Anda di halaman 1dari 15

I

BABII

PEMBAHASAN

A. AYAT 56

) \ ,

\fr.

“Dan Aku tidak menciptakan fin dan manusiam melainkan agar beribadah

kepada Ku “. (? €r ) ‘‘ o’ L IQc

Kalau sebelum mi Allah telah memerintahkan agar manusia berlari dan

bersegera menuju Allah maka di sini dijelaskan mengapa manusia harus

bangkit berlari dan segera menuju Allah. Ayat di atas menyatakan: Dan

Aku tidak rnenciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang kembali

kepada din-Ku. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan atau

kesudahan aktivitas mereka adalah beribadah kepada-Ku.

Ayat di atas menggunakau bentuk personal pertarna (Aku) setelah

sebelumnya menggunakan persona ketiga (DiaIAllah). mi bukan saja

bertujuan menekankan pesan yang dikandungnya tetapi juga untuk

mengisyaratkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah melibatkan malaikat

atau sebab-sebab lainnya. Penciptaan, pengutusan Rasul, turunnya siksa,

rezeki yang dibagikan-Nya melibatkan malaikat dan sebab-sebab lainnya,

sedang di sini karena penekanannva adalah beribadah kepada-Nya

semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju

kepada-Nya sematamata tanpa memberi kesan adanya keterlibatan selam


Allah SWT.

kiu?

Didahulukannya penyebutan kata (L.) al-jann/jin dan kata (-)

alins/manusia karena memang in lebih dahulu diciptakan Allah dan pada

manu.sia.

Huruf ( ) lam pada kataCi.) liya ‘budun bukan berarti agar supaya mere/ca

beribadah atau agar Allah disembah. Huruf lam di sini sama dengan huruf

lam pada firman-Nya: faltaqatbahu alu fir ‘auna liyakuna lahum ‘aduwwan

wa hazanan (QS. al-Qashash [281: 8). Bila huruf lam pada kata liyakuna

dipahami dalam anti agar supaya, maka ayat di atas berarti : Ma/ca

dipungurlah dia oleh keluarga Fir’aun agar supaya dia Musa yang

dipungut itu menjadi musuh dan kesedihan bagi mere/ca.

Memang tidak mungkin huruf lam itu berarti agar supaya, karena tentu

tidak ada yang mengambil dan memeithara rnusuhnya. Tujuan fir’aun

ketika menyetujui usul istrinya agar mengambil Musa adalah agar menjadi

penyejuk mata mereka, serta untuk memanfaatkan dan menjadikannya

sebagai anak. Tetapi kuasa Allah menjadikan musuh memelihara

musuhnya sendiri.

Huruf lam pada kata ( ) liyakuna path ayat al-Qashash tersebut demikian

juga pada kata ( ‘) liya’budun path ayat di atas dinamai oleh pakar-pakar

babasa lam a!- aqibah, yakni yang berarti kesudahan atau dampak dan

akibat sesuatu.
Ibadah bukan hanya sekadar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah

satu bentuk ketundukan clan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat

adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang

kepadanya ia mengabdi. Ia juga merupakan dampak dan keyakinan

bahwa pengabdian itu

tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau arti

hakikatnya. Begitu lebih kurang tulis Syeikh Muhammad ‘Abduh.

Ibadah terdiri dan lbadah murni (mahdhah) dan lbadah tidak murni (ghairu

mahdhah). lbadah madhah adalah lbadah yang telah ditentukan oleh

Allah, bentuk, kadar, atau waktunya, seperti shalat, zakat, puasa dan haji.

lbadah ghairu mahdhah adalah segala aktivitas lahir dan batin manusia

yang dimaksudkannya untuk mendekatkan din kepada Allah. Hubungan

seks pun dapat menjadi ibadah, jika itu dilakukan sesuai tuntunan agama.

Nah, ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menghendaki agar segala

aktivitas manusia dilakukannya demi karena Allah yakni sesuai dan

sejalan dengan tuntunan petunjuk-Nya.

