Bagikan
11 Mei 2010 jam 12:09
Hukum Seorang Wanita Menambahkan Nama Suaminya di Belakang Namanya
April 28th, 2010 | Author: Ummu Shofiyyah al-Balitariyyah
Setelah menikah, terkadang seorang wanita mengganti namanya belakangnya atau nama
keluarganya dengan nama suaminya. Hal ini juga banyak dilakukan di negara-negara barat,
seperti istrinya Bill Clinton: Hillary Clinton yang nama aslinya Hillary Diane Rodham; istrinya
Barrack Obama: Michelle Obama yang nama aslinya Michelle LaVaughn Robinson, dan lain-
lain.
Fatawa al-Lajnah ad-Da’imah lil Buhutsil Ilmiyyah wal Ifta’ juz 20 halaman 379.
Pertanyaan :
Telah umum di sebagian negara, seorang wanita muslimah setelah menikah menisbatkan
namanya dengan nama suaminya atau laqobnya. Misalnya: Zainab menikah dengan Zaid,
Apakah boleh baginya menuliskan namanya : Zainab Zaid? Ataukah hal tersebut merupakan
budaya barat yang harus dijauhi dan berhati-hati dengannya?
Jawab :
“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan memakai nama bapak-bapak mereka, itulah
yang lebih adil di sisi Allah.” [QS al-Ahzab: 5]
Sungguh telah datang ancaman yang keras bagi orang yang menisbatkan kepada selain ayahnya.
Maka dari itu tidak boleh seorang wanita menisbatkan dirinya kepada suaminya sebagaimana
adat yang berlaku pada kaum kuffar dan yang menyerupai mereka dari kaum muslimin.
Sholih al-Fauzan
Pertanyaan :
Apakah boleh seorang wanita setelah menikah melepaskan nama keluarganya dan mengambil
?nama suaminya sebagaimana orang barat
Jawab :
Hal itu tidak diperbolehkan, bernasab kepada selain ayahnya tidak boleh, haram dalam islam.
Haram dalam islam seorang muslim bernasab kepada selain ayahnya baik laki-laki atau wanita.
Dan baginya ancaman yang keras dan laknat bagi yang melakukannya yaitu yang bernasab
kepada selain ayahnya hal itu tidak boleh selamanya.
السؤالهل يجوز للمرأة بعد الزواج ان تتنازل عن اسمها العائلي وتاخذ اسم زوجها كما هو الحال في الغرب؟الجواب
***
Fatwa Syaikh Muhammad Ali Farkus hafidzohulloh
Pertanyaan :
Apakah wajib secara syar’i bagi seorang wanita menyertakan nama suaminya atau sebisa
mungkin tetap menggunakan nama aslinya?
Jawab :
: أ َّما بعد، وعلى آله وصحبه وإخوانه إلى يوم الدين، والصالة والسالم على من أرسله هللا رحمة للعالمين،الحمد هلل ربِّ العالمين
Tidak boleh dari segi nasab seseorang bernasab kepada selain nasabnya yang asli atau mengaku
keturunan dari yang bukan ayahnya sendiri. Sungguh islam telah mengharamkan seorang ayah
mengingkari nasab anaknya tanpa sebab yang benar secara ijma’.
Alloh berfirman :
َ الَ يَ ْقبَ ُل هللاُ ِم ْنهُ يَوْ َم القِيَا َم ِة، َاس أَجْ َم ِعين
َصرْ فًا َوال ِ َّ فَ َعلَ ْي ِه لَ ْعنَةُ هللاِ َوال َمالَئِ َك ِة َوالن،َم ِن ا َّدعَى إِلَى َغي ِْر أَبِي ِه أَوْ ا ْنتَ َمى إِلَى َغي ِْر َم َوالِي ِه
ًَع ْدال
“Barang siapa yang mengaku sebagai anak kepada selain bapaknya atau menisbatkan dirinya
kepada yang bukan walinya, maka baginya laknat Alloh, malaikat, dan segenap manusia. Pada
hari Kiamat nanti, Alloh tidak akan menerima darinya ibadah yang wajib maupun yang sunnah”
Dikeluarkan oleh Muslim dalam al-Hajj (3327) dan Tirmidzi dalam al-Wala’ wal Habbah bab
Ma ja’a fiman tawalla ghoiro mawalihi (2127), Ahmad (616) dari hadits Ali bin Abi Tholib
rodhiyallohu anhu.
