Hasil Notulensi 1 Seminar RUU Hukum Acara Pidana
Hasil Notulensi 1 Seminar RUU Hukum Acara Pidana
POKJA NASIONAL
PEMBICARA
SAMBUTAN
Moderator
Memberlakukan RUU HAP yang baru Ibaratnya rumah kita itu gentengnya ada yang
bocor karena hujan. Kita mau merubuhkan rumah ini dengan mendirikan rumah
yang baru. Dengan demikian terdapat cost yang lebih banyak. Selain itu Undang-
Undang lain juga harus direvisi seperti UU kejaksaan, UU kepolisian, dsb.. Cost satu
UU bisa mencapai milyaran. Dengan demikian cost nya menjadi sangat besar.
Jadi sekali lagi, sekalipun nilai-nilai yang diadopsi yang berasal dari ketentuan-
ketentuan di Belanda merupakan nilai-nilai yang baik, namun kita perlu memikirkan
kembali membandingkan dengan keadaan di Indonesia. Saya setuju bahwa KUHAP
kita saat ini adalah produk yang perlu direvisi namun kita perlu mengkritisi lagi apa
saja yang mau direvisi.
Beberapa Saran :
Hakim Komisaris dalam RUU ini bersifat sangat dominan, sangat berkuasa. Apalagi
terhadap putusan hakim komisaris ini tidak terdapat upaya hukum lain seperti
banding. Kedudukan hakim komisaris yang seperti ini, maka ini dapat menjadi
boomerang bagi para pencari keadilan. Konsep ini diambil dari penerapan di
Negara-negara yang lebih maju dari kita sekitar 30-40 tahun. Apakah kita,
Indonesia yang masih mengalami krisis-krisis, kekurangan SDM, dapat menerapkan
hal-hal ini? sApakah betul ini dapat dilaksanakan???
Satu contoh. Penyidik setelah menerima laporan, dalam 1x 24 jam harus melapor
pada hakim komisaris yang kemudian hakim komisaris menentukan perkara dapat
diteruskan atau tidak. Apakah hakim-hakim komisaris mampu melakukan tugas
yang terbilang berat seperti ini? Untuk mencari 5 orang pimpinan KPK untuk tugas
yang sangat berat merupakan hal yang sangat sulit. APalagi jika kita harus mencari
sekitar 1000 orang hakim komisaris?
BANTUAN HUKUM
- Diatur dalam pasal 103-108
Dalam RUU ini kewenangan penasehat hukum diatur dengan lebih jelas
- Namun ada juga hal yang menyulitkan para advokat misalnya : penasehat
hukum adalah advokat atau orang lain yang memberi jasa hukum… siapa
yang dimaksud dengan orang lain?? Berarti siapapun bisa??
- Tersangka yang terhadapnya hendak menjalani pemeriksaan, penyidik wajib
memberitahu hak-hak tersangka. Ini merupakan suatu kemajuan! Akan
tetapi, di sisi lain hal ini juga dapat menyebabkan tersangka ‘diam’ terus
dalam proses pemeriksaan. Menurut RUU ini, dia tidak boleh diberatkan, jadi
kalau dia diam saja, ya tidak boleh diberatkan oleh penegak hukum. Ini tentu
dapat menimbulkan kesulitan.
KEWENANGAN PENYIDIK
Pasal 1 angka 2
Jika dalam waktu 14 hari laporan tidak ditangani oleh penyidikan oleh kepolisian,
jaksa boleh mengambil alih. Ini sangat krusial. Dalam pidana khusus, kewenangan
jaksa untuk menyidik masih ‘ok’. Tapi dalam pidana umum? Perlu kita pikirkan lagi
apakah jaksa dapat diberikan kewenangan sebagai penyidik
Untuk menerapkan RUU KUHAP ini para penegak hukum perlu menyiapkan diri,
perlu belajar lagi. RUU KUHAP ini TERLALU melindungi para pelaku tindak kejahatan.
Tidak balance. RUU KUHAP ini seolah-olah memikirkan ‘apapun caranya harus
melindungi pelaku’. Menurut saya, belum saatnya RUU ini diterapkan, kita masih
memerlukan persiapan-persiapan. Sekalipun KUHAP sudah tua, tapi tua-tua juga
masih lumayan…..
