Anda di halaman 1dari 17

PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.

01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

TEORI FIBER OPTIK

9.1. Pendahuluan

Kemajuan di bidang teknologi sangat pesat. Demikian pula kebutuhan trafik


yang terus meningkat dan permintaan dari pemakai jasa telekomunikasi terus
bertambah baik dalam segi kualitas (mutu) maupun pada segi kuantitas dalam
arti sistem komunikasi tersebut dapat menyalurkan informasi sebanyak mungkin
dalam waktu bersamaan.

Hal-hal tersebut di atas mendorong pemikiran dan perencanaan untuk


dapat menyediakan suatu sistem komunikasi yang lebih tinggi kualitasnya
disamping penggunaan sistem komunikasi yang sudah ada baik yang
menggunakan media transmisi phisik maupun non phisik (radio).

Sistem komunikasi Fiber optik adalah suatu sistem komunikasi yang


menggunakan media transmisi phisik berupa fiber optik yang merupakan salah
satu sistem komunikasi yang saat ini mampu mengatasi / memenuhi tantangan-
tantangan di atas dan dapat terus dikembangkan untuk berbagai macam
komunikasi.

Seiring dengan berkembangnya teknologi telekomunikasi khususnya


dengan masuknya teknologi digital ke dalam segala bagian dan fungsi jaringan
telekomunikasi maka pertukaran informasi dalam bentuk lain selain suara dan
berbagai ragam telekomunikasi menjadi mungkin, sehingga jenis-jenis
kemampuan perangkat menjadi berkembang.

Dalam sistem komunikasi saat ini, fiber optik sebagai media transmisi makin
banyak digunakan menggantikan saluran transmisi kawat. Hal ini disebabkan
banyaknya keuntungan yang didapat dibandingkan dengan saluran kawat.
Dengan teknologi yang sudah dikuasai pada saat ini, sistem komunikasi fiber
optik masih sedikit lebih mahal dari sistem transmisi kawat atau sistem transmisi
radio yang setara, tetapi dengan pertumbuhan teknologi yang sangat cepat
sekarang ini, sistem fiber optik dengan cepat akan mampu bersaing dengan
sistem-sistem lain dalam harga, dan dengan kelebihan-kelebihan yang lain yang
PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI
Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 239
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

dimiliki oleh fiber optik, makin lama makin banyak sistem lain yang
digantikannya.

9.2. Teori Fiber Optik

Fiber optik adalah suatu dielektrik waveguide yang beroperasi pada


frekuensi optik atau cahaya. Fiber optik berbentuk silinder dan menyalurkan
energi gelombang elektromagnetik dalam bentuk cahaya di dalam
permukaannya dan mengarahkan cahaya pada sumbu axisnya. Hal-hal yang
mempengaruhi transmisi dengan waveguide ditentukan oleh karakteristik
bahannya, yang merupakan faktor penting dalam penyaluran suatu sinyal
sepanjang fiber optik.

9.3. Struktur Fiber

Stuktur fiber optik biasanya terdiri atas 3 bagian, yaitu :

 Bagian yang paling utama dinamakan inti (core)

Gelombang cahaya yang dikirim akan merambat dan mempunyai indeks


bias lebih besar dari lapisan kedua, dan terbuat dari kaca. Inti (core)
mempunyai diameter yang bervariasi antara 5 – 50 µ m tergantung jenis
serat optiknya.

 Bagian kedua dinamakan lapisan selimut / selubung


(cladding )

Bagian ini mengelilingi bagian inti dan mempunyai indeks bias lebih kecil
dibanding dengan bagian inti, dan terbuat dari kaca.

 Bagian ketiga dinamakan jacket (coating)

Bagian ini merupakan pelindung lapisan inti dan selimut yang terbuat dari
bahan plastik elastik.

PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI


Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 240
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

Struktur dari fiber optik ini dapat diperlihatkan berikut ini :

Core Primary Coating Protective Coating

Cladding Secondary Coating

Gambar 3.1 Struktur Fiber Optik

9.4. Jenis-jenis Fiber Optik

Ditinjau dari profil indeks bias dan mode gelombang yang terjadi pada
perambatan cahayanya, maka jenis fiber optik dapat dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu :

(1) Multi mode step indeks

Fiber ini disebut ”Step Indeks” karena indeks bias berubah secara drastis
dari skulit ke inti fiber. Pada selubung fiber mempunyai indeks bias yang
lebih rendah dari pada indeks bias inti fiber, akibatnya semua sinar yang
memiliki sudut datang lebih besar dari sudut kritis akan dipantulkan oleh
lapisan kulit fiber.

Pada fiber optik jenis ini dapat memuat beberapa sinar dengan panjang
gelombang (λ ) yang berbeda sehingga dapat memuat lebih banyak
sinyal informasi.

Cahaya yang merambat pada step indeks fiber tergantung pada sudut
relatif dari sumbu, karena itu mode dengan pulsa yang berbeda akan
datang pada ujung fiber pada waktu yang berbeda dari pelebaran pulsa
dimana sinyal digital dengan bit rate terbatas akan ditransmisikan.

Fiber optik jenis ini mempunyai diameter inti sebesar 50 µ m dan diameter
PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI
Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 241
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

selubung sebesar 125 µ m. Indeks bias inti besarnya tetap/sama pada


seluruh inti sebesar n1 sehingga perbedaan indeks bias antara inti dan
selubungnya selalu tetap.

Profil indeks bias fiber optik jenis ini terlihat seperti gambar di bawah ini.

Cladding

inti

Longitudinal Section
Core Diameter

Gambar 5.1. Step indeks multi mode fiber

(2) Step indeks Single mode fibre.

Cladding
123 µ m

9
µ m

Longitudinal Section

Core Diameter

In pulse Out pulsa

Cross Section
Gambar 5.2. Multi mode Step Indeks

Dalam single mode fiber hanya terjadi satu jenis mode perambatan berkas
PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI
Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 242
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

cahaya saja, sehingga tidak akan terjadi pelebaran pulsa di tingkat ouputnya.
Karena diameternya terlalu kecil (9 µ m) maka akan sedikit menyulitkan dalam
proses penyambungan. Disamping itu diperlukan sumber optik yang mempunyai
spektrum yang sangat sempit untuk mengusahakan efisiensi kopling yang tinggi
dari sumber optik ke inti fiber optik tersebut.

Karena tidak terjadi dispersi (pelebaran) pulsa maka fiber optik jenis ini akan
mampu mentransmisikan informasi dengan bandwith yang besar.

(3) Grade Indeks multi mode Fiber.

Fiber ini disebut ”Grade indeks” karena terdapat perubahan dalam indeks
bias, dimana besarnya indeks bias inti mengecil ke arah perbatasan inti dengan
selubungnya. Dengan menurunya indeks bias inti ke arah batas inti dengan
selubung menyebabkan terjadinya pembiasan pada inti sehingga perambatan
berkas cahayanya akan melengkung sedangkan kecepatan propagasi antara
berkas cahaya yang datang dengan sudut datang yang lebih besar akan lebih
cepat dibandingkan dengan berkas cahaya yang datang dengan sudut datang
yang lebih kecil.

Jadi walaupun lintasan yang ditempuh mempunyai jarak yang berlainan maka
berkas-berkas cahaya yang merambat pada jenis serat optik ini akan mencapai
output dalam waktu yang relatif sama sehingga pulsa dioutput hanya mengalami
pelebaran pulsa (dispersi) yang lebih kecil bila dibandingkan dengan pelebaran
pulsa output yang terjadi pada serat optik jenis multi mode step indeks.

Cladding
inti
Longitudinal Section
Core Diameter

input output

Gambar 5.3. Grade Indeks Multi Mode Fiber

PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI


Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 243
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

Sistem komunikasi operasional pada PT PLN (Persero) P3B Jawa – Bali


menggunakan jenis fiber optik Single Mode step Indeks dengan alasan sistem
transmisi PLN jaraknya jauh dan juga dikarenakan kemampuan kapasitas dari
single mode ini besar (bandwith lebih besar).

