Anda di halaman 1dari 5

Demokrasi di Indonesia

Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi


menjadi kiblat demokrasi di kawasan Asia, berkat
keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem
demokrasi. Menurut Ketua Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik (APAPC), Pri
Sulisto, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi
negara-negara di kawasan Asia yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih
diperintah dengan ‘tangan besi’. Indonesia juga bisa menjadi contoh, bahwa
pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya pembangunan
ekonomi.

Ia menilai, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi yang tidak banyak


disadari itu, membuat pihak luar termasuk Asosiasi Internasional Konsultan Politik
(IAPC), membuka mata bangsa Indonesia, bahwa keberhasilan tersebut merupakan
sebuah prestasi yang luar biasa. Prestasi tersebut juga menjadikan Indonesia
sangat berpotensi mengantar datangnya suatu era baru di Asia yang demokratis dan
makmur.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono


yang akrab disapa SBY menerima anugerah medali demokrasi. SBY pun memaparkan
panjang lebar perjalanan demokrasi Indonesia. Menurutnya, demokrasi Indonesia
merupakan jawaban terhadap skeptisme perjalanan demokrasi di negeri ini. Beliau
pun mencontohkan beberapa nada skeptis yang ditujukan kepada Indonesia.
Pertama, demokrasi akan membawa situasi kacau dan perpecahan. Demokrasi di
Indonesia hanyalah perubahan rezim, demokrasi akan memicu ekstrimisme dan
radikalisme politik di Indonesia.

Beliau pun menambahkan bahwa demokrasi di Indonesia menunjukkan Islam


dan moderitas dapat berjalan bersama. Dan terlepas dari goncangan hebat akibat
pergantian 4 kali presiden selama periode 1998-2002, demokrasi Indonesia telah
menciptakan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu,
Indonesia juga telah berhasil menjadi sebuah negara demokrasi terbesar di dunia
dan melaksanakan pemilu yang kompleks dengan sangat sukses.

Meski pada awalnya banyak yang meragukan pelaksanaan demokrasi di


Indonesia, kenyataannya demokrasi di Indonesia saat ini telah berusia 10 tahun dan
akan terus berkembang. Sebagian orang pernah berpendapat bahwa demokrasi tidak
akan berlangsung lama di Indonesia, karena masyarakatnya belum siap. Mereka juga
pernah mengatakan bahwa negara Indonesia terlalu besar dan memiliki persoalan
yang kompleks. Keraguan tersebut bahkan menyerupai kekhawatiran yang dapat
membuat Indonesia chaos yang dapat mengakibatkan perpecahan.

Sementara itu, mantan wakil perdana menteri


Malaysia, Anwar Ibrahim, yang turut hadir menyebutkan
bahwa demokrasi telah berjalan baik di Indonesia dan hal
itu telah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan
populasi 4 besar dunia yang berhasil melaksanakan
demokrasi. Hal ini juga membuat Indonesia sebagai negara
berpenduduk Islam terbesar di dunia yang telah berhasil
menerapkan demokrasi. Dia juga berharap agar perkembangan ekonomi juga makin
meyakinkan sehingga demokrasi bisa disandingkan dengan kesuksesan pembangunan.
Hal tersebut tentunya bisa terjadi bila demokrasi dapat mencegah korupsi dan
penumpukan kekayaan hanya pada elit tertentu.

Demokrasi, menurut Anwar Ibrahim, adalah pemberian kebebasan kepada


warga negara, sedangkan kegagalan atau keberhasilan ekonomi menyangkut sistem
yang diterapkan.

Fungsi Politik dan Tugas Legislasi DPR

Rasanya bukan sekedar “omongan” pernyataan Presiden Megawati Soekarno Putri, bahwa
dialam reformasi ini pihak eksekutif sedang menata diri, tetapi kenyataan objektif menunjukkan
bahwa pihak legislatif mengala.....

