Tidak ada sistem perwakilan di Pemerintahan Yunani. Setiap orang adalah anggota badan
pengambil keputusan seumur hidupnya. Kelihatannya hampir berbentuk demokrasi total
kecuali fakta bahwa wanita, budak dan penduduk asing (lebih dari 50% populasi) tidak
dianggap sebagai warganegara djadi tidak diijinkan memberi suara mereka. Sejak saat itu
dunia mengakui sistem yang dijalankan di Yunani dengan cara meniru, mengadopsi,
menjadikan dasar, atau menyesuaikan dengan situasi, dsb. Bangsa-bangsa bergerak menuju
arah dan penerapan demokrasi dalam pemerintahan mereka masing-masing.
Pericles, seorang di antara para pemimpin demokrasi Athena tahun 430, berargumentasi
bahwa demokrasi berhubungan dengan toleransi, tetapi tidak membuat klaim khusus bagi
pemerintahan mayoritas. Baik Plato maupun Aristoteles mengingatkan bahwa demokrasi
harus mempertimbangkan ‘the larger’ dan ‘the wiser’.Aristoteles tetap menyebutkan
pentingnya pemerintahan mayoritas dengan mengatakan bahwa ‘the majority ought to be
sovereign, rahter than the best, where the best are few … A feast to which all contribute is
better than one given at one man’s expense.”
Plato khususnya prihatin jika demokrasi lebih mengutamakan mayoritas yang tidak
berpendidikan atau miskin yang kemudian bisa membenci kaum kaya, atau pemerintahan
diatur oleh mereka yang tidak bijaksana. Biasanya minoritas yang kalah termasuk ‘the wiser’.
Hanya di abad ke 17 pengukuhan terhadap demokrasi didasarkan pada asumsi tentang
kesetaraan semua warga negara, hal ini muncul sebagai akibat dari reformasi Protestan.
Kerajaan Romawi (509-27 SM) mengambil elemen-elemen demorkasi Yunani dan diterapkan
dalam pemerintahannya. Pemerintahan Romawi adalah perwakilan demokrasi yang terwakili
dalam para bangsawan di Senat dan perwakilan di warga biasa di Dewan. Kekuasaan
pemerintahan terbagi dalam dua cabang tersebut dan mereka memberi suara untuk berbagai
masalah. Cicero, negarawan Romawi masa itu berpendapat bahwa masyarakat memiliki hak
tertentu yang harus dipelihara, ia juga berpendapat bahwa kekuasaan pemerintahan dan
kekuasaan politik harus berasal dari rakyat.
Kekristenan dengan pengaruh ajaran Alkitab bahwa manusia diciptakan setara di mata Tuhan,
tertanam kuat dalam masyarakat abad-abad pertengahan, pemikiran demokratis tentang
kesetaraan dapat dimengerti oleh banyak orang. Abad pertengahan mengambil bentuk lain
dari pemerintahan yang disebut feodalisme (masyarakat memiliki hak-hak tertentu dan
feodalisme mengembangkan sistem peradilan untuk membela hak-hak tersebut.
Demokrasi di Inggris
Tahun 1215, Magna Carta ditanda tangai hasil pemaksaan para bangsawan terhadap Raja
John yang kemudian terciptalah Parlemen atau Badan pembuat hukum yang menyatakan
bahwa hukum tertulis lebih berkuasa daripada raja dengan demikian kekuasaan keluarga
kerajaan mulai dibatasi dan rakyat mulai mendapat sebagian kekuasaan. Selanjutnya
kekuasaan Parlemen semakin menguat dengan munculnya berbagai peraturan yang
membatasi kekuasaan raja. Semkia nkuat Parlemen, semakin banyak hak hak rakyat untuk
menyatakan pendapatnya. dasar-dasar demokrasi Inggris inilah yang mengilhami dan
mempengaruhi pemerintahan maerika Serikat.
Filsuf Inggris John locke dan seorang filsuf Perancis Jean-Jacques Rousseau mempengaruhi
penguatan nilai-nilai demokrasi walaupun tidak konklusif merujuk langsung pada demokrasi
(Political Dictionary). John Locke dalam bukunya Two Treatises menyatakan bahwa
dibawah ‘kontrak sosial’, tugas pemerintah adalah untuk melindungi ‘hak-hak alamiah’, yang
mencakup ‘hak untuk hidup, kemerdekaan, dan kepemilikan properti.’
Kemudian Rousseau memperluas pemikiran tersebut dalam bukunya The Social Contract
(1762). Kedua filsuf ini sangat berpengaruh dalam mempersiapkan jalan menuju demokrasi
Amerika di jaman modern.
Revolusi Amerika adalah kejadian penting lain dalam sejarah demokrasi. Deklarasi
Kemerdekaan tahun 1776 Tohams Jefferson mengakui pengaruh John Locke dan Rousseau
dalam penyusunan dokumen kemerdekaan. Dari Locke diambil pemikiran tentang semua
manusia diciptakan setara bahwa manusia punya hak hidup, kemerdekaan dan mengejar
kebahagiaan. Lalu dari Rousseau diambil pemikiran bahwa rakyat semua orang dapat
mengadakan perlawanan menghadapi pemerintah manakala pemerintah tidak menghargai
hak-hak tersebut.