Ada empat macam type yang sering digunakan berdasarkan ITU-T (International
telekommunication Union – Telecommunication Standardization sector) yang
dahulu dikenal dengan CCITT yaitu :

1) G.652 - Standar Single Mode Fiber

2) G.653 – Dispersion-shifted single mode fiber

3) G.653 – Characteristics of cut-off shifted mode fiber cable

4) G.655 – Dispertion-shifted non zero Dispertion fiber.

Tipe fibre G.652 adalah type fiber yang sering digunakan saat ini dan semua
type dari type fiber yang ada sekarang ini menyesuaikan dengan type G.652.
Jaringan komunikasi PT PLN (Persero)P3B yang dalam hal ini dikelelola PT
ICON+ menggunakan type jenis ini (G.652)

Saat ini Type dari jenis fiber single mode ini dapat digunakan pada STM-1 (155
Mbit/s) untuk mencakup jarak lebih dari 1280 km tanpa menggunakan repeater
(Pengulang/penguat) dan pada STM 4 (622 Mbit/s) digunakan untuk jarak lebih
dari 160 km dengan memakai amplifier fiber optik. Menurut ITU-T jarak yang
dapat dicakup untuk STM 16 adalah sebesar 160 km, tetapi jarak tersebut hanya
dapat dicapai dengan menggunakan post amplifier (penguat) optik dan pre-
amplifier sedangkan untuk STM 64 jarak yang dapat dicakup adalah sebesar 40
– 80 km.

9.5. Karakteristik Transmisi fiber optik

Karakteristik transmisi fiber optik mencakup redaman dan dispersi yang


terjadi pada serat optik. Faktor redaman dan dispersi ini sangat menentukan
kualitas fiber optik tersebut sebagai media transmisi dalam suatu jaringan
komunikasi.

1) Redaman (attenuation)
PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI
Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 244
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

Faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya redaman pada transmisi fiber


optik antara lain :

a. Penyerapan (Absosbtion)

Faktor penyerapan terjadi karena dua kemungkinan yaitu : Penyerapan dari


luar dan penyerapan dari dalam. Untuk penyerapan dari luar terjadi karena
impunty dalam fiber seperti : besi, cobalt, ion OH, dan sebagainya.
Sedangkan penyerapan dari dalam disebabkan bahan pembuat fiber itu
sendiri.

b. Scattering (Hamburan)

Hamburan umumnya terjadi karena tidak homogennya struktur fiber optik,


kerapatan (density) yang tidak merata dan yang terakhir adalah komposisi
yang tidak fluktuasi.

c. Radiative losses

Radiative losses ini terutama disebabkan karena bending (tekukan) dan


coupling (sambungan).

2) Distorsi

Hal ini disebabkan oleh panjang gelombang yang berbeda. Distorsi terjadi
pada kabel fiber optik jenis multi mode. Sedang pada jenis single mode tidak
terjadi.

9.6. Komponen – komponen fiber optik

Elemen-elemen utama dari sistem pentransmisian dengan media fiber


optik dapat dilihat pada blok diagram berikut :
Transmitter Optical splice
Electrical
Input
signal
Drive Light Conector
Source Optical couple or Optical
Circuit
Beam splitter Fiber
Optical
reciever
Repeater
Electronics
Optical splice To other
Equipment
Optical
transmitter

Receiver
PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI
Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 245
Fiber
Optical
flyead
Optical Signal
Electrical
amplifier reciever restorer Signal Out
Amplifier
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

Gambar 7.1. Elemen utama transmisi Fiber Optik

 Komponen Pasif

 Kabel Fiber optik

- Loss kabel

Sistem 1300 nm ; loss kabel = 0,5 dB / km

Sistem 1550 nm ; loss kabel = 0,25 dB / km

- Dispersi

Modal dispertion (multimode) ∼ 0,25 ns / km

Material dispersion (single mode)

∼ 0 (sistem 1300 nm)

∼ 0,14 ps / km.Ghz (sistem 1550 nm)

 Konektor

- Loss ∼ 0,5 – 1,0 dB

 Splice

- Loss ∼ 0,1 – 0,2 dB

 Kopler / Splitter

- Loss ∼ 1,0 – 5,0 dB

 Komponen Aktif

 Transmitter

→ LED (Light Emiting Diode)