Thabathaba’i memahami huruf lam path ayat yang ditafsirkan mi dalam

arti agar supaya, yakni tujuan penciptaan manusia dan jin adalah untuk

beribadah. Ulama mi menulis bahwa tujuan-apapun bentuknya-adalah

sesuatu yang digunakan oleh yang bertujuan itu untuk menyempurnakan

apa yang belum sempuma baginya atau menanggulangi kebutuhanl


kekurangannya. Tentu saja hal mi mustahil bagi Allah SWT, karena Dia

tidak memiliki kebutuhan. Dengan demikian tidak ada bagi-Nya yang perlu

disempurnakan atau kekurangan yang perlu ditanggulangi. Namun di sisi

lain, suatu perbuatan yang tidak memiliki tujuan, adalah perbuatan sia-sia

yang perlu dihindani. Dengan demikian hams dipahami bahwa ada tujuan

bagi Allah swt. dalam perbuatan-Nya, tetapi dalam dini-Nya, bukan di luar

dzat-Nya. Ada tujuan yang bertujuan kepada perbuatan itu sendini yakni

kesempurnaan

perbuatan. Ibadah adalah tujuan dan penciptaan manusia dan

kesempurnaan yang kembali kepada penciptaan itu. Allah swt.

menciptakan manusia untuk memberinya ganjaran yang memperoleh

ganjaran itu adalah manusia, sedang Allah sama sekali tidak

membutuhkannya. Adapun tujuan Allah, maka itu berkaitan dengan

dzatNya Yang Maha Tinggi. Dia menciptakan manusia dan jm karena Dia

adalah dzat Yang Maha Agung.

B. Ayat 200 L33)

I — -- - — ‘.,. .- — , —

\ A \ \

- c. )

“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji kamu, maka berzikirlah

dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut

leluhurkamu, Bahkan berzikirlah lebih teguh/mantap dan itu. Maka di


antara manusia ada Yang yang berdoa: ‘Tuhan kami, berilah kami di

dunia ; dan tiadalah baginya bahagian di akhirat”.

Apabila kamu telah menyelesaikan secara tuntas rukun-rukun ibadah haji

kamu, maka berzikirlah dengan menyebut Allah yang telah memberi

tuntunan dan kemampuan kepada kamu sehingga dapat

melaksanakannya dengan baik. Berzikirlah dan sebut-sebutlah nikmat

Allah sebagaimana kamu menyebutnyebut leluhur kamu, yang telah

berjasa kepada kamu dan meraih apa yang membanggakan kamu,

bahkan berzikilah lebih teguh,mantap dan itu, karena sesungguhnya apa

yang kamu banggakan itu bersumber dan Allah juga. Kalau selama mi

kamu tidak ingin ada seseorang yang melebihi orang tua kamu dan kamu

inginkan hanya mereka yang paling agung dan tidak yang mengatasi

mereka, maka seharusnya kamu bersikap demikian, bahkan lebih lagi

terhadap Allah.

a’

Hidup manusia sedapat mungkin selalu berada dalam lingkungan Ilahi, ia

dituntut untuk selalu mengingat Allah, itulah antara lain makna thawaf

berkeliling Ka’bah sebanyak tujuh kali. Hal mi perlu diingatkan, karena

boleh jadi ada yang menduga bahwa dengan tuntunan yang lalu, bolehlah,

sejenak melupakan Allah. Tidak! Karena itu, tuntunan ayat berikutnya

adalah Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji kamu, maka

berzikirlah, mengingat Allah, dengan berbagai cara zikir yang telah


diajarkan-Nya.

Perintah berzikir itu juga penting, karena telah menjadi kebiasaan para

jema’ah haji ketika itu, apabila telah selesai melaksanakan ibadah haji di

Mina, mereka berkumpul untuk menyebut-nyebut kehebatan orang tua

atau leluhur mereka, itu sebabnya sehingga zikir yang diperintahkan-Nya

adalah hendaknya sebagaimana kamu menyebut-nyebut dengan bangga

orangtuafleluhur kamu, bahkan berzikirlah dengan teguh dan itu, atau

lebih banyak dan mantap dan zikir terhadap leluhur kamu.

Redaksi ayat mi menggunakan kata (‘---‘) asyadd, lebih teguhlmantap,

bukan lebih banyak, karena yang terbaik adalah keteguhan dan

kemantapan, bukan banyaknya zikir tanpa kemantapan. Memang,

banyaknya zikir dapat melahirkan kemantapan. Di sisi lain tentu saja yang

terbaik adalah berzikir yang banyak dan mantap.

