Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. PATOLOGI
D. PATOFISIOLOGI
Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik
dengan hiperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntah yang
menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan
petunjuk bahwa wanita hamil telah memerlukan perawatan yang intensif.1
1. Tingkatan I. Ringan
F. DIAGNOSIS
G. PENCEGAHAN
H. TERAPI
a. Obat-obatan.
b. Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang
baik hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai
muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan
keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau
hilanhg tanpa pengobatan.1,3
c. Terapi psikologik.
d. Cairan parenteral.
e. Penghentian kehamilan.
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika
memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan merupakam manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapuetik sering sulit diambil,
oleh karena disatu pihak tidak boleh silakukan terlalu cepat, tetapi
dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel
pada organ vital. Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan
medik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium,
kebutuhan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.1,3
Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:
1. Gangguannkejiwaan
i. Delirium
ii. Apatis,nsomnolennsampainkoma
iii. Terjadi gangguan jiwa ensepalopati wernicle
2. Gangguannpenglihatan
i. Pendarahanbretina
ii. Kemunduran penglihatan
3. Gangguanmfaal
i. Hatibdalambbentukbikterus
ii. Ginjalbdalambbentukbanuria
iii. Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat
iv. Tekanan darah menurun
c. Macam-macambDiet
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
i. DietbHiperemesisbI
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan
hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari
roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus,
dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang
terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam
waktu lama.2,4
ii. DietbHiperemesisbII
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah
berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai
dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan
makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap
ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan
energi.2,4
iii. DietbHiperemesisbIII
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien
hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai
kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi
kebutuhan energi dan semua zat gizi.2,4
d. Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III
adalah :
a. Roti panggang, biskuit, crackers
b. Buah segar dan sari buah
c. Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak,
teh dan kopi encer.
e. Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III
adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan
dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol,
kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan
bahan penyedap) juga tidakbdianjurkan.2,4
J. PROGNOSIS
ASAM GLUTAMAT
A. Definisi
B. Struktur Kimia
C. Fungsi
D. Toksisitas glutamat
Ada dua cara umum, glutamat yang benar-benar dapat merusak sel-sel
saraf dan otak secara keseluruhan. Pertama, tidak boleh terlalu banyak
glutamat sekitar, konsentrasi tinggi yang tidak normal glutamat dapat
menyebabkan overaksitasi sel saraf penerima. Kedua, untuk glutamat pada
reseptor sel saraf dapat menerima peka, sehingga molekul glutamat kurang
diperlukan untuk merangsang sel itu. Dalam kedua kasus, sel diaktifkan oleh
glutamat menjadi aktif. Hal ini dapat mengakibatkan efek yang dapat
menyebabkan kerusakan sel dan/atau kematian. Untuk alasan ini, glutamat
disebut sebagai excitotoxin. 9
E. Reseptor Glutamat
IONOTROPIC
BAB III
PEMBAHASAN
Glutamat adalah salah satu dari 20 asam amino penyusun protein. Sebagai asam
amino, glutamat termasuk dalam kelompok non esensial, yang artinya tubuh mampu
memproduksi sendiri.10 Pada hiperemesis gravidarum jika terjadi terus-menerus
dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkolosis
hipokloremik. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik
dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan
karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih.
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak
hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Encephalopati Wernicke
dapat terjadi pada hiperemesis gravidarum. Ini merupakan suatu sindrom yang
ditandai dengan ataxia, ophtamoplegia, bingung, dan kehilangan memori jangka
pendek. Hal tersebut dikarenakan terdapat lesi pada nukleus thalamikus otak
tengah, mammilary bodies, periaquaduktal, dan periventrikular batang otak. Lesi
ini terjadi karena kurangnya masukan dan penyerapan terhadap thiamine (vit B1)
terutama berhubungan dengan kurangnya asupan karbohidrat tubuh. Neuropati
pada kasus ini terjadi karena kematian neuron akibat defisiensi thiamin dalam sel
astrositik. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan uptake glutamat, transporter
glutamat astrositik (EAAT1 dan EAAT2) menyebabkan excitotoksisitas, yang
hasil akhirnya adalah kerusakan sel otak.11,13,14
Glutamat ada di setiap mahluk hidup baik dalam bentuk terikat maupun bebas.
Glutamat sebagai asam amino no-essensial ditemukan pada tahun 1866 yang berhasil
mengisolasinya dari gluten (protein gandum). Glutamat yang masih terikat dengan asam
amino lain sebagai protein tidak memiliki rasa. Hanya jika glutamat yang dalam bentuk
bebas memiliki rasa Umami (gurih). Kadar glutamat dalam makanan bervariasi
tergantung dari macam makanan, kondisi makanan (mentah atau matang) dan proses
pengolahannya. Glutamat bebas dalam makanan sehari-hari umumnya rendah, sehingga
ketika memasak kita perlu menambahkan bumbu-bumbu yang kaya kandungan glutamat
bebas agar cita rasa masakan menjadi lebih enak. MSG banyak dipakai dalam makanan
sebagai bahan penyedap masakan untuk merangsang selera makan. Rangsangan selera
dari makanan yang diberi MSG disebabkan oleh kombinasi rasa yang khas dari efek
sinergis MSG dengan 5 ribonukleotida yang terdapat dalam makanan dan bekerja pada
membran sel reseptor kecap. 12
Asam glutamat dan MSG mempunyai sifat kimia yang sama, yaitu berbentuk
tepung kristal berwarna putih dan mudah larut dalam air dan tidak berbau. Struktur kimia
keduanya terlihat dibawah ini:
COOH-CH2-CH2-CH2-COOH
NH2
ASAM GLUTAMAT
COOH-CH2-CH2-CH2-COONa.H20
NH2
MONOSODIUM GLUTAMAT
A. KESIMPULAN
• Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan ibu menjadi buruk dimulai
dari minggu ke-5 kehamilan sampai minggu ke-12 kehamilan.
• Glutamat merupakan neurotransmiter eksitatori pada sistem saraf manusia.
impuls syaraf menjadi pemicu pengeluaran glutamat dari sel pre-sinaptik
yang memiliki fungsi kognitif seperti belajar dan memori di otak.
• Asam glutamat dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia (non-
esensial).
• Encephalopati Wernicke dapat terjadi pada hiperemesis gravidarum oleh
karena defisiensi thiamine (vitamin B1). Hal tersebut mengakibatkan
uptake glutamat dalam sel meningkat sehingga terjadi excitotoksisitas
yang hasil akhirnya adalah kematian sel.
B. SARAN
Masih dibutuhkan penelitia lebih lanjut mengenai pengaruh glutamat
pada wanita dengan hiperemesis gravidarum mengingat penelitian saat ini
masih banyak yang menggunakan hewan coba dan minimnya penelitian pada
manusia.