- B < 200 Mb / s

- Umumnya untuk sistem multimode

PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI


Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 246
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

→ LD (Laser Diode)

- B > 200 Mb / s

- Umumnya untuk sistem singlemode

 Receiver

→ p-n Photodiode

→ p-i-n Photodiode

→ Avalance Photodiode (APD)

Karakteristik

- Responsitivitas (R = n.λ / 1,24 A W)

- Sensitifitas (minimum detectable power)


Optical switch / modulator

- Crosstalk < - 20 dB

- Switching Voltage < 10 Volt

- Loss ∼ 1 – 5 dB

- Bandwidth > 1 GHz


Optical Amplifier

- Gain ∼ 20 – 30 dB

Kesimpulan :

Dari sistem komunikasi fiber optik, sesuai dengan karakteristiknya dapat


dilihat keuntungan dan kerugian dibandingkan sistem komunikasi lainnya.

⇒ Keuntungan

1. Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwith yang lebar).

Frekuensi pembawa optik bekerja pada daerah frekuensi yang tinggi yaitu

PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI


Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 247
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

sekitar 1013 Hz sampai dengan 1016 Hz, sehingga informasi yang dibawa
akan menjadi banyak.

2. Redaman sangat rendah dibandingkan dengan kabel yang terbuat dari tembaga,
terutama pada frekuensi yang mempunyai panjang gelombang sekitar 1300 nm
yaitu 0,2 dB/km.

3. Kebal terhadap gangguan gelombang elektromagnet.

Fiber optik terbuat dari kaca atau plastik yang merupakan isolator, berarti
bebas dari interferensi medan magnet, frekuensi radio dan gangguan
listrik.

4. Dapat menyalurkan informasi digital dengan kecepatan tinggi. Kemampuan fiber


optik dalam menyalurkan sinyal frekuensi tinggi, sangat cocok untuk pengiriman
sinyal digital pada sistem multipleks digital dengan kecepatan beberapa Mbit/s
hingga Gbit/s.

5. Ukuran dan berat fiber optik kecil dan ringan.

Diameter inti fiber optik berukuruan micro sehingga pemakaian ruangan


lebih ekonomis.

6. Tidak mengalirkan arus listrik

Terbuat dari kaca atau plastik sehingga tidak dapat dialiri arus listrik
(terhindar dari terjadinya hubungan pendek)

7. Sistem dapat diandalkan (20 – 30 tahun) dan mudah pemeliharaannya.

8. Low Cost

9. Fleksible atau kaku

⇒ Kerugian

1. Konstruksi fiber optik lemah sehingga dalam pemakaiannya diperlukan lapisan


penguat sebagai proteksi.

2. Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar yang
berlebihan

3. Tidak dapat dialiri arus listrik, sehingga tidak dapat memberikan catuan pada

PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI


Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 248
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

pemasangan repeater.

9.7. Sistem Jaringan Telekomunikasi Fiber Optik pada PT PLN (Persero)

OPGW 150 kV / 500 kV

FL 70 kV / 150 kV

FA Junction Box

Gantry
Box

OUTDOOR

Gantry
FA Box FS

FOT

Patching Cord

SCADA
Console
NMS Inter Computer
Link
CPM
LAN
Telepon cabel
VM
MDF
CC
Power Cabel CTB CTB

TDB
Rectifier SSM TDB
Power
Battery Supply TDB
DCDB FAX & TELEKOMUNIKASI
PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA
TDB
Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 249


220 V INDOOR
Gedung Lain
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

Keterangan :

OPGW= Optical Ground Wire

FL = Fiber Long Span

FS = Fiber Short Span

FA = Fiber Armoured

FOT = Fiber Optical Terminal

OTB = Optical Terminal Box

PAX = Private Automatic Exchange

MDF = Main Distribution Frame

CTB = Copper Terminal Box

TDB = Telephone Distribution Box

CPM = Commutator Position Multilines

NMS = Network Management System

SSM = Sopho System Manager

VM = Voice Mail

PLESYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (PDH)


