Anda di halaman 1dari 4

Ada Pembajakan Istilah “Islam

Transnasional” dan “Wahabi”


NU dan Muhammadiyyah juga terpengaruh transnasional. Para pendirinya ada
hubungan dengan ulama di Mekah dan hijaz

Hidayatullah.com - Istilah Wahabi dan transnasional mendadak terkenal. Tanpa


ada angin dan hujan, ia, tiba-tiba dikaitkan dengan teror bom. Uniknya, yang
meluncurkan istilah Wahabi bukan orang yang selama ini dikenal intens ada
sangkut-pautnya dengan Islam. Lebih merepotkan, media ikut andil
mengkampanyekan stigma itu tanpa mengerti benar apa arti sesungguhnya istilah
itu berikut dampaknya. “Ada semacam pembajakan istilah “Islam transnasional”
dan “Wahabi” akhir-akhir ini,” kata Asep Sobari.

Kali ini, www.hidayatullah.com, mewawancarai peneliti sejarah Islam pada


Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) Asep
Sobari, Lc (33). Lulusan Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponogoro (1994)
dikenal pengamat sejarah Islam. Ia pernah melanjutkan studi di Univ. Islam
Madinah (1999), tempat pemikiran Muhammad Syeikh Abdullah bin Wahab
berkembang. Kepada www.hidayatullah.com secara panjang lebar Asep
menjelaskan ada apa dibalik stigma “Wahabi” dan “transnasional” yang akhir-
akhir ini marak dibicarakan.

Istilah wahabi, akhir-akhir ini seolah menjadi polemik oleh sejumlah


golongan. Bisakah antum menjelaskan latar belakang istilah itu?

Istilah Wahabi ini istilah yang dimunculkan dan dikaitkan dengan gerakan
Muhammad Syeikh Abdullah bin Wahab di Arab Saudi. Menurut saya, dari segi
mazhab, sebenarnya Syeikh Abdullah bin Wahab juga menganut mazhab
Hambali. Di mana mazhab itu adalah merupakan salah satu dari 4 mazhab lainnya
yang diakui oleh seluruh negara. Termasuk NU yang menganut Ahlussunnah
Waljamaah (ASWAJA). Dalam masalah akidah tidak ada sesuatu yang baru dan
melenceng darinya. Yang ada cuma penyegaran dari Ibnu Taimiyah. Pandangan
aqidahnya murni. Makanya dikenal dengan memurnikan tauhid.

Tapi mengapa dikaitkan dengan teror?

Ya itu dia. Jadi letak ekstrim nya di mana? Apalagi dikait-kaitkan dengan
ekstrimis dan teroris. Kok bisa, dari mana?

Menurut Anda, dari mana penyebutan istilah Wahabi itu?

Sebenarnya istilah ini bukan dinamakan oleh mereka sendiri (Syeikh Muhammad
Abdullah Bin Wahab atau kelompoknya), melainkan justru dari pihak golongan
luar. Masalahnya, kenapa orang luar yang mengatakan Syeikh Abdullah bin
Wahab adalah gerakan Wahabi? Padahal ia sendiri tidak mengatakan demikian.
Nah, kita patut mempertanyakan kepada yang memberi sebutan itu. Menurut
mereka Wahabi itu sebenarnya siapa dan apa? Apa gerakannya apa gagasanya?
Semua itu bisa diskusikan secara ilmiah dan melalui jalur akademis. Sudah
banyak literatur yang membahas gagasan-gagasan Abdullah Bin Abdul Wahab.
Setidaknya, dari situ bisa mengetahui, apa benar Wahabi itu menebarkan aroma
teror dan tindakan ekstremisme sebagaimana disebutkan beberapa orang yang tak
mengerti benar.

Bagaimana pandangan Syeikh Abdullah bin Wahab tentang kekerasan,


misalnya?

Menurut catatan sejarah, beliau sendiri tidak memiliki gagasan maupun pemikiran
seperti itu. Beliau tidak pernah membolehkan pembunuhan. Jangankan
pembunuhan terhadap Muslim, di luar Muslim juga diharamkan untuk dibunuh.
Jadi, sekali lagi, tidak ada pandangan beliau yang mengidentifikasi sebagai
gerakan ekstremisme.

Bagaimana kasus konflik suku dan perang saudara di Arab?

