali kita salah menyebut
proyektor digital dengan merk ini. Bahkan seringkali beberapa dosen pengajar
komputer sekalipun pun menyuruh mahasiswanya, “Tolong bawaiin infocus-nya dong.”
Padahal yang digunakan adalah merk Acer misalnya.

3. Botan. Merk sardene ikan dalam kaleng ini khususnya di kampung-kampung


memang sudah menjadi trademark tersendiri.

4. Indomie. Sebagai pemimpin pasar mie instan, nama Indomie memang lebih dikenal
daripada merk-merk lainnya.

5. Pentium. Nama pentium memang lebih dikenal daripada istilah prosesor komputer,
sehingga seringkali beberapa orang ketika bertanya, “Komputernya pentium berapa ?”.

6. Sanyo (Pompa air).

7. Tipp-Ex. Adalah merek dagang dari perusahaan Jerman, Tipp-Ex GmbH & Co. KG
yang memproduksi produk cairan pengkoreksi. Saking populernya merk ini, sehingga
seringkali dipakai sebagai kata kerja yaitu men-tippex.

8. Aspirin. Merk obat yang diproduksi oleh perusahaan Bayer AG ini, kemudian
digeneralisasi menjadi jenis obat demam.

9. Escalator. Kata umum untuk alat pengangkut manusia/barang (lift) ini, merupakan
merk dagang dari perusahaan bernama Otis Elevator Company.

Sumber :  http://kangpriyanto.wordpress.com/
Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 08.07 0 komentar Link ke posting ini
Label: Kasus manajemen
Reaksi: 

Kamis, 12 Agustus 2010


STRATEGI PEMASARAN DENGAN METODE IZSY

Strategi pemasaran merupakan hal yang esensial dalam menunjang keberlangsungan hidup
suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan produk atau jasa tertentu kepada
target pasar yang telah ditentukan sebelumnya.

Strategi Pemasaran diartikan sebagai sebuah proses yang dapat memungkinkan organisasi untuk
memusatkan sumber daya yang terbatas pada peluang terbesar untuk meningkatkan penjualan
dan mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Sebuah strategi pemasaran harus
berpusat di sekitar konsep kunci bahwa kepuasan pelanggan adalah tujuan utama.

Lebih jauh, strategi pemasaran adalah sebuah metode untuk memfokuskan energi dan sumber
daya organisasi pada suatu program tindakan yang dapat menyebabkan peningkatan penjualan
dan dominasi ceruk pasar sasaran.Sebuah strategi pemasaran yang menggabungkan
pengembangan produk, promosi, distribusi, harga, manajemen hubungan dan unsur lainnya;
mengidentifikasi tujuan pemasaran perusahaan, dan menjelaskan bagaimana mereka akan
dicapai, idealnya dalam jangka waktu tertentu. Strategi pemasaran menentukan pilihan segmen
pasar sasaran, positioning, marketing mix, dan alokasi sumber daya. Hal ini paling efektif jika
merupakan bagian integral dari strategi perusahaan secara keseluruhan yang turut melibatkan
pelanggan, calon pelanggan, dan pesaing dalam arena pasar. Strategi perusahaan, misi
perusahaan, dan tujuan perusahaan. Sebagaimana seorang pelanggan merupakan sumber
pendapatan dari suatu perusahaan, strategi pemasaran terkait erat dengan penjualan. Sebuah
komponen kunci dari strategi pemasaran sering untuk menjaga pemasaran sesuai dengan
pernyataan misi perusahaan yang menyeluruh.

Sebuah strategi pemasaran dapat digunakan sebagai dasar dari rencana pemasaran. Sebuah
rencana pemasaran berisi serangkaian tindakan khusus yang diperlukan untuk berhasil
menerapkan strategi pemasaran tersebut. Sebagai contoh: "Gunakan produk dengan harga murah
untuk menarik konsumen. Sekali organisasi kita, melalui produk murah tersebut, telah
membentuk hubungan tertentu dengan konsumen, organisasi kita akan menjual produk
tambahan, produk yang lebih mahal dan memiliki margin yang lebih tinggi yang mampu
meningkatkan kepuasan konsumen dengan produk yang telah lebih dulu diperkenalkan.”

