Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak setiap manusia, oleh karena itu setiap individu,

keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap

kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup

sehat bagi penduduknya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan

termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu (Anonim, 2004).

Tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat menjadi hal

yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya dalam

pembangunan di bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat

bertujuan membentuk masyarakat yang sehat. Diperlukan upaya-upaya kesehatan

yang menyeluruh dan terpadu untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan

tersebut (Siregar, 2003).

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat

ke pasien yang mengacu kepada pharmaceutical care. Kegiatan pelayanan

kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai

komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup dari pasien. (KepMenkes, 2004)

Dalam hal ini Rumah Sakit Pemerintah turut berkewajiban untuk

memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien keluarga miskin. Pada tahun 2008

Departemen Kesehatan mengeluarkan kebijakan program jaminan kesehatan

1
untuk masyarakat miskin atau Jamkesmas sebagai wujud pemenuhan hak rakyat

atas kesehatan. Pelaksanaan kebijakan Jamkesmas tersebut dituangkan dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Masalah kesehatan nasional sampai saat ini masih cukup tinggi dilihat

dariindikator keberhasilan secara umum yaitu : Angka Harapan Hidup 70,5,

Angka Kematian Ibu 228/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi

34/1.000 kelahiran hidup, Angka Prevalensi Gizi kurang 18,4%. Status kesehatan

tersebut akan lebih buruk pada kelompok masyarakat miskin yaitu 4 kali lebih

besar. Hal tersebut karena keterbatasan pengetahuan, akses pelayanan kesehatan

dan biaya pelayanan kesehatan yang semakin mahal. Maka dengan adanya

Jamkesmas diharapkan tingkat kesehatan masyarakat miskin menjadi lebih baik.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya di rumah sakit pemerintah, masih

terdapat berbagai masalah dan hambatan dalam pelayanan terhadap pasien

Jamkesmas, sehingga manfaatnya belum dirasakan secara maksimal oleh peserta

Jamkesmas itu sendiri hal ini dapat dilihat dari adanya keluhan pasien mengenai

seringnya kekosongan obat, lambatnya pelayanan oleh petugas dan lain-lain.

Dalam pelayanan obat terhadap pasien Jamkesmas di Apotek RSUD Kab. Kolaka

pun dirasa belum optimal, ada beberapa masalah yang sering muncul di lapangan

seperti stok obat kosong sehingga pasien harus membeli sendiri obatnya di

apotek luar, namun juga seringkali masalah itu datang dari pasien sendiri yang

tidak melengkapi persyaratan untuk mengklaim pengobatan gratis, seperti surat-

2
surat yang dibutuhkan pihak Apotek, maka dari itu pasien jamkesmas harus

membayar jaminan terlebih dahulu sampai persyaratannya dilengkapi.

Melihat kondisi di atas peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pelayanan

obat pada pasien Jamkesmas di RSUD Kab. Kolaka.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut : Bagaimana tingkat pelayanan obat berdasarkan variabel, jaminan

pelayanan, peracikan dan penyerahan, informasi obat dan konseling, pada pasien

Jamkesmas di RSUD kab. Kolaka ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pelayanan obat

berdasarkan variabel, jaminan pelayanan, peracikan dan penyerahan, informasi

obat dan konseling, pada pasien Jamkesmas di RSUD Kab. Kolaka.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan

dalam memajukan tingkat pelayanan obat di RSUD Kab. Kolaka khususnya

terhadap pasien Jamkesmas sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal.

Juga dapat dijadikan acuan bagi penelitian berikutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3
A. Uraian Tingkat Pelayanan Obat

Pelayanan secara umum adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat dan daerah dalam bentuk barang

maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pelayanan obat adalah penyerahan obat yang benar kepada pasien yang

benar, dalam jumlah dan dosis yang diresepkan secara rasional, dengan petunjuk

yang jelas dan dalam wadah yang dapat memelihara khasiat obat dengan disertai

informasi yang diperlukan (Sulistiono, 2008). Pelayanan rumah sakit pada saat

ini merupakan bentuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat sosioekonomi,

mengelola rumah sakit secara bisnis dan ekonomis tanpa melupakan fungsi

sosialnya, artinya suatu usaha yang walau bersifat sosial namun diusahakan agar

bisa mendapat surplus keuangan dengan cara pengelolaan yang profesional

dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi. Tujuannya adalah membangun

rumah sakit yang mandiri dalam pembiayaan melalui pengelolaan langsung dana

yang diperoleh dari berbagai sumber di rumah sakit.

Untuk dapat melaksanakan tugas sesuai SK Menteri Kesehatan RI No

983/Menkes/SK/XI/92 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, maka

rumah sakit harus menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fungsi

menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan non medik. Pelayanan

penunjang medik meliputi pelayanan diagnostik dan terapeutik. Pelayanan

Farmasi merupakan salah satu dari pelayanan penunjang medik terapeutik yang

4
tidak dapat dipisahkan dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Pelayanan

farmasi digolongkan sebagai salah satu pelayanan penunjang medik terapeutik

bersama-sama dengan kegiatan lain seperti ruang operasi, instalasi gawat darurat,

dan rehabilitasi medik. (Griffith, 2002).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit ( IFRS ) merupakan satu - satunya unit di

rumah sakit yang mengadakan barang farmasi, mengelola dan

mendistribusikannya kepada pasien, bertanggung jawab atas semua barang

farmasi yang beredar di rumah sakit, serta bertanggung jawab atas pengadaan dan

penyajian informasi obat siap pakai bagi semua pihak di rumah sakit.