Revolusi Perancis membuka jalan pada pemikiran bahwa kemerdekaan terjadi setelah
cabang-cabang pemerintahan legislatif, yudikatif dan eksekutif dipisahkan. Rakyat Perancis
menggulingkan raja, kemudian menetapkan ‘Deklarasi Hak-hak Manusia’ dalam hal
kemerdekaan, hak milik, keamanan, dan penolakkan kepada penindasan.
Para komentator pada periode 1780 – 1920 secara umum menerima permis bahwa “yang
paling miskinpun’ memiliki hak sesungguhnya untuk bersuara sebagaimana orang-orang
kaya, sekalipun banyak dari antara mereka yang prihatin bahwa tirani mayoritas akan
muncul. Jadi untaian lain pemikiran demokrasi berargumentasi lebih kepada kesetaran
kemampuan, bukan kesetaraan hak.
Demokrasi Amerika
Demkorasi Amerika modern adalah dalam bentuk suatu republik demokratik atau demokrasi
perwakilan. Suatu demkorasi perwakilan muncul di Amerika Serikat sebab penduduk baru
sudah muak dengan pajak tanpa perwakilan dan mereka menginginkan sistem yang lebih fair
dimana orang bisa bersuara untuk mengatur negara. Mereka menginginkan demokrasi
perwakilan dimana perwakilan yang dipilih yang akan mengatur pemerintahan. Para
perwkailan tersebut dipilih dengan pemikiran bahwa mereka akan secara tepat mewakili
konstituen mereka, tetapi dalam kejadian di mana thal ini tidak terjadi, pemerintah Amerika
Serikat dibagi menjadi 3 cabang untuk mengawasi penyelewengan. Ketiganya adalah
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Tidak ada satupun yang memiliki kekuasaan absolut.
Ketiga cabang pemerintahan tersebut dimaksudkan sebagai cara untuk menghindari tirani
mayoritas
Apa yang terjadi di Iran adalah contoh bahwa dunia benar-benar sedang mengarahkan diri
pada kesadaran kemerdekaan, ke arah demokrasi sesungguhnya. Apa yang bakal terjadi ke
depan dalam 10 tahun mendatang, mungkin sulit ditebak karena implikasi dari demokrasi
adalah kebebasan individu yang dijamin, maka segala hal dapat terjadi.
Apakah demokrasi adalah melawan Tuhan atau teokrasi? Dari sudut pandang agama,
pergeseran menuju demokrasi pernah menjadi wacana panas yang menimbulkan berbagai
keributan. Demokrasilah yang telah membuat negara dan agama dipisahkan sehingga agama
menjadi urusan privat individu. Tetapi juga demokrasi telah menolong menyelamatkan
kemanusiaan di mana ketika agama mengambil alih tugas pemerintahan, berbagai bencana
kemanusiaan seperti perang dan penindasan atas nama Tuhan terjadi.
Kitab-kitab Perjanjian Lama mencatat bahwa Allah mengakui adanya permintaan rakyat
Israel untuk memiliki raja seperti bangsa-bangsa di sekitar mereka. Jika sebelumnya Musa
sebagai pemimpin mereka dan Musa sekaligus adalah nabi, kini umat Israel meminta seorang
raja. Ketika Allah memenuhi permintaan umat Israel untuk memiliki seorang raja, bibit
demokrasi sudah mulai muncul. Tetapi contoh proto-demokrasi itu telah menghasilkan
perang saudara, perpecahan bangsa, dan pembuangan ke Babilonia.
Suara mayoritas yang menyesatkan punya contoh dalam Perjanjian Lama, ketika Harun harus
dipaksa oleh sebagian besar umat Israel untuk membuat anak lembu mas. Masih ada beberapa
peristiwa lain di mana rakyat menuntut sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Sedangkan pada jaman Yesus, Yesus ‘memimpin’ semacam gerakan yang mengedepankan
‘the masses’ sehingga kelihatan bahwa Yesus berpihak kepada orang sederhana, miskin,
menderita dan tersingkir dalam masyarakat. Ia menyuarakan hak orang banyak untuk
diperlakukan sama oleh aturan agama, dan mengambil kewenangan untuk mengkritisi
kekuasaan religius masa itu. Yesus berjalan searah dengan perkembangan peradaban
manusia. Ia memulai pemikiran baru bagi masa itu untuk memisahkan apa yang menjadi hak
kaisar dan apa yang menjadi hak Allah (walaupun seluruhnya jelas milik Allah)
Demokrasi mungkin tidak terhindarkan dalam perkembangan peradaban manusia. Tetapi
demokrasi tidak bisa serta merta menempatkan manusia independen dari Tuhan. Demokrasi
memiliki dasar dalam agama, dan tidak bertentangan dengan agama, sepanjang demokrasi
memperbaiki kualitas pemahaman dan tanggung jawab bahwa manusia adalah ciptaan Allah,
semua manusia diciptakan setara, semua manusia harus mempertanggung jawabkan hidupnya
kepada Pencipta – Allah semesta alam.