Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH HANDPHONE SONY ERICSSON

wiki -
Ericsson (Telefonaktiebolaget LM Ericsson) (OMX: Eric B, NASDAQ: Eric), salah satu perusahaan
terbesar Swedia, adalah penyedia telekomunikasi terkemuka dan sistem komunikasi data, dan
layanan terkait yang meliputi berbagai teknologi, termasuk khususnya jaringan selular . Dan
langsung melalui anak perusahaan, yang juga memiliki peran besar dalam perangkat mobile dan
TV kabel dan sistem IPTV.
Didirikan pada 1876 sebagai toko peralatan perbaikan telegram oleh Lars Magnus Ericsson, ia
dimasukkan pada Agustus 18, 1918. Berkantor pusat di Kista, Kota Stockholm , sejak tahun 2003,
AY Ericsson dianggap bagian dari apa yang disebut "Wireless Valley". Sejak pertengahan 1990-
an, Ericsson yang sangat luas di Stockholm membantu mentransformasi modal menjadi salah satu
sentra-sentra penelitian teknologi informasi (TI) Eropa. Ericsson memiliki kantor dan beroperasi di
lebih dari 150 negara, dengan lebih dari 20.000 staf di Swedia, dan juga di presences signifikan,
misalnya, Cina, Inggris, Amerika Serikat, Finlandia, Irlandia, dan Brasil.

Pada awal abad 20, Ericsson mendominasi pasar dunia untuk pertukaran telepon manual (manual
telephone exchanges) tetapi terlambat untuk memperkenalkan peralatan telepon otomatis.
Terbesar di dunia sepanjang sejarah sebagai pertukaran telepon manual, melayani 60.000 baris,
dipasang oleh Ericsson di Moskow pada 1916. Sepanjang tahun 1990-an, Ericsson yang diadakan
35-40% pangsa pasar telepon selular terpasang sistem. Seperti kebanyakan dari industri
telekomunikasi, AY Ericsson menderita kerugian berat setelah telekomunikasi crash pada awal
2000, dan harus merumahkan puluhan ribu staf di seluruh dunia sebagai upaya untuk mengelola
situasi keuangan, berhasil meraih keuntungan kembali pertengahan tahun 2000.

Pada tahun 2001 divisi handset yang dibentuk dari joint venture dengan Sony disebut Sony
Ericsson. AY Ericsson sekarang besar penyedia handset core dan infrastruktur pemasok utama
bagi semua teknologi nirkabel. Ia telah memainkan peran penting dalam global Modernisasi
tembaga yang ada baris untuk menawarkan layanan broadband dan telah tumbuh secara aktif
baru bidang usaha di wilayah layanan profesional.

SEJARAH
Pendirian
Lars Magnus Ericsson memulai dengan asosiasi telepon di pemuda sebagai instrumen pembuat.
Ia bekerja untuk sebuah perusahaan yang membuat peralatan telegram untuk perusahaan
Telegrafverket Swedia. Pada 1876, berusia 30 tahun, ia memulai membangun sebuah toko
perbaikan telegram dengan bantuan dari temannya, Carl Johan Andersson. Toko di pusat
Stockholm (No. 15 on Drottninggatan, the principal shopping street) dan memperbaiki telepon
asing. Pada 1878 Ericsson mulai membuat dan menjual sendiri peralatan telepon. Teleponnya
secara teknis tidak inovatif, karena sebagian besar sudah pernah dibuat oleh pabrik lain di
Amerika Serikat. Pada 1878, dia telah membuat kesepakatan bersama untuk menyediakan
telepon dan pasokan switchboards untuk perusahaan telekomunikasi pertama Swedia,
Stockholms Allmänna Telefonaktiebolag.

Juga pada 1878, importir telepon lokal Numa Peterson menyewa Ericsson untuk menyesuaikan
beberapa telepon dari Bell Company.Dari sinilah dia terinspirasi untuk membeli sejumlah telepon
Siemens dan menganalisis teknologi lebih lanjut. (Ericsson pernah menerima beasiswa di
Siemens beberapa tahun sebelumnya.) Menjadi perusahaan yang bekerja untuk perbaikan
Telegrafverket dan Kereta api Swedia (swedia Railway), dia akrab dengan Bell dan Siemens
Halske telepon. Dia meningkatkan desain untuk menghasilkan instrumen yang lebih berkualitas.
Pada akhir tahun ia mulai dari manufaktur telepon sendiri, banyak gambar dari telepon Siemens,
dan produk pertama yang telah selesai pada 1879.

Dengan reputasi yang diraih, Ericsson menjadi pemasok utama peralatan telepon ke Skandinavia.
Karena pabrik tidak dapat mengikuti dengan permintaan, bekerja seperti kayu dan logam-plating
telah dikontrak keluar. Banyak dari bahan baku yang diimpor, sehingga dalam dekade berikut
Ericsson dibeli ke sejumlah perusahaan untuk menjamin pasokan penting seperti kuningan, kawat,
ebonit dan besi baja.

Tingginya harga dari peralatan Bell dan layanan yang dipimpin Henrik Tore Cedergren untuk
membentuk sebuah perusahaan independen telepon di 1883 disebut Stockholms Allmänna
Telefonaktiebolag. Seperti Bell tidak akan memberikan peralatan untuk pesaingnya, ia membentuk
perjanjian dengan Ericsson, yang telah menyampaikan peralatan untuk jaringan telepon baru.
Pada 1918 perusahaan Ericsson telah bergabung menjadi Allmänna Telefonaktiebolaget LM
Ericsson.

