SKRIPSI
Diajukan sebagai prasyarat menyelesaikan Studi Strata 1
Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
PERSETUJUAN PEMBIMBING
KONDISI SAAT INI ” telah disetujui oleh dosen pembimbing Jurusan Teknik
Hari :
Tanggal :
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
NIM : 5150401005
Telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian Skripsi Jurusan Teknik Sipil,
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
Semarang) Kondisi Saat Ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Teknik.
Penulis sadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan arahan berbagai pihak yang dengan sabar dan telaten membimbing
2. Drs. Lashari, MT, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNNES.
3. Drs. Henry Apriyatno, MT, Ketua Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik
4. Untoro Nugroho ST. MT, Dosen pembimbing dari Universitas Negeri Semarang
skripsi ini.
5. Ir. H Fachrurrozy , Dosen pembimbing dari Universitas Gadjah Mada yang telah
6. Agung Budiwirawan ST. MT dan Alfa Narendra ST. MT, Dosen Transportasi
dari Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan arahan dan bimbingan
iv
7. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga tercinta yang tak henti-hentinya
8. Seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini, yang tidak
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena itu
kririk dan saran dari pembaca penulis harapkan guna kemaslahatan bersama kelak
dikemudian hari.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi siapa saja yang mempunyai perhatian terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan menuju kehidupan yang lebih baik dimasa yang
Penulis
v
MOTTO
“ Berusahalah untuk tidak menjadi orang yang berhasil, tapi berusahalah untuk
menjadi orang yang berguna ” ( Einstein )
“ Kita harus menemukan kekuatan kasih dalam diri kita terlebih dahulu barulah kita
dapat benar – benar mengasihi orang lain ”( Ching Hai )
PERSEMBAHAN
PERNYATAAN
vi
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu naskah ini dan
Arief Darmawan
5150401005
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN.............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
viii
C. Kondisi Lingkungan................................................................................... 8
E. Keaslian Penelitian..................................................................................... 10
G. Kapasitas (C).............................................................................................. 20
ix
I. Keperluan Perubahan ................................................................................. 21
2. Metode Survei........................................................................................ 29
D. Tahap Pembahasan..................................................................................... 32
x
a. Penambahan Lebar Pendekat ......................................................... 33
xi
b. Kendaraan Terhenti (Nsv).............................................................. 45
A. Kesimpulan ................................................................................................ 48
B. Saran ...................................................................................................... 50
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Grafik Arus Jenuh Dasar Untuk Pendekat Tipe P...................... 14
Gambar 3.2 Grafik Faktor Penyesuaian Untuk Pengaruh Parkir Dan Lajur
Gambar 3.6 Grafik Perhitungan Jumlah Antrian (NQmax) Dalam Smp ....... 23
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4 Faktor Koreksi Ukuran Kota (FCS) Untuk Simpang ........................ 15
Tabel 5.6 Perhitungan Kapasitas (C) Dan Derajat Kejenuhan (DS) ................ 38
Tabel 5.11 Perhitungan Arus Jenuh Dasar (So) Setelah Perencanaan ............. 42
Tabel 5.12 Perhitungan Nilai Arus Jenuh (S) Setelah Perencanaan ................ 42
Tabel 5.14 Perhitungan Rasio Arus Dan Rasio Fase (FR) Setelah
Perencanaan...................................................................................... 43
xiv
Tabel 5.15 Perhitungan Waktu Hijau (g) Setelah Perencanaan ....................... 43
Tabel 5.16 Perhitungan Kapasitas (C) Dan Derajat Kejenuhan (DS) Setelah
Perencanaan.................................................................................... 44
Setelah Perencanaan....................................................................... 45
Pelebaran .......................................................................................... 47
Tabel 6.1 Hubungan Antara Kapasitas, Arus Lalu Lintas Dan Derajat
Tabel 6.2 Hubungan Antara Kapasitas, Arus Lalu Lintas Dan Derajat
Tabel 6.4 Perbandingan Waktu Siklus Pada Kondisi Saat Ini dan Setelah
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Pendekat ..................................................................................... 63
xvi
ABSTRAK
Kata kunci : kapasitas, derajat kejenuhan, arus lalu lintas, waktu siklus, waktu hijau.
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sarana dan prasarana yang aman, nyaman dan lancar. Tuntutan pelaksanaan aktifitas
pada jam-jam tertentu lalu lintas padat oleh pelajar ataupun mahasiswa. Hal ini
menuntut terpenuhinya angkutan umum dan angkutan kota yang memadai. Dalam
hal perdagangan kita tidak lepas dari sistem pengangkutan barang atau orang dari
satu daerah ke daerah lain, hal ini membutuhkan sarana transportasi yang memadai
secara sistematik dan berkelanjutan sesuai dengan pola pergerakan barang atau orang
Salah satu ruas jalan yang mempunyai peranan besar di kota Semarang adalah
pada simpang Banyumanik. Tingkat kepadatan dan keramaian lalu lintas di ruas jalan
2
ini cukup besar karena merupakan salah satu jalur utama jalan raya yang
transportasi dari berbagai macam dan karakteristik lalu lintas yang terjadi ditambah
para pengguna jalan, khususnya angkutan kota yang berhenti semaunya di sepanjang
Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. Setiabudi dan Jl. Karang Rejo mengakibatkan kondisi
lalu lintas padat terutama pada jam puncak pagi dan jam puncak sore hari.