Strategi umumnya terdiri dari serangkain proses berpikir taktis untuk membuat rencana
pemasaran yang lebih efektif. Strategi pemasaran berfungsi sebagai fondasi dasar dari rencana
pemasaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar dan mencapai tujuan pemasaran.
Rencana dan tujuan umumnya diuji untuk hasil yang terukur.

Sebuah strategi pemasaran seharusnya mampu mengintegrasikan tujuan pemasaran (objektif)


dari suatu organisasi, kebijakan, dan urutan tindakan (taktik). Demikian pula, berbagai untaian
strategi, yang mungkin mencakup periklanan, pemasaran saluran, pemasaran internet, promosi
dan public relations hendaknya dapat disinergikan. Banyak perusahaan memecah kembali
strategi pemasaran mereka ke dalam strategi-strategi kecil yang lebih dapat diterapkan untuk
unit-unit fungsionalnya berdasarkan berbagai macam faktor internal dan eksternal. Setiap unit
diharapkan untuk mengetahui objektif perusahaan dan mengembangkan seperangkat taktik untuk
mencapai tujuan tersebut. Dan ketika semua unit berusaha mengimplementasikan strategi
pemasaran masing-masing, maka diharapkan objektif utama perusahaan bisa tercapai. Inilah
sebabnya mengapa penting sekali untuk membuat setiap strategi pemasaran terukur.

Dari berbagai macam strategi pemasaran yang ada, Metode IZSY yang dikembangkan oleh
penulis mungkin dapat menjadi strategi yang tepat bagi perusahaan level micro, menengah dan
macro:

1. Influence (Quality to Human)

2. Zoning (Human to Price)

3. Superiority (Price to Advertisement)

4. Yield (Advertisement to Quality)


Kuadran IZSY

Berdasarkan metode IZSY, seorang pakar strategi pemasaran dihadapkan pada 4 faktor penentu
utama dalam hal pemasaran, yakni:

1. Human, menekankan kepada kualitas sumber daya manusia yang akan memasarkan suatu
produk atau jasa tertentu.

2. Price, menekankan kepada harga produk atau jasa yang dipasarkan.

3. Advertisement, menekankan kepada pemasaran suatu produk atau jasa melalui iklan.

4. Quality, menekankan kepada kualitas dari produk atau jasa yang ditawarkan.

Faktor Quality dan Price disebut sebagai Determination (Penentu) sedangkan faktor Human dan
Advertisement disebut sebagai Motion (Penggerak).
Metode IZSY mencoba untuk menggarisbawahi pada satu atau beberapa kendala yang harus
segera diatasi ketika seorang pakar pemasaran mencoba memasarkan produknya dengan
mengandalkan satu atau beberapa dari 4 faktor di atas.

Semisal si A memasarkan produknya dengan mengandalkan faktor staff pemasaran yang handal
(Human) dan kualitas (Quality) produknya yang baik, maka kendala yang dihadapi adalah
Influence (pengaruh) dari pemasaran produk tersebut terhadap konsumen. Umumnya pengaruh
dari produk tersebut hingga ke telinga konsumen cukup lambat dan lemah. Tidak adanya faktor
penggerak yang memiliki sales-force yang besar seperti iklan baik melalui media cetak atau
media elektronik, mengharuskan staff pemasaran untuk mendatangi calon konsumennya sendiri
atau istilahnya jemput bola. Di era di mana iklan di media elektronik seperti televise berperan
dominan dalam menentukan pembelian suatu produk, si A diharapkan mampu memusatkan
kinerja staff pemasarannya lebih kepada sosialisasi lengkap dari produk tersebut dan tentu saja
core benefits dan keunggulan yang dimilikinya relatif terhadap produk sejenis.