Pada 1884, teknisi yang bernama Anton Avén di Stockholms Allänna Telefonaktiebolag telah
menggabungkan earpieces dan mouthpiece dari (oleh kemudian) standar telepon menuju
handset.Ericsson mengambil temuan ini dan dimasukkan ke produk Ericsson, diawali dengan
telepon yang bernama Dachshund.

Perluasan Internasional
Seperti produksi yang tumbuh pada akhir tahun 1890-an, dan pasar Swedia nampaknya akan
mencapai kejenuhan, Ericsson telah mampu memperluas pasar ke luar negeri melalui sejumlah
agen. Inggris dan Rusia adalah awal pasar Ericsson. Hal ini akhirnya menyebabkan pembentukan
pabrik di negara-negara tersebut. Hal ini sebagian untuk meningkatkan kesempatan mendapatkan
kontrak lokal, dan sebagian karena pabrik di Swedia tidak dapat menjaga pasokan. Di Inggris,
Perusahaan Telepon Nasional ( National Telephone Company) telah menyertakan peralatan
Ericsson untuk beberapa waktu dan merupakan pelanggan utama.Pada tahun 1897, Inggris telah
menyumbang 28% dari penjualan Ericsson.Negara lain telah menjadi pelanggan Ericsson juga,
yang didorong oleh pertumbuhan yang cepat dari layanan telepon di Swedia. Australia dan
Selandia Baru, yang pada akhir tahun 1890-an adalah pasar Ericssons terbesar non-Eropa.

Meskipun mereka berhasil di tempat lain, Ericsson tidak membuat penjualan yang signifikan di
Amerika Serikat. The Bell Group dan perusahaan lokal seperti Kellog dan Automatic Electric telah
lebih dulu menguasai pasar ini. Sebaliknya, penjualan di Meksiko cukup baik dan memimpin untuk
pengembangan lebih lanjut ke negara-negara Amerika Selatan. Afrika Selatan dan Cina juga
menghasilkan penjualan yang signifikan. Dengan perusahaan multinasional sekarang, dan sangat
berkembang, Lars Ericsson melangkah turun dari perusahaan di tahun 1901.

Pembangunan Pasar
Pada tahun 1920 dan 1930, dunia pasar telepon yang telah diatur dan distabilkan oleh banyak
pemerintah. Yang kota per kota trpecah dengan sistem yang telah berkembang selama bertahun-
tahun, dilayani oleh banyak perusahaan swasta kecil, dan terpadu yang ditawarkan untuk sewa
untuk satu perusahaan. Ericsson dikelola untuk mendapatkan beberapa penyewaan, yang mana
menjadi penting untuk perusahaan karena mewakili lebih lanjut dari penjualan peralatan untuk
pertumbuhan jaringan.Perusahaan telepon besar lainnya, tentu saja, memiliki tujuan yang sama
persis. Ericsson dikelola untuk mendapatkan hampir sepertiga dari penjualan di bawah kendali
dari operasi perusahaan telepon.

Dengan masalah keuangan, Ericsson terpaksa untuk mengurangi keterlibatan mereka dalam
operasi perusahaan telepon dan kembali ke apa yang terbaik untuk mereka, manufaktur telepon
dan switchgear. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah sekarang, terima kasih kepada para
manufaktur luar negeri dan fasilitas yang terkait pasokan perusahaan.Pabrik Beeston di Inggris
menjadi aset yang sangat berguna di sini. Yang telah joint venture antara Ericsson dan National
Telephone Company. Pabrik yang otomatis berpindah peralatan dibangun untuk BPO di bawah
lisensi dari Strowger, dan diekspor dalam jumlah besar untuk Afrika Selatan dan Australia.

Pengembangan Lebih Lanjut


Namun, tetap Ericsson memimpin dunia telekomunikasi. Ericsson merilis telepon pertama di dunia
yang dilengkapi handsfree speakerphone tahun 1960. Setelah sebelumnya meliris Ericofon pada
tahun 1956.