Banyumanik, karena banyaknya kendaraan yang menuju ke arah Solo dan DIY,
kendaraan dari Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. Setiabudi dan Jl. Karang Rejo dan
Banyumanik.
yang ada dan rencana pengembangan di masa yang akan datang maka menjadi acuan
B. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah seberapa besar
kapasitas pada simpang bersinyal di salah satu wilayah kota Semarang yaitu simpang
Semarang?
2. Faktor apa saja yang berpengaruh pada kapasitas pada simpang bersinyal di
lalu lintas yang terjadi pada simpang bersinyal di simpang Banyumanik, Kota
digunakan sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang perlu dilakukan dalam
2 Menganalisis agar arus pergerakan lalu lintas pada lokasi yang ditinjau lancar.
3 Menganalisis tingkat antrian yang terjadi pada simpang bersinyal pada simpang
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Praktis
a. Bagi Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bina Marga dan Dinas Perhubungan
Sebagai salah satu bahan masukan mengenai kinerja pada simpang bersinyal di
b. Bagi Mahasiswa
E. Batasan Penelitian
1. Pengambilan data primer berupa survei lalu lintas yang waktu dan teknis
3. Data lalu lintas untuk analisis simpang bersinyal berdasarkan survei yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penegasan istilah dimaksudkan agar pembaca lebih mudah mengerti isi serta
mendapatkan gambaran dari obyek peneliti mengenai simpang yang ditinjau, dalam
Simpang Banyumanik, Kota Semarang adalah salah satu ruas jalan yang
mempunyai peranan besar di Kota Semarang sebagai ibukota Propinsi Jawa Tengah.
Tingkat kepadatan dan keramaian lalu lintas di ruas jalan ini tinggi karena
merupakan salah satu jalur utama yang menggunakan prasarana jalan raya untuk
menghubungkan antara Kota Semarang dengan Kota DIY, Kota Solo. Obyek yang
khusus ditinjau oleh peneliti pada Simpang Banyumanik, Kota Semarang ini meliputi
Beberapa istilah (yang bersumber dari Manual Kapasitas jalan Indonesia, 1997)
sehubungan dengan keperluan waktu hijau untuk keluar masuk antrian apabila
2. Satuan mobil penumpang adalah satuan arus lalu lintas dari berbagi tipe
belok kanan dengan gerak lurus/belok kiri dari bagian pendekat dengan lampu
6. Belok kiri langsung adalah indeks untuk lalu-lintas belok kiri yang diijinkan
9. Rasio belok kanan adalah rasio untuk lalu-lintas yang belok kanan dengan
keseluruhan total.
10. Arus lalu-lintas adalah jumlah unsur lalu-lintas yang melalui titik tak
terganggu dihulu.
11. Arus melawan adalah arus lalu-lintas dalam pendekat yang berlawanan, yang
12. Arus belok kanan yang terlawan adalah arus dari lalu-lintas belok kanan dari
13. Arus jenuh adalah besarnya keberangkatan antrian didalam suatu pendekat
14. Arus jenuh dasar adalah besarnya keberangkatan antrian didalam pendekat
15. Derajat kejenuhan adalah rasio dari arus lalu-lintas terhadap kapasitas untuk
suatu pendekat.
16. Rasio arus adalah rasio arus terhadap arus jenuh (Q/S) dari suatu pendekat.
17. Rasio arus simpang adalah jumlah dari rasio arus kritis (=tertinggi) untuk
18. Rasio fase adalah rasio arus kritis dibagi dengan rasio arus simpang.
20. Faktor penyesuaian adalah faktor koreksi untuk penyesuaian dari nilai ideal
21. Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui
22. Tundaan lalu-lintas adalah waktu menunggu yang disebabkan interaksi lalu-
kendaraan yang membelok disimpangan atau yang terhenti oleh lampu merah.
24. Panjang antrian adalah panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat.
25. Antrian adalah jumlah kendaraan yang antri dalam suatu pendekat.
26. Angka henti adalah jumlah rata-rata berhenti per kendaraan (termasuk
27. Rasio kendaraan terhenti adalah rasio dari arus lalu-lintas yang terpaksa
1. Pendekat adalah daerah dari suatu lengan simpang jalan untuk kendaraan
2. Lebar pendekat adalah lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur
3. Lebar masuk adalah lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur pada
garis henti.
