Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan


1
sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan ibu menjadi buruk.
Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai
dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus
pada minggu kelima sampai minggu keduabelas. 2

Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, tetapi


berbagai faktor predisposisi antara lain: adanya faktor psikologik, alergi,
masuknya vili khoriales ke sirkulasi maternal, primigravida, mola hidatidosa,
dan kehamilan ganda. Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum dibagi
menjadi 3 tungkatan: tingkat I (ringan), tingkat II (sedang), dan tingkat III
(berat). 2,3

Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum meliputi modifikasi pola


makan, medikamentosa (sedativa, vit B1, vit B6, dan antiemetik), terapi
psikologik, isolasi, dan pemberian cairan parenteral pada kondisi dehidrasi.
Prognosis hiperemesis gravidarum pada umumnya baik. 2,3,4

Glutamat merupakan salah satu neurotransmiter yang dilepaskan oleh


sel syaraf di otak. Komponen ini bertanggung jawab untuk mengirimkan
sinyal antara sel-sel syaraf yang pada keadaan normal berperan penting dalam
belajar dan memori. Glutamat dalam tubuh diperoleh dari sintesis protein dan
karbohidrat. Ion glutamat merangsang beberapa tipe saraf yang ada di lidah
manusia. Sifat ini dimanfaatkan dalam industri penyedap. Garam turunan dari
asam glutamat, yang dikenal sebagai mononatrium glutamat (dikenal juga
sebagai monosodium glutamat, MSG, vetsin atau micin), sangat dikenal dalam
dunia boga Indonesia maupun Asia Timur lainnya sebagai penyedap masakan.
5,6
Dikarenakan hal tersebut diatas, maka penulis ingin mengetahui pengaruh
glutamat pada hiperemesis gravidarum.

B. Perumusan Masalah

Penulis ingin mengungkapkan tentang bagaimana pengaruh asam


glutamat pada hiperemesis gravidarum.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui hubungan


kadar asam glutamat dengan hiperemesis gravidarum.

D. Manfaat Penulisan

1. Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan informasi yang


jelas bagaimana hubungan asam glutamat dengan hiperemesis
gravidarum.

2. Penulisan referat ini dapat menambah pengetahuan dan masukan


bagi tenaga medis mengenai asam glutamat dan hiperemesis
gravidarum
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. DEFINISI

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada


wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum
menjadi buruk.1 Hiperemesis adalah muntah yang terjadi sampai umur
kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan
diminim dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan
umum sehari-hari, berat badan menurun, dan terdapat aseton dalam urin.7
Dalam buku obstetri patologi (1982) hiperemesis gravidarum adalah dimana
seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum
sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang,
dan timbul aseton dalam air kencing. Hiperemesis gravidarum adalah suatu
keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan
(muntah berat) dan terus-menerus pada minggu kelima sampai minggu
keduabelas.2,6

B. ETIOLOGI

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak


ada bukti bahwa penyakit ini belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik juga tidak ditemukan
kelainan biokimia, perubahan-perubahan anatomik yang terjadi pada otak,
jantung, hati dan susunan syaraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta
zat-zat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan dan minum.1 Beberapa
faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa sebagai
berikut:

1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,


mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola
hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor
hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut
hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi meternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak,
juga disebut sebagai salah satu faktor organik
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit
ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

C. PATOLOGI

Bedah mayat pada mayat wanita yang meninggal karena hiperemesis


gravidarum menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang
juga dapat ditemukan pada malnutrisi oleh beberapa macam sebab.

a. Hati. Tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak


sentrilobuler, kelainan ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan
dianggap sebagai akibat muntah yang terus-menerus. Tetapi separuh
penderita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum menunjukkan
gambaran mikroskopik hati yang normal.1,3
b. Jantung. Menjadi tampak lebih kecil daripada biasanya dan
beratnya atrofi dan sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang
ditemukan perdarahan sub-endokardial.1,3
c. Otak. Dapat ditemukan ensefalopati Wernicke yaitu dilatasi kapiler
dan perdarahan kecil–kecil didaerah korpora mamilaria ventrikel ketiga
dan keeempat.1,3
d. Ginjal. Tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada
tubuli kontorti.1,3

