Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN KASUS KEMATIAN

30 AGUSTUS 2010

Wasis Rohima
Novi Yurita Sari
Agustina Wulandari
Widya P
Anis Marfu’ah
Identitas penderita
• Nama : An.R
• BB / PB : 7 kg /68 cm
• Umur : 1 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Klaruan RT 3/14
Mojolaban, Sukoharjo
• Tgl Masuk : 14 Agustus 2010
• CM : 01023156
Keluhan Utama

Sesak napas
( Pasien adalah rujukan dari Puskesmas
Mojolaban Sukoharjo dengan tersangka
pnemonia)
Riwayat Penyakit Sekarang
7 hari SMRS 4 har i SMRS 2 hari SMRS

Batuk berdahak, Pilek Panas tinggi (+), sesak


(+), panas (-), muntah Batuk (+), pilek (+), (+), batuk (+), pilek (+),
( -), tersedak (-), sesak panas sumer (+), tidak mau makan, minum
sesak (-), diare ASI mau sedikit, diare
napas (-), makan dan
3x/hari cair >> 3x/hari,cair >> ampas,
minum ASI (+), BAB dan warna coklat, darah (-),
ampas,warna
BAK seperti biasanya
cokelat, darah(-), lendir (-), perut kembung,
lendir (-), @ < ¼ BAB hitam (-), mimisan
gelas belimbing, (-), BAK banyak warna
Berobat ke puskesmas minum ASI kuning, terakhir 1 jam
berkurang,muntah 2x SMRS
isi susu, BAK jumlah
Keluhan batuk pilek banyak Rawat inap puskesmas,
berkurang mendapat injeksi viccilin,
sesak >>

dirujuk ke RSDM
4
Anamnesa
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat sesak napas sebelumnya disangkal
 Riwayat alergi makanan dan obat disangkal
 Riwayat ganti susu atau makanan tidak ada

Riwayat penyakit dalam keluarga dan lingkungan

• Riwayat sesak napas/ batuk lama  disangkal


• Riwayat keluarga asma, alergi  disangkal
• Riwayat keluarga menderita diare  disangkal
 Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
 Saat hamil ibu tidak sakit, rutin kontrol bidan
 Pasien lahir pada usia kehamilan 9 bulan, Lahir spontan, langsung menangis,
di tolong bidan, BBL 2800 gr , PB ibu tidak ingat

 Riwayat perkembangan
 Miring usia 4 bulan, tengkurap usia 5 bulan, duduk usia 7 bulan, merangkak
usia 8 bulan, berdiri usia 11 bulan dan saat ini baru belajar berjalan

Kesan : perkembangan normal sesuai usia


 Riwayat Nutrisi
◦ ASI (+) sejak lahir sampai sekarang,
◦ Umur 6 bulan : bubur susu dan buah pisang
◦ Umur 8 bulan : bubur nasi 3x 6-7 sendok kecil
◦ Umur 12 bulan : nasi dengan menu keluarga
3x ½ mangkuk dengan lauk telur, tahu, tempe,
daging jarang, tidak suka sayur
Kesan : Kualitas dan kuantitas kurang
Imunisasi
 BCG (skar BCG (+) di lengan kanan atas)
 Hepatitis B I,II,III
 DPT I,II,II Jadwal tidak diketahui
 Polio 0,I,II,III karena ibu tidak ingat
 Campak
 Kesan : Imunisasi dasar lengkap
 Riwayat sosial dan ekonomi keluarga
Ayah usia 45 tahun, pendidikan SD, buruh
serabutan, penghasilan tidak tetap.
Ibu usia 40 tahun, pendidikan SD, ibu rumah
tangga
Pohon Keluarga

An. R, 1 tahun
Pemeriksaan Fisis
 Keadaan Umum : tampak lemah, sesak,
kesadaran apatis
 Tanda vital
RR : 60 x/mnt (cepat dan dangkal)
HR : 138 x/mnt, isi & tegangan cukup
Suhu : 38,5o C
BB : 7 kg
PB : 68 cm
Status gizi : BB/U < P3rd
TB/U = P3rd
BB/TB = P3rd-P15th,
-3 SD< z score<-2 SD (WHO, 2005)
Kesimpulan gizi kurang.
Kepala : Kepala mesosefal, UUB besar datar,
lingkar kepala 46 cm (-2 SD< LK<0 SD)
Mata : cowong (-/-), air mata (+/+),
reflek cahaya (+/+), pupil isokor
(3mm/3mm),conj. pucat (+/+),sklera
tidak ikterik
Hidung : napas cuping hidung (+/+) sekret(+)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (+)
Leher : kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar
getah bening (-)
Thorak : retraksi di subkosta, epigastrium,
chest indrawing
Jantung
Inspeksi : Tak tampak adanya precordial bulging, tak
tampak iktus kordis
Palpasi : Teraba iktus kordis di SIC IV LMCS yang
tak kuat angkat, tidak teraba thrill
Perkusi : Sulit dilakukan