4. Lebar keluar adalah lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, yang
5. Lebar efektif adalah lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, yang
C. Kondisi Lingkungan
1. Komersial adalah tata guna lahan komerisal (sebagai contoh: toko , restoran,
2. Permukiman adalah tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk
pendekat.
1. Fase adalah Bagian dari siklus-sinyal dengan lampu hijau disediakan bagi
2. Waktu siklus adalah waktu untuk urutan lengkap dari indikasi sinyal.
4. Rasio Hijau adalah perbandingan antara waktu hijau dan waktu siklus dalam
suatu pendekat
5. Waktu merah semua adalah waktu dengan merah menyala bersamaan dalam
6. Waktu kuning adalah waktu dengan lampu kuning dinyalakan setelah hijau
7. Antar hijau adalah periode kuning+merah semua antar dua fase sinyal yang
berurutan.
8. Waktu hilang adalah jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang
lengkap. Waktu hilang dapat juga diperoleh dari beda antara waktu siklus
isyarat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lampu sebagai rambu-
Dari penegasan istilah diatas dapat dijabarkan bahwa yang dimaksud dalam
judul penelitian ini adalah menyelidiki kapasitas jalan atau simpang akibat
peningkatan volume lalu lintas pada simpang bersinyal di simpang Banyumanik,
Kota Semarang.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya:
1. Analisis Kinerja Simpang Bersinyal Telogosari. Adhitya Puspita Dewi dan Yuke
metode MKJI 1997 pada simpang tersebut mempunyai kinerja yang jelek, panjang
antrian dan tundaan yang besar. Solusi yang diberikan adalah dengan mengubah
Raya) Kota Semarang. Paulus Dwi Susanto dan Andre Hanendra Setyoputro.
Teknik Sipil Undip (2004). Hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode
MKJI 1997 bahwa pada Tahun 2004 kapasitas simpang tersebut masih mampu
untuk melayani arus kendaraan yang melewatinya, akan tetapi prediksi Tahun
2006 akan rawan terjadinya kemacetan. Solusi yang diberikan adalah melalui
BAB III
LANDASAN TEORI
Arus lalu lintas lancar apabila dapat melewati simpang tanpa mengalami
hambatan atau gangguan, sehingga arus tersebut tidak mengalami masalah lalu lintas.
Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi serta
4. Fasilitas jalan.
Dalam mengevaluasi masalah kemacetan yang terjadi pada suatu simpang yang
a) Kapasitas jalan.
b) Derajat kejenuhan.
d) Hambatan samping.
Setiap simpang mencakup pergerakan lalu lintas terlindung dan lalu lintas yang
saling berlwanan pada satu atau lebih dari kaki simpang dan mencakup juga
pergerakan perputaran. Pergerakan lalu lintas ini dikendalikan dengan berbagai cara,
1. Data Masukan
Berisi tentang informasi lebar jalan, lebar bahu jalan, lebar median dan arah
untuk tiap lengan simpang. Kondisi lingkungan ada tiga tipe, yaitu: komersial,
Jenis kendaraan dibagi dalam beberapa tipe, seperti terlihat pada Tabel 3.1 dan
memiliki nilai konversi pada tiap pendekat seperti terlihat pada Tabel 3.2.
2. Fase Sinyal
evaluasi. Sebagai langkah awal dilakukan kontrol dengan dua fase. Jumlah fase yang
baik adalah fase yang menghasilkan kapasitas besar dan rata-rata tundaan rendah.
Bila arus belok kanan dari satu kaki atau arus belok kanan dari kiri lawan arah
terjadi pada fase yang sama, arus ini dinyatakan sebagai terlawan (opossed). Arus
13
belok kanan yang dipisahkan fasenya dengan arus lurus atau belok kanan tidak
Periode merah semua antar fase harus sama atau lebih besar dari waktu hilang
(LT) setelah waktu ditentukan, total waktu hilang (LT) dapat dihitung sebagai
penjumlahan periode waktu antar hijau. Panjang waktu kuning pada sinyal lalu lintas
Jika WLTOR > 2.0 meter, maka We = Wmasuk, tidak termasuk belok kiri.
Jika WLTOR < 2.0 meter, maka We = WA, termasuk gerakan belok kiri.
keterangan
WA : lebar pendekat
14
Jika Wkeluar < We x (1 - PRT - PLTOR), We sebaiknya diberi nilai baru = Wkeluar
keterangan:
selama kondisi ideal (smp/jam hijau). Lihat Gambar 3.1 dibawah ini.
keterangan
4. Faktor Penyesuaian
a. Penetapan faktor koreksi untuk nilai arus lalu lintas dasar kedua tipe approach
3) Faktor Penyesuaian untuk pengaruh parkir dan lajur belok kiri yang pendek
Gambar 3.2 Grafik faktor penyesuaian untuk pengaruh parkir dan lajur belok
kiri yang pendek.
Gambar 3.3 Grafik faktor penyesuaian untuk belok kanan (Hanya berlaku
untuk pendekat tipe P).