D. PATOFISIOLOGI

Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari


meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester
pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal
dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian
terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah
dapat berlangsung berbulan-bulan.1,2,3

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah


pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak imbangnya elektrolit dengan alkolosis hipokloremik. Belum jelas mengapa
gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik
merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka
makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.1,2,3,4

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat


dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian
pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik
yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak,
dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss),
dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan
perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau
tindakan operatif.1,2,3

E. GEJALA DAN TANDA

Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik
dengan hiperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntah yang
menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan
petunjuk bahwa wanita hamil telah memerlukan perawatan yang intensif.1

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagai kedalam 3


tingkatan.

1. Tingkatan I. Ringan

Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita,


ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, kenaikan berat badan tidak
ada, berat badan menurun dan nyeri epigastrium. Nadi meningkat sekitar
100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang,
lidah mengering dan mata cekung.1,3

2. Tingkat II. Sedang


Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang
lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-
kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata
cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton
dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang
khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.1,3

3. Tingkat III. Berat

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari


somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi
menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal
sebagai ensefalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan
perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat
makanan, termasuk vitamin B komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan
adanya payah hati.1,3

F. DIAGNOSIS

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan


adanya kehamilan muda dan muntah yang terus-menerus, sehingga
mempengaruhi keadaan. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda
dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang
dapat pula memberikan gejala muntah.1,3

G. PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan


dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-
kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi
jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurakan untuk makan roti
keringatau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak
sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam
keadaan panas atau`sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat
dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting,
oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.1,3,4

H. TERAPI
a. Obat-obatan.

Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak


mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa yang sering
diberikan adalah pohenobarbital, vitamin yang dianjurakan yaitu
vitamin B1 dan B6, antihistaminika juga dianjurakan Pada keadaan
lebih berat diberikan antimimetik seperti disklomin hidrokhloride,
avomin.1,3

b. Isolasi.

Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang
baik hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai
muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan
keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau
hilanhg tanpa pengobatan.1,3

c. Terapi psikologik.

Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,


hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.1,3

d. Cairan parenteral.

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein


dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari.
Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intra vena Dibuat daftar kontrol
cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa
sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan
nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut
keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan
umum bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan
lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala-gejala akan
berkurang dan keadaan akan bertambah baik.1,2,3

e. Penghentian kehamilan.

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika
memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan merupakam manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapuetik sering sulit diambil,
oleh karena disatu pihak tidak boleh silakukan terlalu cepat, tetapi
dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel
pada organ vital. Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan
medik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium,
kebutuhan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.1,3
Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:

1. Gangguannkejiwaan
i. Delirium
ii. Apatis,nsomnolennsampainkoma
iii. Terjadi gangguan jiwa ensepalopati wernicle
2. Gangguannpenglihatan
i. Pendarahanbretina
ii. Kemunduran penglihatan
3. Gangguanmfaal
i. Hatibdalambbentukbikterus
ii. Ginjalbdalambbentukbanuria
iii. Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat
iv. Tekanan darah menurun

I. DIET PADA HIPEREMESIS GRAVIDARUM


a. Tujuan
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk
mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang
cukup.2,4
b. Syarat
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat,
diantaranyanadalah:
i. Karbohidrat tinggi
ii. Lemak rendah
iii. Protein sedang
iv. Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian
cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10
gelas per hari
v. Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran
pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
vi. Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian
dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
vii. Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi
dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi
pasien

c. Macam-macambDiet
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
i. DietbHiperemesisbI
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan
hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari
roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus,
dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang
terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam
waktu lama.2,4
ii. DietbHiperemesisbII
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah
berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai
dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan
makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap
ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan
energi.2,4
iii. DietbHiperemesisbIII
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien
hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai
kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi
kebutuhan energi dan semua zat gizi.2,4
d. Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III
adalah :
a. Roti panggang, biskuit, crackers
b. Buah segar dan sari buah
c. Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak,
teh dan kopi encer.
e. Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III
adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan
dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol,
kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan
bahan penyedap) juga tidakbdianjurkan.2,4
J. PROGNOSIS