Pelayanan di kamar obat dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Mempersiapkan obat

a. Menentukan obat-obat yang dibutuhkan dan meletakkannya dalam nampan

obat. Kemudian dibawa ke bagian pemberian obat (Ruang Dispensing).

b. Menempatkan obat di Ruang Dispensing menurut aturan yang telah

ditetapkan (alfabetikal dengan nama generik).

c. Memeriksa resep apakah sesuai untuk pasien. Jika obatnya lebih dari satu,

maka setiap obat harus dipersiapkan serdiri-sendiri.

d. Menyiapkan wadah obat dan memeriksa kadaluarsa obat.

e. Menulis kemasan obat dengan nama pasien, tanggal, nama obat, jumlah

dan dosis (kapan obat dikonsumsi).

f. Membuka tutup kemasan obat (wadah obat), memeriksa dan mengambil

sejumlah yang dbutuhkan dan menempatkannya di tempat yang bersih.

5
g. Meletakkan obat dalam wadah yang telah disiapkan untuk pasien.

h. Mengembalikan kelebihan obat segera ke dalam kemasannya semula.

i. Memberikan obat kepada pasien dan memberikan informasi cara

mengkonsumsi obat tersebut. Jika pasien mendapat obat lebih dari satu

macam, maka berikan satu persatu.

j. Mengingatkan pasien agar meyimpan obat di tempat yang aman dalam

rumah dan jauh dan jangkauan anak-anak.

1. Atau secara rinci pelayanan obat yang dilakukan meliputi:

A. Pemahaman isi resep.

Pada saat petugas pengelola obat di kamar obat menerima resep, beberapa

hal yang harus diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan yang berakibat

fatal adalah :

1) Perhatikan dengan cermat bentuk tulisan dalam resep.

2) Apabila ada keragu-raguan tentang isi resep, tanyakan pada teman atau

penulis resep.

3) Perhatikan dosis obat, bila ada keragu-raguan tanyakan pada teman atau

penulis resep.

4) Apabila obat yang diminta tidak ada, konsultasikan pada penulis resep

kemungkinan obat penggantinya.

A. Mencari dan mengumpulkan obat.

1) Mencari obat.

2) Mengamati tanggal kadaluwarsa dan mutu obat.

6
A. Formulasi.

1) Menghitung jumlah obat

Jumlah obat yang disiapkan adalah: Dosis x jumlah pemakaian per hari

x lama pemakaian.

2) Tata cara menghitung atau mengukur

a)Menghitung tablet dan kapsul.

I.Periksa dan baca sekali lagi informasi pada etiket obat.

II.Pakai sarung tangan dan gunakan spatula atau pisau untuk

menghitung tablet dan kapsul.

III.Selesai menghitung, kembalikan sisa obat kedalam wadah

semula.

IV.Bersihkan kembali meja dimana anda bekerja.

a)Mengukur cairan.

I.Bersihkan gelas ukur yang akan dipakai.

II.Baca kembali etiket pada botol

III.Pegang botol dengan etiket menghadap ketangan

IV.Tuangkan kedalam gelas ukur

V.Tutup kembali botol

VI.Periksa etiket sekali lagi.

3) Melarutkan dan mengencerkan.

a) Melarutkan

I.Periksa dan baca sekali lagi informasi pada etiket obat

7
II.Untuk melarutkan sirup kering, gunakan aquadest atau air yang

sudah dimasak

III.Untuk sediaan injeksi harus menggunakan aquadest steril

khusus untuk injeksi ( aqua pro injeksi)

a) Mengencerkan

I.Gunakan alat ukur yang bersih

II.Untuk mengukur cairan dengan volume yang kecil, misalnya 5

ml, gunakan alat suntik yang bersih.

4) Membuat dan membagi sediaan dalam bentuk serbuk.

a) Hitung tablet/kapsul atau timbang bahan yang diperlukan sejumlah

yang tertera pada resep.

b) Perhatikan kekuatan dan dosis obat.

c) Gerus dalam mortir sampal halus dan homogen.

d) Siapkan kertas perkamen sebanyak yang diminta dalam resep.

A. Pengemasan dan pemberian etiket.

1) Pengemasan.

a) Tablet dan kapsul.

Gunakan kemasan yang sesual misalnya:

I.Kantong plastik

II.Kantong dari kertas yang bersih

III.Botol obat kosong yang bersih dan kering

IV.Vial

8
a) Cairan.

Gunakan kemasan yang sesuai misalnya:

I. Botol gelas atau botol plastik yang besih dan kering

II. Dilengkapi dengan tutup botol yang baik.

a) Krim/salep.

Gunakan kemasan yang sesuai misalnya:

I. Wadah gelas bermulut lebar, dilengkapi dengan tutup yang

baik.

II. Tube plastik/metal yang stabil

1) Pemberian etiket.

Selesai mengemas, selanjutnya mencantumkan etiket pada masing-

masing wadah obat. Informasi pada etiket harus rapi, singkat, jelas dan

mudah dibaca, jangan membuat singkatan-singkatan.

Informasi yang harus ada pada etiket:

a) Nama obat

b) Kekuatan obat

c) Isi/volume obat

d) Cara pemakaian

e) Nama pasien

f) Tanggal penyerahan obat

g) Nama dan alamat Puskesmas/unit pelayanan

1) Penyerahan obat kepada pasien.

9
Selesai pengemasan dan pemberian etiket, pada saat penyerahan obat

kepada pasien hendaknya diberikan penjelasan-penjelasan atau informasi

yang cukup berkaitan dengan obat yang diserahkan.