Semisal si B memasarkan produknya dengan mengandalkan faktor staff pemasaran yang handal
(Human) dan harga (Price) produknya yang lebih murah, maka kendala yang dihadapi adalah
Zoning (penetapan daerah pemasaran/target pasar) dari pemasaran produk tersebut terhadap
konsumen. Umumnya daerah pemasaran/target pasar dari produk cukup sempit sehingga si B
diharapkan untuk tidak menjual produk yang bersifat mass.

Semisal si C memasarkan produknya dengan mengandalkan faktor harga (Price) produk yang
lebih murah dengan faktor iklan (Advertisement), maka kendala yang dihadapi adalah
Superiority (keunggulan) dari pemasaran produk tersebut terhadap konsumen. Umumnya
keunggulan dari produk tersebut relative terhadap produk lainnya akan selalu menjadi
pertanyaan bagi konsumen sehingga si C diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh konsumen mengenai produk tersebut.

Semisal si D memasarkan produknya dengan mengandalkan faktor iklan (Advertisement) dengan


faktor kualitas (Quality) dari produk yang ditawarkan, maka kendala yang dihadapi adalah Yield
(penghasilan) dari pemasaran produk tersebut terhadap konsumen. Umumnya penghasilan dari
produk tersebut relative terhadap produk lainnya akan minim sehingga si D diharapkan mampu
melakukan upaya-upaya seperti menekan harga produksi dari produk tersebut.

Apa yang terjadi apabila seorang pakar pemasaran mengedepankan faktor kualitas (Quality)
produk yang baik dengan faktor harga (Price) lebih murah atau faktor staff pemasaran yang
mumpuni (Human) dengan faktor iklan yang hebat (Advertisement)? Maka dalam hal ini,
seorang pakar pemasaran akan dihadapi pada kendala yang kompleks; ada faktor penentu
pembelian (Determination) tapi tidak ada faktor penggerak (Motion) dan sebaliknya. Semisal si
A menjual produk dengan kualitas yang baik dan dengan harga yang lebih terjangkau namun
tidak ada faktor penggerak sehingga strategi pemasaran si A dikhawatirkan tidak efektif
menjangkau target pasarnya. Contoh lain, semisal si B menjual produk dengan mengharapkan
pada faktor staff pemasaran dengan faktor iklan tanpa ditunjang faktor penentu sehingga strategi
pemasaran si B dikhawatirkan tidak efisien dalam hal biaya.

Pakar pemasaran yang lebih mengedepankan faktor penentu saja untuk mendongkrak
penjualannya disebut sebagai pakar pemasaran yang product oriented dimana ia berusaha
menciptakan produk yang dirasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yakni produk dengan
kualitas premium namun memiliki harga yang lebih terjangkau daripada produk lain yang
sejenis. Umumnya pakar pemasaran yang produk oriented tidak membutuhkan terlalu banyak
staff pemasaran dan iklan untuk menjual produknya.

Lain halnya dengan pakar pemasaran yang lebih mengedepankan faktor penggerak untuk
mendongkrak penjualannya disebut sebagai pakar pemasaran yang sales-force oriented dimana ia
berusaha menjual produk yang tidak premium dengan membombardir konsumen melalui
segenap staff pemasarannya yang handal dan iklan baik di media cetak atau elektronik.
Keuntungan dari strategi ini adalah bisa ‘mengelabui’ persepsi konsumen dengan produknya
yang tergolong biasa-biasa saja.

Dengan menggunakan metode IZSY diharapkan para pakar pemasaran dapat mengetahui kendala
yang akan dihadapi dari pemilihan penekanan pada satu atau beberapa penentu pemasaran suatu
produk dan menggunakan langkah-langkah preventif untuk mengatasi kendala tersebut yang
dapat dikombinasikan pula strategi-strategi pemasaran yang telah lebih dulu dicetuskan seperti
market dominance strategy, porter generic strategies, innovation strategies, growth strategies dan
lainnya.
Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 17.41 0 komentar Link ke posting ini
Label: Strategi Marketing
Reaksi: 

10 TIPS MENDONGKRAK BISNIS ANDA

Setelah seseorang memutuskan untuk menjadi pelanggan dari produk dan jasa Anda, apa yang
Anda lakukan selanjutnya? Apakah Anda akan berjabat tangan dengan pelanggan baru Anda
tersebut dan mengantarnya keluar dari ruangan Anda karena tujuan Anda telah tercapai atau…
Apakah Anda akan duduk dengan tenang bersama pelanggan baru Anda tersebut dan
menyempatkan diri selama beberapa menit untuk meyakinkannya bahwa ia telah melakukan hal
yang benar?