2

8 Mbits 34 Mbits 140

PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI


Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 250
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

Gambar di atas menunjukkan hierarchy sistem PDH, dimana semua sinyal


informasi yang berupa sinyal digital atau analog dimasukkan dalam chanel-
chanel unit untuk kemudian dimultipleks. Pemultipleksyang digunakan disini
menggunakan PCM 30 yang mempunyai bitrate sebesar 2048 kbit/s. Untuk
mendapatkan kapasitas saluran yang lebih banyak dapat dikembangkan dengan
dasar dari PCM 30 (2 Mbit/s, 8 Mbit/s, 34 Mbit/s, dan 140 Mbit/s). Disini terjadilah
proses penggabungan channel unit dalam satu struktur frame berdasarkan
sistem TDM. Hasil multipleks dari DM2 dimasukkan ke DF (digital Fiber) yang
sesuai dengan DM-nya. Di DF ini sinyal informasi yang berupa besaran listrik
dirubah ke optik, kemudian ditransmisikan melalui fiber optik. Pada bagian
penerima, sinyal optik yang masuk dirubah ke sinyal listrik oleh DF, kemudian
masuk ke DM penerima untuk dipisahkan atau di demultipleks. Hasil dari
demultipleks ini dimasukkan ke card-card penerima.

Card-Card yang ada pada pengirim dan penerima adalah :

1. Sub Exchange (pengirim) dan Subcriber (Penerima)

2. CU 24 Data Unit (untuk komunikasi data)

3. E & M / VF-P Channel Unit (untuk hubungan antar PAX, SCADA)

DM 2 - MUX

DM 2 adalah peralatan multipleks yang menggunakan teknologi PCM 30 yang


melakukan proses multipleks dengan sistem TDM. Perangkat DM 2 ini
merupakan realisasi dari hierarchy pertama sistem eropa, dimana 30 chanel
suara 64 kb/s atau channel data 64 kb/s dimultipleks ke dalam satu sinyal
dengan frame 125 µ s yang mempunyai kapasitas 2048 Kbit/s.

PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI


Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 251
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

DM 2 – Mux menggabungkan fungsi control, multipleksing dan fungsi


pengawasan. Input dari DM 2 ini adalah chanel unit yang dapat berupa Sub
Exchange, V.24 untuk sinyal data digital dan VF/E&M dan sinyal suara.

Channel Unit Sub, Exchange End

Channel Unit Sub / EXCHANGE END adalah salah satu channel unit dari DM 2
yang sangat penting. Channel unit ini terdiri atas 6 frekuensi suara dan satu
MCSD (metering control signal detection) channel untuk setiap VF channel.
Keenam frekuensi suara itu dibagi menjadi 5 channel unit dan 1 multiplex unit
(MUX) yang didalamnya menghubungkan pelanggan dengan analog subcriber
dari analog maupun digital interface ke channel unit sub/sub yang kemudian
dihubungkan ke pelanggan atau ke nomor yang dituju.

Contoh aplikasi dapat dijelaskan seperti ilustrasi berikut ini.

Jika kita mengangkat telepon, maka kita akan mendengar suara atau posisi off
hook. Kemudian kita memencet nomor yang akan kita hubungi. Voice atau
pembicaraan kita dipesawat telepon tersebut dirubah ke besaran listrik berupa
sinyal analog ke DM 2 sub/sub, yang kemudian sinyal tersebut akan
dimultipleksing. Setelah itu sinyal tersebut dikirim melalui transmisi fiber optik
berdasarkan sistem PDH. Tiba di sentral penerima (exchange End) sinyal yang
dikirim itu kemudian dimultiplexing. Selanjutnya dari sentral tersebut dikirim ke
analog subcriber interface, lalu ke DM 2 sub/E yang akan meyambungkan ke
nomor yang dituju.

CU 24020 data unit 0 … 64 K, ASYNC, /SYNC, V.110, 4 CH.

CU 24020 merupakan sebuah data unit yang berbentuk card yang digunakan
untuk mengirim dan menerima sinyal yang berbentuk data sebanyak 4 channel
tiap CU 24020 seperti untuk internet, intranet, dll.

