Anda di halaman 1dari 13

KORUPSI MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN

EKONOMI INDONESIA

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewargaan

Dosen : ………………………..
Kelas : …………………………

Disusun Oleh
..........................................

SEKOLAH TINGGI ANAKCIREMAI

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi
umat-Nya. Alhamdulilaah Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewargaan dengan Judul “KORUPSI
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA”, karena
terbatasnya ilmu yang dimiliki oleh penulis maka Makalah ini jauh dari sempurna
untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan Makalah ini. Semoga
bantuan dan bimbingan yang telh diberikan kepada kami mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT. Amin
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Majalengka, Pebruari 2009

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang............................................................................ 1
B Permasalahan .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Tindak Pidana Korupsi.................................................... 2
B. Korupsi dan Politik Hukum Ekonomi......................................... 3
C. Korupsi dan Desentralisasi.......................................................... 5
D. Memberantas Korupsi Demi Pembangunan Ekonomi................ 7
BAB III KESIMPULAN......................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Perundang – Undangan merupakan wujud dari politik
hukum institusi Negara dirancang dan disahkan senabagai Undang-Undang
pemberantasan tindak pidana korupsi. Tebah pilih. Begitu kira-kira pendapat
beberapa praktisi dan pengamat hukum terdapat gerak pemerintah dalam
menangani kasus korupsi Akhir-akhir ini.
Para pejabat Negara menjadikan kasus korupsi dijadikan senjata
ampuh dalam pidatonya, bicara seolah ia bersih, anti korupsi. Masyarakat
melalui LSM dan Ormas pun tidak mau kalah, mengambil manfaat dari
kampanye anti korupsi di Indonesia.
Lemahnya hukum di Indonesia dijadikan senjata ampuh para koruptor
untuk menghindar dari tuntutan. Kasus korupsi mantan Presiden Suharto,
contoh kasus korupsi yang yang tak kunjung memperoleh titik penyelesaian.
Padahal penyelesaian kasus-kasus korupsi Soeharto dan kroninya, dana BLBI
dan kasus-kasus korupsi besar lainnya akan mampu mentimulus program
pembangunan ekonomi di Indonesia.

B. Permasalahan
1. Bagaimana korupsi mempengaruhi pembangunan
ekonomi di Indonesia?
2. Strategi apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
praktek korupsi tersebut?
3. Bagaimana Mutiplier effec bagu efesiensi dan efektifitas
pembangunan ekonomi di Indonesia?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Tindak Pidana Korupsi


Jeremy Pope dalam bukunya Confronting: The Elemen of National
Integrity System, menjelaskan bahwa korupsi merupakan permasalahan global
yang harus menjadi keprihatianan semua orang. Praktik korupsi biasanya
sejajar dengan konsep pemerintahan totaliter, dictator yang meletakakan
kekuasaan di tangan segelintir orang. Namun, tidak berarti dalam system
social politik yang demokratis tidak ada korupsi bahkan bisa lebih parah
berarti dalam system social politiknya teleransi bahkan memberikan ruang
terhadap praktek korupsi tumbuh subur. Korupsi juga tindakan pelanggran hak
asasi manusia, lanjut Pope.
Menurut Dleter Frish, mantan Direktur Jendral Pembangunan Eropa.
Korupsi merupakan tindakan memperbesar biaya untuk barang dan jasa,
memperbesar utang suatu Negara, dan menurunkan standar kualitas suatu
barang. Biasanya proyek pembangunan dipilih karena alas an keterlibatan
modal besar, bukan pada urgensi kepentingan public, korupsi selalu
menyebabkan situasi social ekonomi tak pasti (uncertenly). Ketidakpastian ini
tidak asimetris informasi dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Sector swasta
sering melihat ini sebagai resiko terbesar yang harus ditanggung dalam
menjalankan bisnis, sulit diprediksi berapa Return of investment (ROI) yang
dapat diperoleh karena biaya yang harus dikeluarkan akibat praktek korupsi
juga sulit diprediksi, Akhiar Salmi dalam makalahnya menjelaskan bahwa
korupsi merupakan perbuatan buruk, seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok dan sebagainya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari korupsi, Kolusi dan
Nepotisme, pasal 1 menjelaskan bahwa tidak pidana korupsi sebagaimana
Maksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia

5
mendefenisikan korupsi sebagai salah satu tindak pidana. Mubaryanto,
Penggiat Ekonomi Pancasila, dalamdalam artikelnya menjelaskan tentang
korupsi bahwa, salah satu masalah besar berkaitan dengan keadilan adalah
korupsi, yang kini kita lunakan menjadi “KKN”. Perubahan nama dari korupsi
menjadi KKN ini barang kali beralasan karena praktek korusi korupsi memang
terkait koneksi dan nepotisme. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa dampak
“penggantian” ini tidak baik karena KKN ternyata dengan kata tersebut
praktek korupsi lebih mudah diteleransi dibandingakan dengan penggunaan
kata korupsi secara gambling dan jelas, tanpa tambahan kolusi dan nepotisme.

B. Korupsi dan Politik Hukum Ekonomi


Korupsi merupakan permasalan mendesak yang harus diatasi, agar
tercapai pertumbuhan dengan geliat ekonomi yang sehat. Berbagai catatan
tentang korupsi yang setiap hari diberitakan oleh media masa baik cetak
maupun elektronik, tergambar adanya peningkatan dan pengembangan model-
model korupsi.
Dimensi politik hukum yang merupakan “kebijakan pemberlakuan”
atau “anactment policy”, merupakan kebijakan pemberlakuan sangat dominant
di Negara berkembang, pengusaha tepatnya, untuk hal yang bersifat negatif
atau positif. Dan konsep perundang-undangan dengan dimensi seperti ini
dominant terjadi di Indonesia, yang justru membuka pintu bagi masuknya
praktek korupsi melalui kelemahan perundang-undangan.
Fakta yang terjadi menunjukan bahwa Negara-negara industri tidak
dapat lagi menggulur Negara-negara berkembang soal praktik korupsi, karena
melalui korusilah system ekonomi social rusak, baik Negara maju dan
berkembang. Bahkan dalam buku “The Confession of Economic Hit Man”
John Pakin mempertegas peran besar Negara adidaya seperti Amerika serikat
melalui lembaga donor seperti IMF, Bank Dunia dan perusahaan
Multinasional terperangkap dalam hutang luar Negeri yang luar biasa besar,
seluruhnya dikorup oleh pengusaha Indonesia saat ini. Demokrasi dan
metamorfosis Korupsi pergeseran sistem, melalui tumbangnya kekuasaan Icon
orde baru, Soeharto, membawa berkah bagi tumbuhnya kehidupan demokrasi

6
di Indonesia. Reformasi, begitu banyak orang menyebutperubahan tersebut.
Namun sayangnya reformasi harus dibayar mahal oleh Indonesia melalui
rontoknya fondasi ekonomi yang memang “Budle gum” yang setiap saat siap
meledak itu. Kemunafikan (Hipocrassy) menjadi senjata ampuh untuk
membodohi rakyat. Namun, apa mau ditanya rakyat tak pernah sadar, dan
terbuai oleh lembut lagu dan kata tertata rapi dari hipocrasi yang lahir dari
mulu para pelanjut cita-cita dan karakter orde baru. Dulu korupsi tertralisasi di
pusat kekuasaan, seiring otonomi dan desentralisasi daerah yang diikuti oleh
desentralisasi pengelolaan kekuangan daerah, korupsi mengalami pemerataan
dan pertumbuhan yang signefikan. Disharmonisasi politik ekonomi social,
grafik pertumbuhan jumlah rakyat terus naik karena korupsi.
Dalam kehidupan demokrasi di Indonesia praktek korupsi makin
mudah ditemukan diberbagai bidang kehidupan. Pertama, karena melemahnya
nilai-nilai sosial., kepentingan pribadi menjadi pilihan utama dibandingkan
kepentingan umum, serta kepemilikan benda secara individual menjadi etika
pribadi yang melandasi prilaku sosial sebagaian besar orang. Kedua, tidak ada
transparansi dan tanggung gugat sistem integritas public. Biro prlayanan
public justru digunakan oleh pejabat public untuk mengejar ambisi politik
pribadi, semata-mata demi promosi jabatan dan kenaikan pangkat. Sementara
kualitas dan kuantitas pelayanan public, bukan prioritas dan orientasi yang
utama. Dan kedua alasan ini menyeruak di Indonesia, justru memfasilitasi
korupsi. Mubaryanto menjelaskan, kunci dari pemecahan masalah korupsi
adalah keberpihakan pemerintah pada keadilan. Korupsi harus dianggap
menghambat pewujudan keadilan sosial, pembangunan sosial, dan
pembangunan moral. Jika sekarang korupsi telah menghinggapi anggota-
anggota legislative di pusat dan di daerah, bahayanya harus dianggap jauh
lebih parah karena mereka (anggota DPR/DPRD) adalah wakil rakyat. Jika
wakil-wakil rakyat sudah “berjamaah” dalam berkorupsi maka tindakan ini
jelas tidak mewakili aspirasi rakyat, jika sejak krisis multidimensi yang
berasal dari krimon 1997/1998 ada anjuran serius agar pemerintah berpihak
pada ekonomi rakyat (dan tidak pada konglomerat), dalam bentuk program-