Latar Belakang Terbentuknya Sony Ericsson


Ericsson memutuskan untuk membuat chips ponsel mereka pada satu sumber, Philips Facility di
New Mexico. Bulan Maret 2000, kebakaran pada pabrik Philips telah mencemari fasilitas yang
steril. Keadaan tersebut membuat produksi ponsel Ericsson dan Nokia (yang juga merupakan
konsumen dari fasilitas tersebut) menjadi tertunda.Ketika menjadi jelas bahwa produksi akan
benar-benar terpaksa dikompromikan untuk beberapa bulan, Ericsson telah dihadapi masalah
serius.Masalah Nokia tidak terlalu serius karena telah membangun sumber alternatif produksi chip
mereka.Tetapi, Ericsson posisinya jauh lebih buruk karena kedua perusahaan ini tengah
memproduksi ponsel baru dengan tanggal peluncuran yang semakin dekat.
Jelas, akibat kebakaran tersebut, Ericsson menderita kerugian yang sangat besar.
Ketidakmampuan Ericsson dalam memproduksi ponsel murah seperti punya Nokia turut
memperparah keadaan ini.Untuk mengurangi kerugian, Ericsson berfikir untuk merger dengan
perusahaan asia yang dapat menghasilkan biaya yang lebih rendah untuk produksi handset.
Spekulasi ini dimulai dari kemungkinan penjualan divisi ponsel Ericsson namun presiden director
mereka mengatakan bahwa ia tidak memiliki rencana untuk melakukan itu. "Mobile phones benar-
benar sebuah bisnis inti untuk Ericsson. Kami tidak akan berhasil (dalam jaringan) jika kami tidak
memiliki telepon," katanya.
Sony adalah pemain yang marginal di pasar ponsel di seluruh dunia dengan persentase penjualan
kurang dari 1 persen pada tahun 2000, yang juga mengalami kerugian pada kawasan ini tetapi
juga ingin lebih fokus pada pasar dunia. Pada bulan April 2001, Sony mengkonfirmasikan bahwa
ia berbicara dengan Ericsson untuk kemungkinan kerjasama dalam bisnis handset. Hal ini segera
setelah Toshiba dan Siemens telah mengumumkan rencana pada bulan November 2000 untuk
bekerja sama pada handset 3G untuk jaringan selular. Agustus 2001, dua perusahaan telah
menyelesaikan syarat-syarat penggabungan yang diumumkan pada bulan April. Sony Ericsson
memiliki tenaga kerja awal 3.500 karyawan.

Pasar saham Ericsson yang jatuh bulan Agustus 2002 membuat Ericsson berpikir ulang hubungan
kemitraan mereka dengan Sony. Ericsson mengatakan bahwa jika keadaan terus begini, pihaknya
akan mengakhiri hubungan kemitraan memproduksi ponsel dengan Sony. Akan tetapi, pada
Januari 2003, kedua perusahaan ini mengemukakan bahwa mereka akan lebih berkonsentrasi
memajukan Sony Ericsson.

Strategi Sony Ericsson adalah merilis model baru berkemampuan fotografi digital serta
kemampuan multimedia lainnya seperti men-download dan melihat klip video dan kemampuan
manajemen informasi pribadi. Untuk itu, Sony Ericsson meliris beberapa model baru yang telah
memiliki kamera digital terintegrasi dan layar berwarna yang pada saat itu merupakan sesuatu
yang baru.P800 yang memilki kamera digital terintegrasi dan berkarakter PDA berhasil dan sukses
di pasaran. Dengan demikian, target peraihan keuntungan pertama untuk tahun 2002 hingga 2003
untuk paruh kedua 2003 telah tercapai.

Pada bulan Juni 2003, Sony Ericsson menyatakan bahwa akan menghentikan pembuatan
cellphones CDMA untuk pasar Amerika Serikat dan akan fokus pada GSM dan yang tetap
teknologi yang dominan. Ia juga slashed pekerjaan dalam penelitian dan pengembangan di
Amerika Serikat dan Jerman. Pada bulan Oktober 2003, ini diposting dengan triwulan pertama
keuntungan, tetapi peringatan yang jatuh pada harga ponsel dan persaingan akan membuat sulit
untuk tinggal di hitam. Sony Ericsson's pemulihan adalah dikreditkan ke keberhasilan dari model
T610.
Setelah sukses dengan telepon P800, Sony Ericsson P900 yang diperkenalkan di acara serentak
di Las Vegas dan Beijing pada bulan Oktober 2003. P900 lebih kecil, lebih cepat, mudah dan lebih
fleksibel dibandingkan dengan pendahulunya.

Pada tahun 2004, Sony Ericsson pasar saham meningkat dari 5,6 persen pada kuartal pertama
hingga 7 persen di kuartal kedua. Pada bulan Juli 2004, Sony Ericsson memperkenalkan P910
communicator dengan thumbboard terintegrasi, dukungan e-mail, slot memori tambahan dan
peningkatan kinerja layar.

Bulan Februari 2005, Presiden Sony Ericsson Miles Flint mengumumkan di 3GSM World
Congress bahwa Sony Ericsson akan menyingkap ponsel-cum-pemutar musik digital pada bulan
berikutnya.Akan disebut dengan WALKMAN dan mendukung banyak format file musik seperti
MP3 dan AAC.

Pada tanggal 1 Maret 2005, Sony Ericsson memperkenalkan K750i dengan kamera 2 megapiksel.
Juga W800i, ponsel WALKMAN pertama yang sangat sukses di pasaran, mampu memainkan 30
jam musik playback. Selain K750i dan W800i, Sony Ericsson juga memperkenalkan 2 ponsel low-
end lainnya

Pada 1 Mei 2005, Sony Ericsson setuju untuk menjadi sponsor global WTA Tour dengan kontrak
senilai 88 juta dolar AS lebih dari 6 tahun. The women's pro tennis diubah namanya menjadi Sony
Ericsson WTA Tour. Sekitar satu bulan pada 7 Juni, Sony Ericsson mengumumkan sponsor di
India Barat, Chris Gayle dan Ramnaresh Sarwan.

Pada bulan Oktober 2005, Sony Ericsson merilis ponsel pertama bersistem operasi Symbian UIQ
3, P990.