Auskultasi Bunyi jantung I/ II intensitas normal, bising


(-), derap(-)
Paru

Inspeksi : Bentuk normal, retraksi subcostal,


: epigastrial, chest indrawing (+)
Palpasi : Fremitus suara paru kanan < paru kiri
Perkusi : pekak
Auskultasi Suara dasar vesikuler (+ menurun/+) ronki
basah halus (+/+), ronki basah kasar (+/-)
13
Abdomen

Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding


dada
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi Supel, nyeri tekan sulit dievaluasi, hepar
tak teraba, lien tak teraba, turgor kulit
abdomen kembali cepat
Perkusi : Timpani

Anggota
gerak : Akral hangat, CRT < 2 detik, arteri
dorsalis pedis teraba cepat dan kuat, isi
tegangan cukup, sianosis (-), pucat pada
ekstremitas (+)

14
Hasil LABORATORIUM
14-8-2010
 Hb : 10,1 gr/dl
 Hematokrit : 30%
 Eritrosit : 5,6.10 6/uL
 Leukosit : 13.600 /ul
 Trombosit : 176. 103/ul
 Eosinofil 1 %, basofil 0 %, netrofil batang 1 %, netrofil segmen 67 %,
limfosit 23 %, monosit 8 %
 GDS : 127 mg/dL gol. Darah : O
 Na : 127 mmol/L
 K : 3,8 mmol /L
 Cl : 107 mmol/L
 Albumin : 2,8 g/dl
Indeks eritrosit
MCV : 53
MCH :18
MCHC :33
kesan anemia mikrositik hipokromik e/c dd def besi,
infeksi

Rencana pemeriksaan : rontgen thorak AP/Lat


Rontgen thoraks AP/lateral
 Hasil foto thoraks AP/lateral
Cor : CTR < 50 %
Pulmo : tampak patchy infiltratdi parajiller dextra et
sinistra, tampak penebalan dinding pleura
visceralis dengan kolap paru kanan, sinus
costophrenicus kanan tumpul, kiri anteroposterior
lancip, retrosternal dan retrocardial space normal.
Kesan : bronkopnemonia dengan efusi pleura dextra
Diagnosis kerja
1. Pnemonia
2. Sepsis
3. Diare akut tanpa dehidrasi
4. Anemia mikrositik hipokromik e/c dd def besi,
infeksi
5. Gizi kurang
TERAPI
1. O2 headbox 6 liter/menit
2. Pasang NGT, alirkan sementara
3. Diet nasi bubur 800 kkal/hari (bila sudah tidak puasa)
4. IVFD D1/4S 14 tpm mikro
5. Inj Ampicillin 175 mg/6 jam iv skin test
6. Inj Chloramphenicol 130 mg/6jam iv skin test
7. Probiotik 2x1 sachet po
8. Zink 1x20 mg po
9. Oralit 70 cc tiap diare
10. Parasetamol 100 mg po jika demam
 NGT keluar produk darah warna merah segar
jumlah sekitar 20 cc

Pemeriksaan Analisis gas darah, PT/APTT sampel beku


(keluarga menolak diambil ulang sampel)
Rencana lanjutan
1. Darah lengkap dengan hitung jenis, kultur darah,
CRP, GDT
2. Urinalisa rutin
3. Feces rutin
Edukasi