17
Jika suatu pendekat mempunyai sinyal hijau lebih dari satu fase, yang arus
jenuhnya telah ditentukan secara terpisah maka nilai arus kombinasi harus dihitung
keterangan
FR = Q .......................................................................................... (3.3)
S
keterangan
FR : rasio arus
( FRcrit )
PR = .................................................................................. (3.4)
IFR
keterangan
PR : rasio arus
FRerit : nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada suatu fase
sinyal
Adapun waktu siklus yang layak untuk simpang adalah seperti terlihat pada
Tabel 3.6.
(1,5 × LTI + 5)
Cua = ........................................................................ (3.5)
(1 − IFR)
keterangan
Waktu siklus pra penyesuaian juga dapat diperoleh dari Gambar 3.5
Waktu siklus yang telah disesuaikan (c) berdasarkan waktu hijau yang
diperoleh dan telah dibulatkan dan waktu hilang (LTI) dihitung dengan rumus :
keterangan
7. Kapasitas
g
C =S× ..................................................................................... (3.8)
c
keterangan
C : kapasitas (smp/jam)
DS = Q ..................................................................................... (3.9)
C
21
keterangan
C : kapasitas (smp/jam)
Jika waktu siklus yang telah dihitung memperoleh hasil lebih besar dari
batasan, biasanya derajat kejenuhan juga mempunyai nilai lebih tinggi dari 0,85. Ini
berarti bahwa simpang tersebut mendekati jenuh, yang akan menyebabkan antrian
panjang pada kondisi lalu lintas puncak. Alternatif tindakan yang diambil untuk
Hal ini dipengaruhi oleh panjang antrian, jumlah kendaraan terhenti dan
tundaan. Panjang antrian adalah jumlah kendaraan yang antri dalam satu pendekat.
Jumlah kendaraan terhenti adalah jumlah kendaraan dari arus lalu lintas yang
terpaksa berhenti sebelum melewati garis henti akibat pengendalian sinyal. Tundaan
adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang, tundaan
terdiri dari:
⎧
NQ1 = 0.25 x C x ⎨(DS - 1) + ( DS − 1) 2 +
[8x( DS − 0,5)] ⎫ .. (3.10)
⎬
⎩ C ⎭
22
keterangan
C : kapasitas (smp/jam)
DS : derajat kejenuhan
mobil penumpang yang datang selama fase merah (NQ2) dengan formula:
1− GR Q
NQ2 = c x x ................................................ (3.12)
1 - GRxDS 3600
keterangan :
DS : derajad kejenuhan
GR : gi/c
Untuk antrian total (NQ) dihitung dengan menjumlahkan kedua hasil tersebut
keterangan
20
QL = NQmax x .............................................................. (3.14)
Wmasuk
keterangan
QL : panjang antrian
Nilai NQ max diperoleh dari Gambar E-2:2 MKJI hal 2-66 yang terlihat pada
Gambar 3.6, dengan anggapan peluang untuk pembebanan (POL) sebesar 5 % untuk
langkah perancangan.
Jumlah kendaraan terhenti adalah jumlah kendaraan dari arus lalu lintas yang
terpaksa berhenti sebelum melewati garis henti akibat pengendalian sinyal. Angka
henti sebagai jumlah rata-rata per smp untuk perancangan dihitung dengan rumus di
bawah ini:
24
(0,9 xNQ)
NS = x3600 ............................................................. (3.15)
(QxC )
keterangan
NS : angka henti
menggunakan formula:
keterangan
NS : angka henti
keterangan
c. Tundaan (Delay)
25
simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu simpang. Tundaan terdiri
dari:
Tundaan lalu lintas adalah waktu menunggu yang disebabkan interaksi lalu
lintas dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. Tundaan lalu lintas rata-rata tiap
( NQ1 x3600)
DT = (A x c) + ................................................... (3.18)
C
keterangan
C : kapasitas (smp/jam)
NQ1 : jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (smp/jam)
b Tundaan Geometri
yang membelok di simpang atau yang terhenti oleh lampu merah. Tundaan
(1 − PSV ) x( PT x6)
DG = ............................................................. (3.19)
( PSV x 4)
keterangan
Tundaan rata-rata tiap pendekat (D) adalah jumlah dari tundaan lalu lintas rata-
D = DT + DG ............................................................................ (3.20)
keterangan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
semakin rumit permasalahan yang dihadapi semakin kompleks pula analisis yang
akan dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis yang baik memerlukan data-
PERUBAHAN
Ubah penentuan lebar LANGKAH C : PENENTUAN WAKTU SIGNAL