Adapun sejarah perang, praktis semua Negara punya sejarah konflik atau perang.
Tapi aneh saja bisa dikaitkan dengan kasus terorisme. Dan apa kaitannya dengan
Syeikh Abdullah bin Wahab. Lagi pula saya masih bingung istilah Wahabi itu
apa? Coba yang melontarkan pernyataan itu menjelaskan. Apakah orang yang ada
di Saudi atau yang mengikuti pemikiran Syeikh Abdullah Bin Wahab.

Jadi apa sebenarnya yang terjadi dengan munculnya istilah Wahabi itu?

Yang membuat istilah Wahabi sebenarnya adalah orang ataupun golongan di luar
kelompok penganut pemikiran Syeikh Abdullah Bin Wahab yang tidak senang
dengan gerakannya. Dalam sejarah, ada gerakan rival politiknya, berkaitan dengan
Dinasti Utsmaniyah, pemerintah di Hijaz, dan sejumlah perbedaan paham antara
mazhab Abdul Wahab dengan ulama Hijaz. Kemudian, muncullah stigma-stigma
yang dimunculkan untuk mendiskreditkan Abdullah Bin Wahab. Namun hal itu
pernah diluruskan oleh beliau. Jadi, sebetulnya, nama atau istilah Wahabi itu
bukan dari dalam, melainkan dari luar untuk memberikan stigma dari nama ini.
Untuk lebih menarik, kemudian tokoh gerakan itu dikenallah menjadi gerakan
Wahabisme, yang pada dasarnya, tidak memiliki keterkaitan dengan Abdullah bin
Wahab di Arab Saudi.

Jadi semacam ada pendistorian sejarah ya?

Ya benar. Ada semacam pendistorsian fakta sejarah. Sekarang ini banyak


kelompok gerakan Islam sangat eksis. Sebagian memakai pemikiran Syeikh
Abdullah bin Wahab. Namun belum tentu mewakili orisinalitas pemikiran Syeikh
bin Abdul Wahab sendiri. Bisa tidak representative. Sama dengan istilah
transnasional yang sering didengung-dengungkan sekarang ini.
Mereka menyebut istilah transnasional maksudnya apa? Itu definisi yang tidak
jelas. Mendefinisikan ada keterkaitan pola-pola gerakan Islam Indonesia dengan
Islam di luar negeri itu terlalu dangkal. Karena pada dasarnya Islam tidak
menganut pembedaan lokal atau internasional. Islam tidak mengenal territorial
dan Negara, semua sama. Semuanya dasarnya transnasional. Tokoh-tokoh Islam
di manapun, pernah belajar Islam di Timur Tengah. Termasuk tokoh-tokoh NU.
Rahmatan lilalamin itu transnasional. Namanya juga rahmatan lillalamin. Jadi
menurut saya, ada pembajakan terminologi. Kemudian didefinisikan tertentu
untuk kepentingan tertentu. Kita ini Islam rahmatan lil’alamin bukan Islam lokal.
NU dan Muhammadiyyah juga seperti itu. Justru kalau ada Islam lokal, malah
nggak jelas alias bid’ah. Shalat kan satu dan dasar-dasar pemikirannya kan satu.

Jadi pembagian istilah nasional dan transnasional itu menyesatkan gitu?

Ya. Contoh nyata. Ada buku berjudul “Ilusi Negara Islam”. Buku yang menjadi
polemik karena sumbernya mereka sendiri. Ada sih yang merujuk Gus Dur dan
Syafii Maarif. Tapi yang jelas, buku ini didukung Libforaall, sebuah LSM asing
di Indonesia. Menurut saya, ini adalah transnasional paling nyata. Menyebut
dengan Islam transnasional dengan kekuatan lokal. Libforaall itu bukan lokal, jadi
ini harus dikritisi.

NU dan Muhammadiyyah juga terpengaruh transnasional. Pendirinya NU ada


hubungan dengan transnasional. Para kiai ada hubungan dengan ulama di Mekah,
hijaz dan lainnya. Tokoh-tokoh NU di Indonesia itu punya keterkaitan dengan
[alm] Syeikh Alawi Al-Maliki di Mekkah. Jadi tidak murni mazhab lokal. Selain
itu, secara resmi Imam Syafii lahir di Gaza dan besar di Mekah. Lalu belajar di
Mesir dan kemudian dipakai di Indonesia, termasuk NU. Toh tidak pernah
dipermasalahkan. Apalagi dianggap transnasional.