Betapa kamu tidak menyebut Allah lebih banyak dan pada menyebut

kebaikan leluhur, sedangkan kebaikan dan keistimewaan yang kamu

bangga-banggakan pada mereka itu, path hakekatnya bersumber dan

anugerah Allah,

bahkan kamu dan orang tua kamu tidak dapat wujud dan tidak juga

melakukan sesuatu aktivitas kecuali atas izin-Nya.

Mengapa juga, zikir kamu tidak lebih banyak dan mantap dan zikir orang

tua dan leluhur kamu, padahal kamu adalah ummat Muhammad saw;

ummat terpilih di antara seluruh ummat, sedang leluhur kamu bukan


ummat seperti kamu.

Salah satu bentuk zikir adalah do’a kepada Allah. Tetapi manusia yang

berdoa kepada-Nya ada dua macam. Yang pertama ditunjuk oleh firman-

Nya:

Maka di antara manusia yang melaksanakan haji atau semua manusia,

ada yang berdoa, Ya Tuhan kami, berilah kami di dunia, yakni kabulkanlah

apa yang kami harapkan dan cita-citakan, atau apa saja yang

menyenangkan hidup kami, halal atau haram, balk untuk masa depan

atau masa kini kami. Makna mi dipahami karena si pemohon tidak

bermohon untuk dunianya yang bersifat hasanah,, dan tidak juga berdoa

sesuatu apapun yang menyangkut akhirat. Allah mungkin mengabulkan

permohonan mereka, tetapi tiadalah baginya babagian yang

menyenangkan walau sedikit pun di akhirat, karena dia tidak

mengharapkannya dan tidak juga bermohon apalagi berusaha meraihnya.

Jika kata’4-’\) an-Nas/orang-orang dipahami dalam anti orang-orang yang

melaksanakan haji, maka ayat mi mengisyaratkan bahwa tidak semua

yang berkunjung ke Mekkah dan melakukan amalan-amalan yang dituntut

oleh ibadah haji, menyempunmkan haji atau umrahnya. Ada di antara

mereka yang berkunjung ke rumah Allah itu tetapi tidak menemukan

ganjaran-Nya.

mi karena perhatian pokok mereka tertuju kepada persoalan-persoalan

kehidupan dunia, pikiran mereka banya mengarah kepada upaya meraih


kenikmatan tanpa terikat dengan norma-norma agama. Pikiran dan hati

mereka Tidak sedikit pun tertuju ke akhirat.

2. Ayat 201 / y

-, — — • - / - V -v - ‘

ç \ N

— — — -- — -.- — — 2

ç ) -

“Dan di antara merekx ada yang berdoa, Tuhan kami! Anugerahilah kami

hasanah di dunia dan hasanah di akhiirat dan peliharalah kami dan siksa

neraka “.

Dan di antara mereka yakni manusia yang telah melaksanakan haji atau

semua manusia yang sudah, belum, atau tidak melaksanakan haji ada

juga yang menjadikan ibadah haji atau seluruh aktivitasnya mengarah

kepada Allah dan selalu mengingat-Nya, sehingga ia berdoa, Tuhan kami!

Demi kasih sayang dan bimbingan-Mu, anugerahilah kami hasanah di

dunia dan hasanah di akhirat.

Anda baca, yang mereka mohonkan bukan segala kesenangan dunia,

tetapi yang sifatnya hasanafi, yaitu yang baik, bahkan bukan hanya di

dunia, tetapi juga memohon basanah di akhirat. Dan karena perolehan

hasanah belum termasuk keterhindaran dan keburukan, atau karena bisa

jadi hasanah itu diperoleh setelah mengalami siksa, maka mereka

menamba1ikan permohonan mereka dengan berkata, dan pelihara

pulalah kami dan siksa neraka.


Bermacam-macam penafsiran ulama tentang makna hasanah di dunia

dan hasanah di akhirat. Adalah bijaksana memahaminya secara umum,

bukan

hanya dalam arti iman yang kukuh, kesehatan, afiat, rezeki yang

memuaskan, pasangan yang ideal, dan anak-anak yang shaleh; tetapi

segala yang menyenangkan di dunia dan berakibat menyenangkan di han

kemudian. Demikian juga hasanah di akhirat ia bukan pula hanya

keterbebasan dan rasa takut di akhirat, hisab/perhitungan yang mudah,

masuk ke surga dan mendapat ridha-Nya, tetapi lebih dan itu, karena

anugerah Allah tidak terbatas.”