Pada tanggal 2 Januari 2007, Sony Ericsson mengumumkan di Stockholm yang akan memiliki
beberapa ponsel yang diproduksi di India. Ia mengumumkan bahwa dua mitra outsourcing,
Lextronic dan Foxconn akan menghasilkan 10 juta per tahun cellphones sampai tahun 2009. CEO
Miles Flint mengumumkan di konferensi pers yang diadakan dengan India menteri komunikasi
Dayanidhi Maran di Chennai India yang merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan paling
cepat di dunia dan prioritas untuk pasar Sony Ericsson dengan 105 juta pengguna telepon selular
GSM.

Pada tanggal 15 Oktober 2007, Sony Ericsson mengumumkan pada Symbian Smartphone Show
bahwa mereka akan menjual setengah dari UIQ berbagi untuk Motorola sehingga UIQ teknologi
yang dimiliki oleh dua perusahaan besar ponsel.

Sony Ericsson juga sukses besar dengan ponsel berorientasi kamera mereka, CyberShot.
Diluncurkan tahun 2005 oleh ponsel K750, yang juga salah satu ponsel paling populer Sony
Ericsson. Ponsel CyberShot populer dengan cepatnya, karena tidak seperti WALKMAN, yang
memiliki kemampuan media sangat bagus, tetapi miskin kemampuan kamera, CyberShot memilki
kemampuan media yang layak/lumayan dan hasil kamera yang bagus.

Tahun 2007 diumukan CyberShot pertama kamera 5 megapixel Sony Ericsson, K850, yang juga
sangat sukses di pasaran. Mereka juga mengumumkan C905 yang akan diluncurkan kuartal 4
2008. C905 sangat penting karena merupakan ponsel 8 megapiksel pertama di dunia yang
diumukan.
MERGER PT. BANK MANDIRI Tbk.
Bank Mandiri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Jenis Jasa keuangan/publik

Didirikan Pemerintah Indonesia (1998)

Tokoh penting Zulkifli Zaini


Presiden Direktur

Pendapatan  Rp 23,023 Triliun(FY 2009)[rujukan?]

Laba bersih  Rp 7,16 Triliun (FY 2009)[rujukan?]

Situs web http://www.bankmandiri.co.id

PT Bank Mandiri (PERSERO) Tbk. Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998
sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi
Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim),
dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), bergabung menjadi Bank Mandiri.

Sejarah

Pra penggabungan

Sejarah keempat Bank (BBD, BDN, Bank Exim, dan Bapindo) tersebut sebelum bergabung
menjadi Bank Mandiri, dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat bank
nasional tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan Indonesia,
dan masing-masing telah memainkan peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi
di Indonesia.

Bank Dagang Negara


Bank Dagang Negara merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. Sebelumnya Bank
Dagang Negara dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij yang
didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun 1857. Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi
Escomptobank NV. Selanjutnya, pada tahun 1960 Escomptobank dinasionalisasi dan
berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah Bank pemerintah ynag membiayai
sektor industri dan pertambangan.

Bank Bumi Daya

Bank Bumi Daya didirikan melalui suatu proses panjang yang bermula dari nasionalisasi
sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV, menjadi Bank Umum Negara
pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya adalah Bank milik Inggris)
juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi Bank
tersebut. Pada tahun 1965, bank umum negara digabungkan ke dalam Bank Negara
Indonesia dan berganti nama menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV beralih menjadi Bank
Bumi Daya.

Bank Ekspor Impor Indonesia

Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) berawal dari perusahaan dagang Belanda N.V.
Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun 1842 dan mengembangkan
kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870. Pemerintah Indonesia menasionalisasi
perusahaan ini pada tahun 1960, dan selanjutnya pada tahun 1965 perusahan ini digabung
dengan Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968
Bank Negara Indonesia Unit II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara
Indonesia Unit II Divisi Expor – Impor, yang akhirnya menjadi BankExim, bank Pemerintah
yang membiayai kegiatan ekspor dan impor.

Bank Pembangunan Indonesia

Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara (BIN), sebuah
Bank Industri yang didirikan pada tahun1951. Misi Bank Industri Negara adalah mendukung
pengembangan sektor – sektor ekonomi tertentu, khususnya perkebunan, industri, dan
pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai bank milik negara pada tahun 1960 dan BIN
kemudian digabung dengan Bank Bapindo. Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk
membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka
panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan pariwisata.

Pasca penggabungan

Logo lama Bank Mandiri (Juli 1999 - Januari 2008)


Bank Mandiri dibentuk pada 2 Oktober 1998, dan empat bank asalnya efektif mulai
beroperasi sebagai bank gabungan pada pertengahan tahun 1999. Dalam proses
penggabungan dan pengorganisasian ulang tersebut, jumlah cabang Bank Mandiri dikurangi
sebanyak 194 buah dan karyawannya berkurang dari 26.600 menjadi 17.620. Direktur
Utamanya yang pertama adalah Robby Djohan. Kemudian pada Mei 2000, posisi Djohan
digantikan ECW Neloe. Neloe menjabat selama lima tahun, sebelum digantikan Agus
Martowardojo sebagai Direktur Utama sejak Mei 2005. Neloe menghadapi dugaan
keterlibatan pada kasus korupsidi bank tersebut.