4. Prof.Dr.Komariah E.Supardjaja, S.H.
Dalam hukum pidana kita memiliki blok-blok tindak pidana tertentu yang
memerlukan hukum acara yang berbeda, namun KUHAP ini belum
mengakomodasi hal ini.
Ada 2 blok besar yang akan saya sampaikan yaitu blok teoritis berkenaan
dengan sistem peradilan pidana, dan blok yang kedua adalah blok yang
berkaitan dengan praktek yang berkaitan dengan perekrutan hakim
komisaris.
Dalam praktek, lembaga praperadilan dikatakan tidak memiliki objektivitas
karena selalu memenangkan polisi saja. Tapi bukan begitu juga, karena
sebetulnya lembaga praperadilan ini merupakan lembaga yang sangat sedikit
sekali melakukan pengadilan. Jadi dengan demikian tidak bisa kita
menyebutkan bahwa lembaga ini tidak objektif.
Saya percaya saat ini para penegak hukum sudah menjadi lebih baik.
Pelanggaran HAM biasanya terjadi di daerah-daerah yang terpencil. Hal ini
disebabkan kekurangan pengetahuan, dan terdapat juga beberapa perkara di
mana polisi justru stress saat menangani perkara (di daerah terpencil, dan
situasi HAM nya memang kacau balau).
Dalam RUU KUHAP yang baru dibentuk lembaga baru yaitu lembaga hakim
komisaris. Peraturan-peraturan mengenai hakim komisaris ini harusnya
dinormatifkan dan bukan dijadikan kewenangan hakim komisaris misalnya
prinsip-prinsip :
- Yang sudah ada dalam doktrin
- Non-self-incrimination
- Unlawful gathering evidence
- Yang sudah diatur dalam konvensi anti penyiksaan
Hasil keputusan hakim komisaris dapat member pengaruh terhada perkara yang
dilanjutkan (missal : apabila permohonan yang diajukan tersangka /
penasihanhukum atau penuntut umum ditolak).
Hakim komisaris dalam hal tertentu dapat memasuki pokok perkara (pasal 112). Dia
berhak memanggil terdakwa, penyidik, penasehat hukum. Ini dalam rangka apa? Di
belanda, hakim komisaris biasa datang hanya untuk hal-hal seperti permintaan izin
dan ini semmua sebetulnya sudah diakomodasi dalam tugas wakil ketua
pengadilan. Kalau begini, maka hakim akan bekerja sesuai ‘list’ saja dan tanpa rasa
keadilan.Ini tentu bertentangan dengan asas keadilan
Apabila terjadi kesalahan dalam putusan hakim komisaris, yang bersangkutan tidak
dapat melakukan upaya hukum. Lalu ke mana mereka dapat mencari keadilan?
Sedangkan dalam lembaga praperadilan masih ada upaya banding dan upaya PK.
Beberapa kali MA mengabulkan PK kalaupun mutandis-mutandis terhadap pasal 45
UU MA seharusnya tidak dapat diterima.
Tentang pengangkatan hakim komisaris, seharusnya tidak diatur dalam KUHAP, tapi
diatur dalam UU kekuasaan kehakiman.
BLOk ke-2
REKRUTMEN HAKIM KOMISARIS
Pekerjaan menjadi hakim juga mengundang keluhan. Berkas-berkas yang harus
saya periksa tidak kurang dari 80 cm tebalnya, dan biasanya juga berkutu…
Data tentang jumlah PN/PT
Jumlah PT :30
jumlahPN ; 352
ini belum termasuk pengadilan-pengadilan yang belum diresmikan.
JUmlah hakim pengadilan tinggi ; 400 orang
Hakim pengadilan negeri : 3191
Jumlah ini tidak mrata dan tidak tersebar di seluruh pengadilan di Indonesia. Kita
perlu menambah orang, setiap tahun kita menambah 120 orang calon hakim, dan
baru 2 tahun kemudian akan diangkat menjadi hakim. Hakim-hakim ini pun hanya
memeriksa perkara-perkara ringan yang bersifat tradisional dan mudah sekali
pembuktian. Jika hakim komisaris yang diminta oleh UU ini adalah hakim yang
sudah berpengalaman, mereka tentu tidak mau. Golongan 3c dan 3d (wakil ketua)
yang menangani perkara-perkara yang rumit, mereka tidak akan mau jadi hakim
komisaris. Hakim-hakim senior biasanya tidak mau kalau ditempatkan di daerah-
daerah yang terpencil.