Keluarga mengenai kondisi pasien


Jam 21.30 (bangsal)
S : keadaan umum lemah, apatis, sianosis,NGT produk darah
warna merah segar ± 50 cc
O : T : 90/70 mmHg RR : 70x/menit (cepat&dangkal)
N : 150x/menit (i/t lemah) t : 38,4 °C (peraksilla)
ekstremitas : pucat, akral dingin, CRT > 2 detik, a. dorsalis

pedis teraba cepat dan lemah


A : syok hipovolemik dd syok septik
P : resusitasi RL 20 cc/kgBB = 140 cc secepatnya pasang 2
jalur
Edukasi keluarga tentang keadaan pasien
Jam 21.45
S : keadaan umum lemah, sopor, sianosis,NGT produk
darah warna merah segar bertambah ± 70 cc
O : T : 90/70 mmHg RR : 68x/menit (cepat&dangkal)
N : 148x/menit (i/t lemah) t : 38,3 °C (peraksilla)
ekstremitas : pucat, akral dingin, CRT > 2 detik, a. dorsalis
pedis teraba cepat dan lemah
diuresis 0
A : syok hipovolemik dd syok septik
P : resusitasi RL II 20 cc/kgBB = 140 cc secepatnya pasang 2
jalur (akses intravena jalur kedua tidak lancar)
Edukasi keluarga tentang keadaan pasien
Jam 22.05
S : keadaan umum lemah, sopor, sianosis,NGT produk darah warna
merah segar bertambah ± 100 cc, melena ± 100 cc, perdarahan di
luka bekas suntikan
O : T : 80/- mmHg RR : 72x/menit (cepat&dangkal)
N : 154x/menit (i/t lemah) t : 38,5 °C (peraksilla)
ekstremitas : pucat, akral dingin, CRT > 2 detik, a. dorsalis pedis
teraba cepat dan lemah

A : 1. Syok septik
2. tersangka DIC
P : resusitasi RL HAES 20 cc/kgBB = 140 cc secepatnya pasang 2
jalur (akses intravena yang efektif hanya 1 jalur, dilanjutkan mencari
akses intravena lain) direncanakan pemberian inotropik berupa
dopamin 5-15 mcg/kgBB/menit

Plan : konsultasi untuk perawatan di PICU, namun tidak tersedia


tempat maupun ventilator
Edukasi keluarga tentang keadaan pasien
Jam 22.30

Evaluasi :
S : apneu, keadaan umum lemah, sopor koma NGT produk darah
merah coklat ± 50 cc, melena ± 100 cc, perdarahan di luka
bekas suntikan (+)
O : T : tidak terukur RR : 16x/menit
N : 60x/menit t : 38,2 °C
ekstremitas CRT > 2 detik, akral dingin, a. dorsalis pedis tidak
teraba
A : 1. Syok septik tidak teratasi
2. Tersangka DIC
3. Gagal napas

P : Ventilasi Tekanan Positif dan kompresi dada


Ex : menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi pasien
Jam 22.45-23.00
Evaluasi :
S : apneu, keadaan umum lemah, sopor, NGT produk darah
merah coklat >>>, melena ± 100 cc, perdarahan luka bekas
suntikan (+)
O:T:- RR : 15x/menit
N : 50x/menit t : 38,2 °C
Mata : RC (-/-), pupil isokor, midriasis (4mm/4mm)
CRT > 2 detik, akral dingin, a. dorsalis pedis teraba lemah
A : 1. Syok septik
2. Tsk DIC
3. Gagal napas
P : VTP dan kompresi dada
Inj adrenalin 0,01 mg/kg (1:10.000)
Ex : menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi pasien
Jam 23.15

S : apneu, sopor, perdarahan NGT dan melena


profus
O: RR :-
HR :-
mata : reflek cahaya (-/-)pupil midriasis maksimal
Pasien dinyatakan meninggal di hadapan dokter dan
keluarga
ANALISIS KASUS
 PNEMONIA
- inflamasi parenkim paru
- Klinis : demam, demam, batuk,
anoreksia,muntah,takipnea, retraksi subkosta
(chest indrawing), nafas cuping hidung, ronki,
dan sianosis.
- Pemeriksaan penunjang :
laboratorium : nilai leukosit dalam batas normal
atau sedikit meningkat. (virus), leukositosis
yang berkisar antara 15.000-40.000/ul dengan
predominan PMN.
Pemeriksaan foto rontgen toraks diperlukan
untuk menunjang diagnosis pneumonia,
secara umum gambaran foto thoraks
terdiri dari: infiltrat interstisial atau infiltrat
alveolar (konsolidasi).
Penatalaksanaan pneumonia antara lain
berupa pemberian antibiotik, sebagai lini
pertama adalah gabungan antibiotik
golongan beta laktam dan kloramfenikol.
 Pada pasien ini, didapatkan :
Klinis : batuk, pilek (± 7 hari), demam, muntah,
diare, anoreksia,takipnea, sianosis, nafas cuping
hidung, retraksi, dan ronki.
Dari pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen
thorak didapatkan gambaran infiltrat di kedua
lapang paru,
Terapi yang dipilih untuk pasien ini adalah
antibiotik lini pertama untuk pneumonia yaitu inj.
Ampisilin dan Inj. Kloramfenikol sesuai pedoman
yang ada.
DISTRES NAPAS