Saya harap Anda mengambil keputusan yang terakhir…


Ada suatu pendapat di industri pemasaran bahwa Anda tidak seharusnya menjual setelah
pembelian terjadi . Dengan kata lain, ketika seseorang telah memutuskan untuk membeli produk
dan jasa Anda, berhentilah menjual. Saya sependapat. Namun demikian, jangan pernah berhenti
untuk kembali meyakinkan keputusan pembelian yang telah dilakukan oleh pelanggan baru
Anda.

Segera setelah transaksi pembelian dilakukan, pekerjaan Anda sebagai customer support dimulai
dan hal tersebut tidak akan pernah berakhir.

Ketika suatu keputusan pembelian telah dibuat, yakinkan kembali pelanggan baru Anda bahwa ia
tidak akan pernah menyesali keputusan tersebut. Kekecewaan pelanggan setelah melakukan
keputusan pembelian terkadang adalah hal yang wajar dan Anda tentu saja tidak mau
membiarkan hal tersebut berkepanjangan sehingga mereka akan kabur dari daftar pelanggan setia
Anda hanya karena Anda lupa menyisihkan sedikit dari waktu Anda untuk meyakinkan mereka
kembali. Bila Anda bisa menciptakan suatu kondisi dimana pelanggan Anda sangat paham
mengenai produk dan jasa yang mereka beli, maka hubungan bisnis yang sebenarnya pun baru
bisa dimulai.

Berikut adalah 10 cara untuk mengukuhkan keputusan pembelian yang telah dibuat dan memulai
hubungan bisnis jangka panjang dengan pelanggan baru Anda:

Tips 1:
Hubungi kembali pelanggan-pelanggan baru Anda tersebut sehari setelah pembelian produk dan
jasa Anda. Ungkapkan kembali betapa senangnya Anda bahwa mereka sekarang adalah
pelanggan dari produk dan jasa Anda dan betapa Anda mengharapkankan bahwa produk dan jasa
tersebut memang benar menguntungkan bagi mereka. Anda bisa menghubungi pelanggan-
pelanggan baru Anda tersebut dengan telepon atau e-mail tergantung dari jenis bisnis Anda dan
mungkin produk dan jasa yang dibeli.

Tips 2:
Ceritakan mengenai pelanggan lainnya yang telah membeli produk dan jasa Anda dan betapa
puasnya mereka saat ini.

Tips 3:
Kirim ucapan kartu terima kasih karena telah menjadi pelanggan Anda.

Tips 4:
Ajari pelanggan baru Anda perihal prospek dari produk dan jasa Anda di masa yang akan datang.
Berikan kepada mereka penjelasan yang singkat, jelas, dan padat perihal apa yang seharusnya
mereka lakukan paska pembelian dan apa yang akan Anda lakukan sebagai penjual untuk
menjamin kenyamanan mereka terhadapa produk dan jasa Anda.

Tips 5:
Beritahukan kepada pelanggan baru Anda bagaimana caranya untuk mendapatkan informasi dan
bantuan teknis andaikan mereka memiliki pertanyaan atau mendapatkan masalah dari produk dan
jasa yang telah mereka beli dari Anda di kemudian hari.

Tips 6:
Apabila Anda sedang mengirimkan produk melalui jasa pihak ketiga (kurir), beritahukan kapan
persisnya produk tersebut diberangkatkan dari tempat Anda. Anda pun harus proaktif untuk
menanyakan kepada kurir Anda untuk memastikan produk tersebut selamat sampai di tujuan.
Apabila bisnis Anda tidak menggunakan telepon sebagai media untuk menghubungkan Anda
dengan pelanggan-pelanggan Anda, Anda bisa kirimkan e-mail automatis kepada mereka.