pendekat, fase signal, C-1 : Tipe pendekat
aturan membelok dsb. C-2 : Lebar pendekat efektif
C-3 : Arus jenuh dasar
C-4 : Faktor-faktor penyesuaian
C-5 : Rasio arus/ arus jenuh
C-6 : Waktu siklus dan waktu hijau
LANGKAH D : KAPASITAS
Bila DS > 0,85 D-1 : Kapasitas
D-2 : Keperluan untuk perubahan
A. Tahap Persiapan
pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana
yang kiranya perlu dilakukan agar diperoleh efisiensi dan efektifitas waktu dan
pekerjaan. Pada tahap ini juga dilakukan pengamatan pendahuluan agar didapat
dalam proses pelaksanaan evaluasi dan perencanaan yang sangat penting, karena dari
masalah yang akan diambil. Adapun beberapa metode yang dilakukan dalam rangka
1. Metode literatur
Metode literatur yaitu dengan meminjam data dari instansi terkait sebagai
landasan permasalahan yang ada sekaligus pembanding keadaan saat ini. Data yang
diperoleh dari instansi terkait ini biasa disebut data sekunder, diantaranya adalah :
Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) dan Rencana Detail Tata Ruang
penggunaan lahan sepanjang ruas jalan Banyumanik dan sekitar simpang Jl. Karang
Rejo – Jl. Perintis Kemerdekaan - Jl. Setiabudi sebagai lokasi tinjauan. Data ini
Data ini diperoleh dari DPU Bina Marga dan Dinas Perhubungan Kota
Semarang yang berfungsi untuk mengetahui angka pertumbuhan lalu lintas sehingga
2. Metode Survei
lapangan sesungguhnya. Hal ini mutlak dilakukan agar dapat diketahui kondisi aktual
pada saat ini, sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam evaluasi dan
perencanaan. Data yang diperoleh dari kegiatan survei ini disebut data primer.
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah simpang tiga bersinyal dengan jumlah
kendaraan yang keluar masuk pada tiap-tiap lengan dapat menimbulkan masalah
pada simpang tersebut, adapun simpang yang diambil adalah yang mempunyai
volume kendaraan yang tinggi pada tiap-tiap lengan, yaitu kaki simpang Jl. Karang
Rejo – Jl. Perintis Kemerdekan - Jl. Setiabudi. Peta situasi penelitian dapat dilihat
UTARA
Jl. Setiabudi
Titik Surveiyor
Kemerdekaan
Jl. Perintis
b. Waktu penelitian
Penelitian diambil pada saat jam-jam sibuk, yaitu pada waktu arus kendaraan
yang keluar pada tiap-tiap lengan yang diasumsikan cukup banyak. Jam-jam sibuk
tersebut diambil selama 3 jam, berdasarkan penelitian dari Dinas Perhubungan kota
Semarang yaitu pukul : 06.00 - 09.00 WIB, 11.00 – 14.00 WIB dan 16.00 – 19.00
WIB. Penelitian dilakukan selama 2 hari : Selasa, 3 Januari 2006 dan Rabu, 4 Januari
2006. Pernah dilakukan survei pendahuluan oleh Dishub pada hari kerja (senin-
c. Alat Penelitian
antara lain :
2) Pita ukur (roll meter) untuk mendapatan data geometri jalan dan ukuran
kendaraan.
C. Rencana Penelitian
Variabel utama yang diukur yaitu: Jumlah dari masing-masing kendaraan tak
microlet, pick up,mobil boks, taksi) dan kendaraan berat (Mobil tangki, bis kecil, bis
besar, truk sedang, truk besar, trailer) yang keluar pada tiap-tiap lengan.
2. Survei pendahuluan
pola arus lalu lintas, lokasi survei yang akan dipilih dan jam-jam sibuk/puncak (peak
hour) dan juga kondisi lingkungan disekitar simpang. Adapun hal-hal yang berfungsi
dan melakukan revisi sesuai dengan keadaan lapangan serta kondisi yang
mungkin dihadapi.
Untuk memudahkan mendapatkan data hasil survei yang baik, harus diadakan
penjelasan kepada seluruh penyurvei yang bersangkutan dengan tugas dan tanggung
a. Cara dan pengisian formulir penelitian yang dibagi dalam periode tertentu yaitu:
b. Pembagian tugas, yang menyangkut pembagian arah dan jenis kendaraan bagi
D. Tahap Pembahasan
sehingga diperoleh analisis pemecahan masalah yang efektif dan terarah. Pada tahap
ini dilakukan analisis dan pengolahan data dari kinerja lalu lintas di simpang Jl.
1. Analisis Simpang
kemampuan dan kapasitas jalan. Selain itu juga dianalisis terhadap kebutuhan yang
33
akan datang supaya tidak terjadi kemacetan lalu lintas dan dapat meningkatkan
Dalam penyelesaian masalah ini ditentukan beberapa alternatif solusi dan dipilih
seperti ini akan diperoleh jika pelebaran dilakukan pada pendekat-pendekat degan
Jika pendekat dengan arus berangkat terlawan dan mempunyai rasio belok kanan
tinggi menunjukkan nilai FR kritis yang tinggi (FR>0,8). Suatu rencana fase
alternatif dengan fase terpisah untuk lalu lintas belok kanan mungkin akan sesuai.