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat


memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin yang
menjadi pegangan bagi kita untuk menilai maju mundurnya pasien adalah adanya
aseton dam urin dan berat badan sangat turun.1,3

ASAM GLUTAMAT

A. Definisi

Asam glutamat adalah neurotransmiter utama di otak dan tulang


belakang yang diubah menjadi glutamin atau Gamma-Aminobutyric Acid
(GABA) dua asam amino lain yang membantu transpor pesan ke otak.6,

B. Struktur Kimia
C. Fungsi

Glutamat merupakan neurotransmiter eksitatori pada sistem saraf


manusia. impuls syaraf menjadi pemicu pengeluaran glutamat dari sel pre-
sinaptik. Pada sel post-sinaptik terdapat reseptor glutamat (reseptor NMDA)
yang akan berikatan dengan glutamat. Fungsi utama asam glutamat adalah
fungsi kognitif seperti belajar dan memori di otak.6,7,8

Asam glutamat (glutamat) merupakan neurotransmiter rangsang yang


meningkatkan penembakan neuron dalam sistem saraf pusat. Asam glutamat
sangat penting dalam metabolisme gula dan lemak, dan bantuan dalam
transportasi kalium ke dalam cairan tulang belakang dan melintasi sawar
darah-otak.6,7,8

Asam glutamat dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia sehingga


tidak tergolong esensial. Saat pertama kali ditemukan pada tahun 1970, asam
glutamat dan beberapa asam amino lainnya dianggap sebagai neurotoksin
ketika senyawa diberikan sebagai asupan melalui mulut kepada model hewan
yang belum dewasa. Degenerasi neuron akut ditemukan pada area yang tidak
terlindungi oleh sawar darah otak, terutama pada area nukleus arsuat pada
hipotalamus.6,7

Transporter glutamat ditemukan di membran neuronal dan membran


glial. Transporter ini memindahkan dengan cepat glutamat dari ekstraseluler.
Pada kerusakan otak atau suatu penyakit maka glutamat akan terakumulasi
diluar sel. Proses ini terjadi karena ion kalsium masuk ke dalam sel melalui
reseptor NMDA apabila terjadi kerusakan neuron dan kematian sel. Proses ini
disebut eksotoksisitas.6,7,8

Ion glutamat merangsang beberapa tipe saraf yang ada di lidah


manusia. Sifat ini dimanfaatkan dalam industri penyedap. Garam turunan dari
asam glutamat, yang dikenal sebagai mononatrium glutamat (dikenal juga
sebagai monosodium glutamat, MSG, vetsin atau micin), sangat dikenal dalam
dunia boga Indonesia maupun Asia Timur lainnya sebagai penyedap masakan.
Asam glutamat dahulu pertama kali diisolasi sebagai substansi murni tahun
1866 oleh seorang ahli kimia Jerman Ritthausen melalui hidrolisis asam dari
gliadin, sebuah komponen gluten gandum. Pada tahun 1908, ilmuan Jepang
yang bernama Kikunae Ikeda menemukan bahwa asam glutamat dapat
menjadi peningkat rasa yang diekstrak dari rumput laut. Dari 40 kg rumput
laut yang diekstrak didapatkan 30 gr asam glutamat, yang diidentifikasikan
sebagai komponen pengikat rasa.7,8

