Di pagi hari itu, tepatnya terakhir sekolah. Sekolahku mengadakan
lomba kebersihan kelas. Aku dan teman-teman sekelasku pun sudah menyiapkan seluruh persiapan untuk acara tersebut. Kami semua bekerja sama untuk menghis kelas, membersihkan kelas supaya kelas dapat menjadi yang terbaik. Ketika kelas sudah bersih dan rapi, Ibu guru pun menilai kelas kami. Kami pun menunggu di depan kelas untuk melihat dari luar Ibu guru menilai kelas kami dengan perasaan kami yang penasaran dengan nilai kelas yang telah kami bersihkan. Setelah beberapa menit, Ibu guru pun keluar dari kelas. Disaat kami sedang mengobrol di dalam kelas, terdengar bunyi bel. Bapak dan Ibu guru disekolahku mengumpulkan semua murid supaya bergegas ke lapangan untuk saling maaf-memaafkan antar siswa dan guru dalam menyambut ibadah puasa yang diadakan satu tahun sekali itu khusus umat muslim. Kami semua sangat antusias menyambut bulan puasa ini, karena kami sangat bersyukur dapat melaksanakan ibadah puasa tahun ini. Sebelum aku duduk untuk mendengarkan ceramah pak guru, aku dan sebagian teman-temanku sudah saling maaf-memaafkan. Di saat itu pula aku baru menyadari bahwa cincin yang aku pakai di jari manisku tenyata hilang. Aku mulai panik, di waktu mendengarkan ceramah, aku menceritakan kejadian tersebut ke salah satu sahabatku. Setelah acara maaf- maafan selesai, aku makin panik, wajahku sangat pucat takut dimarahi orangtuaku, badanku lemas. Karena semakin panik, aku menceritakan lagi pada sahabatku yang lainnya. Kami semua langsung mencari cincin itu di setiap sudut sekolah yang telah aku lewati sewaktu tadi. Semua tempat sudah kami lewati, mulai dari lapangan, rumput, masjid, kelas. Tetapi tetap saja hasilnya nihil, cincinku tidak ketemu. Aku dan sahabat-sahabatku pun mulain lelah, dan akhirnya aku memutuskan untuk meminta tolong kepada salah satu guru di sekolah. Pak guru langsung mengajakku menuju ruang guru untuk mengumumkan kepada seluruh isi sekolah tentang kejadian yang aku alami ini, supaya semua murid disana bisa membantu mencarikan cincinku yang hilang itu. Aku dan Pak guru pun keluar untuk mencarikan cincinku yang jatuh. Karena Pak guru tidak melihat murid-murid mencari cincin tersebut, Pak guru pun mengumpulkan mereka semua untuk meminta bantuan mencari cincin yg hilang dengan menjelaskan ciri-cirinya. Satu sekolah mencari cincinku, satu demi satu murid pun bertanya-tanya cincin siapa yang hilang. Sudah keliling sekolah, dengan jeli kami mencari, tetap saja tidak ketemu. Karena sudah capek, siang hari yang panas pada saat itu, aku dan teman-temanku memutuskan untuk pulang saja ke rumah. Sebelum pulang Pak guru memintaku supaya nanti mengabari beliau. Aku pun pulang ke rumah dengan perasaan yang sedih, dan mengikhlaskan cincinku yang hilang tersebut, padahal itu adalah barang yang mamah aku kasihkan kepadaku beberapa waktu yang lalu. Sesampaiku dirumah, aku langsung menceritakan kejadian tersebut kepada ayahku. Aku takut dimarahi oleh beliau karena barang tersebut pemberian dari mamah. Tetapi aku tidak dimarahi, aku hanya di nasehati dan aku pun menyesali kejadian tersebut. Aku hanya termenung, diam. Di saat itu, Ayahku memasukki kamarku untuk mengambil alat shalat. Tidak disengaja, Ayah menemukan cincinku yang tenyata tergeletak di atas box kamarku tanpa sepengetahuanku. Setelah itu aku baru ingat, bahwa sebelum aku berangkat sekolah, aku melepaskan cincinku itu karena ingin memakai parfum dahulu. Ternyata aku lupa tidak memakainya kembali disaat berangkat sekolah. Setelah cincinku ketemu, aku merasa malu sekali dengan kejadian tersebut. Karena, aku telah merepotkan satu sekolah serta menbuat panik guru disana. Ingin rasanya aku meminta maaf dan berterima kasih kepada mereka semua, apalagi Pak guru yang telah membantuku mencarikan cincin pemberian mamah. Tapi sayangnya aku tidak mempunyai nomor guru tersebut, aku sudah menanyakan nomor beliau kepada teman-temanku, tetapi mereka semua tidak mempunyai nomornya. Walaupun demikian, aku sangat bersyukur karena cincinku sudah ketemu dan tidak membuat mamahku cemas. Karena aku sangat sayang kepada beliau serta tidak ingin mengecewakannya. Atas kejadian ini aku mendapat pelajaran berharga, bahwa kita tidak boleh ceroboh dalam melakukan sesuatu dan harus mengingat segala sesuatu yang sangat berharga bagi diri kita.