Rencana fase yang hanya dengan dua fase mungkin memberikan kapasitas lebih
34
tinggi, asalkan gerakan-gerakan belok kanan tidak terlalu tinggi ( <200 smp/jam
).
Pelarangan bagi satu atau lebih gerakan belok kanan biasanya menaikkan
kapasitas, terutama jika hal itu menyebabkan pengurangan jumlah fase yang
diperlukan.
35
BAB V
A. Gambaran Umum
Mengacu dari MKJI 1997 digunakannya sinyal lalu lintas pada pertemuan jalan
antara Jl. Setiabudi dengan Jl. Karang Rejo dan Jl. Perintis Kemerdekaan adalah:
1. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas
2. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi dipertemuan jalan
Menurut Hasil penelitian dan analisis pada tahun 2006 jumlah arus lalu lintas
Jumlah arus (Q) yang masuk dan keluar lengan sangat besar dan akan terjadi
B. Hasil Perhitungan
Untuk arus jenuh dasar menggunakan rumus (3.1) yang hasil dapat dilihat
Dengan menggunakan rumus (3.2) yang nilai arus jenuh dasar diperoleh dari
Tabel 5.1 sehingga diperoleh hasil arus jenuh seperti terlihat pada Tabel 5.2
dibawah ini:
Perbandingan arus lalu lintas dengan arus jenuh menggunakan rumus (3.3),
sehingga diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 5.3 dibawah ini:
FR = Q
S
Rasio fase dihitung mengunakan rumus (3.4) yang hasil juga dapat dilihat pada
PR = (FRcrit ) IFR
dibawah ini:
Cua =
(1,5 × LTI + 5)
(1 − IFR )
Keterangan
(1,5 x12 + 5)
Cua =
(1 − 0.857)
Waktu hijau (green time) untuk masing-masing fase menggunakan rumus (3.6)
Sedangkan waktu siklus yang telah disesuaikan (c) berdasarkan waktu hijau
yang diperoleh dan telah dibulatkan dan waktu hilang (LTI) dihitung dengan rumus
c = ∑ g + LTI
c = 149 + 12
= 161
Kapasitas untuk tiap lengan dan Derajat kejenuhan dihitung dengan rumus :
Nilai dari C, Q, dan DS dapat dilihat pada Tabel 5.6, sehingga nilai dari jumlah
antrian dihitung dengan rumus (3.10), (3.11), (3.12) dan (3.13) yang terlihat pada
Panjang antrian (QL) dihitung dengan rumus (3.14) dan Nilai NQ max
diperoleh dari Gambar 3.3, sehingga diperoleh hasil yang terlihat pada Tabel 5.8
dibawah ini :
Pendekat Wmasuk QL
Utara 8,85 180 m
Timur 5,10 178 m
Selatan 8,85 294 m
Hasil hitungan terlihat pada lampiran no 5
b. Kendaraan terhenti
Angka henti (NS) sebagai jumlah rata-rata per smp untuk perancangan
dihitung mengunakan rumus (3.15) dengan waktu siklus 161 det (lamp 4), yang
terlihat pada Tabel 5.9. Jumlah kendaraan terhenti (NSV) masing-masing pendekat
NStotal = ∑ Nsv ∑Q
Keterangan
c. Tundaan (Delay)
Tundaan lalu lintas rata-rata tiap pendekat (DT) dihitung dengan menggunakan
dengan menggunakan rumus (3.19). Tundaan rata-rata tiap pendekat dihitung dengan
40
rumus (3.20). Tundaan total pada simpang (Dtot) dihitung dengan menggunakan
rumus (3.21). Waktu siklus yang disesuaikan (c) adalah 161 det, sehingga semua
rumus (3.22)
D = ∑ (Q × D ) ∑Q
D : 191366 / 4695 = 40,76 det/smp
C. Pemecahan Masalah
Dari analisis yang diperoleh, tampak bahwa rasio arus kritis mempunyai nilai
0,857. Angka ini mendekati nilai 1, hal ini berarti bahwa simpang tersebut mendekati
Apabila arus lalu lintas pada suatu pendekat lebih besar dari pada kapasitas
yang ada pada kondisi eksistingnya maka derajat kejenuhan pada pendekat tersebut
juga semakin besar. Nilai derajat kejenuhan yang lebih tinggi dari 0,85 berarti bahwa
simpang tersebut mendekati lewat jenuh, hal ini akan menyebabkan antrian panjang
pada kondisi lalu lintas puncak. Setelah dilakukan analisis dengan metode MKJI
1997 seperti pada Tabel 5.6, ternyata pada pendekat timur (DS = 0,9261) dan selatan
(DS = 0,9261) tidak memenuhi syarat (nilai DS > 0,85). Hal seperti ini akan
berpengaruh pada kinerja jalan, untuk itu perlu diadakan evaluasi ulang agar
manajemen simpang menjadi baik. Solusi pertama yang akan dipilih adalah
penambahan lebar pendekat yang dilakukan pada pendekat Timur dan pendekat
Selatan.