 keadaan dimana terjadi peningkatan upaya


napas karena suatu hal meskipun penampilan
dan sirkulasi kulit normal
jika tidak adekuat dapat terjadi gagal napas
 Gagal napas
keadaan dimana respirasi (ventilasi dan
oksigenasi) tidak dapat/ gagal memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh. Ada dua tipe gagal
napas, yaitu hipoksemia (bila PaO2 < 60 mmHg)
dan hiperkapnea (bila PaCO2 > 60 mmHg).
Manifestasi klinis gagal napas meliputi :
 Peningkatan usaha napas, antara lain berupa
takipnea,napas cuping hidung, retraksi, laju
napas yang tidak teratur.
 Tanda dan gejala dari hiperkapnea, hipoksemia,
atau keduanya meliputi penurunan kesadaran,
adanya sianosis dari mukosa membran pada
mulut atau pada jari-jari kuku.
 Takikardi
Tatalaksana :
 pemberian oksigen yang adekuat dapat
diberikan melalui kanul, masker atau headbox.
Pada gagal napas dengan penurunan
kesadaran dan sianosis, intubasi endotrakeal
sangat dianjurkan untuk menjaga jalan napas
dan untuk pemberian oksigen dengan
konsentrasi tinggi melalui ventilasi mekanik.
 Pada pasien ini :
klinis : distres nafas yang ditandai dengan
peningkatan laju nafas, nafas cuping hidung,
retraksi, sianosis, seharusnya didukung dengan
pemeriksaan AGD namun gagal sampel karena
beku
Jalan napas dan pernafasan pasien ini tidak
adekuat dengan headbox 6/mnt, merupakan
salah satu indikasi di lakukan intubasi
endotrakeal dan dipasang ventilator mekanik.
Selanjutnya dilakukan stabilisasi sirkulasi.
DIARE AKUT
 Diare akut adalah buang air besar pada bayi
atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan
atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung
kurang dari 7 hari, berlangsung secara
mendadak.
 Tanda dehidrasi : UUB cekung, mata cowong,
air mata berkurang, mukosa mulut kering, turgor
kembali lambat, penurunan kesadaran
 penilaian derajat dehidrasi pada pasien ini
adalah pemeriksaan fisis berupa ubun-ubun
besar yang datar, mata tidak cekung, terdapat
air mata, mukosa bibir basah dan tugor kulit
yang cepat kembali.
 Adanya tanda utama dehidrasi lain pada pasien
ini yaitu penurunan kesadaran dan tidak mau
minum dianggap bukan disebabkan oleh
dehidrasi namun karena pneumonia yang
diderita, sehingga diagnosis pasien ini adalah
diare akut tanpa dehidrasi.
SEPSIS & SYOK SEPTIK

 SEPSIS
Sepsis terjadi akibat mekanisme pertahanan
tubuh yang berlebihan, sebagai akibat
masuknya mikroorganisme atau produknya.
Mekanisme pertahanan tubuh terjadi dalam
bentuk dilepasnya sitokin, aktivasi lekosit dan
monosit serta aktivasi kaskade protein plasma
seperti sistem komplemen, jalur koagulasi
intrinsik, ekstrinsik dan sistem fibrinolitik.
 Sepsis adalah systemic inflammatory
response syndrome (SIRS) akibat infeksi,
yang ditandai dengan 3 atau lebih
manifestasi SIRS.

suhu tubuh lebih dari 38oC atau kurang ari 36oC,


takikardi, takipnea atau pCO2 kurang ari 32
mmHg, lekosit > 12.000/ul atau < 4000/ul atau
bentuk batang lebih dari 10%) ditambah bukti
infeksi.
SEPSIS disfungsi endotel

kebocoran vaskuler, aktivasi koagulasi meningkat,


perubahan pada kontrol relaksasi vaskuler dengan
akibat perdarahan, hipovolemia, syok septik dan
disfungsi organ multipel.