D. Toksisitas glutamat

Ada dua cara umum, glutamat yang benar-benar dapat merusak sel-sel
saraf dan otak secara keseluruhan. Pertama, tidak boleh terlalu banyak
glutamat sekitar, konsentrasi tinggi yang tidak normal glutamat dapat
menyebabkan overaksitasi sel saraf penerima. Kedua, untuk glutamat pada
reseptor sel saraf dapat menerima peka, sehingga molekul glutamat kurang
diperlukan untuk merangsang sel itu. Dalam kedua kasus, sel diaktifkan oleh
glutamat menjadi aktif. Hal ini dapat mengakibatkan efek yang dapat
menyebabkan kerusakan sel dan/atau kematian. Untuk alasan ini, glutamat
disebut sebagai excitotoxin. 9

Neurotransmiter glutamat bertanggung jawab untuk saraf signaling-


yaitu, untuk melewati pesan kimiawi dari satu sel saraf yang lain. Pada
konsentrasi normal, glutamat sangat penting untuk fungsi otak seperti belajar
dan memori. Namun pada konsentrasi tinggi dapat meningkatkan aktivitas
selular yang akhirnya menyebabkan kematian sel. Ketika glutamat
menyebabkan kerusakan sel, itu menjadi excitotoxin , dan teori oleh glutamat
merusak sel yang disebut Teori Excitotoxicity.9

E. Reseptor Glutamat

Reseptor glutamat adalah reseptor sinaptik terletak terutama pada


membran neuron sel. Glutamat adalah salah satu dari 20 asam amino yang
digunakan untuk merakit protein dan sebagai hasilnya melimpah di banyak
daerah di tubuh, tetapi juga berfungsi sebagai neurotransmitter dan sangat
berlimpah dalam sistem saraf. Reseptor glutamat bertanggung jawab atas
eksitasi post-sinaptik glutamat yang dimediasi sel saraf, dan penting untuk
komunikasi saraf, pembentukan memori, belajar, dan regulasi. Selain itu,
reseptor glutamat yang terlibat dalam patologi sejumlah penyakit
neurodegeneratif karena peran sentral mereka dalam excitotoxicity dan
prevalensi mereka di seluruh sistem saraf pusat.8

Reseptor glutamat dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan


mekanisme yang aktivasi mereka menimbulkan arus postsynaptic. Ionotropic
reseptor glutamat (iGluRs) membentuk saluran pori ion yang aktif ketika
glutamat berikatan dengan reseptor. Metabotropic reseptor glutamat (mGluRs)
secara tidak langsung mengaktifkan ion-saluran pada membran plasma
melalui kaskade sinyal yang melibatkan protein G. Reseptor Ionotropic
cenderung lebih cepat dalam menyampaikan informasi tetapi metabotropic
berhubungan dengan stimulus yang lebih lama.8

Ada banyak subtipe spesifik reseptor glutamat. Beberapa senyawa


yang secara rutin digunakan dalam penelitian reseptor glutamat dan
berhubungan dengan subtipe reseptor yaitu:

Jenis Nama Agonis


Ionotropic NMDA reseptor NMDA
Kainate reseptor Kainate
AMPA reseptor AMPA
Metabotropic mGIuR L-AP4, ACPD, L-QA

Reseptor glutamat terutama dalam sistem saraf pusat. Reseptor ini


dapat ditemukan pada dendrit sel post-sinaptik dan mengikat untuk glutamat
dilepaskan ke celah sinaps oleh sel-sel pra-sinaptik juga pada kedua astrosit
dan oligodendrocytes. Glutamat yang mengikat ke bagian ekstraseluler
reseptor dan menimbulkan respon, namun berbagai jenis reseptor dapat
menghasilkan respon yang berbeda. Ionotropic dan reseptor glutamat
metabatropic, kecuali NMDA, ditemukan pada sel glial yang dapat
menyebabkan sel mengatur ekspresi gen dan melepaskan senyawa
neuroactive.8