Rasanya bukan sekedar “omongan” pernyataan Presiden Megawati Soekarno Putri,


bahwa dialam reformasi ini pihak eksekutif sedang menata diri, tetapi kenyataan objektif
menunjukkan bahwa pihak legislatif mengalami eforia (Kompas, 1/12/01). Sekedar wacana, dulu
ketika Abdurrahaman Wahid (Gus Dur) masih menjadi Presiden juga sering mengkritik DPR,
satu antaranya yang populer ”anggota DPR seperti anak TK”. Tetapi kritik yang dilontar
Presiden Megawati tidaklah “segarang” kritik Gus Dur, dan bukan pula suatu “lelucon”,
melainkan sangat substantif.
Terlepas bagaimana respon kalangan Dewan sendiri atas kritik Presiden itu,
kecenderungan legislatif mengalami eforia sukar dipungkiri. Meskipun hal itu sesuatu yang
alamiah, tetapi eforia yang berbasiskan pada “pertarungan” politik dan berorientasi kekuasan
tidak cocok dengan mission yang diemban legislatif.. Perdebatan sengit dikalangan DPR tentang
perlu-tidaknya pembentukan Pansus Bulog-gate II yang melibatkan Ketua DPR Akbar Tanjung
misalnya, terlalu sukar untuk dijelaskan kepada publik, selain untuk kepentingan politik, karena
masalahnya sudah ditangani institusi penegak hukum. Di daerah lebih tragis lagi, seorang Ketua
DPRD di berhentikan anggota DPRD dalam sidang paripurna, meskipun melanggar tatip yang
mereka buat sendiri. Bahkan di Kota Payakumbuh, Dewan bersiteru dengan Walikota-nya
hampir selama dua tahun tak kunjung usai. 
Fungsi Politik dan Tugas Legislasi DPR oleh Boy Yendra Tamin

Jika diiventarisasi gonjang-ganjing di legislatif pusat dan daerah, akan berupa suatu daftar
panjang. Apa artinya semua itu ? Setahun yang lalu Beni K. Harman pernah menyatakan begini;
apa yang dilakukan dewan masih jauh dari harapan masyarakat secara umum. Semestinya begitu
menjadi anggota DPR, tak peduli dari partai mana pun, mereka menempatkan diri sebagai wakil
rakyat. Namun selama ini, DPR kadang kala mengartikulasikan isu yang jauh dari kepentingan
publik (Kompas, 21/10/00). Kini keadaannya belum banyak berubah. Komitmen politik lembaga
legislatif yang responsif terhadap isu yang menyentuh kepentingan publik masih jauh dari yang
diharapkan. Perekonomian negara yang terpuruk menembus pintu pertahanan krisis tidak lebih
“nyaring” dan “intens” diperdebatkan legislatif. Kasus Aceh, Papua, Maluku yang tidak kunjung
clear, sepertinya tidak begitu menarik dibanding persoalan Bulog gate II. Kalau begitu, harapan
apa yang dapat ditumpangkan rakyat kepada legislatif sebagai wakil mereka melepaskan diri
himpitan kesulitan eknomi ? Nantilah dulu soal bagaimana menjadikan rakyat makmur.
                                                            ***
Pembaharuan konstitusi memang telah menempatkan DPR pada posisi legislative heavy dan
bahkan sangat mencolak di daerah. Ferfoma legislatif sekarang sangat berbeda -dan memang
diharapkan begitu- dari legislatif Zaman Orde Baru. Sayangnya, kedudukan dan fungsi legislatif
yang kuat itu tidak dimamfaatkan untuk kepentingan publik dalam arti yang sesungguhnya.
Sering-sering hal-hal yang kasuistis diberi label sebagai kepentingan publik. Fungsi politik
(kontrol) DPR terkadang berujud “menyerang” eksekutif, dan tidak jarang berakhir dengan
“pertikaian internal” dilembaga legislatif sendiri. 
Fungsi Politik dan Tugas Legislasi DPR oleh Boy Yendra Tamin

Fungsi kontrol (politik) bukanlah segala-galanya bagi legislatif, meskipun penting dari sisi
demokrasi. Tetapi, trend pemanfaatan fungsi politik ini sangat mendominasi lembaga legislatif.
Dalam konteks ini, kritik Presiden Megawati menjadi relevan, bahwa lembaga ini mengalami
eforia (eforia politik). Bagaimana dengan tugas legislasi DPR ? Kita masih ingat pidato Presiden
Megawati pada saat dilantik, salah satu persolan yang ingin dikerjakan Mega adalah reformasi
hukum. Tetapi program reformasi hukum yang dicanangkan Presiden itu tidak mendapat respon
optimal dari DPR. Satu contoh, tentang pembaharuan KUHP yang sudah tahunan diajukan ke
DPR, sampai sekarang tidak jelas nasibnya. Padahal RUU tersebut menyangkut kepentingan 200
juta lebih rakyat Indonesia. Apakah menurut DPR RUU pembaharuan KUHP tidak mendesak ?
Ataukah memang penangan kasus-kasus dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan,
terutama yang melibatkan petinggi negara, akan ditangani sendiri oleh Dewan vide Pansusnya ?
Fungsi Politik dan Tugas Legislasi DPR oleh Boy Yendra Tamin