/ -,

3. Ayat2O7

/ , c_ ,‘

) -‘ --‘

“Di antara manusia ada orang yang membelilmenjual dirinya karena

mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada

hambahamba (Ny a) “

Setelah mejelaskan oxang-orang yang terpaku dalam kehidupan dunia

dan terpukau oielmya, ayat mi menjelaskan kebalikan mereka, yakni

mereka yang membeli atau menjual dininya karena mencari keridhaan

Allah.
Kata ( yj) yasyri, dapat berarti membeli danjuga menjual. Ada yang

membeli dininya dan orang-orang musyrik dengan jalan mengorbankan

segala apa yang dimilikinya untuk meraih ridha Allah, antana lain seperti

Shuhaib ibn Sinan ar-Rumi. Shahabat yang berasal dan Romawi ini

datang ke Mekkah dalam keadaan miskin, tetapi ketika hendak berhijrah

beliau dihalangi oleh kaum musyrik Mekah dan baru dilepaskan setelah in

memberikan semua hartanya kepada mereka agar dapat berhijrah.

Demikiankth ia membeli dirinya untuk mcraih ridha Allah. Atau ada juga

yang menjual dirinya kepada Allah, dalam arti mengorbankan dirinya

hingga mati untuk memperoleh surga Ilahi, seperti hainva Habib bin ‘Adi

al-Anshari yang membunuh Abu Uqbah alHarits, salah seorang tokoh

musyrik dalam Perang Bath. Tetapi setelah sekian lama dan melalui tipu

daya, Habib ditangkap dan dijual kepada putra ‘Uqbah yang menyalibnya

hingga wafat. Demikian mereka membeli dan menjual dirinya denii karena

Allah dan itu merath ridha-Nya dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-

hamba-Nya sehingga limpahan rahmat dan pengampunan-Nya tidak

pernah terputus kepada mereka. Dan sini kemudian Allah mengajak:

4. Ayat 208

€, ---

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam

kedamaianllslam secara menyehtruh, dan janganlah kamu ikuti Iangka h


—lan gkah setan. Sesungguhnya setan itumusuh yang nyata bagimu”.

Hal orang-orang yang beriman, dengan ucapannya, balk yang sudah,

maupun yang belum dibenarkan imannya oleh perbuatannya: masuklah

kamu dalam kedamaian (Islam) .secara menyeluruh.

Kata (S) as-Silm yang dalam ayat di atas diterjemahkan dengan

kedainaian atau Islam, makna dasarnya adalah damai atau

tidakmengganggu. Kedanaian oleh ayat mi diibaratkan berada disuatu

wadah yang dipahami dan kata ( ) fi, yakni dalaim Yang beriman diminta

untuk memasukkan totalitas dininya ke dalam wadah itu secara

menycluruti, sehingga semua kegiatannya berada dalam wadah atau

koridor kedamaian. Ia damai dengan

10

dirinya, keluarganya, dengan seluruh manusia, binatang dan

tumbuhtumbuhan serta alam raya. Wal hasil (,\1) kaffah, yakni secara

menyeluruh tanpa kecuali.

Ayat mi menuntut setiap yang beriman agar melaksanakan seluruh ajaran

slam. Jangan hanya percaya clan mengamalkan sebag Ian ajarannya dan

menoak atau mengabaikan sebagian yang lain. Ia dapat juga bermakna

masuklah Umu semua kafah tanpa kecuali, jangan seorangpun di antara

kamu yang ticlak masuk ke dalam kedamaianllslam.

Karena setan selalu menggoda manusia, balk yang durhaka apalagi yang

ant, maka Allah melanjutkan pesannya, dan janganlah kamu ikuti

langkahlangkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang


permusuhannya nyata bagimuatau tidak menyembunyikan

permusuhannya kepadamu.