IONOTROPIC

Semua reseptor glutamat ionotropic adalah ligand-gated nonselektif


kation saluran yang memungkinkan aliran K+, Na+ dan kadang-kadang Ca2+
dalam ikatan glutamat. Setelah mengikat, agonist akan merangsang tindakan
langsung dari pori pusat dari reseptor, saluran ion, sehingga aliran ion dan
menyebabkan EPSC (exitatory post-sinaptik saat ini). Arus ini depolarizing
dan, jika reseptor glutamat cukup diaktifkan, mungkin memicu potensial aksi
di neuron pasca-synaptic. Semua menghasilkan rangsang post-sinaptik saat
ini, namun kecepatan dan durasi saat ini berbeda untuk setiap jenis. NMDA
reseptor memiliki situs pengikatan internal untuk ion Mg+2 menciptakan blok
tergantung tegangan yang dikeluarkan oleh aliran luar positif saat ini. Sejak
blok harus dikeluarkan oleh arus luar, reseptor NMDA mengandalkan EPSC
dihasilkan oleh reseptor AMPA untuk membuka. NMDA reseptor yang
permiable untuk Ca2+ yang merupakan kation penting dalam sistem saraf dan
telah dikaitkan dengan regulasi gen. Diperkirakan bahwa aliran Ca2+ melalui
reseptor NMDA dapat menyebabkan baik LTP dan LTD oleh transducing
kaskade sinyal dan mengatur ekspresi gen.6,7,8,10
METABOTROPIC

Reseptor glutamat Metabotropic, yang milik C subfamili dari reseptor


G protein-coupled dibagi menjadi tiga kelompok, dengan total delapan sub-
jenis. Para mGluRs terdiri dari tiga wilayah yang berbeda: wilayah
ekstraselular, daerah transmembran, dan wilayah intraseluler. Glutamat
mengikat ke wilayah ekstraselular dari protein G mGluR menyebabkan terikat
ke daerah intraseluler menjadi terfosforilasi, mempengaruhi beberapa jalur
biokimia dan saluran ion dalam sel. Karena itu, mGluRs dapat meningkatkan
baik atau mengurangi exitability dari sel post sinaptik, sehingga menyebabkan
berbagai efek fisiologis.6,7,8,10

Dalam kasus cedera otak traumatis atau iskemia serebral (misalnya


cerebral infark atau perdarahan), neurodegeneration akut yang disebabkan
oleh excitotoxicity dapat menyebar ke neuron proksimal melalui dua proses.
Hipoksia dan hipoglikemia memicu kegagalan bioenergi, produksi ATP
berhenti. Energi mitokondria Na/K-ATPase tidak bisa lagi mempertahankan
natrium/kalium sehingga gradien konsentrasi ion melintasi membran plasma.
Glutamate transporter (EAATs), yang menggunakan Na+/K+, transportasi
glutamat reverse (penghabisan) di neuron yang terkena dampak dan astrosit,
dan meningkatkan pelepasan sinaptik depolarisasi glutamat. Di samping itu,
kematian sel atau apoptosis melalui lisis glutamat sitoplasma luar sel. Kedua
bentuk pelepasan glutamat menyebabkan efek domino terus-menerus
kematian sel excitotoxic dan selanjutnya meningkatkan kadar ekstraseluler
glutamat.8 Penyakit neurodegeneratif yang dianggap dimediasi reseptor
glutamat adalah:

a. Kompleks demensia AIDS


b. Enchepalopathi Wernicke
c. Alzheimer’s disease
d. Sclerosis lateral
e. Gabungan sistem penyakit (defisiensi vit B12)
f. Depresi/kecemasan
g. Kecanduan narkoba
h. Glaukoma
i. Ensepalopati hepatikum
j. Penyakit Huntington
k. Hidroksibutirat aminoaciduria
l. Hyperhomocysteinemia dan homocysteinuria
m. Multiple sklerosis
n. Hyperglicemia non-ketotic
o. Parkinson
p. Skizofrenia