Pada Maret 2005, Bank Mandiri mempunyai 829 cabang yang tersebar di sepanjang
Indonesia dan enam cabang di luar negeri. Selain itu, Bank Mandiri mempunyai sekitar
2.500 ATM dan tiga anak perusahaan utama yaitu Bank Syariah Mandiri, Mandiri Sekuritas,
dan AXA Mandiri.
Melongok Gurita Baru Bisnis Grup Salim
Empat perusahaan hasil penggabungan ke dalam Indofood CBP itu memiliki modal dasar Rp750 M
KAMIS, 7 OKTOBER 2010, 07:25 WIB
Arinto Tri Wibowo

Indofood Sukses Makmur (VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis)

VIVAnews - Hari ini, Kamis 7 Oktober 2010, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk akan
mencatatkan saham perdana (listing) dan mengawali transaksi efeknya di Bursa Efek Indonesia
(BEI). 

Dalam penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) beberapa waktu lalu,
Indofood CBP menawarkan sebanyak-banyaknya 1,16 miliar saham pada harga Rp5.395 per unit.
Target dana yang dipatok Rp6,29 triliun. 
Banyak masyarakat awam bertanya-tanya, perusahaan apakah Indofood CBP Sukses Makmur
itu? Apa bisnisnya? Dan apa pula kaitannya dengan Indofood Sukses Makmur
yang ngetop dengan produk mi instannya tersebut?
Indofood CBP Sukses Makmur adalah anak perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang
menerima penggabungan empat perusahaan di bawah kerajaan bisnis Salim Group. 

Empat perusahaan itu adalah PT Indosentra Pelangi, PT Gizindo Primanusantara, PT Indobiskuit


Mandiri Makmur, dan PT Ciptakemas Abadi. Proses penggabungan empat perusahaan itu mulai
dilakukan sejak September 2009 dan tuntas 17 Maret 2010. 

Perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut bubar demi hukum, tanpa dilakukan likuidasi
lebih dahulu. Penggabungan perusahaan ke dalam Indofood CBP itu dilakukan melalui metode
penyatuan kepentingan (pooling of interest) sesuai standar akuntasi keuangan dan ketentuan
hukum yang berlaku.

Tujuan penggabungan di antaranya adalah untuk menjadikan perusahaan sebagai produsen


produk konsumen bermerek yang terintegrasi, sehingga dapat diperoleh biaya produksi atau
operasional yang lebih rendah.

Selain itu, merger untuk meningkatkan daya saing dengan tercapainya sinergi dalam proses
produksi dan pemasaran. Penggabungan juga untuk memperoleh struktur keuangan yang lebih
kuat, sehingga dapat mendukung pengembangan usaha perseroan.
Susunan pemegang saham perusahaan hasil merger adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF) yang memiliki sebanyak 466.476.177 saham dan PT Prima Intipangan Sejati sebanyak
satu saham.

Selain menggabungkan empat perusahaan produsen produk konsumen bermerek, Indofood


Sukses Makmur juga telah menjual dan mengalihkan seluruh saham dan pinjaman yang
dimilikinya pada tiga anak perusahaan kepada Indofood CBP Sukses Makmur.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indofood Sukses Makmur, Werianty Setiawan, dalam
penjelasan tertulis perseroan beberapa waktu lalu mengatakan, saham dan pinjaman anak usaha
yang dialihkan itu adalah 1,2 juta saham atau setara 60 persen saham yang dikeluarkan PT Surya
Rengo Containers senilai US$14,32 juta.

Selain itu, perseroan mengalihkan 25 ribu saham atau setara 50 persen di PT Nestle Indofood
Citarasa Indonesia senilai Rp 25 miliar.

Indofood juga mengalihkan 3,49 juta saham yang merupakan 100 persen saham di Indofood (M)
Food Industries Sdn Bhd senilai Rp9,8 miliar, dan pinjaman yang diberikan pemegang saham
sebesar US$2,5 juta. 

"Dengan demikian, terhitung sejak 6 Januari 2010, Surya Rengo, Nestle Indofood, dan Indofood
(M) menjadi anak usaha langsung Indofood CBP dan anak perusahaan tidak langsung perseroan,"
kata dia.

Perseroan juga telah menjual 29,15 juta saham yang merupakan 51 persen dari total saham yang
dikeluarkan PT Indofood Fritolay Makmur senilai Rp106,39 miliar.

Selanjutnya, Indofood juga menjual 320 juta saham yang merupakan 100 persen dari total saham
yang dikeluarkan Drayton Pte Ltd senilai Rp2,73 triliun. Selain itu, perseroan telah mengalihkan
obligasi konversi yang diterbitkan Drayton senilai Rp1,09 triliun.

Aksi korporasi itu merampungkan seluruh proses restrukturisasi internal yang dimulai sejak
September 2009.

Dengan tuntasnya restrukturisasi internal itu, maka saham-saham perseroan yang dialihkan
kepada Indofood CBP adalah:
1. Saham di PT Indofood Fritolay Makmur sebesar 51 persen.
2. Saham di Drayton Pte Ltd (100 persen), yang memiliki secara tidak langsung sebesar
68,57 persen PT Indolakto, dan obligasi konversi Drayton Rp1,09 triliun.
3. Saham di PT Surya Rengo Containers (60 persen).
4. Saham di PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia (50 persen).
5. Saham di Indofood (M) Food Industries Sdn Bhd (IMFI) sebesar 100 persen dan pinjaman
tanpa bunga per 30 September 2009 sebesar US$3,09 juta yang diperoleh IMFI dari
Indofood.