Tips 7:
Sehubungan dengan tip di atas, sediakan suatu sistem dimana pelanggan Anda dapat melacak
status pengiriman dari produk Anda tersebut.

Tips 8:
Hubungi kembali pelanggan Anda tersebut seminggu setelah pembelian atau pengiriman untuk
memastikan produk tersebut sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Lakukan hal yang sama
sebulan setelahnya.

Tips 9:
Simpan e-mail pelanggan-pelanggan Anda dan secara periodik, kirim berita perkembangan
seputar bisnis Anda (atau mungkin produk dan jasa baru dari Anda). Lanjutkan hubungan baik
Anda dengan pelanggan-pelanggan Anda setelah pembelian dilakukan dan jangan pernah
berhenti.

Tips 10:
Beritahukan kepada pelanggan-pelanggan Anda saat ini seputar penawaran terbaru dan diskon
special dari waktu ke waktu. Biarkan mereka tahu bahwa ada sesuatu yang spesial dengan
menjadi pelanggan Anda. Pelanggan-pelanggan Anda saat ini seperti orang dalam dengan akses
khusus dan ketika mereka puas dengan kinerja Anda, mereka tak akan segan-segan
memberitahukan hal tersebut kepada yang lainnya.

Itulah 10 tips dari penulis kepada pebisnis lainnya yang saat ini sedang menjalankan usaha
mereka dengan gigih. Ingatlah selalu bahwa kesan pertama memegang peranan penting dalam
sebuah bisnis, sama pentingnya di kehidupan sosial kita. Dan memastikan bahwa pelanggan-
pelanggan Anda terintegrasi dengan sistem pendukung penjualan yang telah Anda buat dan
meyakinkan mereka perihal keputusan pembelian yang telah dilakukan sangatlah penting untuk
kesuksesan bisnis Anda di masa yang akan datang. Salam sukses!
Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 17.07 0 komentar Link ke posting ini
Label: Manajemen pemasaran
Reaksi: 

8 Level Proses Analisa Untuk Pengambilan Keputusan

Risk management merupakan strategi untuk mengelola risiko dalam rangka mencapai tujuan. Hal yang
sangat dibutuhkan oleh manajemen risiko adalah data dan analisa. Keduanya punya peranan yang sangat
penting dalam menentukan pengambilan keputusan krusial dalam manajemen risiko.
Menurut SAS, terdapat delapan level proses analisa (analytics) yang digunakan dalam bisnis. Empat level
pertama merupakan business intelligence dan umum dilakukan oleh semua perusahaan, serta lebih
melihat aktivitas yang sudah berlalu. Keempatnya mendukung pengambilan keputusan reaktif, yakni
memahami fakta setelah terjadinya sesuatu. Sementara itu, empat level terakhir mendukung pengambilan
keputusan proaktif, dimana berusaha untuk berinovasi dan memprediksikan apa yang terjadi di masa
mendatang.

Dalam manajemen risiko, kebutuhannya tentu hingga level terakhir, karena manajemen risiko memang
harus mampu memprediksikan risiko-risiko apa saja yang potensial, dan mengukur bagaimana
dampaknya, serta tindakan apa yang akan dilakukan.

Berikut ini adalah kedelapan level proses analisa:

1. Standard Report
Report ini hanya berisikan informasi-informasi yang standar, dihasilkan secara rutin, dan hanya
menjelaskan apa yang terjadi dan kapan terjadinya. Sederhana namun bermanfaat, hanya saja tidak dapat
dimanfaatkan untuk mengambil keputusan jangka panjang. Contohnya adalah laporan keuangan kuartalan.

2. Ad Hoc Report
Report ini memberikan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan report standar, dan lebih
customized. Report ad hoc memungkinkan Anda untuk mengajukan pertanyaan serta mendesain laporan
yang customized untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan yang lebih detail seperti dimana, seberapa
banyak, hingga seberapa sering.