BAB III

PEMBAHASAN

Glutamat adalah salah satu dari 20 asam amino penyusun protein. Sebagai asam
amino, glutamat termasuk dalam kelompok non esensial, yang artinya tubuh mampu
memproduksi sendiri.10 Pada hiperemesis gravidarum jika terjadi terus-menerus
dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkolosis
hipokloremik. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik
dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan
karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih.
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak
hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Encephalopati Wernicke
dapat terjadi pada hiperemesis gravidarum. Ini merupakan suatu sindrom yang
ditandai dengan ataxia, ophtamoplegia, bingung, dan kehilangan memori jangka
pendek. Hal tersebut dikarenakan terdapat lesi pada nukleus thalamikus otak
tengah, mammilary bodies, periaquaduktal, dan periventrikular batang otak. Lesi
ini terjadi karena kurangnya masukan dan penyerapan terhadap thiamine (vit B1)
terutama berhubungan dengan kurangnya asupan karbohidrat tubuh. Neuropati
pada kasus ini terjadi karena kematian neuron akibat defisiensi thiamin dalam sel
astrositik. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan uptake glutamat, transporter
glutamat astrositik (EAAT1 dan EAAT2) menyebabkan excitotoksisitas, yang
hasil akhirnya adalah kerusakan sel otak.11,13,14

Glutamat ada di setiap mahluk hidup baik dalam bentuk terikat maupun bebas.
Glutamat sebagai asam amino no-essensial ditemukan pada tahun 1866 yang berhasil
mengisolasinya dari gluten (protein gandum). Glutamat yang masih terikat dengan asam
amino lain sebagai protein tidak memiliki rasa. Hanya jika glutamat yang dalam bentuk
bebas memiliki rasa Umami (gurih). Kadar glutamat dalam makanan bervariasi
tergantung dari macam makanan, kondisi makanan (mentah atau matang) dan proses
pengolahannya. Glutamat bebas dalam makanan sehari-hari umumnya rendah, sehingga
ketika memasak kita perlu menambahkan bumbu-bumbu yang kaya kandungan glutamat
bebas agar cita rasa masakan menjadi lebih enak. MSG banyak dipakai dalam makanan
sebagai bahan penyedap masakan untuk merangsang selera makan. Rangsangan selera
dari makanan yang diberi MSG disebabkan oleh kombinasi rasa yang khas dari efek
sinergis MSG dengan 5 ribonukleotida yang terdapat dalam makanan dan bekerja pada
membran sel reseptor kecap. 12
Asam glutamat dan MSG mempunyai sifat kimia yang sama, yaitu berbentuk
tepung kristal berwarna putih dan mudah larut dalam air dan tidak berbau. Struktur kimia
keduanya terlihat dibawah ini:

COOH-CH2-CH2-CH2-COOH

NH2

ASAM GLUTAMAT

COOH-CH2-CH2-CH2-COONa.H20

NH2

MONOSODIUM GLUTAMAT

Pemberian MSG dosis besar bersama makanan pada


manusia, kera dan mencit hanya menghasilkan sedikit kenaikan
kadar glutamat plasma. Pemberian MSG yang dilarutkandalam
air, menghasilkan kadar glutamat plasma yang lebih tinggi
dibandingkan denganpemberian MSG bersama makanan dalam
dosis yang sama. Efek ini sangat jelas pada manusia.10,12
Kadar glutamat plasma pada manusia meningkat tajam
seteleh pemberian garam glutamat dalam cairan. Dilaporkan
bahwa pemberian MSG pada rodensia menyebabkan
peningkatan kadar glutamat dalam serum sehingga
menimbulkan efek akut. Penyelidikan glutamat pada mencit dan
kera menunjukkan bahwa metabolisme glutamat pada binatang
dewasa berlangsung lebih cepat daripada neonatus meskipun
banyak faktor lain yang mempengaruhi kecepatan metabolisme.
Data-data menunjukkan bahwa metabolisme glutamat pada
manusia dewasa kurang cepat dibandingkan dengan
metabolisme glutamat pada mencit dan kera dewasa. Asam
amino dikarboksilat, glutamat dan aspartat, menempati posisi
unik dalam metabolisme perantara. Mereka memegang peranan
penting dalam produksi energi, sintesis urea, sistesis glutathion,
dan sebagai neurotransmitter. Hal ini disebabkan sel-sel
mengandung sejumlah besar glutamat bebas dan aspartat. Asam
amino ini merupakan asam amino utama yang didapatkan dalam
mitokondria sel dan merupakan 50-70% dari total asam amino
bebas. Dalam jumlah besar, normal didapatkan pada otak dan
hati manusia.12
Glutamat dan aspartat akan dimetabolisme secara cepat
oleh usus dan hati. Adanya perbedaan individual dalam absorpsi
atau metabolisme glutamat, akan mempengaruhi kadar glutamat
dalam plasma. Glutamat yang diserap ditransaminasikan dengan
piruvat ke bentuk alanin. Alanin dari hasil transaminasi dari
piruvat, oleh asam amino dikarboksilat, menghasilkan
aketoglutarat atau oksaloasetat. Proses ini mengakibatkan
berkurangnya jumlah asam amino dikarboksilat yang dilepas ke
dalam darah portal. Glutamat dan asam aspartat yang lolos dari
metabolisme mukose, dibawa melalui vena portal ke hati.
Sebagian glutamat dan aspartat dikonversikan oleh usus dan hati
ke bentuk glukosa dan laktat, kemudian dialirkan ke dalam darah
perifer.
Pemberian MSG secara parenteral akan memberikan reaksi
yang berbeda dengan pemberian MSG per oral karena pada
pemberian secara parenteral, MSG tidak melalui usus dan vena
portal. Sedangkan pada pemberian per oral, MSG akan melalui
usus ke sirkulasi portal dan hati. Hati mempunyai kesanggupan
untuk metabolisme asam glutamat ke metabolit lain. Oleh karena
itu, apabila pemberian glutamat melebihi kemampuan kapasitas
hati untuk metabolismenya, maka dapat menyebabkan
peningkatan glutamat plasma. Menurut Olney, penyuntikan MSG
secara subkutan akan menyebabkan kadar glutamat plasma
pada neonatus mencit lebih tinggi daripada mencit dewasa. Jadi,
kapasitas metabolisme glutamat oleh hati meningkat sejalan
dengan meningkatnya umur.12
Di dalam percobaan untuk mendapatkan data yang relevan untuk
keamanan di dalam penggunaannya, Heywood dan kawan-kawan memberikan
MSG ad libitum dalam makanan dan air minum dengan dosis 45,5 gr/kg berat
badan per hari atau 20,9 gr/kg berat badan per hari, berturut-turut pada mencit
yang disapih, ternyata tidak ada lesi hipotalamus. Ambang batas untuk
neurotoksisitas MSG ketika diberikan dalam makanan tidak dapat dibuktikan.12
Penelitian terhadap anak tikus umur 5 hari yang induknya diberi MSG per
oral selama gestasi dengan dosis 2400 mg/kg berat badan, 4800 mg/kg berat
badan, dan 9600 mg/kg berat badan, ternyata pada dosis 4800 mg/kg berat badan
terjadi kerusakan ringan dan berat pada sel neuron hipotalamus berupa edema sel
