59 Gregor Mendel 1822
59 Gregor Mendel 1822
Tahun 1866 Mendel naik pangkat ditunjuk jadi pendeta kepala di biaranya. Kesibukan
administrasi rutin membuatnya kehabisan tempo melanjutkan penyelidikannya dalam
bidang tanam-tanaman. Ketika dia meninggal tahun 1884 dalam usia enam puluh satu,
penyelidikan briliannya nyaris dilupakan orang dan dia tak peroleh pengakuan apa pun
untuk penyelidikan itu.
Jerih payah Mendel baru diketemukan kembali tahun 1900 oleh tiga ilmuwan dari tiga
bangsa yang berbeda-beda: Hugo de Vries dari Negeri Belanda, Carl Correns dari Jerman
dan Erich von Tschermak dari Austria. Mereka bekerja secara terpisah tatkala
menemukan artikel Mendel. Masing-masing mereka sudah punya pengalaman sendiri di
bidang botani. Masing-masing secara tersendiri menemukan hukum Mendel. Dan
masing-masing (sebelum menerbitkan buku) secara seksama mempelajari hasil kerja
Mendel dan masing-masing pula menjelaskan bahwa penyelidikannya memperkuat
pendapat Mendel. Satu kebetulan segitiga yang aneh! Lebih dari itu, di tahun itu juga,
William Bateson, ilmuwan berkebangsaan Inggris, menemukan pula kertas kerja Mendel
yang asli dan segera mengedepankan kepada kalangan dunia ilmu. Di penghujung tahun
itu Mendel dapat sambutan meriah dan penghargaan atas begitu hebat karya-karya yang
dilakukannya selama masa hidupnya.
Bukti-bukti apakah perihal keturunan yang sudah ditemui Mendel? Pertama, Mendel
mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang kini disebut
gene yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia
tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih,
bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gene. Suatu tumbuhan mewariskan satu gene tiap
pasang dari tiap "induk"-nya. Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu
kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gene untuk benih hijau dan lain gene untuk
benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi,
gene yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan
keturunannya. Mendel menyadari, tiap kegiatan sel atau gamete (serupa dengan sperma
atau telur pada manusia) berisi cuma satu gene untuk satu pasang. Dia juga menegaskan,
adalah sepenuhnya suatu kebetulan bilamana gene dari satu pasang terjadi pada satu
gamete dan diteruskan kepada keturunan tertentu.
Hukum Mendel, meski sudah dilakukan perubahan kecil, tetap merupakan titik tolak dari
ilmu genetika modern. Bagaimana Mendel selaku seorang amatir mampu menemukan
prinsip yang begitu penting yang menyisihkan begitu banyak biolog profesional yang
masyhur yang ada sebelumnya? Untungnya, dia memilih untuk bidang penyelidikannya
jenis tumbuhan yang ciri-ciri khasnya ditentukan oleh seperangkat gene. Kalau saja ciri-
ciri pokok yang diselidikinya masing-masing sudah ditentukan oleh pelbagai perangkat
gene, penyelidikannya akan menghadapi kesulitan yang luar biasa. Tetapi, keberuntungan
ini tidak akan menolong Mendel kalau saja dia tidak punya sifat kecermatan yang dahsyat
dan kesabaran seorang pencoba, dan juga tidak akan menolongnya apabila dia tidak
menyadari bahwa perlu membuat analisa statistik dari pengamatannya. Karena faktor
contoh-contoh di atas, umumnya mungkin tidak bisa diduga jenis kualitas mana sesuatu
keturunan akan mewariskan. Hanya lewat sejumlah besar percobaan (Mendel sudah
mencatat hasil lebili dari 21.000 tumbuh-tumbuhan!), dan lewat analisa hasil-hasilnya,
Mendel dapat menarik kesimpulan terhadap hukum-hukumnya.
Jelaslah, hukum keturunan merupakan penambah penting buat pengetahuan manusia, dan
pengetahuan kita tentang genetika mungkin akan lebih dapat dipraktekkan di masa depan
daripada sebelumnya. Ada pula faktor yang tak boleh diabaikan kalau kita memutuskan
dimana Mendel mesti ditempatkan dalam urutan daftar buku ini. Karena penemuannya
diremehkan di saat hidupnya, dan kesimpulan-kesimpulannya diketemukan oleh ilmuwan
yang datang belakangan, penyelidikan Mendel dianggap tidak berdiri sendiri. Apabila
alasan ini dipaksakan, orang bisa berkesimpulan bahwa Mendel mungkin bisa tersisihkan
sepenuhnya dari daftar, seperti halnya Leif Ericson, Aristarchus, Ignaz Semmelweiss
telah disisihkan guna memberikan tempat buat Colombus, Copernicus dan Joseph Lister.
Tetapi, ada beda antara kasus Mendel dengan lainnya. Pekerjaan Mendel terlupakan
hanya sebentar, dan begitu diketemukan kembali, segera melangit. Lebih jauh dari itu, de
Vries, Correns, dan Tschermak, meskipun mereka menemukan kembali prinsip-
prinsipnya secara independen, toh dia baca karya Mendel dan mengutip hasil-hasilnya.
Akhirnya, orang tidak bisa bilang karya Mendel tak berpengaruh kendati de Vries,
Correns dan Tschermak tak pernah hidup di dunia. Artikel-artikel Mendel sudah tersebar
luas riwayat-riwayatnya (oleh W.O. Focke) sekitar masalah keturunan. Tulisan itu cepat
atau lambat sudah dapat dipastikan akan diketemukan juga oleh mahasiswa-mahasiswa
yang serius di bidang itu. Juga layak dicatat, tak satu pun dari ketiga ilmuwan itu yang
menuntut bahwa merekalah penemu ilmu genetika. Juga, secara umum dunia ilmu sudah
menyebutnya sebagai "Hukum Mendel."
Penemuan Mendel kelihatannya bisa dibandingkan dengan penemuan Harvey, baik dari
segi orisinalnya maupun arti pentingnya tentang peredaran darah, dan dia sudah
ditempatkan pada urutan yang sewajarnya.
Situs Web
• http://www.accessexcellence.org/RC/AB/BC/Gregor_Mendel.html
• http://www.mnsu.edu/emuseum/information/biography/klmno/mendel_gregor.ht
ml
• http://scienceworld.wolfram.com/biography/Mendel.html
• http://anthro.palomar.edu/mendel/mendel_1.htm
• http://home.tiscalinet.ch/biografien/biografien/mendel.htm
• http://hcs.osu.edu/history/history/143.html