E & M / VF-P Channel Unit TU 21232 8 ch.

Unit TU 21232 meliputi 8 VF channel block yang identik, sebuah block kontrol,
dan sebuah unit power supply. Jadi tiap card TU 21232 dapat digunakan untuk 8
Channel misalnya untuk SCADA.

Tujuan dari unit ini adalah :

PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI


Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 252
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

1. Membangun sebuah channel interface 2 – wire atau 4 – wire

2. Mengadaptasi level dan impedansi

3. Menjalankan A/D conversion pada output direction

4. Memultipleks signal menjadi kedalam sebuah 2 Mbit/s bit stream yang


dimasukkan ke dalam DM 2 internal bus melalui tributary – tributarynya.

5. Untuk memisahkan sinyal penerima dari tiap voice channel dari DM 2 internal
Bus

6. Menjalankan D/A Convertion pada penerima

Ringing Generator

Ringing generator berfungsi sebagai pembangkitan ringing pada pesawat


telepon penerima dan juga sebagai pembangkit tegangan yang diperlukan untuk
mengeset signal tone. Jika pada suatu receiver telah dilengkapi PAX maka tidak
perlu kita tambahkan ringing generator lagi.

Gambar ringing generator :

DM 8, DM 34, DM 140 multiplex Equipment

DM 8, DM 34, DM 140 adalah peralatan multiplex yang tingkatan hirarkinya lebih


PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI
Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 253
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

tinggi dari DM 2 . nomor yang mengikuti DM menunjukkan jumlah bit rate (bit/s)
pada main sistem direction (jumlah bit yang dapat dikirim dan diterima tiap detik.
Satuan yang digunakan adalah Mbit/s, sehingga jelas terlihat bahwa DM 140
memiliki channel yang terbanyak dari DM yang lainnya.

Peralatan multiplex ini memultiplex 1 sampai 4 tributary signal kedalam satu


system signal utama, artinya DM 8 didapatkan dari hasil multiplex dari 4 buah
DM 2, DM 34 merupakan hasil multiplex dari 4 buah DM 8 dan seterusnya.

Repeater DF 2 – 8

Adalah card yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver yang mempunyai
kapasitas transmisi 2 Mbit/s atau 8 Mbit/s dan dapat diajust sesuai dengan
kapasitas sinyal yang kita tranmisikan.

Peralatan ini dilengkapi dengan sebuah Laser diode atau LED dan dihubungkan
ke Multi mode atau singel Mode Fiber .

DF 2-8 ini mengubah sinyal informasi (suara, data, dan gambar) yang masih
berupa sinyal listrik menjadi sinyal optik, lalu ditransmisikan melalui media optik.
Pada sisi penerima DF 2-8 mengubah kembali sinyal optik yang diterima menjadi
sinyal listrik. Jadi dengan DF 2-8 yang berfungsi sebagai transmitter dan
receiver, komunikasi dapat dilakukan 2 arah.

Contoh aplikasi dari PDH adalah sebagai berikut :

Misalkan akan dibuat suatu jaringan komunikasi dengan menggunakan fiber


optik sebagai medianya, dimana jaringan ini akan digunakan untuk

 12 line telepon

 2 Channel untuk internet (data)

 2 Channel untuk SCADA

ini akan dipenuhi dengan menggunakan :

 2 buah card SUB/E pada pengirim dan 2 buah card SUB/S pada penerima

 1 (satu) Card CU – 24

 1 (satu) Card E&M / VF-P

PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI


Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 254
PT PLN (PERSERO) No Dok : P3B/O&M SCADATEL/001.01
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Berlaku Efk :

Adapun rangkaian yang dihasilkan adalah :

VF
SUB
EM
CU SUB
24 E
DM 2

PC
FIBER

OPTIK

PABX

DM 2

SUB
SUB S
S
VF V24
EM TELEPHONE

Ringing Generator

PANDUAN PEMELIHARAAN SCADA & TELEKOMUNIKASI


Edisi : I / 01/ 2004 Revisi : 00 Halaman 255

Anda mungkin juga menyukai