Anda di halaman 1dari 5

Pengertian dan Jenis-jenis Alat Pendidikan kel 5

1. A.      Pengertian dan Jenis-Jenis Alat Pendidikan

Dalam proses pembelajaran menurut Depdikbud (1995:10), guru selain menggunakan alat
pembelajaran dan bimbingan, Lebih jauh Prayitno (2003) mengatakan bahwa; guru juga
menggunakan alat pendidikan dalam proses pembelajaran, yang akan memberikan dampak
positif terhadap perkembangan peserta didik sehingga memungkinkan peserta didik tercegah dari
berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran. Dalam praktek pendidikan, istilah alat
pendidikan sering diindentikkan dengan media pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat
lebih luas dari pada media. Namun yang dimaksud disini adalah alat pendidikan bukan media
pendidikan.

Alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses pelaksanaan
pendidikan . jadi alat pendidikan itu berupa usaha dan perbuatan yang secara konkret dan tegas
dilaksanakan, guna menjaga agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil .
Namun secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Sementara itu, Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari aspek
fungsinya, yakni ; alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha
mencapai tujuan, alat sebagai tujuan untuk mencapai tujuan selanjutnya. menurut pendapat ini,
alat pendidikan bisa berupa usaha atau perbuatan atau berupa benda/perlengkapan yang bisa
memperlancar atau mempermudah pencapaian tujuan pendidikan.

1. B.      Jenis-jenis alat pendidikan

Mengenai alat-alat pendidikan, kita dapat membedakan alat-alat pendidikan ke dalam dua
golongan yaitu:

 <span>Alat pendidikan preventif </span>

Alat pendidikan preventif ialah alat pendidikan yang bersifat pencegahan. Tujuan alat pendidikan
preventif itu diadakan jika maksudnya mencegah anak sebelum ia berbuat sesuatu yang tidak
baik . Dan untuk menjaga agar hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran
dari proses pendidikan bisa dihindarkan. Misalnya, tata tertib, anjuran dan perintah, larangan dan
paksaan.

1. Perintah dan larangan

Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang harus dikerjakan oleh orang
lain, tetapi termasuk pula peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh anak-anak.

Suatu perintah terkadang diikuti oleh larangan, larangan biasanya dikeluarkan jika anak
melakukan kegiatan atau perbuatan yang kurang baik, yang merugikan atau bisa membahayakan
hidupnya. Larangan terkadang menjadi satu-satunya alat pendidikan yang digunakan oleh orang
tua dalam mendidik putra dan putrid mereka, ini tidak lah benar sebab larangan yang berlebihan
akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan jiwa/ psikologis siswa/anak, anak
menjadi penakut, merasa kurang percaya diri, keras kepala, kurang mempunyai rasa tanggung
jawab, dan lain sebagainya. Oleh karena para pendidik janganlah terlalau untuk mengobral
larangan terhadap aktivitas anak-anak, tapi mencoba untuk mengubah larangan menjadi sebuah
ajakan.

1. Keteladanan

Telah diakui bahwa kepribadian Rasul sesungguhnya bukan hanya teladan buat suatu masa, satu
generasi, satu bangsa, atau satu golongan tertentu, tetapi merupakan teladan universal, untuk
seluruh manusia dan generasi. Teladan yang abadi dan tidak akan habis adalah kepribadian Rasul
yang didalamnya terdapat segal norma, nilai, dan ajaran Islam.

Menurut Al-Nahlawi, pendidikan melalui teladan ini dapat diterapkan baik secara sengaja
maupun tidak sengaja. Keteladanan yang tidak sengaja adalah keteladanan dalam keilmuan,
kepemimpinan, sifat keikhlasan, dan lain-lain. Sedangkan keteladanan yang disengaja adalah
memberi contoh membaca yang baik, mengerjakan shalat yang benar, dan sebagainya. Dalam
pendidikan Islam kedua macam keteladanan tersebut sama-sama pentingnya.