Jika memberikan obat kepada pasien, sangat penting memastikan bahwa

pasien telah menerima:

a) Obat yang benar

b) Jumlah yang tepat

c) Informasi yang sesuai tentang bagaimana meminum obat tersebut

Pemberian obat kepada pasien meliputi:

a) Pemeriksaan resep

b) Mengumpulkan obat sesuai resep

c) Menghitung jumlah obat

d) Mengemas obat dalam wadah yarg sesuai

e) Memberikan obat kepada pasien

f) Pemberian informasi kepada pasien.

Informasi yang perlu diberikan kepada pasien adalah:

a. Berapa banyak obat sekali makan atau sekali minum

b. Sampai berapa lama obat harus dimakan atau diminum

c. Bagaimana cara menggunakannya, sebelum atau sesudah makan.

d. Efek samping obat

e. Obat-obat yang berinteraksi dengan alkohol.

f. Obat-obat yang berinteraksi dengan kontrasepsi oral

10
g. Cara menyimpan obat.

h. Kapan obat harus dihentikan pemakaiannya.

i. Penyuluhan kesehatan tentang obat

A. Jamkesmas

Jamkesmas atau Jaminan Kesehatan Masyarakat yaitu bantuan sosial

untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di seluruh Indonesia.

Program Jamkesmas mulai dilaksanakan pada tahun 2008, sebelumnya dikenal

Askeskin. Jamkesmas sendiri merupakan penyempurnaan dari askeskin. Sasaran

dari program Jamkesmas tentu saja masyarakat miskin dan mendekati

miskin/tidak mampu. Tahun 2008, peserta Jamkesmas ditargetkan mencapai

angka 76.4jt jiwa. Jamkesmas dikelola oleh Departeman Kesehatan RI bekerja

sama dengan PT. Askes (persero).

Ruang lingkup kegiatan ini antara lain adalah jenis kegiatannya

diutamakan pada upaya pelayanan kesehatan perornagan (promrtif, preventif,

kuratif dan rehabiltatif) yang berupa rawat jalan, rawat inap, pertolongan

persalinan bagi peserta program Jamkesmas, disamping upaya pelayanan

kesehatan masyarakat yang terbatas pada upaya pencegahan yang bersifat

sekunder yaitu : diagnosis awal kemungkinan berkembangnya suatu penyakit

(early diagnostic) dan tindakan yang tepat untuk mengurangi faktor resiko

ancaman penyakit tersebut terhadap masyarakat (prompt treatment) melalui

berbagai upaya pelayanan kesehatan baik didalam gedung maupun di luar

gedung. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan program Jamkesmas berlaku

11
untuk semua kelompok umur, semua jenis pelayanan kesehatan dasar yang

tersedia di rumah sakit pemerintah, puskesmas dan jaringannya, dengan standar

pedoman SOP yang sama bagi setiap masyarakat sesuai indikasi medis.

Dana Jamkesmas pada tahun 2009 pada dasarnya terbatas untuk

pembiayaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan operasional pelayanan

terbatas, tidak termasuk pembiayaan untuk obat, bahan medis habis pakai, vaksin

dan bahan logistik lain yang berbeda dengan pelaksanaan Jamkesmas di PPK

lanjutan dengan INA-DRG kebutuhan obat yang termasuk dalam paket pelayanan

kesehatan yang akan dibayar pada satu paket. Pembiayaan untuk kebutuhan obat,

bahan medis habis pakai, vaksin dan logistik lainnya bersumber dari dana non

Jamkesmas antara lain DAU/APBD, APBN an sumber lainnya.

Untuk menjamin ketersediaan obat di daerah, Depkes telah bekerja sama

dengan konsorsium BUMN kefarmasian meliputi PT. Indo Farma, PT. Kimia

Farma, PT. Bio Farma dan PT. Phapros dalam menjamin ketersediaan obat,

bahan medis habis pakai dan logistik kesehatan, sehingga pemerintah daerah

dapat menghubungi konsorsium untuk kemudahahan dalam pengadaan obat,

bahan medis habis pakai dan logistik kesehatan lainnya.

Prosedur pelayanan Jamkesmas

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta sebagai

berikut :

a. Pelayanan kesehatan dasar

12
Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya

peserta harus menunjukkan kartu JAMKESMAS atau surat keterangan /

rekomendasi dinas setempat ( bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang

terlantar )

b. Pelayanan tingkat lanjutan

1) Peserta JAMKESMAS yang memerlukan pelayanan kesehatan tingkat

lanjutan ( RJTL dan RITL ) dirujuk dari puskesmas dan jaringannya ke

falitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut serta kartu peserta

JAMKESMAS atau surat / kartu lainnya sebagaimana dimaksud pada butir

1 (satu) dan surat rujukan yang ditunjukkan sejak awal sebelum

mendapatkan pelayanan kesehatan pada kasus emergency tidak

memerlukan surat rujukan.

2) Kartu peserta JAMKESMAS atau surat / kartu lainnya sebagaimana yang

dimaksud pada butir 1 (satu) diatas dan surat rujukan dari puskesmas

dibawa keloket pusat pelayanan administrasi terpadu rumah sakit

( PPATRS ) untuk kebenaran dan kelengkapannya untuk selanjutnya di

keluarkan Surat Jaminan Pelayanan ( SJP ) dan peserta selanjutnya

diperoleh pelayanan kesehatan

3) Bayi-bayi yang lahir dari keluarga peserta JAMKESMAS secara otomatis

menjadi peserta dengan menunjuk pada kartu orang tuanya. Bila bayi

memerlukan pelayanan dapat langsung diberikan dengan menggunakan

identitas kepesertaan orang tuanya dan dilampirkan surat kenal lahir dan

13
kartu keluarga orang tuanya. Pelayanan persalinan normal dibayarkan

secara paket baik ibu maupun bayinya akan tetapi apabila bayinya

mempunyai kelainan dan memerlukan pelayanan khusus dapat diklaim

terpisah sesuai diagnosanya.