Jika definisi Islam transnasional adalah sebuah gerakan yang berafiliasi baik
secara mazhab dan pemikiran ke ulama Timur Tengah, maka seluruh gerakan
Islam di Indonesia adalah transnasional. Jangan lupa, pendiri dua ormas besar ini
(Muhammadiyah dan NU) pernah belajar di Timur Tengah dan memakai mazhab
mereka.

Lantas, bagaimana dengan pendefinisian beberap pihak tentang Wahabi dan


kaitan dengan teror itu?

Ada semacam pembajakan istilah “Islam transnasional” dan “Wahabi” akhir-akhir


ini. Apalagi, jika istilah tersebut dikonotasikan negatif, sebagai gerakan penebar
teror. Terminologi buatan itu diredefiniskan untuk kepentingan tertentu. Saya
tidak menafikan orang yang berfikir kekerasan. Teror mungkin ada. Tetapi
terorisme itu dipicu bukan hanya satu faktor saja. Bisa saja orang melakukan
kekerasan tapi jangan hanya dibahas dan dirujuk berdasar ciri madzab tertentu.
Karena itu sangat tidak arif. Menurut saya, ini stigmatisasi dan kesalahan besar.
Sekarang ini, dengan cara memberi stigma, bahkan sampai menyebut cirri-ciri
fisik; misalnya mereka yang menggunakan celana pendek atau berjenggot dan
lainnya ada sebuah stigmatisasi dengan target-target tertentu. Intinya, ada upaya
agar kaum Muslimin kehilangan identitas.Ada usaha agar umat Islam menjadi
tersudutkan dan agar orang menjalani Islam menjadi takut. Padahal
menghidupkan sunnah kan mulia. Apa masalahnya dengan berjenggot dan
mencintai Rasulullah, dengan berpakaian yang lebih Islami, dan dari segi-segi
kesopanan sudah jelas dari nilai-nilai Islam.

Adakah pihak asing mengintervensi munculnya stigma Wahabi dan


Transnasional?

Buku “Ilusi Negara Islam” merupakan bentuk transnasional yang nyata.

Siapa yang diuntungkan dalam kasus ini?

Yang punya kepentingan. Tidak perlu mengatakan pihak siapa. Stigma itu muncul
karena ada benturan dua kekuatan. Kekuatan yang dominan yang ingin mapan.
Kalau tidak kuat secara argumentasi maka dengan stigma. Dan ini dalam sejarah
perjuangan Nabi, sering digunakan oleh kafir Quraisy. Mereka tahu rasulullah
tahu, bahwa Rasul adalah al-amin, tapi mulai ajaran baru kemudian yang muncul
stigma, bahwa nabi adalah dukun tukang sihir dan lain sebagainya. Plagiat dan
lainnya. Karena orang Quraisy tidak bisa melawan secara argumentasi. Mereka
ketakutan betul dan mempertahankan kekuaran mereka dengan stigma dan ini
sudah sunnatullah. Islam dikaji ratusan tahun oleh orang barat. Mereka tahu betul.
Meski mereka melakukan penggerogotan, Islam terlalu kokoh. Selalu bisa
dipatahkan. Meski umat Islam mundur. Tapi mereka tahu, umat Islam memiliki
satu kekuatan yang ketika bangkit dan sadar bisa menjadi kekuatan yang tak
terkalahkan. Jadi harapannya, stigma itu membuat umat Islam tidak pede atau
inferior dan tidak memuliki imunitas.

Bagaimana dengan tuduhan mantan Kabakin Hendropiono atau Komandan


Densus 88, Suryadarma Salim yang mengatakan, ada hubungan bom dengan
pendirian Daulah Islamiyah?

Minta kejelasan yang sejelas-jelasnya pada mereka. Apa yang dimaksud Wahabi
oleh mereka?. Sebelum ditanggapi lebih jauh. Apakah betul definisi yang dimiliki
oleh Syeikh Abdullah bin Wahab. Mereka menyinggung-nyinggung Daulah
Islamiyah. Lha di Arab Saudi sendiri, tidak ada satupun wacana Daulah
Islamiyah, apa lagi usaha menggulingkan Negara yang syah selama tidak benar-
benar 100 persen kafir. Wong di Saudi demonstrasi saja haram. Kenapa haram,
karena dianggap satu tindakan yang menjurus ke tindak satu pemberontakan.
Sangat aneh jika Wahabisme dikaitkan dengan pendirian Negara Islam. Menyebut
Wahabi saja mereka gak jelas maksudya apa.[Syaiful
Anshor/cha/www.hidayatullah.com]

Anda mungkin juga menyukai