 <span>Alat pendidikan represif</span>

Alat pendidikan represif disebut juga alat pendidikan kuratif atau alat pendidikan korektif. Alat
pendidikan represif bertujuan untuk menyadarkan anak kembali kepada hal-hal yang benar, yang
baik dan tertib. Alat pendidikan represif diadakan bila terjadi sesuatu perbuatan yang dianggap
bertentangan dengan peraturan-peraturan, atau sesuatu perbuatan yang dianggap melanggar
peraturan. Misalnya, pemberitahuan, teguran, hukuman dan ganjaran .

1. Ganjaran

Ganjaran merupakan penghargaan yang diberikan pendidik kepada anak didik. Jadi dengan
sendirinya maksud dari ganjaran adalah agar anak merasa senang, karena perbuatannya atau
pekerjaannya mendapat penghargaan. Sedangkan bagi pihak pendidik ganjaran merupakan
penyemangat anak didik untuk menjadi semakin giat lagi dalam usahanya memperbaiki atau
mempertinggi hasil belajar yang tela dicapainya.

Jika hukuman sebagai alat pendidikan bernuansa menakutkan, maka ganjaran justru sebaliknya,
membuat anak senang dan termotivasi. Karena itu, alangkah arifnya apabila semaksimal
mungkin menghindari hukuman dan lebih banyak memberikan ganjaran dalam menghadapi
persoalan – persoalan anak. Sebab, untuk membuat anak sadar dari kekeliruan, tidak hanya
dilakukan dengan cara menghukum, melalui ganjaranpun anak bisa sadar, yakni melalui
pendekatan kasih sayang dan pujian.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam memberikan ganjaran kepada anak yaitu :
a. Pujian, bisa berupa kata - kata yang bersifat sugestif (seperti kata; baik, bagus, baik sekali)
atau berupa isyarat – isyarat (seperti; menepuk bahu anak, tepuk tangan).

b. Penghormatan, bisa berupa penobatan (seperti; dinobatkan sebagai juara kelas) atau pemberian
kekuasaan untuk melakukan sesuatu (seperti; anak yang berhasil menjawab soal sulit, disuruh
mengerjakan di papan tulis agar dicontoh oleh temannya).

c. Hadiah, maksudnya pemberian ganjaran berupa hadiah barang. Misalnya anak yang bisa
menjawab pertanyaan sulit, diberi hadiah buku.

d. Tanda penghargaan, maksudnya pemberian ganjaran berupa hadiah non material. Seperti, anak
yang berprestasi diberi sertifikat

1. Hukuman

Hukuman dapat berfungsi sebagai alat dalam pendidikan, yaitu sebagai salah satu langkah yang
dapat diambil dan digunakan demi lanarnya proses pelaksanaan pendidikan.Hal ini berarti bahwa
hukuman merupakan salah satu langkah yang ditempuh dalam rangka memperlancar proses
pelaksaan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan.

Ada beberapa teori dalam menerapkan atau memberikan hukuman, yaitu :

1.  
1. Teori hukuman alam (biarkan anak dihukum secara alami akibat perbuatannya
sendiri. Misalnya, jika anak suka naik pohok, suatu ketika ia akan jatuh yang
mungkin dia patah. Banyak pihak menolak teori ini, karena sering kali hukuman
alam lebih berat dari perbuatannya).
2. Teori ganti rugi, hukulan diberikan dengan cara meminta agar anak bertanggung
jawab atau menaggung resiko dari perbuatannya.
3. Teori menakut – nakuti, hukuman dimaksudkan untuk menakut –nakuti anak agar
anak tidak melakukan pelanggaran.
4. Teori balas dendam, hukuman dilakukan karena mendendam.
5. Teori memperbaiki, hukuman dilakukan dengan maksud menyadarkan anak agar
tidak mengulangi lagi perbuatannya.