4) Bagi gelandangan pengemis, anak dan orang terlantar dapat mengakses

pelayanan walaupun tanpa kepemilikan kartu JAMKESMAS dengan

menunjuk surat keterangan dengan menunjukkan surat keterangan /

rekomendasi dari Dinas Sosial setempat yang menerangkan bahwa yang

bersangkutan terlantar dan tidak mampu.

5) Pelayanan tingkat lanjutan sebagaimana diatas meliputi :

a) Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit,

BKMM/BBKPM.

b) Pelayanan lanjutan yang dilakukan pada BKMM/BBKPM bersifat pasif

(dalam gedung) sebagai PPK penerima rujukan.

c) Pelayanan rawat inap kelas III di Rumah Sakit dan tidak diperkenankan

pindah kelas atas permintaannya.

d) Pelayanan obat-obatan

e) Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya.

1) Untuk kasus kronik tertentu yang memerlukan perawatan berkelanjutan

dalam waktu lama, surat rujukan dapat berlaku selama 1 bulan (seperti

Diabetes Mellitus). Untuk kasus kronis khusus seperti kasus gangguan

14
jiwa dan kasus pengobatan paru, surat rujukan dapat berlaku sampai

dengan 3 bulan.

2) Rujukan pasien antar Rumah Sakit termasuk antar daerah dilengkapi surat

rujukan dari Rumah Sakit yang merujuk, copy kartu peserta atau surat

keterangan / rekomendasi dari Dinas Sosial.

3) Pelayanan obat di Rumah Sakit dengan ketentuan sebagai berikut :

I. Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di Rumah Sakit,

indikasi farmasi/Apotek Rumah sakit bertanggungjawab menyediakan

semua obat dan bahan habis pakai yang diperlukan.

II.Apabila terjadi kekurangan atau ketiadaan obat maka Rumah Sakit

berkewajiban memenuhi obat tersebut melalui koordinasi dengan pihak-

pihak terkait.

III.Pemberian obat untuk pasien diberikan untuk 3 (tiga) hari kecuali

penyakit-penyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 (tiga) hari

sesuai dengan kebutuhan medis, pemberian obat dilakukan dengan

efisien dan mengacu pada clinical path way.

9) Agar pelayanan berjalan dengan lancar, RS bertanggungjawab untuk

menjamin ketersediaan Alat Medis Habis Pakai (AMHP), obat dan darah

10)Untuk menjamin ketersediaan dan harga obat /vaksin/serum di pusat dan

daerah serta di Balai-Balai dan RS, dilakukan kesepakatan kerja sama

antara Menkes dan Konsorsium BUMN Farmasi. RS dan balai-Balai

15
Kesehatan menindaklanjutinya dengan kerjasama teknis dengan mengacu

kepada pedoman pelaksanaan kesepakatan kerjasama tersebut

11)Pelayanan RS diharapkan dapat dilakukan dengan cost efficient dan cost

efektif agar biaya pelayanan seimbang dengan tarif INA-DRG.

12)Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta, tidak boleh

dikenakan biaya oleh PPK dengan alasan apapun.

Adapun alur pelayanan kesehatannya sebagai berikut :

Rujukan
Puskesmas
RSSJP
Pelayanan
RITL
RJTL
(PPATRS)
Pulang
kesehatan

Peserta

Pulang

Verifikasi
Kepesertaan
Pelayanan Pulang
Kesehatan

IGD
16
Kasus Gawat
Darurat
Peserta

C. Uraian Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat

penyelenggarakan upaya kesehatan yaitu memelihara dan menngkatkan

kesehatan dengan tujuan mewujudkan kesehatan yang optimal bagi

masyarakat (Siregar, 2004). Rumah Sakit merupakan suatu organisasi yang

kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan

fungsikan oleh berbagai kesehatan personil terlatih dan terdidik dalam

menghadapi dan menangani masalah medik moderen, yang semuanya terikat

bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan

kesehatan yang baik (Siregar, 2004).

Fungsi dasar dari Rumah Sakit adalah pelayanan penderita, pendidikan,

penelitian, dan kesehatan masyarakat. Rumah Sakit sebagai salah satu sub

system pelayanan kesehatan yang memberi dua jenis pelayanan kepada

masyarakat yaitu : pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

17
Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan perawatan yang dilaksanakan

melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit inap

(Muninjaya,1999,Siregar,2003)

2. RSUD Kabupaten Kolaka

a) Sejarah

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kolaka dibangun pada tahun 1979

diatas tanah seluas ± 1 (satu) Ha dengan luas bangunan ± 2.737 m2 RSUD

Kabupaten Kolaka mulai dimanfaatkan pada bulan Juni 1980.

b) Status

Status Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kolaka sebagai Rumah

Sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka. Rumah Sakit ini adalah

Rumah Sakit Tipe C yang merupakan pusat rujukan pasien yang berasal

dari unit-unit pelayanan kesehatan dari seluruh Kecamatan Kolaka dan

sekitarnya.

c) Letak Geografis

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kolaka terletak di Kecamatan