Hakim komisaris hanya akan ada di ibukota kabupaten yang ada lembaga
pemasyarakatannya. Tentu ini akan sangat merepotkan para polisi karena dalam
hal-hal tertentu polisi harus membawa tersangka ke hadapan hakim komisaris. Ini
sangat merepotkan!
Selain itu kesulitan yang lain adalah apabila hakim-hakim senior diambil untuk
menjadi hakim komisaris, mereka tidak boleh memegang perkara lagi. Maka akan
terjadi kekurangan tenaga.
Hal yang bisa kita lakukan adalah Beberapa kewenangan hakim komisaris kita
normatifkan saja. Selain itu bis ajuga dengan menerpkan rechtelijk pardon, yaitu
pengampunan oleh hakim. MIsalnya dalam kasus nek minah, nek minah memang
bersalah mencuri, namun hakim diberikan kewenangan untuk memberikan
pengampunan. Hal ini belum diatur dalam RUU KUHAP yang baru.
Saat ini pun banyak sekali perkara-perkara yang dipaksakan. Baik yang BAP nya
tidak lengkap ataupun sebaliknya BAP nya lengkap tapi dakwaannya lemah. Untuk
hal-hal ini kita sudah punya lembaga-lembaga yang berfungsi untuk melaksanakan
pengawasan internal seperti komisi yudisial, komisi kejaksaan. Jadi kekhawatiran-
kekhawatiran yang berlebihan yang menyebabkan kewenangan yang sangat besar
pada hakim komisaris ini perlu dikaji ulang. Janganlah kekhawatiran ini menjadi nila
setitik yang menyebabkan rusak susu sebelanga.
SESI TANYA JAWAB
Saya setuju kondisi saat ini di Indonesia bahwa masyarakat Indoensia saat ini
sedang sakit. Kondisi saat ini belum bisa dicari orang orang ‘setengah-dewa’
untuk jadi hakim komisaris. Sangat sulit untuk mencari 1000 orang hakim
komisaris. Saran saya perlu pembenahan pada semua pihak terutama praktisi
hukum baik secara agama dan budaya. Praktisi hukum mungkin perlu ‘di-
brainwash dulu’
Saya setuju tidak semua hal harus diubah, tapi perlu dilakukan pembenahan.
Dr. Ito
2. Sony Suwanjaya
Dengan demikian tidak perlu serta merta berpikir bahwa hakim komisaris harus
ada karena praperadilan tidak efektif. Lagipula pendapat praperadilan tidak
efektif kadalah dari piohak-pihak yang dikalahkan.
Kedua, bayak orang membandingkan kasus nek minah dan bank century, namun
menurut saya ini perbandingan yang tidak tepat. KEadilan ada pada hakim ,
hakimlah yang memutuskan. Apaibla dikaitkan pada kinerja kepolisian yang
dianggap sejak awal tidak adil (penanganan terhadap nek minah dan terhadap
korupsi) tidak dapat dijadikan alasan untuk menilai keadilan atau ketidakadilan
apalagi untuk menilai perlunya hakim komisaris.
Pennetuan apakah suatu kasus perlu disidik atau tidak bukan permasalahan adil
atau tidaknya polisi. Dalam penegakan hukum formal, polisi harus melakukan
penyidikan dan penyelidikan guna membuat terang suatu perkara, bukan
memutuskan perkara. Perlu juga dilihat apakah tidak diprosesnya suatu laporan
tindak pidana bukannya nanti akan menimbulkan pertanyaan – saat ini sudah ada
LSM-LSM yang akan menilai apakah polisi bergerak atau tidak.
Mengenai masalah penyidik PNS yang tidak melakukan koordinasi, dan di KUHAP
sekarang tidak diatur sanksi, bukan berarti KUHAP harus diubah total, cukup
ditambahkan pasal saja.
Jadi jangan cepat berpikir mengubah, tapi coba kita benahi dulu apa yang ada
sekarang.