Pada pendekat Selatan gerakan lalu lintas yang membelok ke kanan relatif
sedikit dari pada arah yang lurus (arah lurus: + 84 % dan arah kekanan: + 15 % dari
jumlah kendaraan yang melewati pendekat tersebut) lampiran 2. Oleh karena itu
Banyumanik menggunakan rumus (3.1) terlihat dalam Tabel 5.11 dibawah ini
(sebesar 1,25meter) dengan melebarkan pada sisi masing-masing pendekat maka arus
selama kondisi yang ditentukan. Setelah dilakukan perencanaan ulang, maka pada
pendekat tersebut nilai arus jenuhnya menjadi lebih besar dengan menggunakan
Nilai Rasio Arus (FR) dihitung menggunakan rumus (3.3) dan nilai Rasio Fase
menggunakan rumus (3.4), maka dapat diperoleh Rasio Arus Simpang (IFR) dengan
Total waktu siklus (LTI) seperti terlihat pada Tabel 5.13 dan Tabel 5.14 di bawah
ini.
Tabel 5.14 Perhitungan Rasio Arus dan Rasio Fase Setelah Perencanaan
Pendekat Q S FR PR
Utara 1802 4117 0.437 0.701
Timur 631 3804 0.166 0.266
43
Dengan mengubah lebar pendekat Timur dan Selatan maka nilai FR dari
masing- masing pendekat dapat berkurang, sehingga nilai FR kritisnya bisa kurang
dari 0,70.
Cua =
(1,5 × LTI + 5)
(1 − IFR )
(1,5 x12 + 5)
Cua =
(1 − 0.623)
Waktu hijau (green time) untuk masing-masing fase menggunakan rumus (3.6)
Waktu hijau merupakan waktu nyala hijau dalam suatu pendekat. Setelah
terhadap waktu hijaunya. Waktu hijau pada masing-masing pendekat bernilai lebih
dari 10 detik, karena waktu hijau yang lebih pendek dari 10 detik akan
mengakibatkan pelanggaran lampu merah yang berlebihan dan kesulitan bagi pejalan
44
kaki untuk menyeberang jalan. Waktu siklus yang telah disesuaikan (c) dihitung
c = ∑ g + LTI
c = 49 + 12 = 61 detik
Sesuai dengan MKJI 1997 : untuk tipe pengaturan dua fase waktu siklus yang
disarankan adalah 40 – 80 detik. Waktu siklus yang lebih rendah dari nilai yang
disarankan akan menyebabkan kesulitan bagi para pejalan kaki untuk menyeberang
jalan. Waktu siklus yang melebihi 130 detik harus dihindari karena hal ini sering kali
Dengan menggunakan Rumus (3.8) dan (3.9) maka dapat diperoleh Kapasitas
dan Derajat Kejenuhan pada simpang Banyumanik seperti pada Tabel 5.16.
menjadi 813 smp/jam) dan Selatan (2442 smp/jam menjadi 2917 smp/jam) maka
a. Jumlah antrian
perencanaan ulang dihitung dengan rumus (3.10), (3.11), (3.12) dan (3.13) sehingga
Panjang antrian (QL) dihitung dengan rumus (3.14), sehingga diperoleh hasil
b. Kendaraan terhenti
Angka henti (NS) sebagai jumlah rata-rata per smp untuk perancangan
dihitung mengunakan rumus (3.15), yang terlihat pada Tabel 5.19. Jumlah kendaraan
Tabel 5.19 Perhitungan Angka Henti dan Jumlah kendaraan Terhenti Setelah
Perencanaan
Pendekat Q NS NSV = Q x NS
Utara 1802 smp/jam 0,685 stop/smp 1234 smp/jam
Timur 631 smp/jam 0,950 stop/smp 599 smp/jam
Selatan 2262 smp/jam 0,709 stop/smp 1604 smp/jam
46
Sedangkan angka henti total seluruh simpang dihitung dengan rumus (3.17):
NStotal = ∑ Nsv ∑Q
NStotal = 3438 / 4695
= 0,73 stop/smp
c. Tundaan (Delay)
Tundaan lalu lintas rata-rata tiap pendekat (DT) dihitung dengan menggunakan
dengan menggunakan rumus (3.19). Tundaan rata-rata tiap pendekat dihitung dengan
rumus (3.20). Tundaan total pada simpang (Dtot) dihitung dengan menggunakan
rumus (3.21). Semua tundaan dapat terlihat pada Tabel 5.20 dibawah ini:
D = ∑ (Q × D ) ∑Q
D = 76222 / 4695
= 16,24 det/smp
47
Dengan pertumbuhan arus lalu lintas sebesar 7% dan pelebaran simpang pada
pendekat selatan dan timur maka simpang Banyumanik dapat dipertahankan hingga
tahun 2008.