Meskipun kita terikat dengan mekanisme lima tahunan, dimana rakyat tidak dapat melakukan
tindakan politik terhadap wakilnya di DPR (DPRD), namun belum terlambat bagi legislatif untuk
menomor satukan tugas legislasinya, karena merupakan tugas pokok. Setidaknya, itulah pesan,
atau apa pun namanya yang tersirat dari kritik Presiden Megawati terhadap lembaga legislatif.
Dan saya pikir, kritik Presiden itu jauh dari makna menjadikan legislatif “tukang stempel”
pemerintah. Di daerah, justeru eksekutif sering dibikin “panik” oleh legislatif. Bila tidak
“pandai-pandai” menjaga hubungan baik dengan legislatif, seorang Gubernur/Walikota/Bupati
bakal menghadapi “kesulitan”. 
Fungsi Politik dan Tugas Legislasi DPR oleh Boy Yendra Tamin

                                                          ***
 Pemikiran untuk meningkatkan peran legislasi DPR bukanlah tanpa alasan. Tugas legislasi
adalah wahana utama untuk merefleksikan kepentingan rakyat (publik). Fungsi kontrol legislatif
akan lebih efektif dan bermakna bila terimplementasi dalam pengoptimalan peran legislasi.
Penyelenggaraan negara tidak mengarah ke absolutisme atau otoriter akan lebih berkepastian
hukum. Peluang itu terbuka lebar dibanding DPR pada zaman Orde Baru. Sebab kita semua
paham betul, Dewan saat ini bukan lagi perpanjangan tangan eksekutif (before-hand). 
Fungsi Politik dan Tugas Legislasi DPR oleh Boy Yendra Tamin

Tetapi itulah masalahnya, selain mengalami eforia, Dewan masih disibukkan masalah-masalah
internal dan konsolidasi kelembagaan. Dalam perspektif perubahan yang tengah berlansung,
semestinya DPR telah “memainkan” fungsi dan tugasnya secara efektif dan berdayaguna.
Melepaskan diri budaya politik kepentingan atau kelompok. Celakanya, kecenderungan yang
dapat diamati, justeru masalah ini yang menjadi hambatan baru bagi perujudan peran legislasi
Dewan.
Fungsi Politik dan Tugas Legislasi DPR oleh Boy Yendra Tamin

Meskipun, peran legislasi itu tidak sepenuhnya diukur dari jumlah Undang-Undang yang dibuat,
melainkan juga diukur dari kualitas dari produk lelegislatif. Artinya, peran legislasi DPR
sesungguhnya berujud dalam bentuk produk legislasi yang dilandasi kearifan, perhitungan
tentang masa depan yang memberi arah dan insentif bagi kesejahteraan rakyat.
Fungsi Politik dan Tugas Legislasi DPR oleh Boy Yendra Tamin

Akan tetapi tidak mudah untuk mecapai peran legislasi DPR serupa itu, bila eksistensi
kelembagaan legislatif masih penuh dengan sentimen perwakilan-perwakilan kelompok, partai
dan kekuasaan. Peran legislasi akan terwujud apabila visi mewakili rakyat sudah melembaga
dengan baik, sesuai harapan rakyat. Betapa penting sebenarnya peran legislasi itu, sesuatu yang
sangat esensial, , dimana arah dari kehidupan bersama di masa mendatang pada hakikatnya
sudah ditentukan lebih dahulu (predetermined). Rambu-rambu pembatasan dari segala usaha
kenegaraan itu secara awal sudah ditetapkan dalam wujud legislasi yang berisi regulasi yang
terpokok, yang cakupannya jauh ke depan dan diharapkan dapat berumur panjang, tidak cepat
lapuk (Rusadi Kantaprawira; 1991). 
Fungsi Politik dan Tugas Legislasi DPR oleh Boy Yendra Tamin

Mengentaskan persoalan-persoalan yang mengebiri peran legislasi DPR sama pentingnya dengan
upaya mendorong penguatan peran legislasi DPR. Tuntutannya tidak hanya pada isi, melainkan
juga pada kedayalakuan. Karenanya sukar dihindarkan, bahwa untuk meningkatkan peran
legislasi DPR tidak hanya dengan pembedayaan DPR secara kelembagaan, melainkan sejalan
dengan peningkatan sumberdaya manusia. Meskipun memerlukan biaya besar, tetapi hal itu jauh
lebih murah dibanding nilai produk legislasi. Pemahan itu bisa diterima, jika kita mampu
menangkap dimensi subtantif dari kritik Presiden tempo hari.*
Fungsi Politik dan Tugas Legislasi DPR oleh Boy Yendra Tamin

DEMOKRASI DAN PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA BESERTA


CONTOHNYA

Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan
oleh pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang menang dan yang banyak
dianggap sebagai suatu kebenaran. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg
sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan
agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
checks and balances.

Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang


memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-
lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-
lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan
kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh
wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen)
dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan
peraturan.

Demokrasi di Indonesia

Semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945, UUD 1945 memberikan penggambaran bahwa


Indonesia adalah negara demokrasi.Dalam mekanisme kepemimpinannya Presiden harus
bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah sebuah badan yang dipilih dari Rakyat.
Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah pemegang kepemimpinan negara melalui
mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami masa demokrasi
singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di
indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan
sistem pemerintahan. Setelah mengalami masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu
yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam
alam demokrasi pada tahun 1998 ketika pemerintahan junta militer Soeharto tumbang. Pemilu
demokratis kedua bagi Indonesia terselenggara pada tahun 1999 yang menempatkan PDI-P
sebagai pemenang Pemilu.

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Beserta Contohnya

Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi di kawasan Asia,
berkat keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem demokrasi. Menurut Ketua
Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik (APAPC), Pri Sulisto, keberhasilan Indonesia dalam
bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan Asia yang hingga saat ini
beberapa di antaranya masih diperintah dengan ‘tangan besi’. Indonesia juga bisa menjadi
contoh, bahwa pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya
pembangunan ekonomi. Ia menilai, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi yang tidak
banyak disadari itu, membuat pihak luar termasuk Asosiasi Internasional Konsultan Politik
(IAPC), membuka mata bangsa Indonesia, bahwa keberhasilan tersebut merupakan sebuah
prestasi yang luar biasa. Prestasi tersebut juga menjadikan Indonesia sangat berpotensi
mengantar datangnya suatu era baru di Asia yang demokratis dan makmur.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono yang akrab
disapa SBY menerima anugerah medali demokrasi. SBY pun memaparkan panjang lebar
perjalanan demokrasi Indonesia. Menurutnya, demokrasi Indonesia merupakan jawaban terhadap
skeptisme perjalanan demokrasi di negeri ini. Beliau pun mencontohkan beberapa nada skeptis
yang ditujukan kepada Indonesia. Pertama, demokrasi akan membawa situasi kacau dan
perpecahan. Demokrasi di Indonesia hanyalah perubahan rezim, demokrasi akan memicu
ekstrimisme dan radikalisme politik di Indonesia.
Beliau pun menambahkan bahwa demokrasi di Indonesia menunjukkan Islam dan moderitas
dapat berjalan bersama. Dan terlepas dari goncangan hebat akibat pergantian 4 kali presiden
selama periode 1998-2002, demokrasi Indonesia telah menciptakan stabilitas politik dan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu, Indonesia juga telah berhasil menjadi sebuah
negara demokrasi terbesar di dunia dan melaksanakan pemilu yang kompleks dengan sangat
sukses.
Meski pada awalnya banyak yang meragukan pelaksanaan demokrasi di Indonesia, kenyataannya
demokrasi di Indonesia saat ini telah berusia 10 tahun dan akan terus berkembang. Sebagian
orang pernah berpendapat bahwa demokrasi tidak akan berlangsung lama di Indonesia, karena
masyarakatnya belum siap. Mereka juga pernah mengatakan bahwa negara Indonesia terlalu
besar dan memiliki persoalan yang kompleks. Keraguan tersebut bahkan menyerupai
kekhawatiran yang dapat membuat Indonesia chaos yang dapat mengakibatkan perpecahan.
Sementara itu, mantan wakil perdana menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang turut hadir
menyebutkan bahwa demokrasi telah berjalan baik di Indonesia dan hal itu telah menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan populasi 4 besar dunia yang berhasil melaksanakan demokrasi.
Hal ini juga membuat Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia yang telah
berhasil menerapkan demokrasi. Dia juga berharap agar perkembangan ekonomi juga makin
meyakinkan sehingga demokrasi bisa disandingkan dengan kesuksesan pembangunan. Hal
tersebut tentunya bisa terjadi bila demokrasi dapat mencegah korupsi dan penumpukan kekayaan
hanya pada elit tertentu.
Demokrasi, menurut Anwar Ibrahim, adalah pemberian kebebasan kepada warga negara,
sedangkan kegagalan atau keberhasilan ekonomi menyangkut sistem yang diterapkan.

- http://www.republika.co.id/

- http://www.detiknews.com/

- http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi

Anda mungkin juga menyukai