Kolaka, Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di jalan

Dr. Sutomo No. 1. Lokasi ini sangat strategis karena terletak di pusat kota

Kolaka sehingga dijangkau oleh masyarakat.

d) Lingkungan Fisik

Kabupaten Kolaka memiliki wilayah daratan seluas ± 10.310 km2 dan

wilayah perairan ± 20.000 km2 yang terdiri dari 20 (dua puluh)

18
Kecamatan. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kolaka dibangun di

atas tanah seluas ± 1 (satu) Ha. Pada tahun 2007 telah memiliki 22 (dua

puluh dua) gedung dengan luas seluruh bangunan ± 5.825 m2.

e) Organisasi Dan Manajemen

1. Struktur Organisasi

Berdasarkan PERDA Kabupaten Kolaka No. 38 Tahun 2007 tentang

pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Kabupaten Kolaka, merupakan dasar dalam pelaksanaan tugas

struktural maupun tugas fungsional di lingkungan kerja RSUD

Kabupaten Kolaka.

Pimpinan RSUD Kabupaten Kolaka adalah Direktur yang menduduki

jabatan struktural Eselon III a, membawahi 1 Kepala Bagian dan 3

Kepala Bidang yaitu Bagian Tata Usaha, Bidang Keuangan dan

Program, Bidang pelayanan Medik dan PKMRS.

Kepala Bidang Keuangan dan Program membawahi Seksi Pengawasan

dan Pengendalian, dan Seksi Pelayanan dan Penunjang Medik.Kepala

Bidang Keperawatan membawahi Seksi Diklat dan Seksi Etika dan

Asuhan Keperawatan. Masing – masing Kepala Sub. Bagian dan

Kepala Seksi menduduki jabatan struktural Eselon IV b.

2. Visi dan Misi RSUD Kabupaten Kolaka

1) Visi

19
“ Menjadi tempat pelayanan yang paling prima di bidang kesehatan

Kabupaten Kolaka dan sekitarnya”.

2) Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,

profesional dan terjangkau semua lapisan masyarakat.

2. Menjadikan rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan

kesehatan di Kabupaten Kolaka dan sekitarnya.

3. Menyelenggarakan pembiayaan Rumah Sakit yang berbasis

kinerja, terbuka, fisien dan efektif.

4. Meningkatkan sumber daya manusia dan kesejahteraan karyawan

guna menunjang kinerja aparatur

5. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan kondusif

guna mendukung proses penyembuhan pasien.

6. Menjadikan rumah sakit sebagi tempat pendidikan tenaga

keperawatan guna mencetak tenaga perawat yang mampu

bersaing di tingkat global.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD kab. Kolaka, tepatnya di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Waktu penelitian pada bulan Mei - Juni 2010.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer,

kuesioner sebagai instrument penelitian.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua pasien

Jamkesmas yang menebus obat dalam kurun waktu 2 minggu. Dimana rata-rata

pasien sehari berjumlah 70 pasien, maka populasinya sebesar 2800 pasien.

2. Sampel

Sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti pasien

jamkesmas yang berusia 15 tahun ke atas, dan menebus obat di Apotek RSUD

Kab. Kolaka minimal 2 kali di lokasi tempat penelitian setiap hari selama

kurun waktu 2 minggu. Sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin, dengan

tingkat kesalahan 10 %. (Sevilla, C. G., 1993).

Rumus Slovin :

21
S= N1 +N (10%)2

Keterangan : S = ukuran sampel

N = populasi

d = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan, dimana :

S = 28001+2800 (10%)2

= 99 → 100 orang

A. Cara Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun

dalam bentuk kuesioner dan dibagikan kepada responden. Kuesioner yang

digunakan dituangkan dalam bentuk pilihan ganda sehingga mempermudah

pelaksanaannya. Kuesioner yang disusun terdiri dari satu variabel yaitu tingkat

pelayanan obat di RSUD Kab. Kolaka.

B. Cara Pengolahan Data

a. Data yang diperoleh dengan mengumpulkan hasil jawaban dari kuesioner

kemudian ditabulasi, diskoring, dan disajikan dalam bentuk grafik batang.

b. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Skala Likert (Sugiyono,

1999).

A. Pemberian skor

Untuk jawaban Baik (Ya) :3

Untuk jawaban Cukup baik :2

Untuk jawaban Tidak baik :1

22
B. Persentase skor = jumlah skor rata-rata x 100%
Skor ideal
Skor ideal = jumlah responden x 3 (jawaban ya)

C. Jawaban yang diperoleh berdasarkan persentase skor dibagi dalam 3 kategori,

yaitu :

1. Tingkat pelayanan obat termasuk kategori tidak baik, jika skor jawaban

responden 33,3 % - 55,5 %.

2. Tingkat pelayanan obat termasuk kategori cukup baik, jika skor jawaban

responden >55,5 % - 77,8 %.

3. Tingkat pelayanan obat termasuk kategori baik, jika skor jawaban responden

>77,8 % - 100 %.

A. Definisi Operasional

1. Tingkat pelayanan adalah suatu level atau tingkatan penilaian terhadap

pelayanan obat pada pasien Jamkesmas, dimana dapat dilihat dengan 3

parameter yaitu, kurang baik, cukup baik dan baik.

2. Pelayanan obat yaitu penyerahan obat yang benar kepada pasien yang benar,

dalam jumlah dan dosis yang diresepkan secara rasional, dengan petunjuk

yang jelas dan dalam wadah yang dapat memelihara khasiat obat dengan

disertai informasi yang diperlukan.