7
program pemberdayaan ekonomi rakyat, maka ini berarti harus ada keadilan
politik.
Keadilan ekonomi dan keadilan social sejauh ini tidak terwujud di
Indonesia karena tidak kembangkannya keadilan politik. Keadilan politik
adalah aturan main berpolitik yang adil, atau menghasilkan keadilan bagi
seluruh warga Negara. Kita menghimbau para filosof dan ilmuan-ilmuan
social, untuk bekerja keras dan berpikir secara empiric indktif yaitu selalu
menggunakan data-data empiric dalam berargumentasi, tidak hanya berpikir
secara teoritis saj, lebih-lebih dengan selalu mengacu pada teori-teori berat.
Dengan berpikir empiric kesimpulan-kesimpulan pemikiran yang dihasilkan
akan langsung bermanfaat bagi masyarakat dan para pengambil kebijakan
masa sekarang. Misalnya, adilkah orang-orang kaya kita hidup mewah ketika
pada saat yang sama masih sangat banyak warga bangsa yang harus mengemis
sekedar untuk makan. Negara kaya atau miskin sama saja, apabila tidak ada
itikad baik untuk memberantas praktek korup maka akan selalu mendestruksi
perekonomian dalam jangka pendek maupun panjang. Banyak bukti yang
menunjukan bahwa skandal ekonomi dan korupsi sering terjadi dibanyak
Negara kaya dan makmur dan juga terjadi dari kebejatan moral para
cleptocrasy di Negara-negara miskin dan berkembang seperti Indonesia.
Pembangunan ekonomi sering dijadikan asalan untuk mengendalikan sumber
dya alam kepada perusahaan multinasional dan negar adi daya yang
Didalamnya telah terkemas praktik korupsi untuk menumpuk pundik-pundi
harta bagi kepentingan politik dan pribadi maupun Kelompoknya.

C. Korupsi dan Desentralisasi


Desentralisasi atau otonomi daerah merupakan perubahan paling
mencolok Setelah reformasi digulirkan. Desentralisasi di Indonesia banyak
pengamat ekonomi merupakan kasus Pelaksanaan desentralisasi terbesar di
dunia, sehingga Pelaksanaan desentralisasi di Indonesia menjadi kasus
menarik bagi studi banyak ekonomi dan pengamat politik dunia. Kompleksitas
permasalahan muncul kepermukaan, yang paling mencolok adalah
terkuangnya sebagian kasus-kasus korupsi para birokrat daerah dan anggota