48
BAB VI
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ruas Jl.
yang diperoleh lebih kecil dari 0,85, yang berarti bahwa ruas ini tidak jenuh,
sedangkan pada ruas Jl. Karang Rejo dan JL. Perintis Kemerdekaan yang
Derajat kejenuhan yang diperoleh lebih besar dari 0,85. Hal ini berarti bahwa di
nilai Kapasitas, besarnya Arus lalu lintas dan nilai derajat kejenuhan dari
Tabel 6.1 Hubungan antara Kapasitas, Arus Lalu Lintas dan Derajat
Kejenuhan kondisi saat ini
Periode Puncak
Kapasitas Arus Lalu Lintas Derajat Kejenuhan
Jalan Keterangan
(C) (Q) (Q/C)
Jl. Setiabudi 2474 1802 smp/jam 0,7284 Tidak
smp/jam Jenuh
Jl. Karang 681 631 smp/jam 0,9261
Jenuh
Rejo smp/jam
Jl. Perintis 2442 2262 smp/jam 0,9261
Jenuh
Kemerdekaan smp/jam
Sumber: Hasil Perhitungan
pendekatnya, yaitu pada ruas Jl. Karang Rejo dan di Jl. Perintis Kemerdekaan.
Seluruh pendekat yang menuju Simpang Banyumanik yaitu Jl. Setiabudi, Jl.
Karang Rejo dan Jl. Perintis Kemerdekaan nilai derajat kejenuhan yang diperoleh
49
lebih kecil dari 0,85. seperti terlihat dalam Tabel 6.2 di bawah ini. Hal ini berarti
kapasitas simpang yang baik hingga Tahun 2008 yang akan datang seperti terlihat
Tabel 6.2 Hubungan antara Kapasitas, Arus Lalu Lintas dan Derajat
Kejenuhan setelah dilakukan perencanaan ulang
Periode Puncak
Derajat
Arus Lalu
Jalan Kapasitas (C) Kejenuhan Keterangan
Lintas (Q)
(Q/C)
Utara 2427 smp/jam 1802 smp/jam 0,7427 Tidak Jenuh
Timur 813 smp/jam 631 smp/jam 0,7755 Tidak Jenuh
Selatan 2917 smp/jam 2262 smp/jam 0,7755 Tidak Jenuh
Sumber: Hasil Perhitungan
3. Pendekat dari arah Timur dengan lebar 5,10 meter dan arah Selatan dengan lebar
8,85 meter menghasilkan panjang antrian yang cukup tinggi sehingga perlu
adanya rencana dan desain kembali agar tidak terjadi antrian. Seperti terlihat
Tabel 6.3 Perbandingan Lebar Pendekat dengan Panjang Antrian pada kondisi
saat ini dan setelah dilakukan perencanaan ulang
Panjang Panjang
Lebar Lebar
Jalan Antrian Antrian
Pendekat Pendekat
QL ( m ) QL ( m )
Utara 8.85 180 8.85 76
Timur 5.10 178 8 45
Selatan 8.85 294 10 86
Sumber: Hasil perhitungan
pada ruas Jl. Karang Rejo dan di Jl. Perintis Kemerdekaan diperlebar. Maka
waktu siklusnya juga dapat berkurang seperti terlihat pada Tabel 6.4.
50
Hal ini berarti pengaturan fase yang terdapat pada kondisi eksisting masih tetap
Tabel 6.4 Perbandingan waktu siklus pada kondisi saat ini dan setelah
dilakukan perencanaan ulang
Pendekat Waktu hijau Waktu hijau
Kondisi eksisting setelah perencanaan ulang
Jl. Setiabudi 97 detik 36 detik
Jl. Karang Rejo 52 detik 13 detik
Jl. Perintis Kemerdekaan 97 detik 36 detik
Total waktu hijau 149 detik 49 detik
Waktu siklus 161 detik 61 detik
Sumber: Hasil perhitungan
B. Saran
dan masukan yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan perbaikan agar simpang
Banyumanik dimasa yang akan datang lebih baik yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan dari hasil analisis bahwa simpang Banyumanik dengan lebar efektif
yang telah ada sudah tidak dapat menampung arus lalu lintas pada jam puncak.
Sehingga penambahan lebar pada pendekat Jl. Karang Rejo dan Jl. Perintis
kendaraan.
2. Jika melihat simpang Banyumanik nilai derajat kejenuhan sudah melebihi dari
0,85 ini membuktikan bahwa simpang tersebut lewat jenuh, maka perlu
simpangan Banyumanik.
agar dapat mengetahui apakah keadaan eksisting pada Simpang tersebut masih
DAFTAR PUSTAKA
Semarang, Semarang.
Hobbs. FD, 1995, “ Perencanaan Teknik Lalu Lintas “, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Munawar. Ahmad, 2004, “Program Komputer Untuk Analisis Lalu Lintas“, Beta
Offset, Yogyakarta.
Oglesby. CH dan Hicks. RG, 1998, “ Teknik Jalan Raya “, Erlangga, Jakarta.