SEPSIS tuntutan paru meningkat


memerlukan ventilasi menit yang tinggi
Saat compliance sistem paru berkurang, resistensi jalan
napas meningkat, dan efisiensi otot terganggu. Deteksi
sepsis dipermudah melalui takipneu dan hipoksemia yang
hampir selalu ada
SYOK SEPTIK

 sindroma sepsis disertai dengan hipotensi dan


hipoperfusi jaringan menetap meskipun telah mendapat
resusitasi cairan, diikuti dengan timbulnya disfungsi
organ.
 Pada syok septik terjadi insufisiensi sirkulasi akibat
interaksi produk bakteri dengan sel host dan serum
protein untuk menginisiasi berbagai reaksi yang
mengakibatkan kerusakan dan kematian sel. Berbagai
mediator dan sistem distimulasi pada terjadinya syok
septik. Pada keadaan ini terdapat ketidakseimbangan
antara DO2 (oxygen delivery) dan VO2 (oxygen
consumption).
DIAGNOSIS
trias inflamasi (demam, takikardia, dan vasodilatasi perifer)
mengalami penurunan status mental, yang bermanifestasi sebagai
iritabel, interaksi dengan orang tua menurun, mengantuk atau
sopor.

SYOK SEPTIK HANGAT demam, takikardi, nadi kuat, penurunan


kesadaran, tekanan nadi lebar (tekanan
diastolik menurun), perfusi menurun,
pengisian kapiler melambat atau cepat,
produksi urin menurun, ekstremitas
hangat.

demam atau hipotermia, takikardia, nadi


lemah, penurunan kesadaran, tekanan
SYOK SEPTIK DINGIN nadi sempit, perfusi menurun, produksi
urin menurun, pengisian kapiler
melambat, ekstremitas dingin.
KLASIFIKASI
 syok septik sensitif terhadap cairan
 syok septik resisten terhadap cairan (tidak
membaik dengan resusitasi yang adekuat)
 syok septik resisten terhadap katekolamin
dan syok septik refrakter (tidak membaik
dengan cairan, katekolamin, dan
vasodilator).
TATA LAKSANA
 Setelah mempertahankan jalan nafas, ventilasi
dan akses vaskuler, pemberian cairan dilakukan
dengan agresif berupa bolus kristaloid atau
koloid 20-60 ml/kg dalam 10 menit pertama.
 Pada syok yang refrakter terhadap pemberian
cairan, diberikan inotropik. Pada umumnya
inotropik dimulai dengan dopamin 5-15
mcg/kgBB/menit, diikuti oleh epinefrin/ adrenalin
0,1-0,5 mcg/kgBB/menit atau lebih bila tidak ada
respon.4
 Pada kasus ini, pasien sejak awal masuk
oksigenasi tidak adekuat, merupakan iindikasi
untuk dilakukan intubasi endotrakeal.
 Perfusi yang buruk akibat sepsis pada pasien
ini, mengakibatkan penanganan syok terlambat
dan tidak adekuat sehingga syok tidak teratasi.
Syok dan hipoksia yang tidak teratasi
Kerusakan/kematian sel disfungsi sistem
organ. Cadangan ATP akan habis terutama di
jantung dan hepar kegagalan multi organ
meninggal
DISSAMINATED INTRAVASCULAR
COAGULATION (DIC)
 Infeksi kerusakan endotel inflamasi
jaringan menyeluruh disfungsi organ
 DIC adalah gangguan yang didapat yang mana
sistem hemostasis diaktivasi, menghasilkan
aktivasi trombosit dan perubahan dari fibrinogen
dan fibrin. Hal ini menyebabkan trombosis
mikrovaskuler menyeluruh dan gagal organ
 DIC terjadi akibat syok yang berkepanjangan/
terlambat dengan akibat aktivasi endotel, sistem
pembekuan darah, dan antifibrinolisis.
DIAGNOSIS KLINIS DIC PADA SEPSIS

 Diagnosis terhadap penyakit yang


mendasari sebagai faktor predisposisi
 Terdapat manifestasi perdarahan nyata
 Terdapat gangguan pada mikrosirkulasi
 Terdapat gagal organ seperti sirkulasi,
ginjal, paru dan sistim susunan saraf
pusat
SKOR DIC