Kata (z,-) langkah-langkah setan mengandung isyarat bahwa setan dalani

menjerumuskan manusia menempuh jalan bertahap, langkah demi

langkah, menyebabkan yang dirayu tidak sadar bahwa dirinya telah,

tei:jerumus kejurang kebinasaan.

t:i QO\

5. Ayat 209

, “—F, ,Y ,

‘L,’ ç Pc) 5OL)\ “Tetapi seandainya kamu tergelincir sesudah datang

kepada kamu buktibukti kebenaran, maka ketauilah bahwa Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana “.

11

Setelah jelas keterangan-keterangan di atas, ajakan dan peringatan pun

telah disampaikan, maka jika kamu tcrgelincir dan jalan Allah sesudah

datang kepada kamu bukti-bukti kebenaran yang disampaikan sebelum

mi, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Penggunaan kata ( L’ ) in yang diterjemabkan dengan seandainya

memberi isyarat bahwa sebenarnya kecil kemungkinan, atau diragukan

terjadinya penyimpangan tersebut setelah demikian jelasnya keterangan

itu. Di sisi lain, penggunaan bentuk kata kerja masa lampau path kata

zalalatum telah menyimpang karena tergelincir memberi isyarat bahwa


siapa yag berusaha bangkit dengan bertaubat dan ketergelicirannya,

maka ia akan mendapat rahmat-Nya, sebagaimana Adam as. Yang

pernah tergelincir oleh ulah setan, namun akhirnya mendapat rahmat-Nya.

Maka karena itu ketahvilah bahwa Allah Maha Perkasa dapat

mcnjatuhkan sanksi tanpa terhalangi oleh siapapun, juga Maha Bijaksana

sehingga Dia mengetahui kelemahan manusia dan menempatkan segala

sesuatu path tempatnya.

Penggunaan kata tcrgelincir juga memberi kesan bahwa

keteranganketerangan tersebut sudah sedemikan jelas, sehingga

seandainya ada yang mengabaikannya, maka itu mestinya hanya terjadi

karena ketergelinciran, bukan karena kesadaran atau sesuatu yang

direncanakan, jika demikian, kalau ada yang menyimpang dengan

sengaja, maka hendaklah berbati-bati karena Allah Maha Perkasa lagi

Maha Bijaksana.

‘S

12

C. A1-Mu’minun

/ / “ / i/ . -, ,, .7 9 — — -- -, — — y-

.J--% ,>

(115) Maka apakah kalian mengira bahwa sesungguhnya Kami

menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kalian tidak

a/can dikembalikan kepada Kami?

Apakah kalian, wahai orang-arang yang durhaka, mengira bahwa Kami


menciptakan kalian sceara main-main dan batil? Sekali-kali tidak! Kami

menciptakan kalian untuk mendidik dan mengajar kalian agar kalian dapat

meningkat ke alam yang Iebih tinggi dan alam tempat kalian berada, tidak

seperti yang kalian kira bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada

Kami untuk dihisab dan dibeni balasan,

Di sini terdapat isyarat, bahwa hikmah menuntut mereka dibangkitkan

untuk

diberi balasan atas amal yang tclah mereka lakukan dalam kehidupan di

dunia.

Allah Mensucikan Diri-Nya dan Apa yang Disifatkan oleh Orang-orang

Musyrik kepada-Nya

Kemudian, Al1ahmensucikan diri-Nya dan apa yang disifatkan orang-

orang

rnusynik kepada-Nya: z

-)

(116) Ma/ca Maha tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan

selain Dia, Tuhan (Yang mempunya) ‘Arsy yang mulia.

13

Maha Suci Tuhan kami yang memiliki kerajaan maha besar, yang tidak

musnah, tidak ada sembahan selain-Nya, yang memiliki ‘Arsy yang mulia,

yang di situ Dia mengatur tatanan alam tinggi maupun bawah dan seluruh
makhluk-Nya, dan menciptakan tnakhluk secara main-main, dan segala

perbuatan-Nya tidak mengandung hikmah dan maksud terpuji, dan dan

mempunyai anak atau sekutu.

Setelah menerangkan bahwa dialah Raja Yang tidak ada Tuhan selain

Dia, selanjutnya Dia menjelaskan bahwa barangsiapa mengakui di dalam

alam mi ada tuhan sembahan selain Dia, berarti telah mengakui sesuatu

yang batil dan telah melakukan sesuatu yang melampaui batas.

14

Anda mungkin juga menyukai