8
legislative daerah. Hal ini merupakan fakta bahwa praktek korupsi telah
mengakar dalam kehidupan social politik ekonomi di Indonesia. Pemerintah
daerah menjadi salah satu motor pendobrak pembangunan ekonomi. Namun
juga sering membuat makin parahnya high cost economy di Indonesia, karena
munculnya penguatan-penguatan yang lahir melalui Perda (pendapan daerah)
yang dibuat dalam rangka meningkatkan PAD (pendapatan daerah) yang
membuka ruang-ruang korupsi baru di daerah. Mereka tidak sadar, karena
praktek itulah, inpestor menahan diri untuk masuk daerahnya dan memilih
daerah yang memiliki potensi biaya rendah dengan akibat itu semua
kemiskinan meningkat karena Lapangan pekerjaan menyempip dan
pembangunan ekonomi pembangunan di daerah terhambat boro-boro memacu
PAD. Terdapat bobot yang menentukan daya saing infestasi daerah. Pertama,
factor kelembagaan. Kedua, factor inpraskruktur, ketiga, fakor social politik.
Keempat, factor ekonomi daerah. Kelima, factor ketenaga kerjaan hasil
penelitian komite pemantauan Pelaksanaan otonomi daerah (KPPOD)
menjelaskan pada tahun 2002 faktor kelembagaan dalam hal ini pemerintah
daerah sebagai factor penghamabat terbesar bagi inpestasi hal ini berarti
birokrasi menjadi penghambat utama bagi infestasi yang menyebabkan
munculnya Haighcost economy yang beratri praktek korupsi yang melalui
pungutan-pungutan liar yang berarati liar dan dana pelican marah pada awal
Pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah terserbut. Dan jelas ini
emnhambat tumbuhnya kesempatan Kerja dan pengurangan kemiskinan di
daerah karena korupsi di birokrasi daerah. Namun, pada tahun 2005 faktor
penghambat utama tersebut berubah. Kondisi social politik dominant menjadi
hambatan bagi tumbuhnya di daerah.
Pada 2005 banyak daerah banyak melalukan pemilihan Kepala daerah
(Pilkada secara langsung yang menyebabkan instabilitasi politik di daerah
yang membuat enggan para inspector untuk menanam modalnya di daerah.
Dalam situasi politik ini, inspector local memilih modalnya kepada ekspestasi
politik dengan membantu pendanaan kampanye calon-calon Kepala daerah
tertentu dengan harapan akan memperoleh kemenagan dan memperoleh
proyek pembangunan di daerah sebagai imbalannya. Kondisi seperti ini tidak

9
akan menstimulus pembangunan ekonomi. Justru hanya akan meperbesar
pengeluaran pemerintah (Goverenment expenditure) karena para inspector
hanya mengerjakan prokyek-proyek pemerintah tanpa menciptakan aut put
baru di luar pengeluaran pemerintah (biaya aparatur Negara) bahkan akan
berdampak pada inspestasi pengeluaran pemerintah karena untuk
meningkatkan PAD-nya mau-tidak mau pemerintah harus mengenjot
pemdapatan dari pajak dan retrevusi melalui berbagai Perda (peraturan
daerah) yang menciptakan ruang bagi praktek korupsi. Titik tolak pemerintah
daerah untuk memperoleh PAD yang tinggi inilah yang menjadi yang menjadi
penyebab munculnya haigh cost economy yang melahirkan ekonomi tersebut
akan di dukung oleh birokrasi yang njelimet.
Seharusnya titik tolak daerah adalah pembangunan ekonomi daerah
dengan menarik infestasi daerah yang sebesar-besarnya dengan
merampingkan birokrasi dan memperpendek jalur serta jangka Waktu
pengurusan Dokumen usaha serta membersihkan birokrasi dari prektek
korupsi. Peneingkatan PAD (pendapatan asli daerah), pengurangan jumlah
pengurangan jumlah penganguran dan kemiskinan pasti mengikuti.

D. Memberantas Korupsi Demi Pembangunan Ekonomi


Selain menghambat pertumbuhan ekonomi, korupsi juga menghamabt
pengembangan system pemerintahan demokratis. Korusi Memupuk tradisi
perbuatan yang menguntungkan diri sendiri atau Kelompok, yang
mengesampingkan kepentingan public. Dengan begitu korupsi menutup rapat-
rapat kesempatan rakyat lemah menikmati pembangunan ekonomi dan
kualitas hidup yang lebih baik. Pendekatan yang paling ampuh dalam
melawan korupsi di Indonesia. Pertama, mulai dari meningkatkan standar tata
pemerintahan melalui konstruksi integritas nasional. Tata pemerintahan
modern mengedepankan system tanggung gugat dalam tatanan seperti ini
harus muncul pers yang bebas dengan batas-batas undang-undang, yang juga
harus mendukung terciptanya tata pemerintah dan masyarakat yang bebas dari
korupsi. Demikian pula dengan pengadilan. Pengadilan merupakan bagian dari
tata pemerintahan, yudikatip tidak lagi menjadi hamba penguasa. Namun