َ َ ف،َم ِن ا َّدعَى ِإلَى َغي ِْر أَبِي ِه َوهُ َو يَ ْعلَ ُم أَنَّهُ َغ ْي ُر أَبِي ِه
الجنَّةُ َعلَ ْي ِه َح َرا ٌم
“Barang siapa bernasab kepada selain ayahnya dan ia mengetahui bahwa ia bukan ayahnya,
maka surga haram baginya.”
Dikeluarkan oleh Bukhori dalam al-Maghozi bab : Ghozwatuth Tho`if (3982), Muslim dalam
“al-Iman” (220), Abu Dawud dalam “al-Adab” (bab Bab Seseorang mengaku keturunan dari
yang bukan bapaknya (5113) dan Ibnu Majah dalam (al-Hudud) bab : Bab orang yang mengaku
keturunan dari yang bukan bapaknya atau berwali kepada selain walinya (2610) dan Ibnu Hibban
(415) dan Darimi (2453) dan Ahmad (1500) dan hadits Sa’ad bin Abi Waqqosh dan Abu Bakroh
rodhiyallohu anhuma.
Maka tidak boleh dikatakan : Fulanah bintu Fulan sedangkan ia bukan anaknya, tetapi boleh
dikatakan : Fulanah zaujatu Fulan (Fulanah istrinya si Fulan) atau tanggungannya si Fulan atau
& wakilnya Fulan. Dan jika tidak disebutkan idhofah-idhofah ini -dan hal ini sudah diketahui
biasa- maka sesungguhnya apa-apa yang berlaku dalam adat, itulah yang dipertimbangkan dalam
syari’at-.
أن الحمد هلل ربِّ العالمين ،وصلى هللا على نبيّنا مح ّمد وعلى آله وصحبه وإخوانه إلى يوم
والعل ُم عند هللا تعالى ،وآخر دعوانا ِ
الدين̧ ،وسلّم تسلي ًما
***
ب زو ِجها شرعًا أم بإمكانها البقاء على لقبها األصل ِّي ؟الجوابالحمد هلل ربِّ العالمين، السؤال :هل الواجبُ على المرأ ِة حم ُل لق ِ
:والصالة والسالم على من أرسله هللا رحمة للعالمين ،وعلى آله وصحبه وإخوانه إلى يوم الدين ،أ َّما بعد
ب المر ُء إلى غير نسبه األصلي أو يُ َّدعَى إلى غير أبيه ،فقد َحرَّم اإلسالم على األب أن يُ ْن ِك َر فال يجو ُز من حيث النسبُ أن يُ ْن َس َ
ِّين َو َم َوالِيك ْمُ ُ ُ ْ َ َ َّ َ ُ ْ َ ْ
ق إجماعًا ،لقوله تعالى﴿ :ادعُوهُ ْم آلبَائِ ِه ْم ه َُو أق َسط ِعن َد هللاِ فإِن ل ْم تَ ْعل ُموا آبَا َءهُ ْم فإِخ َوانك ْم فِي الد ِ ب ول ِده بغير ح ٍّ نَ َس َ
َت قُلُوبُ ُك ْم َو َكانَ هللاُ َغفُورًا َّر ِحي ًما﴾ [األحزاب ،]5 :ولقوله صلى هللا عليه وآله ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح فِي َما أَ ْخطَأْتُم بِ ِه َولَ ِكن َّما تَ َع َّمد ْ َولَي َ
اس أَجْ َم ِعينَ ،الَ يَ ْقبَ ُل هللاُ ِم ْنهُ يَوْ َم القِيَا َم ِة
وسلمَ « :م ِن ا َّدعَى إِلَى َغي ِْر أَبِي ِه أَوْ ا ْنتَ َمى إِلَى َغي ِْر َم َوالِي ِه ،فَ َعلَ ْي ِه لَ ْعنَةُ هللاِ َوال َمالَئِ َك ِة َوالنَّ ِ
صرْ فًا َوالَ َع ْدالً»( -١أخرجه مسلم في «الحج» ( ،)3327والترمذي في «الوالء والهبة» باب :باب ما جاء فيمن تولى غير َ
مواليه ( ،)2127وأحمد ( ،)616من حديث علي بن أبي طالب رضي هللا عنه ،وفي رواية أخرىَ « :م ِن ا َّدعَى إِلَى َغي ِْر أَبِي ِه
الجنَّةُ َعلَ ْي ِه َح َرا ٌم»( -٢أخرجه البخاري في «المغازي» باب :غزوة الطائف ( ،)3982ومسلم في َوهُ َو يَ ْعلَ ُم أَنَّهُ َغ ْي ُر أَبِي ِه ،فَ َ
«اإليمان» ( ،)220وأبو داود في «األدب» باب :باب في الرجل ينتمي إلى غير مواليه ( ،)5113وابن ماجه في «الحدود»