Prof. Komariah
Ya benar, kita senang sekali bikin yang baru-baru tapi memeliharanya susah. Di
Negara-negara lain, misalnya Belanda, KUHAP tidak pernah diubah seluruhnya,
yang terjadi adalah amandemen. Di Belanda setiap 2 tahun diamandemen
berdasarkan yurisprudensi. Norwegia juga secara rutin mengamandemen KUHAP
nya
Prof. Mien
3. Foni Febriararna
Pada prinsipnya mungkin benar bahwa adannya RUU KUHAP ini timbul karena
berbagai kebutuhan. Tapi kita perlu meninjau kembali KUHAP yang lama.
Pasal 1 ayat 9 RUU KUHAP. Siapa orang lain itu? Apa akan terjadi pemenggalan
terhadap profesi hukum? Dalam praktek saja ada banyak sekali bukan advokat
yang suka bersikap sebagai advokat.
Jadi apabila RUU KUHAP ini akan diterapkan, tolong fasilitasi suara-suara para
advokat.
Bu Komariah
Saat ini juga sedang digodok mengenai Undang-undang Bantuan Hukum. RUU
KUHAP yang sekarang juga sangat dilematis bagi para advokat. Pasal 56 KUHAP
ditentukan harus disedikan pemberi bantuan hukum bagi mereka yang ditahan
dengan ancaman pidana lebih dari 5 tahun. Coba lihat di Wamena, apakah ada
yang siap memberi bantuan hukum begitu? Hal ini perlu diperhatikan lagi.
Pa Binsar
Betul sekali, kita saat ini telah menjaring lwayer dengan demikian sulit
bagaimana mungkind engan mudah ada orang lain yang bisa mengambil peran
advokat begitu saja. Frase ini memang perlu dihilangkan.
4. Astika
Mahasiswa UNPAD
Pasal 88 RUU KUHAP mengenai masalah penahanaan sampai 120 hari maksimal.
Jika kejelasan mengenai kesalahan tersangka sudah selesai dalam waktu 120 hari
namun berkas masih belum dilimpahkan ke pengadilan, mungkinkah masa
penahanan ini diperpanjang lagi? Karena banyak terjadi kasus di mana masalah
sudah selesai namun tersangka masih ditahan karena masih ada waktu maksimal
120 hari.
Dr.Ito
Kita punya pengawas penyidik. Jadi kalau ada yang melanggar waktu maksimal
kita bisa menempuh mekanisme mekanisme yang ada. Benar juga saat ini ada
kecenderungan setiap institusi ingin punya penyidik sendiri misalnya PNS,
padahal bisa juga masalah yang di dalamnya terjadi tindak pidana. Misalnya
dalam masalah pajak, ternyata di dalamnya terjadi ipenggelapan. Jadi tidak bisa
penyidik PNS jalan sendiri, perlu ada koordinasi.
Prof. Komariah
Prof.Mien
Pa Binsar
RUU ini jauh lebih maju dari KUHAP. Dalam kUHAP itu 300 hari, sedangkan di RUU
KUHAP itu 250 hari. Jadi seseorang bisa mendekam sampai hampir 700 hari
sampai perkaranya selesai. Dalam RUU KUHAP juga kata ‘segera’ dihapuskan
(Ikata segera ini menimbulkan pertanyaan, berapa lama?), jadi ditentukan
penyidik harus melimpahkan berkas ke kejaksaan dalam waktu sekian hari.
5. Johan
Mengkritisi :
1. Pasal 111 RUU KUHAP ayat 2. Persoalan pemanggilan ini saat ini menjadi
masalah karena tidak ada sama sekali daya ikat. Apakah pasal 216 KUHP itu
masih berlaku. Misalnya ada kejadian LSM Bendera dipanggil tapi gak mau
datang. Ini Negara hukum macam apa? Polisi jangan lebay. Perangkat huum
yuang ada, mainkaN! Jangan terlalu takut, jangan terpengaruh situasi politik
2. Pasal 13 dan pasal 14 tentang SPDP dan SP3. Alokasi waktu hanya disedikan 2
hari. Ini impossible terutama untuk daerah-daerah Indonesia Timur.
3. Pasal 16 ayat 1 huruf b. Gimana kalau orang-orang yang dimaksud di sini tidak
berani. Saya menangkapnya ini satpam dan sejenisnya. Padahal ini
KEWAJIBAN. Tolong ditinjau kembali.
4. Pasal 20 atau 30? Bagaimana kalau kasus teroris? Atau kasus-kasus yang
khusus?