10
memiliki ruang kebebasan menegakan kedaulkatan hukum dan peraturan
dengan Demikian akan terbentuk lingkaran perbaikan yang memungkin
seluruh pihak untuk melalukan pengawasan, dan pihak lain diawasi. Namun,
konsep ini sangat mudah dituliskan atau dikatakan dari pada dilaksanakan.
Setidaknya dibutuhkan waktui yang cukup lama untuk membangun pilar-pilar.
Bangunan integritas nasional yang melakukan tugas-tugas yang efektif dan
berhasil menjadikan tindakan korupsi sebagai prilaku beresiko yang sangat
tinggi dengan hati yang sedikit.
Kedua, hal yang paling sulit dan punda mental dari semua perlawanan
terhadap korupsi adalah bagaimana membangun kemauan politik (political
will). Kemauan politik yang dimaksud bukan sekedar kemauan para politis
dan orang-orang yang berkecimbung dalam ranah politik. Namun, ada yang
lebih penting sekedar itu semua. Yakni, kemauan politik yang
termanisfestasikan dalam bentuk keberanian yang didukung oleh kecerdasan
sasial masyarakat sipil atau warga Negara dari berbagai elemen atau sastra
social. Sehingga jabatan politik tidak lagi digunakan secara mudah untuk
memperkaya diri, namun sebagai tanggung jawabuntuk mengelola dan
bertanggung jawab untuk merumuskan gerakan mencapai kehidupan
berbangsa dan bernegara yang baik.
Dalam tatanan pemerintahan yang demokratis, para politis dan pejabat
Negara tergantung dengan suara masyarakat sipil. Artinya kecerdasan social
politik dari masyarakat sipil-lah yang memaksa para politisi dan pejabat
Negara untuk menahan diri dari praktek korupsi. Masyarakat sipil yang cerdas
secara social politik akan memilih pimpinan (politis) dan pejabat Negara yang
memiliki integritas diri yang mampu menahan diri dari korupsi dan merancang
kebijakan kearah pembangunan ekonomi yang lebih baik. Melalui masyarakat
sipil yang cerdas secara social politik pula pilar-pilar peradilan dan media
massa dapat di awasi sehingga membentuk integritas nasional yang alergi
korupsi. Ketika kontrusi integritas Nasional berdiri kokoh dengan payung
kecerdasar social politik masyarakat sipil, maka pembangunan ekonomi dapat
distimulus dengan efektif. Masyarakat sipil akan mendorong pemerintah untuk
menciptakan ruang pembangunan ekonomi yang potensial.

11
BAB III
KESIMPULAN

Merangfkai kata untuk perubahan memang mudah. Namun, melaksankan


rangkaian kata dalam bentuk gerakan terkadang sulit. Dibutuhkan kecerdasan dan
keberanian untuk mendobrak dan merobohkan pilar-pilar korupsi yang menjadi
penghambat utama lambatnya pembangunan ekonomi dan paripurna di Indonesia.
Korupsi yang telah terlalu lama wabah yang tidak pernah tepat Sasaran ibarat
“yang sakit Kepala, kok yang di obati tangan”. Pemberantasan korupsi seakan
hanya menjadi komoditas politik, bahan retorika ampuh menarik simpati. Oleh
sebab itu dibutuhkan kecerdasan masyarakat sipil untuk mengawasi dan membuat
keputusan politik mencegah makin mewabahnya penyakit kotor korupsi di
Indonesia. Tidak mudah memang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Harian Kompas, 13 Juni 2006,

Gramedia Hikmahanto Juwana, Paper 2006, “Politik Hukum UU Bidang Ekonomi


di Indonesia” MPKP, FE,UI.

Mobaryanto, artikel, “Keberpihakan dan Keadilan”, Jurnal Ekonomi Rakyat,


UGM, 2004.
Jeremy Pope, “Confronting Corruption: The Element Of National Integrity
System”. Transparency International, 2000.

Robet A Simanjuntak, “Implementasi Desentralisasi Fiskal: Problem, Prospek,


dan Kebijakan”. LPEM UI, 2003.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah .

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Pusat dan Daerah.

13

Anda mungkin juga menyukai