BAB IV

23
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan di Apotek Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Kolaka selama ± 2 minggu yaitu pada bulan Juni 2010 dan dibagikan

pada 100 orang pasien Jamkesmas yang telah memenuhi persyaratan yaitu pasien

yang telah berumur 15 tahun ke atas dan minimal telah 2 kali menebus obat di

apotek rumah sakit umum daerah kabupaten Kolaka.

Data diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun

dalam bentuk kuesioner yang berjumlah 16 pertanyaan. Kuesioner yang disusun

mengenai pelayanan obat dalam hal jaminan pelayanan, pelayanan peracikan &

penyerahan obat, pelayanan informasi obat serta pelayanan konseling yang

merupakan bagian dari standar pelayanan obat yang baik. Data yang diperoleh

selama penelitian diuraikan berdasarkan pertanyaan pada setiap subvariabel

yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 1. Persentase Jawaban Responden Terhadap Jaminan Pelayanan

No. Baik Kurang Baik Tidak Baik Jumlah

24
soal jwbn skor jwbn skor jwbn skor jwbn skor
1 90 270 10 20 0 0 100 290
2 87 261 13 8 0 0 100 269
3 95 285 10 20 0 0 100 305
4 52 156 40 80 8 8 100 244
110
Jumlah 324 972 64 128 8 8 400
8
Rata-
243 32 2 277
rata
% skor 81 10,6 0,6 92,3
Sumber : Data primer 2010

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pelayanan obat dalam hal

jaminan pelayanan termasuk dalam kategori baik dengan jumlah persentase skor

sebesar 92,30 %.

Tabel 2. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pelayanan peracikan &


Penyerahan Obat
No. Baik Kurang Baik Tidak Baik Jumlah
soal jwbn skor Jwbn skor jwbn skor jwbn skor
5 69 207 25 50 6 6 100 263
6 91 273 8 16 0 0 100 289
7 90 270 10 20 0 0 100 290
8 98 294 2 4 0 0 100 298
114
Jumlah 348 1044 45 90 6 6 400
0
Rata-
261 22,5 1,5 285
rata
% skor 87 7,5 0,5 95
Sumber : Data primer 2010

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pelayanan obat dalam hal

pelayanan peracikan & penyerahan obat termasuk dalam kategori baik dengan

jumlah persentase skor sebesar 95%.

25
Tabel 3. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pelayanan Informasi
Obat
No. Baik Kurang Baik Tidak Baik Jumlah
soal jwbn skor jwbn skor jwbn skor jwbn skor
9 87 261 12 24 1 1 100 286
10 66 198 30 60 4 4 100 262
11 49 147 40 80 11 11 100 238
12 94 282 6 12 0 0 100 294
Jumlah 296 888 88 176 16 16 400 1080
Rata-
222 44 4 270
rata
% skor 74 14,6 1,3 90
Sumber : Data primer 2010

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pelayanan obat dalam hal

pelayanan informasi obat termasuk dalam kategori baik dengan jumlah

persentase skor sebesar 90%.

Tabel 4. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pelayanan Konseling/

No. Baik Kurang Baik Tidak Baik Jumlah


soal jwbn Skor Jwbn skor jwbn skor jwbn skor
13 49 129 49 98 8 8 100 235
14 40 120 51 102 9 9 100 231
15 33 99 52 104 15 15 100 218
16 31 93 43 86 26 26 100 205
Jumlah 153 441 195 390 58 58 400 889
Rata- 222,2
176,4 156 23,2
rata 5
% skor 58,8 52 7,7 74
Konsultasi

Sumber : Data primer 2010

26
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pelayanan obat dalam hal

pelayanan konseling termasuk dalam kategori cukup baik dengan jumlah

persentase skor sebesar 74 %.

Tabel 5. Persentase Tingkat Pelayanan Obat Terhadap Pasien Jamkesmas


di Apotek Kolaka
Kadang- Tidak
Ya Jumlah
kadang Pernah
No.
soal Sko
Jwbn skor Jwbn skor Jwbn Jwbn Skor
r
1 90 270 10 20 0 0 100 235
2 87 261 4 8 0 0 100 231
3 95 285 10 20 0 0 100 218
4 52 156 40 80 8 8 100 205
5 69 207 25 50 6 6 100 286
6 91 273 8 16 0 0 100 262
7 90 270 10 20 0 0 100 238
8 98 294 2 4 0 0 100 294
9 87 261 12 24 1 1 100 263
10 66 198 30 60 4 4 100 289
11 49 147 40 80 11 11 100 290
12 94 282 6 12 0 0 100 298
13 49 129 49 98 8 8 100 290
14 40 120 51 102 9 9 100 269
15 33 99 52 104 15 15 100 305
16 31 93 43 86 26 26 100 244
Jumlah 1121 3345 392 784 88 88 1600 4217
Rata-
209,1 49 5,5 263,5
rata
% skor 69,68 16,3 1,83 87,85
Sumber : Data primer 2010

27
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pelayanan obat terhadap

pasien Jamkesmas di Apotek RSUD Kab. Kolaka termasuk dalam kategori baik

(87,85%).

B. Pembahasan

Pelayanan obat yang baik haruslah suatu pelayanan prima yang tentu

saja dapat memuaskan pasien yang datang menebus obat di apotek. Dimana

pelayanan prima itu adalah pelayanan terbaik yang sesuai standar mutu yang

memuaskan dan sesuai harapan ataupun melebihi harapan. Standar pelayanan

yaitu tolok ukur yang digunakan sebagai rujukan mutu pelayanan yang

diberikan/dijanjikan kepada pasien/masyarakat. Standar pelayanan farmasi di

rumah sakit tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1333/Menkes//SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah sakit, yang

menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi

kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan

farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu

dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah

obat dan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan.