dan edema sel disertai piknotik inti. Sedangkan pada dosis 9600 mg/kg berat
badan terjadi kerusakan berat pada sel neuron hipotalamus berupa edema sel dan
piknotik inti.12
Dilaporkan bahwa pada penyuntikan subkutan terhadap anak tikus jantan
dan betina yang baru dilahirkan dengan dosis berangsur-angsur meningkat dari
2,2 gr/kg berat badan sampai 4,2 gr/kg berat badan dari hari ke-2 sampai ke-11,
didapatkan bahwa pada saat pubertas, tikus betina mengalami perkembangan
seksual prematur ditandai dengan kanalisasi vagina sebelum waktunya,
peningkatan bermakna dari prenstase estrus, dan mempengaruhi fertilitas tikus
tersebut. Pada tikus jantan terjadi penurunan berat kelenjar pincal, hipofisis,
adrenal, dan testis. Pada pemeriksaan histologis, tidak ada perbedaan antara tikus
kontrol dan tikus yang diberi MSG. Pada anak tikus jantan yang diberi MSG
setelah dikawinkan saat dewasa, ternyata fertil. Hampir semua tikus betina
(kecuali satu) menjadi hamil dan melahirkan serta lama kehamilan normal.12
Penelitian lain dilakukan pada anak hamster jantan dan betina yang baru
dilahirkan dengan suntikan subkutan MSG dalam laruran saline dengan dosis 4
atau 8 mg MSG/gr berat badan dari hari ke-1 sampai hari ke-5, dari hari ke-6
sampai hari ke-10, atau dari hari ke-1 sampai hari ke-10. Binatang dibunuh pada
hari ke-60, dan didapatkan hasil bahwa berat organ reproduksi lebih rendah dari
kontrol. Pada hamster betina didapatkan asiklik, ovarium dengan folikel yang
kecil, dan tidak ada korpora lutea. Pada hamster jantang didapatkan tubulus
seminiferus atrofi dan aktivitas minimal dari 53 steroid dehidrogenase pada sel
interstitial testis.12
Penelitian lain dilakukan pada anak mencit jantan dan betina yang baru
dilahirkan dengan melakukan penyuntikan subkutan dari hari ke-2 sampai hari ke-
11, dengan dosis berangsur-angsur meningkat, dari 2,2 sampai 4,2 mg/kg berat
badan. Ternyata setelah dewasa, bila mencit jantan dikawinkan dengan mencit
betina yang diberi MSG, maka jumlah kehamilan dan jumlah anak berkurang
secara bermakna pada mencit betina yang diberi MSG. Pada mencit betina dan
mencit jantan yang diberi MSG, terjadi pengurangan berat kelenjar endoktrin,
yaitu pada kelenjar hipofisis, tiroid, ovarium, atau testis. Setelah dewasa, pada
mencit betina yang diberi MSG terjadi kelambatan kanalisasi vagina dan
mempunyai siklus estrus yang lebih panjang daripada kontrol. Setelah dewasa,
pada mencin jantan yang diberi MSG didapatkan tanda-tanda fertilitas menurun,
misalnya berkurangnya berat testis,hipofisis, dan underscended testis. Pada
pemberian MSG per oral pada tikus putih jantan umur 2 tahun,6 ditemukan
kelainan pada hati dan ginjal berupa pelebaran sinusoid yang mengandung banyak
eritrosit, dan perlemakan ringan pada hati.12
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
• Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan ibu menjadi buruk dimulai
dari minggu ke-5 kehamilan sampai minggu ke-12 kehamilan.
• Glutamat merupakan neurotransmiter eksitatori pada sistem saraf manusia.
impuls syaraf menjadi pemicu pengeluaran glutamat dari sel pre-sinaptik
yang memiliki fungsi kognitif seperti belajar dan memori di otak.
• Asam glutamat dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia (non-
esensial).
• Encephalopati Wernicke dapat terjadi pada hiperemesis gravidarum oleh
karena defisiensi thiamine (vitamin B1). Hal tersebut mengakibatkan
uptake glutamat dalam sel meningkat sehingga terjadi excitotoksisitas
yang hasil akhirnya adalah kematian sel.

B. SARAN
Masih dibutuhkan penelitia lebih lanjut mengenai pengaruh glutamat
pada wanita dengan hiperemesis gravidarum mengingat penelitian saat ini
masih banyak yang menggunakan hewan coba dan minimnya penelitian pada
manusia.

Anda mungkin juga menyukai