5. Pasal 52 tentang daluwarsa. Sebaiknya dihapuskan saja biar satu paket sama
rancangan KUHP. Rancangan KUHAP ini terlalu memihak pelaku tindak pidana.
Polisi bukannya takut. Tapi kita pun mengikuti prosedur yang ada. Dipanggil satu
kali tidak datang masih ok, dua kali tidak datang ya kita terapkan sanksi yang
ada di KUHAp sekalipun memang sanksinya ringan.
Untuk masalah satpam, saya berpikir justru ini berbahya karena bisa berlaku
main hakim sendiri
Untuk masalah teroris memang benar hukum kita lemah. Di luar negeri teroris
kadang ditangkap tanpa perlu prosedur ini itu.
6. I Ketut Adipurnama
1. Saya setuju pendapat bahwa perlunya lembaga mediasi dalam RUU KUHAP.
2. Dalam hal apa saja dan apa saja batasannnya seandainya lembaga mediasi ini
diterapkan?
4. Mohon tidak ada lagi dualisme penyidik di mana jaksa bisa ikut menuntut.
Dr. Ito
Prof. Komariah
Satu contoh, bagaimana kalau seseorang melakukan tindak pidana tapi hakim
hati nuraninya tidak mau menghukum misalnya pada kasus nek minah. Ini
merupakan dilema. Tidak boleh itu rasakeadilan hakim dibatasi.
Kita tidak punya probation officer, padahal seharusnya lembaga ini ada untuk
mengawasi supaya para pelaku tidak pidana tidak melakukan tindak pidana lagi.
Prof.Mien
Lembaga Mediasi sangat baik. Bahkan ada beberapa pihak berpendapat
sebaiknya lembaga mediasi ini tidak hanya berhenti di tingkat penyidikan.
Mengenai hal ini maka diperlukan payung hukumnya. Perkara-perkara yang
dapat dimasukkan ke dalam mediasi ini hanya perkara-perkara yang ringan /
sumir. Alangkah baiknya jika korban sudah memaafkan ya tidak perlu diteruskan
sampai ke pengadilan. Ini akan mencegah bertumpuknya perkara dari pengadilan
negeri, pengadilan tinggi sampai mahkamah agung. Jadi sekali lagi, dengan
catatan perkara-perkara tersebut hanya perkara-perkara ringan.
Misalnya pelanggaran pasal 359 KUHP. Ini seringkali bisa diselesaikan melalui
musyawarah. Tapi tindakan ini masih terbatas sekedar kebijakan saja karena
belum ada payung hukumnya. Saya menyarakankan lembaga mediasi ini dapat
ditampung dalam RUU KUHAP
TERMIN DUA
Mahasiswa STHB
Perlu dipertanyakan keabsahan RUU KUHAP. Lebih dulu mana KUHP atau KUHAP?
Optimis atau pseimiskan bapak atau ibu dengan RUU KUHAP tersebut, alasannya
apa, dan bagaimana penilaian bapak dan ibu terhadap kasus-kasus penyiksaan,
salah tangkap yang saat ini masih terjadi. Dan bagaimana mengenai peradilan
sesat yaitu mengenai mafia peradilan. Sebetulnya siapa yang berperan
menghindari mafia peradilan ini dan apakah RUU KUHAP sudah meng-cover hal
ini.
Mengenai RUU :
-perbaikan redaksional
Pa Binsar
Masalah markus dan mafia peradilan. Kita sendiri tidak memiliki undang-undang
yang memberikan patokan, definisi yang jelas mengenai siapa markus itu dan
apa saja unsur-unsur ketika seseorang dapat digolongkan sebagai makelar
kasus?
Prof. Mien
Yang sangat penting adalah kesadaran hukum korban bahwa hak-hak asasinya
telah dilanggar. Pada faktanyya banyak sekali masyarakat yang tidak menyaradi
hak-haknya. Karena itulah ketika sesseorang mengalami salah tangkap kemudian
dibebaskan, mereka sudah senang dan tidak mempersoalkan hak-hak yang
seharusnya mereka peroleh.
Prof.Komariah
Dr.Ito
ADa niat ada kesempatan terjadi kejahatan. Mengapa Anggodo tidak bisa
diungkap oleh Polri? Makelar itu calo, calo itu kerja berkali-kali. Anggodo
mengurus 1 perkara saja, yaitu kasus kakaknya. Anggodo mengeluarkan uang
atas dasar iming-iming ari mulai bahwa KPK bisa disuap. Jadi sekarang gimana
kita mempersalahkan Anggodo sebagai makelar kasus? Sekali lagi tidak ada
unsure-unsur yang jelas markus itu apa. Tapi kita sekarang memang sangat
terpengaruh media. Kalau media bilang markus semua bilang markus.
