Anda di halaman 1dari 5

Penuntun Praktikum Blok 15/09

Istilah - istilah

Acantolisis : hilangnya pertautan antara sel epidermal/epithelial akibat degenerasi substansi


semen interseluler/penghubung interseluler. Ini menghasilkan pembentukan
bulla, vesicle dan lacuna dalam epidermis.

Acanthosis : peningkatan ketebalan dari stratum malpighii.

Anaplasia : gambaran atipik dari inti sel pada tumor ganas

Ballooning Degeneration dari epidermis :


Sejenis degenerasi dari sel epidermal menyebabkan pembengkakan sel yang jelas
dengan dengan hilangnya intercellular bridge. Terjadi acantholysis dan bulla.
Degenerasi ini terjadi pada vesicle viral dan diagnotik.

Bulla : sebuah rongga dibentuk di dalam atau di bawah epidermis dan berisi cairan, plasma
darah dan sering sel radang. Bulla berukuran < 5 mm disebut vesicle.

Dyskeratosis : keratinisasi yang salah dan premature dari keratinosit. Ada 2 jenis :
1. terjadi pada penyakit acantolytic
2. pada neoplasia epidermal.

Exocytosis : penetrasi sel radang ke epidermis.

Granular Degeneration dari epidermis : ~ Epidermolytic hyperkeratosis. Tampak :


1. intracellular edeme
2. batas sel tidak jelas
3. pembentukan granule keratohyaline besar exesif dan premature
4. hyperkeratosis.

Keratohyaline : granule irregular, basofilik (biru) tua terdapat dalam sel-sel lapisan
granulosum. Keratohyalin membentuk substansi interfibriler yang
menyemen fibril-fibril keratin atau tonofibril, menghasilkan “soft” keratin
dari sel tanduk. “Hard” keratin dari rambut dan kuku dibentuk tanpa
interposisi keratohyaline antar fibril keratin.

Leucocytoclasis : disintergrasi dari leukosit, terutama terjadi pada alergik vasculitis yang
menghasilkan nuclear dust.

Parakeratosis : keratinisasi incomplete yang khas ditandai oleh retensi inti dalam lapisan
tanduk dan berhubungan dengan kurang berkembangnya/menghilangnya
lapisan granulosum. Parakeratosis pernah diartikan sebagai akibat dari

1
proliferasi sel yang terlalu cepat mengganggu maturasi sel. Sudah
dibuktikan bahwa defek diferensiasi sel adalah peristiwa primernya.

Reticular Degeneration dari epidermis :


Suatu proses dimana edeme intracellular hebat mengakibatkan meledaknya sel
epidermal dan terjadi pembentukan bulla multilocular. Septa dalam bulla
dibentuk oleh dinding sel yang tertinggal.

Spongiosis : suatu proses dimana edeme intercellular antar sel squamous dari epidermis
menyebabkan pelebaran rongga antar mereka. Bisanya terjadi pada proses
radang dari kulit (pada dermatitis akut dan subakut. Spongiosis = faktor
penting terjadinya bulla yang merupakan ciri khas dermatitis). Spongiosis
hebat dapat disertai intracellular edeme  Reticular degeneration.

2
Preparat – preparat praktikum blok 15/09

1. Morbus Hansen
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae
Secara histopatologi terdapat 7 jenis yaitu :
a. Intermediate leprosy : merupakan gejala awal dari lepra.
b. Tuberculoid leprosy
Mikroskopik : menunjukkan sel granuloma epiteloid, terjadi karena lepra
tuberculoid mengelilingi dermal nerve yang mengalami nekrosis terletak di
upperdermis, infiltrasi ringan sampai MN. Basil lepra tidak dijumpai pada lesi yang
telah tenang.
c. Lepromatous leprosy
Dibagi dalam 3 bentuk : makuler, noduler infiltratif, dan diffuse
Mikroskopik : Lesi makuler atau noduler infiltratif menunjukkan infiltrat seluler
yang hampir selalu tersebar dari Flat epidermis oleh narrow grenz zone dari
kolagen normal. Infiltrasi disebabkan kerusakan adneksa kutaneus dan meluas ke
fat subkutaneus. Tampak makrofag dengan sitoplasma banyak, foamy/vacuolated
yang disebut sel lepra atau cell Virchow yang bentukanya mirip xanthoma sel.
Biasanya basil lepra dapat dijumpai.
Histogenesis : Penderita dengan jenis LL mempunyai defect pada respon-respon
cellular- mediated immune terhadap basil lepra oleh karena itu tidak bisa dilakukan
eradikasi. Defect primer terletak pada limfosit T, yang hanya dapat sedikit
distimulasi atau tidak semuanya bereaksi terhadap basil lepra dan tidak adekwatnya
makrofag menghancurakn basil fagositosis.
d. Diffuse lepromatous leprosy.
e. Histoid lepromatous leprosy.
f. Borderline lepromatous leprosy.
g. Reactional leprosy.