Berikut ini adalah profil singkat empat perusahaan sebelum digabung ke dalam Indofood
CBP Sukses Makmur.
1. PT Indosentra Pelangi
Perusahaan yang memproduksi penyedap makanan itu mengawali operasi komersial
pada 1991 di Cibitung, Jawa Barat. Aset perusahaan pada 2008 mencapai Rp232,2
miliar, sebelum meningkat menjadi Rp302,2 miliar pada 2009.
2. PT Gizindo Primanusantara
Perusahaan yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat itu memulai operasi komersial
pada 1989. Produsen makanan bayi itu memiliki aset Rp280,1 miliar pada 2008 dan
Rp337,2 miliar (2009).
 
3. PT Indobiskuit Mandiri Makmur
Perusahaan yang memproduksi biskuit itu berlokasi di Purwakarta. Operasi komersial
dimulai pada 2005. Aset perusahaan sebesar Rp95,5 miliar pada 2008 dan Rp106,4
miliar (2009).

4. PT Ciptakemas Abadi
Perusahaan dengan aset Rp741,2 miliar pada 2008 dan Rp752,1 miliar (2009) itu
berlokasi di Tangerang, Jawa Barat. Operasi komersial perusahaan dimulai pada
1991. 

Kini, empat perusahaan hasil penggabungan ke dalam Indofood CBP itu memiliki
modal dasar Rp750 miliar, yang terdiri atas 750 juta saham dengan nilai nominal
Rp1.000 per saham. Modal ditempatkan dan disetor sebesar Rp466,47 miliar. (sj)
VIVAnews
Wacana Penggabungan RNI dan PTPN
Portal RNI, Jumat, 19 Maret 2010. Jakarta: Pembentukan perusahaan induk atau
holding yang memayungi 15 badan usaha milik negara atau BUMN perkebunan yaitu
RNI dan PTPN I - XIV akan mampu mendongkrak laba tahun 2010 dari Rp 3,559
triliun menjadi Rp 5,603 triliun. Holding BUMN perkebunan diyakini mendorong
efisiensi.

Dengan kondisi itu, aset di 14 PTPN (PT Perkebunan Nusantara) plus PT RNI
(Rajawali Nusantara Indonesia) yang mencapai Rp 30 triliun bisa dikembangkan
menjadi tiga kali lipat, bahkan empat kali lipat, dengan adanya holding itu,ujar Deputi
Privatisasi Kementerian BUMN Mahmudin Yasin di Jakarta, Kamis (18/3), saat
berbicara dalam Forum Diskusi Terfokus soal Urgensi Pilihan Kebijakan Holding
BUMN Perkebunan Menuju Profitisasi dan Peningkatan Daya Saing

Perhitungan Yasin menunjukkan, jika PTPN I hingga PTPN XIV plus RNI dipayungi
satu perusahaan induk, nilai laba setelah pajak akan menjadi Rp 24,183 triliun tahun
2020. Proyeksi itu lebih tinggi ketimbang jika ke-15 perusahaan tersebut tidak
digabungkan, yakni Rp 14,753 triliun.

Dengan kenaikan laba tersebut, secara otomatis setoran pajak dari ke-15
perusahaan itu meningkat dari Rp 2,092 triliun (jika perusahaan induk tidak dibentuk
tahun 2010) menjadi Rp 2,241 triliun (jika perusahaan induk dibentuk). Nilai pajak
yang disetorkan tahun 2020 bisa Rp 9,673 triliun jika perusahaan induk dibentuk,
lebih besar ketimbang jika perusahaan induk tidak dibentuk, yakni Rp 6,396 triliun.

Jika holding company dibentuk, lebih terkendali, distribusi lahan seluas 3 juta hektar
untuk masyarakat miskin bisa cepat dilakukan, ungkap Yasin.

Secara terpisah, Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, pemerintah memiliki


obsesi, ke-15 BUMN akan menjadi satu perusahaan tahun 2010. Itu dengan asumsi
semua ganjalan terselesaikan.

Salah satu kendala yang masih mengganjal dalam membentuk holding BUMN
perkebunan adalah beban pajak yang relatif tinggi. Menteri BUMN tengah
membahas kemungkinan ada keringanan pajak.

Pajak adalah konsekuensi dari pengelompokan ulang ke-15 BUMN ini karena
diperkirakan akan terjadi mutasi aset. Salah satu solusi yang diusulkan adalah
menjadikan kewajiban pajak holding perkebunan itu sebagai penyertaan modal
negara, ungkap Mustafa.

Masalah aset

Masalahnya, aset BUMN perkebunan sudah sangat lama tidak dihitung ulang atau
revaluasi. Padahal, untuk melakukan penggabungan, Ditjen Pajak mewajibkan
semua perusahaan menetapkan nilai pasar wajar dari aset yang akan dialihkan.

Aset-aset BUMN itu tidak pernah direvaluasi. Kalau saat ini dicari harga pasarnya,
nilai asetnya bisa saja melonjak jadi 10 kali lipat. Ini menjadi masalah besar karena
nilai hasil revaluasi akan jadi dasar pengenaan pajak pada saat BUMN-BUMN itu
digabungkan ke dalam satu holding, kata Wakil Ketua Komisi XI DPR Melchias
Markus Mekeng.
Sebagai gambaran, nilai aset BUMN perkebunan mencapai Rp 30 triliun. Jika itu
bukan nilai pasarnya, pemerintah harus melakukan revaluasi. Jika harga pasar aset-
aset itu melonjak 10 kali lipat, nilai aset totalnya menjadi Rp 300 triliun.

