Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus

yang terdiri dari pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi. Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diabetes melitus

tipe II (NIDDM) dengan komplikasi gangrene di lantai V kiri IRNA B Teratai Rumah

Sakit Umum Fatmawati, Jakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juli sampai 24 Juli

2008, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus mencakup

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 22 Juli 2008, yang

didapatkan melalui wawancara, pemeriksaan fisik serta didokumentasikan,

ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

Dalam teori dikatakan etiologi terjadinya diabetes melitus adalah faktor usia,

faktor genetik, obesitas dan diet atau pola makan yang salah, sama seperti etiologi

yang terjadi pada klien. Manifestasi klinis yang ditemukan pada klien sama seperti

pada teori diantaranya banyak makan, kelemahan atau kelelahan dan berat badan

menurun. Pemeriksaan penunjang yang ada pada kasus tetapi tidak ada dalam teori

adalah pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan fungsi hati (protein total,

albumin, globulin).

Pada saat pemeriksaan fisik melalui pengkajian penulis menemukan adanya

tanda-tanda infeksi seperti tampak ada rembesan pus pada balutan luka. Faktor
pendukung dalam melakukan pengkajian, klien dan keluarga kooperatif dan data

yang diperoleh tidak terlalu menyimpang dari teori yang ada, kerja sama dengan

perawat ruangan baik, dokumen yang ada cukup lengkap, standar yang dipakai di

ruangan sesuai dengan standar yang ada dalam teori. Faktor penghambat selama

proses pengkajian penulis tidak menemukannya.

B. Diagnosa Keperawatan

Pada teori dengan diabetes melitus diagnosa keperawatan yang muncul

menurut Marlyn E. Doengoes, at all, 2000, ada tujuh diagnosa yaitu : kekurangan

volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari hiperglikemia), perubahan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,

penurunan masukan oral, resiko tinggi infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar

glukosa tinggi, resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan

dengan perubahan ketidakseimbangan glukosa/insulin/elektrolit, kelelahan

berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, ketidakberdayaan

berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif yang tidak dapat diobati

dan kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi. Sedangkan pada kasus yang muncul

adalah resiko tinggi perluasan infeksi berhubungan dengan kadar glukosa dalam

darah yang ditandai dengan keadaan balutan luka dengan pus yang merembes dan

luka klien sudah terdapat pus dan darah. Resiko kelebihan volume cairan tubuh

berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik koloid ditandai dengan klien

mengatakan BAK ± 5-6 kali perhari, balance cairan klien 2100 ml – 1800 ml = +300

ml/24 jam. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin untuk transport glukosa dalam sel ditandai dengan

keluarga klien mengatakan berat badan klien menurun sejak sakit (1 bulan yang

lalu), hasil laboratorium gula darah sewaktu = 217mg/dl. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan fisik : perfusi jaringan tidak adekuat (Hb menurun)

ditandai dengan klien tampak lemas, hasil laboratorium : Hb = 9,9 g/dl. Resiko

terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme sekunder

terhadap pemasangan infus/syringe pump, ditandai dengan klien mengatakan merasa

nyeri pada daerah penusukan syringe pump, daerah penusukan syringe pump tampak

bengkak, agak merah.

Diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak muncul pada kasus terdapat lima

diagnosa, yaitu : kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

(dari hiperglikemia), resiko tinggi terhadap perubahan sensori persepsual

berhubungan dengan perubahan ketidakseimbangan glukosa atau insulin/elektrolit,

kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,

ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif yang

tidak dapat diobati dan kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, dikarenakan tidak

ada data informasi yang menunjang untuk diagnosa tersebut.

Faktor pendukung untuk kelima diagnosa yang diangkat pada kasus, data

informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi klien saat itu. Pada waktu

mengangkat diagnosa penulis tidak menemukan faktor penghambat.

C. Perencanaan

Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas masalah sebagai berikut : observasi


tanda-tanda infeksi dan peradangan, ganti balutan dengan teknik septik dan aseptik,

ukur intake dan output tiap hari, observasi status nutrisi klien, observasi kemampuan

klien melakukan aktivitas sehari-hari, pertahankan teknik septik dan aseptik pada

prosedur invasif. Dalam membuat perencanaan penulis menemukan bahwa diagnosa

keperawatan yang diangkat tidak sesuai dengan prioritas dalam teori. Pada kasus

prioritas yang diangkat yaitu resiko tinggi perluasan infeksi berhubungan dengan

meningkatnya kadar glukosa gula darah, diagnosa ini diangkat sebagai prioritas

karena sesuai dengan kondisi klien saat itu dengan keadaan balutan luka dengan pus

yang merembes dan luka klien sudah terdapat pus dan darah. Pada teori tidak

terdapat kriteria waktu sedangkan pada kasus kriteria waktu selama 3x24 jam, dari

masing-masing diagnosa. Begitu pun dengan kriteria hasil disusun sesuai dengan

keadaan klien sehingga dapat dicapai dan diukur. Faktor pendukung dalam membuat

perencanaan keperawatan penulis mendapatkan melalui literatur, sedangkan faktor

penghambatnya tidak penulis temukan.

D. Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan, penulis sesuaikan dengan rencana

tindakan yang telah penulis susun berdasarkan prioritas masalah yang dilakukan

3x24 jam antara lain mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, mengganti

balutan luka dengan teknik septik dan aseptik, mengukur intake dan output tiap hari,

mengobservasi status nutrisi klien, mengobservasi kemampuan klien melakukan

aktivitas sehari-hari, mempertahankan teknik septik dan aseptic pada prosedur

invasif. Namun dalam pelaksanaan keperawatan dari beberapa rencana tindakan

yang penulis tidak dapat lakukan seperti memberikan obat pada malam hari,
dikarenakan penulis hanya bertugas pada pagi hari. Alternatif pemecahan masalah

yang penulis lakukan adalah mendelegasikan kepada perawat ruangan untuk

melanjutkan rencana tindakan keperawatan pada klien Tn. S. Faktor pendukung klien

dan keluarga cukup kooperatif serta perawat ruangan dapat bekerja sama sehingga

implementasi terlaksana dengan baik. Faktor penghambat yaitu klien terpasang infus

di tangan kanan dan terpasang syringe pump di tangan kiri dan kaki kiri klien tidak

mampu untuk menapak dengan baik sehingga berat badan klien tidak dapat diukur,

solusinya menunggu keadaan luka di kaki kiri klien sedikit membaik sehingga klien

dapat menapak di atas timbangan untuk mengukur berat badan klien.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan bertujuan untuk

menilai perkembangan kesehatan klien mengacu kepada kriteria evaluasi dan tujuan.

Dari lima diagnosa yang terdapat pada kasus, yang sudah teratasi adalah intoleransi

aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, perfusi jaringan tidak adekuat (Hb

menurun) ditunjukkan dengan klien tidak merasa lemah lagi, dan klien mampu

mengubah posisi (miring kiri dan miring kanan) secara mandiri sedangkan empat

diagnosa lainnya belum teratasi yaitu resiko tinggi perluasan infeksi berhubungan

dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah dimana keadaan luka klien masih

terdapat pus dan darah. Resiko kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan

penurunan tekanan osmotik koloid dimana balance cairan klien 300 ml-600 ml =

-300 ml/8 jam. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin untuk transport glukosa ke dalam sel dimana hasil

GDS tanggal 24 Juli 2008 : 202mg/dl. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan
tempat masuknya mikroorganisme sekunder terhadap pemasangan infus/syringe

pump, dimana klien masih terpasang infus NaCl 0,9% 20 tts/menit pada tangan

kanannya, namun penulis tetap melanjutkan rencana tindakan tersebut yang belum

teratasi, dengan mendelegasikan kepada perawat ruangan untuk melanjutkan rencana

tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.

Faktor pendukung adalah klien, keluarga kooperatif dan perawat ruangan

dapat bekerjasama sehingga mudah dalam melaksanakan rencana tindakan, program

pengobatan dan penulis tidak menemukan hambatan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penerapan proses keperawatan yang penulis lakukan pada klien Tn.

S dengan diabetes melitus tipe II (NIDDM) dengan komplikasi gangrene di lantai V

kiri IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta, penulis

dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 22 Juli 2008, dimana yang menjadi

penyebabnya adalah obesitas dan pola makan yang salah. Dengan gejala seperti

banyak makan, kelemahan tubuh, atau kelelahan dan berat badan menurun, serta

adanya luka gangrene yang merupakan komplikasi dari diabetes melitus.

Penulis menemukan lima diagnosa yaitu : resiko tinggi perluasan infeksi

berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Resiko kelebihan

volume cairan tubuh berhubungan dengan penurunan tekanan osmotic koloid.

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin untuk transport glukosa ke dalam sel. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan fisik:Perfusi jaringan tidak adekuat (Hb menurun).

Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikro organisme

sekunder terhadap pemasangan infus/syringe pump.

Dalam membuat rencana keperawatan, tiap-tiap rencana tindakan

berdasarkan prioritas masalah yang ada pada klien. Rencana yang sudah dilakukan

sesuai kondisi klien adalah mengobservasi tanda-tanda vital, mengobservasi tanda-

tanda infeksi dan peradangan, mengganti balutan luka dengan teknik septik dan

aseptik, mengukur intake dan output tiap hari, mengobservasi status nutrisi klien,
mengobservasi kemampuan klien melakukan aktivitas sehari-hari dan

mempertahankan teknik septic dan aseptik pada prosedur invasife. Untuk tindakan

keperawatan yang belum dilakukan penulis didelegasikan kepada perawat ruangan.

Pada tahap evaluasi terdapat satu diagnosa yang sudah teratasi yaitu

intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik : perfusi jaringan tidak

adekuat (Hb menurun) sedangkan empat diagnosa yang belum teratasi yaitu resiko

tinggi perluasan infeksi berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa dalam

darah, resiko kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan penurunan

tekanan osmotic koloid, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakcukupan insulin untuk transport glukosa ke dalam sel

dan resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme

sekunder terhadap pemasangan infus / syringe pump.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas setelah penulis melakukan asuhan

keperawatan dan interaksi dengan klien, tim keperawatan dan tim kesehatan di lantai

V kiri IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta, penulis

memberikan saran sebagai berikut :

1. Mahasiwa/i atau perawat, hendaknya dapat mempertahankan pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

dengan diabetes melitus dengan komplikasi gangrene.

2. Klien diharapkan untuk menciptakan pola hidup yang baik dengan menghindari

konsumsi makanan dan minuman yang berkadar gula tinggi serta melakukan

perawatan luka yang septik dan aseptik untuk menghindari infeksi lebih lanjut.
3. Untuk institusi meningkatkan sarana dan prasarana kampus seperti alat-alat

laboratorium, dan literatur-literatur sehingga dapat memperlancar proses belajar

mengajar serta penyusunan karya tulis ilmiah, menyediakan tenaga kerja dan

dosen yang berpengalaman dan berkualitas dalam memberikan bimbingan

kepada mahasiswa/i sehingga dapat menghasilkan perawat-perawat yang

berkualitas dan profesional.

Anda mungkin juga menyukai