Jumlah trombosit
 100.000 = 0
 < 50 .000 = 2
Peningkatan fibrin degradation product (FDP)
Tidak ada peningkatan = 0
Peningkatan sedang = 2Peningkatan banyak = 3
Pemanjangan waktu protombin time
kurang dari 3 detik = 0
lebih dari 3 detik = 1
lebih dari 6 detik = 2
Fibrinogen level
lebih dari 100 mg/dl = 0
kurang dari 100 mg/dl = 1

Jika skor DIC didapatkan ≥ 5 mendukung kearah DIC


 DIC yang menetap merupakan indikator
prognosis yang buruk
 DIC merupakan komplikasi sepsia yang
paling banyak menyebabkan kematian.
Pasien sepsis dengan DIC mempunyai
angka kematian yang lebih tinggi daripada
tanpa DIC.
Pada kasus ini, sepsis menjadi penyebab
terjadinya DIC. Secara klinis, didapatkan
manifestasi perdarahan yang nyata yaitu
didapatkan hematemesis, melena, dan
perdarahan pada bekas suntikan. Untuk
menyokong DIC pemeriksaan PT/APTT sangat
diperlukan, akan tetapi pada pasien ini sampel
(gagal/beku). Pemeriksaan CT/BT diperlukan
untuk skrining perdarahan.
Pada pasien ini, gangguan perdarahan terus
berlanjut, kemungkinan disebabkan oleh karena
DIC akibat syok yang berkepanjangan/terlambat
diatasi.
Pendidikan Orang tua
Higienitas rendah
Pneumonia
Dukungan nutrisi yang
kurang
Distres napas

Reaksi sistemik
SEPSIS pada semua organ
& sistim tubuh

hipovolemik
Vascular leakage

Hipoksemia & Gagal


iskemik jaringan napas

DIC

MODS

MODS Meninggal
Penyebab kematian
 Penyebab langsung :
gagal napas (J 96.0)
henti jantung (I. 46.0)

 Penyebab perantara :
sepsis ( P 36)
syok septik (A 41)
DIC (D 65.0)

 Penyebab utama:
Pnemonia (J 18.0)
Diare akut ( A 09)
Deviasi
Kasus Seharusnya

1.Saat di IGD sudah terdapat 1. Seharusnya :


tanda gawat napas dgn a). Diulang atau dinilai
penurunan kesadaran & berdasarkan klinis
sianosis (penurunan kesadaran &
a).Sampel darah untuk sianosis merupakan
analisis gas darah beku tanda gagal napas)
b).Tidak dilakukan intubasi b).Penatalaksanaan yang
endotrakeal tepat adalah intubasi
endotrakeal dilanjutkan
pemberian ventilator
mekanik
2. Di IGD sudah terjadi 2. Seharusnya dilakukan
gangguan sirkulasi (syok stabilisasi sirkulasi dgn
kompensasi) pemberian cairan resusitasi
Kasus Seharusnya

3. Ditemukan perdarahan 3. Seharusnya dilakukan


melalui selang nasogastrik pemeriksaan CT (waktu
(NGT) yang dipasang pembekuan) dan BT (waktu
Dilakukan skrining perdarahan) untuk
perdarahan : PT/APTT, menentukan komponen
namun sampel beku perdarahan yg terganggu dan

kemungkinan
penggantiannya.
4. Terdapat 2 tanda utama diare 4. Seharusnya diagnosis pasien
dehidrasi berat : penurunan ini adalah diare akut dengan
kesadaran & tidak mau dehidrasi berat.
minum. Diagnosis : Diare Sehingga dapat diwaspadai
akut tanpa dehidrasi terjadinya komplikasi seperti
syok hipovolemik dan
Kasus Seharusnya

5.Penilaian terjadinya syok 5. Seharusnya penilaian syok


dilakukan dibangsal & sejak dari IGD dan apabila
dilanjutkan resusitasi cairan jalur intravena tidak dapat
dengan kristaloid (RL) namun diberikan secepatnya, maka
setelah resusitasi dgn RL ke- dicari jalur alternatif lain
2, salah satu jalur intravena berupa jalur intraosseus.
kurang lancar, sehingga
pemberian cairan menjadi
tidak adekuat.

Anda mungkin juga menyukai