Ditjen Pajak akan menagih pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) atas selisih antara
nilai buku dan harga pasar barunya, yakni Rp 270 triliun. Dengan tarif PPh 10
persen, pajak yang patut dibayar bisa Rp 27 triliun.

Itu belum termasuk Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang
juga wajib dibayar oleh setiap BUMN yang membentuk holding. Tarif BPHTB yang
berlaku saat ini 5 persen dari selisih nilai buku dan harga pasar.

Atas dasar itu, pemerintah menyiapkan berbagai insentif pajak bagi perusahaan
yang melakukan restrukturisasi, antara lain pembebasan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) kepada perusahaan yang melakukan penggabungan per 1 April 2010. Ini akan
menghemat pajak yang dikenakan tarif 10 persen tersebut.
Mengkaji utang single presence policy
18 Feb 2010

 Bisnis Indonesia

Fungsi intermediasi bank perlu diperluas


OLEH MAKMUN

Peneliti pada Badan Kebijakan Rskal Depkeu Bank Indonesia pada pertengahan
2006 memberikan tiga opsi kepada para pemegang saham pengendali (PSP) yang
mengendalikan lebih dari satu bank.ketiga opsi itu terkait dengan kebijakan
kepemilikan tunggal [single presence policy) yang akhirnya dituangkan dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/16/2006 tentang Kepemilikan Tunggal pada
Perbankan Nasional.
Ketiga opsi tersebut adalah pertama, mengurangi kepemilikan di bank lain sehingga
menjadi satu PSP pada satu bank. Kedua, melakukan merger atau konsolidasi dari
bank-bank yang dikendalikan, dan ketiga, membentuk perusahaan induk di bidang
perbankan (bank holding company) di Indonesia.
Kebijakan single presence policy yang deadline-nya jatuh pada 2010 adalah untuk
mendorong percepatan konsolidasi perbankan sesuai dengan Arsitektur Perbankan
Indonesia (API). Aturan tersebut sudah diberlakukan di beberapa negara seperti
Thailand dan India, dan diyakini akan bermanfaat bagi perkembangan industri
perbankan dan perekonomian nasional.
Kebijakan ini juga bertujuan agar tercipta persaingan yang sehat dan efektivitas
dalam pengawasan bank. Dikecualikan dari kebijakan ini adalah bagi bank umum
konvensional yang juga memiliki kegiatan bank syariah. Khusus untuk bank-bank
yang berstatus badan usaha milik negara (BUMN), PBI No. 8/16/ 2006 membawa
konsekuensi bahwa hanya ada satu perbank-an yang berstatus BUMN di Indonesia.
Berdasarkan rencana single presence policy untuk bank-bank pelat merah, akan
diwujudkan melalui dua opsi rasional yaitu melakukan penggabungan usaha dan
konsolidasi atau membentuk operational holding company.
Sementara itu, sejumlah kalangan mulai mempertanyakan efektivitas single
presence policy dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API) karena
dengan lahimya ketentuan ini justru membuat pemodal asing akan mencaplok bank
nasional.
Mereka meminta bank sentral lebih realistis dalam menjalankan kebijakan demi
kepentingan nasional, bahkan ada yang meminta agar penerapan single presence
policy ditunda. Mereka berargumen Indonesia belum saatnya menerapkan single
presence policy. Bahkan mereka juga mempertanyakan apakah jika diberlakukan
sekarang ini, persoalan perbankan seperti fungsi intermediasi dan penurunan suku
bunga bisa dijalankan.

