Maria, SH
Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Dalam perkawinan, menjanda adalah hal yang biasa terjadi baik karena
perceraian maupun kematian. Didalam hukum adat kita mengenal garis keturunan
keibuan, kebapaan, dan keibu-bapaan yang mana mempunyai pengaruh yang
berbeda terhadap kedudukan janda. Setelah bubarnya perkawinan baik karena
perceraianpun dengan kematian.
Hal yang menarik dalam mempelajari kedudukan janda, karena dalam
pandangan sebagian masyarakat, perempuan mempunyai kedudukan yang rendah
apalagi dalam hal perkawinan stelsel kebapaan dengan uang jujur dimana
perempuan dipandang sebagai barang belian. Berbeda dengan perkawinan stelsel
kebapaan yang berlaku dalam sebagain persekutuan hukum. Di Indonesia pihak laki-
laki tetap mempunyai kedudukan yang tinggi. Di Minangkabau misalnya laki-laki
dipandang sebagai pemegang kekuasaan bagi kaumnya dan sebagai orang yang
dihormati didalam kerabat istrinya.
Tujuan penulisan ini adlah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
kedudukan istrinya dalam hukum adat serta hubungannya dengan istri yang telah
ditinggalkan suami (janda). Penulisan ini juga bertujuan untuk mempelajari lebih
jauh tentang kedudukan istri/janda dan bagaimana kenyataannya dalam lapangan
persekutuan hukum adat di Indonesia, hal ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui
kedududkan janda/istri hubungannya dengan perundang-undangan Indonesia
dewasa ini.
B. PERMASALAHAN
Dalam KUH Perdata, kedudukan suami/istri adalah seimbang dan dibuka
kemungkinan mengadakan perjanjian perkawinan sebelum perkawinan berlangsun.
Dalam hal ini perempuan /janda berhak menjadi waris dan dalan hal tertentu berhak
meniadakan perceraian.
Sama halnya dengan UU perkawinan No. 1/74, perkawinan juga memandang
hak suami istri dengan kedudukan yang seimbang. Akan tetapi dalam hal waris bagi
istrinya demikian sebaliknya.
Dari sisi lain yang mana sudut hukum Islam, yang di Indonesia merupakakn
agama yang paling besar penganutnya, kedudukan istri juga dianggap sebagai waris
dari suaminya, kedudukan istri/janda dalam hukum adat, dengan mengingat bahwa
dewasa ini masih banyak warga masyarakat yang mempertahankan hukum adatnya
bagaimana konsekwensinya dengan perundang-undangan di Indonesia. Dalam bab
berikutnya tulisan ini akan membuka sedikit dan berusaha untuk menerangkannya.
Terlepas dari hal bentuk perkawinan mana yang pertama lahir,ketiga bentuk
perkawinan di atas masih dapat dijumpai eksistensinya dilingkuingan – lingkungan
persekutuan hukum adat di Indonesia.
Selain berpengaruh pada sistem kekerabatan,hukum perkawinan ini juga
memberi hak-hak istimewa kepada pihak-pihak dalam perkawinan dalam hal-hal
tertentu, misalnya hubungan anak, harta kawin, pewarisan, dan sebagainya.
Berikut ini akan diuraikan sekilas tentang bentuk perkawinan diatas.
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas ditarik kesimpulan :
1. Hukum adat mengenal bentuk-bentuk hukum perkawinan, yang mana
mempengaruhi kedudukan janda dan ahli warisnya.
2. Dalam hal janda adalah sebagai ahli waris atau tidak, tergantung kepada
keputusan hakim yang menetapkannya karena dalam hukum adat tidak
ditemukan suatu kepastian hukum yang umum berlaku.
3. Walaupun hukum adat memandang janda bukan sebagai ahli waris
namun janda berhak atas nafkah hidupnya sepanjang dan nyata-nyata
dia membutuhkannya dan berhak untuk menahan dan atau menguasai
barang asal suaminay jika barang gono-gini tidak mencukupi.
4. Pengecualian dalam hal persatuan rumah tangga lekas gugur dimana hak
untuk menahan harta asal suami dan nafkah untuk janda tidak berlaku
tetapi ia hanya berhak atas pemberian ahli waris suami.
B. SARAN
1. Kedudukan janda harus lebih diperhatikan mengingat tugas seseorang
ibu adalah mulia.
2. Agar pelaksanaan kedudukan suami-isteri adalah sama dan seimbang
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun
1974 ditindak lanjuti dengan peraturan perundang-undangan.
1. Soepomo, R. Prof, Dr, SH. Bab-Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramith,
Cet 12, 1989
2. Datuk Usman, SH. Diktat Kuliah Hukum Adat I, Usu Press
3. Subekti, R, SH, Prof. Kitab Unudang-Undang Perdata
4. Imam Sudyat, SH, Prof. Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty Yogyakarta, Cet 2,
1981