Anda di halaman 1dari 2

BPA dari Botol Plastik Larut kedalam

Tubuh Manusia
Kata Kunci: botol, botol plastik, larut, polikarbonat
Ditulis oleh Awan Ukaya pada 03-02-2010

Suatu studi baru dari para peneliti Harvard School of Public Health
(HSPH) menemukan bahwa partisipan yang meminum air selama seminggu dari botol
polikarbonat – botol minuman dan botol bayi dari plastik sangat keras yang sangat
terkenal – menunjukkan bahwa dua pertiga chemical bisphenol A (BPA) naik pada air
seni mereka. Ekspose terhadap BPA, digunakan pada pabrikan polikarbonat dan plastik
lainnya, telah menunjukkan campur tangan dalam pengembangan reproduktif pada hewan
dan telah terkait dengan penyakit cardiovascular dan diabetes pada manusia.

Studi ini pertama kali menunjukkan bahwa minuman dari botol polikarbonat
meningkatkan tingkat urinitas BPA, dan selanjutnya menyatakan bahwa kemasan
minuman yang terbuat dengan BPA melepaskan kimiawi kedalam cairan yang orang –
orang minum pada jumlah yang cukup untuk meningkatkan tingkat BPA yang keluar dari
air seni manusia.

Sebagai tambahan pada botol polikarbonat, yang dapat diisi ulang dan kemasan yang
popular di kalangan siswa, peserta perkemahan dan lainnya serta juga digunakan sebagi
botol minuman bayi, BPA juga ditemukan pada campuran bidang kedokteran gigi dan
tambalan dan lapisan kaleng makanan dan minuman. (Pada botol, polikarbonat dapat
teridentifikasi oleh daur ulang nomer 7.) Berbagai macam studi telah menunjukkan
perusak kelenjar endokrin pada hewan, termasuk pada permulaan kedewasaan seksual
dini, merubah perkembangan dan jaringn tisu kelenjar susu dan menurunkan produksi
sperma pada keturunan. Hal ini mungkin yang paling berbahaya pada tingkatan
perkembangan awal.

“Kita menemukan bahwa cairan dingin minuman dari botol polikarbonat hanya
seminggu saja telah menaikkan tingkat BPA air seni hingga lebih dua pertiganya. Jika
anda memanaskan botol tersebut, seperti dalam kasus pada botol susu bayi, kita
memperkirakan tingkatnya akan sangat tinggi sekali. Ini akan menjadikan suatu perhatian
karena bayi khususnya rentan terhadap potensi pengrusakan kelenjar endokrin dari BPA,”
kata Karin B. Michels, rekanan profesor pada bidang epidemiology di HSPH dan Harvard
Medical School dan penulis senior studi ini.
Para peneliti ini, diketuai oleh penulis pertamanya yaitu Jenny Carwile, seorang
mahasiswa doktoral pada departemen epidemiology di HSPH, dan Michels, mahasiswa
yang direkrut dari Harvard College untuk studi ini pada bulan April 2008. Sebanyak 77
partisipan memulai studi ini dengan fase “washout” selama seminggu dimana mereka
meminum semua minuman dingin dari botol stainless steel dengan maksud
meminimalisir ekspos BPA. Para partisipan menghasilkan contoh air seni selama periode
washout. Kemudian mereka diberikan dua botol polikarbonat dan diminta untuk
meminum semua minuman dingin dari botol tersebut seminggu kemudian; contoh –
contoh air seni juga dihasilkan selama periode tersebut.

Hasilnya menunjukkan konsentrasi urinitas BPA para partisipan naik 69% setelah
meminum dari botol polikarbonat. (Penulis studi ini menjelaskan bahwa konsentrasi BPA
pada populasi kampus sama dengan apa yang dilaporkan pada populasi umum di
Amerika.) Studi sebelumnya menemukan bahwa BPA dapat larut dari botol polikarbonat
kedalam isinya; studi ini merupakan yang pertama kali menunjukkan konsentrasi urinitas
BPA pada manusia.

Salah satu keunggulan studi ini, jelas penulisnya, adalah bahwa para siswa yang
meminum dari botol pada penggunaan yang normal. Apalagi, para siswa tidak
membersihkan botol mereka di tempat cucian ataupun menaruh cairan panas
kedalamnya; pemanasan telah menunjukkan kenaikan melarutnya BPA dari polikarbonat,
sehingga tingkat BPA mungkin saja sangat tinggi setelah para siswa meminum cairan
panas dari botol tersebut.

Pemerintah Kanada melarang penggunaan BPA polikarbonat pada botol susu bayi pada
tahun 2008 dan beberapa pabrikan botol polikarbonat secara sukarela telah meniadakan
BPA dari produk mereka. Dengan meningkatnya bukti efek berbahaya yang potensial
dari BPA pada manusia, para penulis percaya bahwa penelitian selanjutnya diperlukan
pada efek BPA terhadap bayi dan pada perkembangan gangguan reproduktif dan kanker
payudara pada orang dewasa.

“Studi ini muncul pada waktu yang tepat karean banyak Negara yang memutuskanapakah
jadi melarang penggunaan BPA botol susu bayi dan cangkir minum. Semnetara studi
sebelumnya telah menunjukkan bahwa BPA terkait dengan efek kesehatan yang
merugikan, studi ini melengkapi potongan teka – teki yang hilang—apakah botol plastic
polikarbonat penting atau tidak terhadap penyumbang jumlah BPA dalm tubuh manusia,”
kata Carwile.

Anda mungkin juga menyukai