1. Jaminan pelayanan

28
Jaminan pelayanan yaitu kemampuan memberikan kepercayaan dan

kebenaran atas pelayanan yang diberikan kepada pasien. Juga merupakan

kemampuan memberikan pelayanan kepada pasien secara cepat dan tepat.

Dalam pelayanan obat termasuk kelengkapan obat. Apotek senantiasa

menyediakan obat yang dibutuhkan pasien. Dari hasil persentase dapat

diketahui bahwa pelayanan yang diberikan termasuk dalam kategori baik

(92,30%) dimana sebagian besar pasien menjawab baik (81%) karena dengan

kesiap siagaan petugas pelayanan yang dibuktikan melalui petugas farmasi

segera mengambil resep yang diserahkan pasien. Dan juga dibuktikan dengan

selalu siap sedianya obat yang dibutuhkan pasien. Namun masih terdapat

sedikit pasien menjawab kurang baik (10,60%) dikarenakan faktor kurang

cepatnya petugas farmasi menyediakan obat. Hal ini disebabkan kurang

terampilnya tenaga Asisten Apoteker apalagi jumlah pasien menjelang malam

hari agak banyak.

2. Pelayanan peracikan & penyerahan

Pelayanan peracikan & penyerahan obat merupakan kemampuan

petugas farmasi memberikan pelayanan secara cepat dan teliti seperti

mengecek kembali obat yang akan diserahkan kepada pasien, peracikan yang

cepat dan tepat, pengemasan obat yang tepat. Dari hasil persentase dapat

diketahui bahwa pelayanan yang diberikan termasuk dalam kategori baik

(95%). Ini dapat dilihat dari 100 responden diperoleh jawaban ya (87%),

meskipun ada juga beberapa pasien menjawab tidak pernah (0,5%)

29
dikarenakan karena banyaknya resep obat racikan yang tidak menutup

kemungkinan mempengaruhi waktu tunggu yang lebih lama.

3. Pelayanan informasi obat

Pelayanan informasi obat merupakan kemampuan petugas farmasi

untuk memberikan informasi yang tepat sekaligus mudah dimengerti. Sangat

bermanfaat bagi pasien dalam hal ini menyangkut dosis, indikasi, kontra

indikasi dan efek sampingnya. Dari hasil persentase dapat diketahui bahwa

pelayanan yang diberikan termasuk dalam kategori baik (90%) dimana

beberapa pasien menjawab ya (74%) karena pasien merasa sudah cukup jelas

terhadap informasi obat yang disampaikan petugas farmasi, namun ada juga

beberapa pasien yang menjawab tidak pernah (1,3%). Hal ini disebabkan

karena petugas farmasi terlalu sibuk dengan banyaknya resep yang masuk

sehingga terkadang hanya menjelaskan informasi apa adanya saja atau tanpa

memberikan kesempatan kepada pasien untuk lebih jelas bertanya padahal

terdapat beberapa pasien dengan tingkat pendidikan yang masih rendah

sangat memerlukan informasi obat yang sangat jelas.

4. Pelayanan konseling/konsultasi

Pelayanan konseling merupakan pelayanan yang diberikan petugas

farmasi dalam pemenuhan kebutuhan pasien akan informasi obat dan juga

informasi mengenai penyakit yang mungkin ingin diketahui pasien. Dari hasil

persentase dapat diketahui bahwa pelayanan yang diberikan termasuk dalam

kategori cukup baik (74%) dimana beberapa pasien manjawab ya (58,80%)

30
dan ada juga beberapa pasien yang menjawab tidak pernah (7,70%). Hal ini

disebabkan karena tidak tersedianya ruangan khusus untuk melakukan

konseling sehingga pasien agak sulit untuk bertanya kepada petugas farmasi.

Faktor ketepatan, kerja sama yang baik serta ketersediaan pelayanan

secara tepat dan teliti seperti mengecek kelengkapan resep yang diterima,

peracikan yang cepat dan tepat, pengemasan obat, penyerahan obat yang

disertai dengan informasi obat secara efektif dan efisisen haruslah mendapat

perhatian khusus dan dilakukan secara profesional, guna untuk mendapatkan

pelayanan obat yang lebih baik.

Terdapat beberapa hal dalam penerapan program Jamkesmas di

RSUD Kab. Kolaka yang sekiranya belum sepenuhnya mengikuti Pedoman

Pelaksanaan (Manlak) Jamkesmas. Seperti adanya pasien yang masih harus

membeli obatnya d apotek luar apabila obat tersebut kosong di apotek rumah

sakit, hal ini tentu saja sudah menyalahi aturan prosedur pelayanan yaitu pada

poin 8, mengenai pelayanan obat di rumah sakit disebutkan bahwa ”Apabila

terjadi kekurangan atau ketiadaan obat maka Rumah Sakit berkewajiban

memenuhi obat tersebut melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait.”

Namun tetap saja biaya pembelian obat masih di tanggungkan kepada pasien.

Hal ini juga ditekankan pada poin terakhir dimana ditulis bahwa “Dalam

pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta, tidak boleh dikenakan biaya

oleh PPK dengan alasan apapun.”

31
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

32
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

tingkat pelayanan obat terhadap pasien Jamkesmas di Apotek Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Kolaka termasuk dalam kategori baik (87,85%).

Tingkat pelayanan obat terhadap pasien Jamkesma di Apotek Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Kolaka meliputi 4 subvariabel penelitian, yaitu :

1. Pelayanan obat dalam hal pemberian jaminan pelayanan termasuk dalam

kategori baik (92,30%).