2. Mahfud
UNISBA
Sebaiknya dalam hal RUU KUHAP ini hanya hal-hal tertentu saja yang dirombak
yaitu hal-hal yang signifikan.
3. Nuryandi mochtar
FH UNPAD
Pasal 112 ayat 3 di mana hakim komisaris diberi kesempatan member penilaian
secara subjektif. Hal-hal ini berkaitan dengan ayat pertama pasal tersebut. Saya
menemukan kebingungan ketika menghubungkan ayat ke-3 dengan ayat ket-1
huruf e pasal tersebut.
Prof.Komariah
Kata ‘atas inisiatifnya sendiri’ inilah yang salah. Lembaga peradilan adalah
lembaga yang pasif. Jadi tidak boleh dia mencari perkara. Ketika dia bertindak
dengan inisiatif sendiri, ini sudah di luar kewenangan hakim sebagai ‘silent
profession’.
Dr.Ito
4. Luciana
UNPAR
Prof.Komariah
Ya, tidak ada upaya hukum. Jangankan kesalahan, apabila putusan hakim
komisaris bertentangan dengan putusan hakim pengadilan juga tidak terdapat
upaya hukum.
5. Melani
FH UNPAS
Kedudukan hakim komisaris tidak dicantumkan dengan jelas dalam RUU ini.
SDekalipun dikatakan mengajukan tidkak ditentukan mengajukan ke mana.. Jadi
tidak jelas.
Menurut saya, praperadilan memang saat ini tidak efektif, tapi masih bisa
diperbaiki, tidak perlu sampai diubah dengan hakim komisaris. Hal ini dapat
dilakukan dengan memeprbaiki beberapa ketentuan mengenai praperadilan.
Pa Binsar
Kemudian mengenai masalah advokat, kita mengingat asas lex spesialis derogat
legi generali. Udnang-Undang Advokat merupakan spesialis. Dalam UU
disebutkan advokat, kenapa harus ditambh-tambahkan lagi?
Prof.Mien
Barang bukti dan Alat bukti memang harus dibedakan. Barang bukti adalah
barang yang digunakan sebagai alat untuk melakukan tindak pidana, sasaran
tindak pidana, atau hasil tindak pidana. Dalam KUHAp sekarang pun barang bukti
tidak termasuk alat bukti. Oleh Karena itu, harus dievalusi lagi supaya
jangansampai nanti jadi mempersulit.
Dr.Ito
Pengambilalihan oleh penuntut umum jika 14 hari perkara tidak diselesaikan oleh
penyidik. Yang menjadi pertanyaan jika sudah diambil alih oleh pennuntut umum
lantas kalau penuntut umum tidak dapat menyelesaikannya siapa yang akan
ambil alih lagi? Nanti penuntut umum bisa jadi lembaga ekstrajudicial..Padahal
setiap kasus punya bobot kesutlitannya masing-masing.
6. Irman Firmansyah
Praktisi, staf bidang hukum kepolisian jawa Barat
Prof.Mien
Dr.Ito
Betul sekali dengan konsep hakim komisaris memerlukan banyak perubahan dan
persiapan. Salah satu hal yang harus kita ingat juga adalah kondisi geografis
Indonesia.
1. RUU HAP adalah perwujudan yang baik untuk. RUU KUHAP diharapkan untuk
membentuk ulang cara kerja lembaga sistem peradilan pidana di samping itu
RUU KUHAP juga harus dicermati sebagai koreksi terhadap kelemahan2 dalam
implementasi KUHAP misalnya berkenaan dengan sejumlah upaya paksa
digunakan dan lembaga praperadilan difungsikan.
2. RUU KUAHP mengatur norma2 Hukum acara yang lebih memberi perlindungan
terhadap tersangka :
g. Proses peradilan
4. Perombakan pada KUHAp tidak perlu seluruhnya tapi cuku pada bagian-
bagian tertentu yang memerlukan revisi seperti pembentukan lembaga
mediasi dan lembaga pengampunan.