2. Tuberkulosis kulit
jarang terjadi secara primer pada kulit. Dapat terjadi pada anak maupun dewasa yang
dipercaya didapat mengikuti trauma minor atau kontak dengan bahan yang terinfeksi oleh
basil TBC.

Mikroskopik : epidermis bereaksi lichenoid, sebagian dengan pola pertumbuhan


verucous, hyperkeratosis. Superfisial dermis bersebuk padat sel radang limfosit dan sel
plasma, diantaranya dijumpai bentukan granuloma-granuloma terdiri dari sel datia
Langhans, sel-sel epiteloid, nekrosis pengijuan. Deep dermis terdiri dari kelenjar
sudorifera dan fokus extravasasi eritrosit.

3. Moluscum contagiosum
Terdiri dari sejumlah kecil, diskret, waxy, skin colored, dome shaped papul. Ukuran 2
sampai 4 mm. Kadang papul ditandai peradangan dan lesi dapat involusi secara spontan.
Dapat timbul pada folikel rambut.

3
Mikroskopik : epidermis tumbuh ke bawah, masuk ke dermis sebagai lesi multipel yang
erat berkaitan dengan lobulus-lobulus. Beberapa sel-sel dermis sebagian
besar berisi intracytoplasmic inclusion body yang disebut Moluscum
Body. Pertama kali tampak single, kecil, berbentuk ovoid eosinofilik pada
sel-sel di bawah stratum malpigi. Pada lapis 1 atau 2 di atas sel basal. Sel
basal bebas dari Moluscum Body.

4. Kelloid

Mikroskopik : Sediaan dari regio pipi kanan berupa massa tumor bentuk nodular terdiri
dari epidermis berlapis epitel squamous kompleks parakeratosis, dengan
rete ridges sebagian besar memendek dan rata (atrofik), dermis, terdiri
dari jaringan ikat fibrokolagen yang hyperplastik bersebuk fokal ringan sel
radang limfosit, PMN dan sel plasma serta tidak dijumpai adneksa kulit.

5. Psoriasis vulgaris
adalah kelainan kronik ditandai adanya papul dan plaque yang merah kecoklatan. Lesi
berbatas tegas, kering biasanya ditutupi sisik bewarna keperakan (silvery/white scales),
meliputi regio kepala, sacrum, permukaan extensor extremitas, pada penderita tertentu
dapat mengenai area flexural dan intertrigineus.

Mikroskopik :Sediaan terdiri dari epidermis berlapis epitel squamous kompleks


parakeratosis, akantosis, rete ridges memanjang dan menebal (psoriatic
form), papila dermis memanjang dan edeematous, exocitosis. Pada
stratum corneum (parakeratotik horn layer) tampak mikroabses dengan
lumen berisi sel radang neutrofil (Munro), di bawah parakeratotik
stratum corneum (subcorneal) tampak spongiosis intradermal bersebut
sel radang neutrofil dan limfosit (Kogoj spongioform pustula), fokus-
fokus penipisan suprapapillary plate dengan pembuluh-pembuluh darah
dilatasi dan bekelok, infiltrat padat sel radang sel radang limfosit dan
neutrofil di superfisial dermis membentuk pita, dikelilingi kelenja-kelenjar
sudorifera.

6. Chromoblastomycosis
7. adalah
Mikroskopik :Sediaan kulitmenunjukkan reaksi granulomatous supurstif, tampak
granuloma-granuloma yang terdiri dari sel-sel epiteloid, sel datia langhans,
sel radang neutrofil, eosinofil. Dijumpai juga spora bentuk bulat-spheris
dengan membran tebal warna kecoklatan dalam kelompok amupun
terlepas satu-satu pada granuloma stratum korneun. Epidermis yang
melapisi menunjukkan pola pseudoepitheliomatous hyperplasia.

4
8. Veruka (Warts)
adalah : infeksi yang disebabkan oleh infeksi HPV, sering dijumpai pada anak dan orang
dewasa pada semua usia. Transmisi melalui kontak langsung dan autoinoculation.
Penyakit ini dapat sembuh sendiri dan regresi spontan pada usia 6-12 tahun.
Mikroskopik :Epidermis bereaksi lichenoid, sebagian dengan pola pertumbuhan
verrucous, hyperkeratosis.

Anda mungkin juga menyukai