Dampak negatif
Penerapan single presence policy akan menjadikan bank semakin kuat dan besar,
sehingga dapat bersaing di tingkat regional. Dari sisi strategi pun akan
mempermudah bank sentral dalam penanganan dan pengawasan terhadap
perbankan, tetapi ini belum menjamin lebih baik.
Sementara itu, menurut Permata Wulandari [Vibiznews, 2007), penerapan single
presence policy diperkirakan menimbulkan komplikasi politik yang dahsyat.
Setidak-tidaknya terdapat beberapa dampak negatif yang mungkin saja akan terjadi,
seperti pertama, tidak fokusnya pangsa pasar. Khusus untuk bank-bank pelat merah,
dari keempat bank yang ada, dewasa ini memiliki pasar yang berbeda-
beda.
BTN, misalnya, lebih berfokus pada pemberian kredit rumah pada kalangan
masyarakat dengan tingkat ekonomi bawah. BRI lebih terfokus pada usa ha kecil dan
menengah serta masyarakat perdesaan. Bank Mandiri lebih berfokus pada korporasi,
sedangkan fokus BNI lebih kepada masyarakat luas.
Kedua, single presence policy dikhawatirkan akan menyebabkan ketidakadilan.
Hal ini dikarenakan bank berkeinginan untuk menjadi bank tunggal. Khususnya bank-
bank pelat merah, tentunya setiap bank punya keinginan untuk menjadi bank
pengakuisisi.
Sampai saat ini pun belum ditentukan bank mana yang akan menjadi pengakuisisi,
tetapi rumor bisnis sampai saat ini mengarah ke bank Mandiri. Ketiga, sebagai akibat
penggabungan keempat bank pemerintah tersebut, masalah selanjutnya adalah
status karyawan yang bekerja pada keempat bank tersebut.
Jika terjadi merger, kemungkinan besar akan terjadi efisiensi pula dalam
ketenagakerjaan. Tentunya apabila ini terjadi, akan menambah jumlah
pengangguran yang ujung-ujungnya pemerintah juga yang pusing.
Di samping ketiga dampak di atas, single presence policy juga akan berdampak
pada nasabah bank, baik nasabah penabung maupun nasabah kredit.
Penggabungan bank akan menjadikan nasabah bingung, karena ketidakjelasan
satus nasabah. Terdapat kekhawatiran kasus merger bank-bank pemerintah menjadi
Bank Mandiri akan kembali terulang.
Tenggat yang diberikan oleh Bank Indonesia semakin dekat,
tetapi tampaknya belum ada tanda-tanda perbankan akan melangkah menuju single
presence policy. Bahkan khusus bank-bank pemerintah,
Kementerian BUMN maupun ka- la ngan bank-bank pelat merah meminta agar Bank
Indonesia menunda pemberlakuan kebijakan ini. Dengan mempertimbangkan
keuntungan dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya, memang
sebaiknya pemberlakuan single presence policy ditunda atau diberlakukan secara
selektif, dengan alasan sebagai berikut
Pertama, kebijakan single presence policy untuk menjadikan perbankan Indonesia
mampu bersaing di tingkat regional sudah tidak relevan, mengingat realitasnya
sudah banyak bank asing semua masuk ke Indonesia.
Kedua, perekonomian nasional saal ini masih dalam tahapan re-coverw di mana
dibutuhkan dukungan pembiayaan yang sangat besar, khususnya untuk
pembangunan infrastruktur. Sementara itu, anggaran pemerintah masih sangat
terbatas, untuk itu peran dunia perbankan diharapkan semakin meningkat. Dalam
situasi seperti sekarang ini akan lebih baik apabila dunia perbankan diberikan
kebebasan, agar dapat fokus dalam mengembangkan bisnisnya.
Ketiga, mungkin akan lebih tepat apabila penerapan single presence polity lebih
diprioritaskan pada bank-bank menengah ke bawah. Karena bank-bank kelompok
inilah yang berpotensi akan dilahap oleh asing.
Dengan menggabungkan*be-berapa bank kecil diharapkan permodalan menjadi
semakin besar, sehingga mampu bersaing. Prioritas utama juga dapat dialamatkan
pada satu pemilik (keluarga) yang mempunyai dua bank atau lebih.
Dengan single presence policy. bank-bank bank tersebut wajib dikonsolidasikan; bisa
dengan melepas saham-saham di salah satu bank, atau bisa juga dengan
menggabungkan (merger) kedua bank. Dengan demikian melalui kebijakan ini
diharapkan dapat menghindari adanya conflic of interest.
Akhirnya Bank Indonesia memang sebaiknya mengkaji ulang single presence policy
mengingat dampaknya sebagaimana dikemukakan di atas, agar tidak ada pihak
yang merasa dirugikan.
Dalam situasi seperti sekarang ini Bank Indonesia sebaiknya lebih memberikan
ruang gerak bagi perbankan agar fungsi intermediasi perbankan dapat terus
berlangsung, seperti peninjauan kembali peraturan berkenaan dengan kualitas aktiva
bank umum, penerapan good corporate governance dan perhitungan permodalan
berdasarkan Basel II.
Ringkasan Artikel Ini

Fungsi intermediasi bank perlu diperluas OLEH MAKMUN Peneliti pada Badan Kebijakan Rskal Depkeu
Bank Indonesia pada pertengahan 2006 memberikan tiga opsi kepada para pemegang saham
pengendali (PSP) yang mengendalikan lebih dari satu bank. Dikecualikan dari kebijakan ini adalah
bagi bank umum konvensional yang juga memiliki kegiatan bank syariah. Sampai saat ini pun belum
ditentukan bank mana yang akan menjadi pengakuisisi, tetapi rumor bisnis sampai saat ini mengarah
ke bank Mandiri. Ketiga, sebagai akibat penggabungan keempat bank pemerintah tersebut, masalah
selanjutnya adalah status karyawan yang bekerja pada keempat bank tersebut. Dengan
mempertimbangkan keuntungan dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya, memang
sebaiknya pemberlakuan single presence policy ditunda atau diberlakukan secara selektif, dengan
alasan sebagai berikut Pertama, kebijakan single presence policy untuk menjadikan perbankan
Indonesia mampu bersaing di tingkat regional sudah tidak relevan, mengingat realitasnya sudah
banyak bank asing semua masuk ke Indonesia. Dalam situasi seperti sekarang ini Bank Indonesia
sebaiknya lebih memberikan ruang gerak bagi perbankan agar fungsi intermediasi perbankan dapat
terus berlangsung, seperti peninjauan kembali peraturan berkenaan dengan kualitas aktiva bank
umum, penerapan good corporate governance dan perhitungan permodalan berdasarkan Basel II.

Anda mungkin juga menyukai