PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus
evaluasi. Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diabetes melitus
tipe II (NIDDM) dengan komplikasi gangrene di lantai V kiri IRNA B Teratai Rumah
Sakit Umum Fatmawati, Jakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juli sampai 24 Juli
2008, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus mencakup
A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 22 Juli 2008, yang
Dalam teori dikatakan etiologi terjadinya diabetes melitus adalah faktor usia,
faktor genetik, obesitas dan diet atau pola makan yang salah, sama seperti etiologi
yang terjadi pada klien. Manifestasi klinis yang ditemukan pada klien sama seperti
pada teori diantaranya banyak makan, kelemahan atau kelelahan dan berat badan
menurun. Pemeriksaan penunjang yang ada pada kasus tetapi tidak ada dalam teori
albumin, globulin).
tanda-tanda infeksi seperti tampak ada rembesan pus pada balutan luka. Faktor
pendukung dalam melakukan pengkajian, klien dan keluarga kooperatif dan data
yang diperoleh tidak terlalu menyimpang dari teori yang ada, kerja sama dengan
perawat ruangan baik, dokumen yang ada cukup lengkap, standar yang dipakai di
ruangan sesuai dengan standar yang ada dalam teori. Faktor penghambat selama
B. Diagnosa Keperawatan
menurut Marlyn E. Doengoes, at all, 2000, ada tujuh diagnosa yaitu : kekurangan
penurunan masukan oral, resiko tinggi infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar
berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif yang tidak dapat diobati
adalah resiko tinggi perluasan infeksi berhubungan dengan kadar glukosa dalam
darah yang ditandai dengan keadaan balutan luka dengan pus yang merembes dan
luka klien sudah terdapat pus dan darah. Resiko kelebihan volume cairan tubuh
mengatakan BAK ± 5-6 kali perhari, balance cairan klien 2100 ml – 1800 ml = +300
ml/24 jam. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin untuk transport glukosa dalam sel ditandai dengan
keluarga klien mengatakan berat badan klien menurun sejak sakit (1 bulan yang
berhubungan dengan kelemahan fisik : perfusi jaringan tidak adekuat (Hb menurun)
ditandai dengan klien tampak lemas, hasil laboratorium : Hb = 9,9 g/dl. Resiko
nyeri pada daerah penusukan syringe pump, daerah penusukan syringe pump tampak
Diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak muncul pada kasus terdapat lima
tidak dapat diobati dan kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan
Faktor pendukung untuk kelima diagnosa yang diangkat pada kasus, data
informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi klien saat itu. Pada waktu
C. Perencanaan
ukur intake dan output tiap hari, observasi status nutrisi klien, observasi kemampuan
klien melakukan aktivitas sehari-hari, pertahankan teknik septik dan aseptik pada
keperawatan yang diangkat tidak sesuai dengan prioritas dalam teori. Pada kasus
prioritas yang diangkat yaitu resiko tinggi perluasan infeksi berhubungan dengan
meningkatnya kadar glukosa gula darah, diagnosa ini diangkat sebagai prioritas
karena sesuai dengan kondisi klien saat itu dengan keadaan balutan luka dengan pus
yang merembes dan luka klien sudah terdapat pus dan darah. Pada teori tidak
terdapat kriteria waktu sedangkan pada kasus kriteria waktu selama 3x24 jam, dari
masing-masing diagnosa. Begitu pun dengan kriteria hasil disusun sesuai dengan
keadaan klien sehingga dapat dicapai dan diukur. Faktor pendukung dalam membuat
D. Implementasi
tindakan yang telah penulis susun berdasarkan prioritas masalah yang dilakukan
3x24 jam antara lain mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, mengganti
balutan luka dengan teknik septik dan aseptik, mengukur intake dan output tiap hari,
yang penulis tidak dapat lakukan seperti memberikan obat pada malam hari,
dikarenakan penulis hanya bertugas pada pagi hari. Alternatif pemecahan masalah
melanjutkan rencana tindakan keperawatan pada klien Tn. S. Faktor pendukung klien
dan keluarga cukup kooperatif serta perawat ruangan dapat bekerja sama sehingga
implementasi terlaksana dengan baik. Faktor penghambat yaitu klien terpasang infus
di tangan kanan dan terpasang syringe pump di tangan kiri dan kaki kiri klien tidak
mampu untuk menapak dengan baik sehingga berat badan klien tidak dapat diukur,
solusinya menunggu keadaan luka di kaki kiri klien sedikit membaik sehingga klien
E. Evaluasi
menilai perkembangan kesehatan klien mengacu kepada kriteria evaluasi dan tujuan.
Dari lima diagnosa yang terdapat pada kasus, yang sudah teratasi adalah intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, perfusi jaringan tidak adekuat (Hb
menurun) ditunjukkan dengan klien tidak merasa lemah lagi, dan klien mampu
mengubah posisi (miring kiri dan miring kanan) secara mandiri sedangkan empat
diagnosa lainnya belum teratasi yaitu resiko tinggi perluasan infeksi berhubungan
dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah dimana keadaan luka klien masih
terdapat pus dan darah. Resiko kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan
penurunan tekanan osmotik koloid dimana balance cairan klien 300 ml-600 ml =
-300 ml/8 jam. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin untuk transport glukosa ke dalam sel dimana hasil
GDS tanggal 24 Juli 2008 : 202mg/dl. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan
tempat masuknya mikroorganisme sekunder terhadap pemasangan infus/syringe
pump, dimana klien masih terpasang infus NaCl 0,9% 20 tts/menit pada tangan
kanannya, namun penulis tetap melanjutkan rencana tindakan tersebut yang belum
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang penulis lakukan pada klien Tn.
kiri IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta, penulis
penyebabnya adalah obesitas dan pola makan yang salah. Dengan gejala seperti
banyak makan, kelemahan tubuh, atau kelelahan dan berat badan menurun, serta
berdasarkan prioritas masalah yang ada pada klien. Rencana yang sudah dilakukan
tanda infeksi dan peradangan, mengganti balutan luka dengan teknik septik dan
aseptik, mengukur intake dan output tiap hari, mengobservasi status nutrisi klien,
mengobservasi kemampuan klien melakukan aktivitas sehari-hari dan
mempertahankan teknik septic dan aseptik pada prosedur invasife. Untuk tindakan
Pada tahap evaluasi terdapat satu diagnosa yang sudah teratasi yaitu
adekuat (Hb menurun) sedangkan empat diagnosa yang belum teratasi yaitu resiko
tekanan osmotic koloid, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
B. Saran
keperawatan dan interaksi dengan klien, tim keperawatan dan tim kesehatan di lantai
V kiri IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta, penulis
2. Klien diharapkan untuk menciptakan pola hidup yang baik dengan menghindari
konsumsi makanan dan minuman yang berkadar gula tinggi serta melakukan
perawatan luka yang septik dan aseptik untuk menghindari infeksi lebih lanjut.
3. Untuk institusi meningkatkan sarana dan prasarana kampus seperti alat-alat
mengajar serta penyusunan karya tulis ilmiah, menyediakan tenaga kerja dan