3. Query Drilldown
Tingkat analisa selanjutnya lebih mendalam lagi, yakni query drilldown, yang sudah berusaha untuk
menemukan jawaban akan sesuatu. Pada tahap ini Anda berusaha mencari tahu dimana letak
permasalahan, serta bagaimana solusinya. Contohnya adalah perusahaan berusaha untuk melakukan
observasi terhadap perilaku konsumennya yang berbeda-beda.

4. Alerts
Tingkat selanjutnya adalah Alerts, yang akan memberikan indikasi ketika terjadi masalah, dan memberikan
notifikasi jika hal yang serupa terjadi di masa depan. Alerts bisa muncul di mana saja, mulai dari RSS
feeds, email, hingga indicator merah pada scorecard ataupun dashboard Anda. Di tahap ini, Anda
selanjutnya akan merespon alert tersebut dengan mengambil tindakan yang diperlukan.

5. Statistical Analysis
Kemudian di tingkat kelima ada analisa statistic yang merupakan perhitungan rumit seperti regresi, korelasi
dan sebagainya. Analisa statistic ini digunakan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan
menjawab pertanyaan, berdasarkan pada data yang dimiliki. Selain dapat berfungsi untuk menjelaskan
suatu data, analisa statistic juga dapat memperlihatkan pada Anda peluang yang mungkin terlewatkan.

6. Forecasting
Forecasting merupakan aktivitas yang diperlukan oleh semua bisnis, karena memungkinkan kita untuk
melakukan perkiraan terhadap permintaan. Sehingga, kita dapat melakukan estimasi terhadap persediaan,
sehingga tidak kurang ataupun berlebih. Forecasting juga memungkinkan estimasi terhadap kebutuhan
finansial.

7. Predictive Modeling
Selanjutnya, Predictive Modeling memungkinkan kita untuk melakukan prediksi jika terdapat suatu pemicu
(event) tertentu. Misalnya, jika kita mau meluncurkan promosi tertentu, maka harus diperkirakan terlebih
dahulu bagaimana respon masing-masing segmen pasar, sehingga Anda dapat menerapkan promosi yang
paling sesuai dengan masing-masing target pasar.

8. Optimization
Optimization adalah usaha untuk pengambilan keputusan terbaik, dengan mengalokasikan sumber daya
secara optimal sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya,
Anda berusaha untuk mengalokasikan SDM, materi dan dana yang dialokasikan untuk proyek tertentu.

Langkah-langkah analisa tersebut sangat bermanfaat untuk melaksanakan manajemen risiko ataupun
menyusun strategi. Hanya saja, dengan melakukannya tidak lantas menjamin suksesnya sebuah
organisasi. Data-data yang ada harus terintegrasi dengan baik, dianalisa, kemudian dicarikan solusi yang
tepat. Solusi atau implementasi dari pengambilan keputusan inilah yang kemudian menentukan
kesuksesan dari organisasi.

Sumber: http://managementfile.com/journal.ph...riskmgt&awal=0
Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 17.01 0 komentar Link ke posting ini
Label: Manajemen dasar
Reaksi: 

MANFAATKAN VIRAL MARKETING

Salah satu teknik pemasaran yang sekarang


berkembang pesat adalah pemasaran viral. Ia menjadi alternatif dengan terjadinya kebosanan dan
imunitas konsumen terhadap gencarnya berbagai alat promosi yang dilakukan oleh perusahaan
melalui majalah, koran, televisi, media luar ruang, dan sebagainya.
Pemasaran viral merupakan salah satu metode pemasaran online yang murah dan efektif.
Tujuannya, menciptakan awareness tentang produk atau jasa yang ditawarkan. Pemasaran ini
ditujukan pada beberapa pihak, yang diharapkan pihak tersebut akan menyebarkannya ke rekan-
rekannya, demikian seterusnya, sehingga jumlahnya meningkat terus secara eksponensial.
Contoh bagaimana sebuah viral marketing bekerja:
Misalnya anda memliki sebuah presentasi tentang sebuah tema yang menarik dan dibuat dalam
format powerpoint (ppt). Ketika anda mengirim presentasi ini ke 15 teman anda maka jika setiap
temen anda mengirimkan ke minimal 5 teman lainnya, dan seterusnya, maka sangat mungkin
dalam waktu singkat email yang berisi presentasi powerpoint anda akan tersebar ke ratusan atau
bahkan ribuan email.