2. Pelayanan obat dalam hal pelayanan peracikan dan penyerahan obat termasuk

dalam kategori baik (95%).

3. Pelayanan obat dalam hal pelayanan informasi obat termasuk dalam kategori

baik (90%).

4. Pelayanan obat dalam hal pelayanan konseling termasuk dalam kategori

cukup baik (74 %).

A. Saran

Dari kesimpulan yang dapat dilihat pada poin 4, yaitu dimana pelayanan

obat dalam hal konseling sudah termasuk kategori cukup baik(74%) namun tetap

perlu diadakan sejumalah perbaikan yaitu dengan perlunya disediakan ruang

konseling agar pasien dapat lebih merasa nyaman dalam menyampaikan

keluhan-keluhan ataupun permasalahan yang ditemukan selama menebus obat di

apotek rumah sakit.

33
Selain itu profesionalisme para petugas dalam menjalankan program

Jamkesmas kiranya patut di tingkatkan lagi. Karena masih terdapat beberapa hal

yang belum dilaksanakan dengan baik. Masih adanya pasien yang harus

mengeluarkan biaya untuk membeli obat di apotek luar jelas-jelas tidak boleh

terjadi, karena poin pokok dari program Jamkesmas itu sendiri adalah pelayanan

kesehatan gratis bagi masyarakat miskin. Jika masih ada pasien yang harus

mengeluarkan biaya hal ini tentu saja melenceng dari Pedoman Pelaksanaan

Jamkesmas. Dan sekiranya dapat dikenakan sanksi hukum bagi yang

melakukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Menyusun Latar Belakang. http://creasoft.wordpress.com /


2008/05/13/menyusun-latar-belakang/, di akses tanggal 12 April 2010

Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

34
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman pelaksanaan Jaminan kesehatan
masyarakat (Jamkesmas). Jakarta : Depkes RI.

Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. 2009. Petunjuk Teknis Jaminan


Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Puskesmas dan Jaringannya.
Jakarta : Depkes RI.

Narbuko, C. & Achmadi, A. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan (belajar mudah teknik analisis data


dalam penelitian kesehatan). Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.

Sevila, C. G., 1993. Pengantar Metode Penelitian, UI – PRESS, Jakarta

Siregar, P.J.C, 2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.

Sulistiono, E. 2008. Referensi Kesehatan(Pelayanan Obat Rumah Sakit).


http://creasoft.wordpress.com/2008/04/18/pelayanan-obat-rumah-sakit , di
akses tanggal 10 April 2010

KUESIONER PENELITIAN

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner (pertanyaan)


pada lembaran ini. Kami tidak bermaksud menghakimi maupun menilai status
Anda. Pertanyaan dalam lembaran ini dimaksudkan untuk mendukung
penelitian kami, karena itu jawaban yang jujur sesuai fakta yang Anda alami
sangat kami harapkan.

35
I.Identitas umum pasien
a. Nomor Responden :
b. Nama :
c. Umur :
d. Jumlah kunjungan :

I.Pertanyaan

Berilah tanda silang (X) pada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai
dengan keadaan yang Anda rasakan selama menjalani pengobatan di RSUD Kab.
Kolaka.

Jaminan Pelayanan
1. Bagaimana kesegeraaan petugas menerima resep Anda ?
a. Baik b. Kurang Baik c. Tidak Baik
2. Apakah apotek rumah sakit menyediakan obat yang Anda butuhkan ?
a. selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
3. Bagaimana kecepatan tenaga farmasi menyediakan resep Anda ?
a. Baik b. Kurang Baik c. Tidak Baik
4. Apakah tenaga farmasi selalu menanggapi keluhan-keluhan Anda ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
Pelayanan Peracikan & Penyerahan Obat
5. Apakah petugas menjelaskan perbedaan waktu antara obat racikan/puyer
dengan obat jadi ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
6. Apakah sebelum menyerahkan obat, tenaga farmasi memeriksa kembali obat
yang akan diberikan ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah
7. Apakah jumlah obat yang diberikan sesuai dengan jumlah obat di resep
Anda?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
8. Apakah kemasan obat yang anda terima dikemas dengan rapi ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

36
Pelayanan Informasi Obat
9. Apakah tenaga farmasi selalu memberikan informasi saat penyerahan obat?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
10. Apakah informasi pelayanan obat yang Anda peroleh dapat dimengerti ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
11. Apakah petugas menjelaskan ulang informasi obat yang belum dimengerti
pasien ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
12. Apakah etiket obat yang diberikan sudah jelas dan lengkap ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
Pelayanan Konsultasi/konseling
13. Apakah Anda mendapatkan pelayanan konseling dari tenaga farmasi ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
14. Apakah Anda diberi kesempatan untuk menanyakan tentang khasiat obat dari
resep yang Anda tebus ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
15. Apakah Anda dapat mengulangi informasi yang diberikan oleh tenaga
farmasi?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak dapat
16. Apakah Anda diberi penjelasan tentang penyakit yang Anda derita ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

Grafik 1. Persentase Jawaban Responden Pada Tingkat Pelayanan Obat Terhadap


Pasien Jamkesmas Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kolaka
Berdasarkan 4 subvariabel (Jaminan pelayanan, Peracikan & Penyerahan
Obat, Informasi obat dan Konseling/konsultasi)

37
Grafik 2. Persentase Tingkat Pelayanan Obat Terhadap Pasien Jamkesmas di Apotek
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kolaka.

38

Anda mungkin juga menyukai