باب :باب من ادعى إلى غير أبيه أو تولى غير مواليه ( ،)2610وابن حبان ( ،)415والدارمي ( ،)2453وأحمد ( ،)1500من
حديث سعد بن أبي وقاص وأبي بكرة رضي هللا عنهما)
فإذا كان ال يجوز أن يقال :فالنة بنت فالن وهي ليست ابنته ،ولكن يجوز أن يقال :فالنة زوجة فالن أو مكفولة فالن أو وكيلة ،
«فإن ما يجري بالعرف يجري بالشرع ّ ».عن فالن ،فإذا لم تذكر هذه اإلضافات -وكانت معروفة معهودة-
أن الحمد هلل ربِّ العالمين ،وصلى هللا على نبيّنا مح ّمد وعلى آله وصحبه وإخوانه إلى يوم
والعل ُم عند هللا تعالى ،وآخر دعوانا ِ
ّ
.الدين̧ ،وسلم تسلي ًما
***
ِ ت أُ َّم َع ْب ِد هَّللا
ِ ابن الزبير] أَ ْن: ا ْكتَنِي [بابنك عبدهللا – يعني
“Berkun-yahlah [dengan anakmu –yakni: Ibnu Zubair] kamu adalah Ummu Abdillah” [Lihat
ash-Shohihah no. 132]
Dikeluarkan oleh al-Imam Ahmad : haddatsana Abdurrozzaq (bin Hammam, pent), haddatsana
Ma’mar (bin Rosyid, pent) dari Hisyam (bin ‘Urwah, pent), dari bapaknya (Urwah bin Zubair,
pent) : bahwa ‘Aisyah berkata kepada Nabi shollallohu alaihi wa sallam :
“Wahai Rasulullah, semua istrimu selain aku memiliki kun-yah”, lalu Rasulullah shollallohu
alaihi wa sallam bersabda kepadanya : (lalu beliau menyebutkan hadits ini tanpa tambahan).
Berkata (Urwah, pent) : Ketika itu ‘Aisyah disebut sebagai Ummu Abdillah sampai ia meninggal
dan ia tidak pernah melahirkan sama sekali.
Berdasarkan hadits ini, disyariatkan berkun-yah walaupun seseorang tidak memiliki anak, ini
merupakan adab Islami yang tidak ada bandingannya pada ummat lainnya sejauh yang aku
ketahui. Maka sepatutnya bagi kaum muslimin untuk berpegang teguh padanya, baik laki-laki
maupun wanita, dan meninggalkan apa yang masuk sedkit demi sedikit kepada mereka dari adat-
adat kaum ‘Ajam seperti al-Biik ()البيك, al-Afnadi ()األفندي, al-Basya ()الباشا, dan yang semisal itu
seperti al-Misyu ()المسيو, as-Sayyid ()السيد, as-Sayyidah ()السيدة, dan al-Anisah ()اآلنسة, ketika
semua itu masuk ke dalam Islam. Dan para fuqoha’ al-Hanafiyyah telah menegaskan tentang
dibencinya al-Afnadi ( )األفنديkarena di dalamnya terdapat tazkiyah, sebagaimana dalam kitab
‘Hasyiyah Ibnu Abidin’. Dan Sayyid hanya saja dimutlaqkan atas orang yang memiliki
kepemimpinan atau jabatan, dan pada masalah ini terdapat hadits (“ )قوموا إلى سيدكمBerdirilah
kepada (tolonglah, pent) sayyid kalian”, dan telah berlalu pada nomor 66 (dalam ash-Shohihah,
pent) dan tidak dimutlakkan atas semua orang karena ini juga masuk pada bentuk tazkiyah.
Faidah : adapun hadits yang diriwayatkan dari ‘Aisyah rodhiyallohu anha bahwa bahwa ia
mengalami keguguran dari Nabi shollallohu alaihi wa sallam, lalu ia menamainya (janin yang
gugur tersebut, pent) Abdulloh, dan ia berkun-yah dengannya, maka hadits tersebut bathil secara
sanad dan matan. Dan keterangannya ada pada adh-Dho’ifah jilid ke-9. -Selesai perkataan syaikh
al-Albani rohimahulloh