Bagaimana pemasaran viral bekerja?


Tentunya menjadi pertanyaan yang menarik. Dalam penyebaran informasi memiliki beberapa
cara yang berbeda dan bersifat dinamis. Setiap pemakai jaringan Internet dapat dipastikan
memiliki suatu identitas. Apakah dalam bentuk e-mail, user name, atau alamat (address) yang
memungkinkan untuk penyampaian, penyimpanan, dan menyortir pesan baik untuk kepentingan
pribadi maupun bisnis. Semua bentuk identitas (ID) tersebut diberikan secara cuma-cuma oleh
penyedia jasa internet (Internet Provider).

Bagaimana perusahaan memulai melakukan pemasaran viral?


Pemasaran viral bisa dianalogikan dengan word of mouth (dari mulut ke mulut) di dunia
pemasaran umum. Di dunia online penyebarannya umumnya melalui e-mail. Bentuknya bisa
beragam. Yang paling sederhana berupa newsletter berisikan artikel menarik. Biasanya di bawah
newsletter tersebut disertakan tautan ke website tertentu untuk pembaca e-mail mencari
informasi lebih lanjut tentang jasa atau produk yang ditawarkan.

Bentuk lainnya berupa media interaktif. Di US, dimana bandwidth bukan menjadi kendala,
penyebaran video pendek sudah biasa. Namun di Indonesia hal ini belum dimungkinkan.
Penyebaran viral dibatasi oleh besarnya ukuran file. Biasanya masih bisa ditolerir bila ukuran e-
mail tidak lebih daripada 400 Kbyte. Di Indonesia, umumnya viral berupa aplikasi interaktif
sederhana.

Viral juga bisa berupa teaser dari aplikasi interaktif sebenarnya. E-mail yang diterima hanya
berisikan sedikit cuplikan. Untuk memainkan aplikasi interaktif sebenarnya (biasanya berupa
advergame), pembaca harus mengklik tautan di e-mail untuk masuk ke suatu website dan
memainkan atau men-download aplikasi interaktif dari website tersebut

Bagaimana agar tersebar dengan cepat?


Terlepas dari bentuknya newsletter atau media interaktif, yang paling krusial adalah desain
konten viral itu sendiri. Desain konten viral harus membuat seseorang tertarik untuk membaca
dan menyebarkannya ke rekan-rekannya. Kuncinya, viral tersebut harus lucu, sangat menarik,
atau sangat menggugah emosi pembacanya.

Yang sulit saat mengirim viral pertama kali adalah menemukan target penerima e-mail yang
memang sesuai dengan karakteristik jasa atau produk yang ditawarkan. Biasanya hal ini didapat
dengan menelusuri anggota mailing list yang relevan, atau dengan menyebarkannya ke beberapa
relasi yang dikenal. Jangan sampai viral yang disebar malah berkesan spam, yang sebetulnya
bisa dihindari bila e-mail tersebut diterima oleh relasi yang memang dikenal.
Pemasaran viral untuk berikutnya akan lebih mudah bila pengirim viral itu sudah memiliki
database e-mail. Hal ini bisa didapat saat penerima e-mail diminta (secara sukarela) untuk
memasukkan data dirinya di website, saat menerima viral pertama. Hal ini terutama terjadi saat
pengunjung tertarik dengan produk atau jasa yang disebarkan via viral, memasuki website, dan
mengisi data diri melalui form serta bersedia menerima informasi lebih lanjut tentang produk
atau jasa tersebut.

Jadi, kuncinya adalah membuat desain viral yang menarik, target konsumen yang tepat, dan
jangan lupa selalu sisipkan website kita agar calon konsumen dapat menelusuri profil
perusahaan/produk kita lebih jauh lagi.

Anda mungkin juga menyukai