Dari sekian banyak teori di atas, hanya teori ke lima yang dapat di lakukan dalam dunia
pendidikan. Itupun tidak boleh dilakukan secara sembrono. Ada syarat – syarat tertentu yang
harus di patuhi dalam memberikan hukuman, yaitu :

a. Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta kasih sayang.

b. Pemberian hukuman harus didasarkan pada alasan "keharusan".


c. Pemberian hukuman harus menimbulkan kesan pada hati anak.

d. Pemberian hukuman harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan pada anak.

e. Pemberian hukuman harus diikuti dengan pengampunan dan disertai harapan serta
kepercayaan.

Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa alat pendidikan dibagi ke dalam tiga bagian :

1)      Alat-alat yang memberikan perlengkapan berupa kecakapan berbuat dan pengetahuan
hafalan. Alat-alat ini dapa disebut alat-alat untuk pembiasaan. Ahmad tafsir berpendapat bahwa
pembiasaan adalah pengulangan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang diucapkan
oleh seseorang. Misalnya, anak-anak dibiasakan bangun pagi atau hidup bersih, maka bangun
pagi atau hidup besih adalah suatu kebisaan. Hampir semua ahli pendidikan sepakat untuk
membenarkan pembiasaan sebagai salah satu upaya pendidikan .

2)      Alat-alat untuk memberi pengertian; membentuk sikap, minat dan cara-cara berfikir.

3)      Alat-alat yang membawa ke arah keheningan batin, kepercayaan dan pengarahan diri
sepenuhnya kepada-nya.

Di samping pembagian di atas, D. Marimba juga membagi alat pendidikan ke dalam dua bagian,
yaitu:

1. Alat-alat langsung, yaitu alat-alat yang bersifat menganjurkan sejalan dengan maksud
usaha (alat-alat positif)
2. Alat-alat tidak langsung, yaitu alat-alat yang bersifat pencegahan dan pembasmian hal-
hal yang bertentangan dengan maksud usaha.

Suwarno membedakan alat-alat pendidikan dari berapa segi berikut:

1. Alat pendidikan positif dan negative; Positif, jika ditunjukkan agar anak mengerjakan sesuatu
yang baik, misalnya: contoh yang baik pembiasaan, perintah, pujian, kasih saying, dan ganjaran.
Negatif, jika tujuannya menjaga supaya anak didik jangan mengerjakan sesuatu yang jelek,
misalnya: larangan, celaan, peringatan, ancaman, hukuman.

2. Alat pendidikan preventif dan korektif, Preventif, jika maksudnya mencegah anak sebelum ia
berbuat sesuatu yang tidak baik. Misalnya pembiasaan, perintah, pujian, ganjaran Korektif, jika
maksudnya memperbaiki, karena anak telah melanggar ketertiban atau berbuat sesuatu yang
buruk. Misalnya, celaan, ancaman, hukuman.

3. Alat pendidikan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan yaitu menimbulkan
perasaan senang pada anak-anak. Misalnya, pengajaran dan pujian. Tidak menyenangkan, yaitu
yang menimbulkan perasaan tidak senang pada anak-anak. Misalnya, hukuman dan celaan.

Madyo Ekosusilo, mengelompokkan alat pendidikan menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Alat pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa benda-
benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya, papan tulis,
OHP dan lain-lain.
2. Alat pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa
keadaan kondisi, tindakan dan perbuatan yang diadakan atau dilakukan dengan sengaja
sebagai sarana dalam kegiatan pendidikan.

Dari beberapa pendapat diatas, pembagian alat pendidikan yang dibuat Madyo Eko Susila,
material dan non material bisa mewakili pendapat – pendapat lainnya. Hanya untuk alat
pendidikan yang bersifat material, lebih tepat dibenut media pembelajaran atau peralatan belajar.

Adilah Afif

Septi Setyawati

Anda mungkin juga menyukai