Anda di halaman 1dari 47

PERAN CREATIVE DIRECTOR DALAM

PEMBUATAN IKLAN CETAK “WISMA


INDONESIA LONDON” DI MAJALAH GATRA

Oleh :
MOHAMAD MIRADI
NIM : 0070072322

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI ITKP


THE SCHOOL OF ADVERTISING
KONSENTRASI KOMUNIKASI PERIKLANAN
JAKARTA
2010

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MAGANG

Mengenai judul, “Proses pembuatan iklan cetak Wisma Indonesia

London oleh creative director di majalah Gatra” saya pilih dikarenakan

melihat bahwa utamanya seorang creative director yang baik dalam suatu

majalah tidak hanya mampu menjadi pembuat ide ataupun konsep

visualisasi namun ia juga harus memiliki keterampilan membuat tata letak

suatu iklan agar dapat menarik pembaca, yang biasanya dikenal sebagai

desain grafis. Karena adanya perbedaan dalam proses membuat iklan

cetak di suatu agensi iklan dan di dalam suatu media.

I.2 TUJUAN MAGANG

 Memberikan kesempatan mahasiswa memperoleh pengalaman

praktis dan wacana aplikatif.

 Untuk membandingkan konseptualisasi teoritis dengan

konseptualisasi praktis.

2
 Melatih mahasiswa untuk mengidentifikasi berbagai masalah

sesuai dengan minat dan jabatan yang diberikan.

 Memperoleh ilmu dan pengetahuan baru.

I.3 KONSEPTUALISASI TEORITIS

Konseptualisasi teoritis yang saya gunakan merupakan teori-teori

serta konsep yang dijadikan acuan serta sebagai pendukung masalah

yang diobservasi selama magang, sehingga rangkaian teori ini dapat

dijadikan alat perbandingan antara pemahaman teoritis dengan

pelaksanaannya yang diperoleh selama magang. Diantaranya :

“McLuhan claimed that all media have characteristics that engage

the viewer in different ways; for instance, a passage in a book could be

reread at will, but a movie had to be screened again in its entirety to study

any individual part of it. So the medium through which a person

encounters a particular piece of content would have an effect on the

individual's understanding of it.”

“Some media, like movies, enhance one single sense, in this case

vision, in such a manner that a person does not need to exert much effort

in filling in the details of a movie image. McLuhan contrasted this with TV,

which he claimed requires more effort on the part of viewer to determine

meaning, and comics, which due to their minimal presentation of visual

3
detail require a high degree of effort to fill in details that the cartoonist may

have intended to portray.”

“A movie is thus said by McLuhan to be "hot" (intensifying one

single sense) and "high definition" (demanding a viewer's attention), and a

comic book to be "cool" and "low definition" (requiring much more

conscious participation by the reader to extract value).[3] This

concentration on the medium and how it conveys information — rather

than on the specific content of the information — is the focal point of "the

medium is the message." (1964:22)

“More controversially, McLuhan postulated that specific content

might have little effect on society. For example, it does not matter if

television broadcasts children's shows or violent programming—the effect

of television on society would be identical, and profound.”

“Iklan juga merupakan informasi yang sifatnya nonpersonal, yang

berisi mengenai produk-produk tertentu, pelayanan tertentu, gagasan

tertentum yang semuanya ditunjang oleh sponsor melalui beragam media.

unsur-unsur dari iklan menurut bovee yang dirincinya sebagai berikut :

1. to inform

2.nonpersonal.

3. media massa

4. persuasif

5. sponsor

6. Tujuan (1964:28)

4
Atas dasar-dasar di atas penulis mengetahui bagaimana suatu

iklan mempunyai fungsi yang cukup penting , dimana peranannya seorang

creative director harus mampu mengembangkan pesan komunikasi agar

informasi yang disampaikan menarik untuk dibaca dan dilihat.

”Advertising legend David Ogilvy was famous for writing print ads
that contained literally thousands of words. He assumed a certain
intelligence and curiosity in his readers, and he gave them an incredible
volume of facts about the various products he was selling. But that was in
a different, less hectic time. Ogilvy’s approach probably won’t work in this
day and age, when the average American is exposed to about 250 ad
messages every day (which includes TV, radio, and print). In my opinion,
today, brevity is the soul of print.”(96)

“Having said that, there is still a place for long-copy ads, depending
on the market you’re trying to reach and the type of ad you’re running. For
example, most advertising to older consumers requires more copy (but
legible copy!), because seniors tend to be willing to read and want
complete information before letting go of their hard-earned cash. Another
reason to use long copy is when you’re doing direct selling or seeking an
order directly as a result of an ad, which requires a more-complete sales
message and is therefore best suited to a long-copy approach.”(97)

“In addition to copious amounts of white space (white background

without any graphics or type, like the margins on this page), an effective

print ad must include three main elements:

- A strong headline

- Brief sell copy

- An arresting graphic”(97)

Sebuah iklan cetak yang menarik ialah iklan yang judul yang

menarik, simple, gambar yang menarik dan hanya berisikan copy yang

tidak terlalu banyak, sehingga audiens dapat focus dengan apa yang akan

dibaca ketika tertarik melihat sebuah iklan cetak. Adapun beberapa iklan

5
yang mengharuskan sedikit hard sell dimana produk-produk elektronik

atau otomotif membutuhkan informasi yang lebih banyak ketimbang

lainnya, karena audiens mempunyai decisions making process yang

cukup lama dan keterlibatan mereka cukup tinggi dalam produk-produk

tersebut.

“The headline is worth some extra work on your part because it


may be the only element of your ad that anyone reads. When I write a
print ad, I probably spend 90 percent of my time devising the headline.
When the light bulb finally goes on and I’m satisfied that the headline is as
good as it can be, the body copy falls quickly into place. And if the
headline is well written and descriptive enough, it can either stand alone or
pull the reader’s eye to the body copy .”(99)

“Your headline usually works together with your graphic element,


and vice versa — the headline and graphics usually go hand-in-hand. The
head (that’s ad speak for headline) and the graphic, whether it’s a photo or
a drawing, set the tone of the ad and should be able to stand alone,
whether or not anyone\ gets around to reading the body copy. The head
and graphic must create the uniqueness of your ad, the extra something
that separates you from all your rivals who are advertising in the same
print media.”(99)

Iklan yang memiliki stopping power, adalah iklan yang memiliki

headline yang menarik, karena suatu headline yang mencolok mata akan

langsung memberikan perhatian bagi seorang pembaca, sebuah iklan

dengan headline yang menarik tentu harus dilengkapi oleh illustrasi yang

mendukung, karena kedua elemen tersebut bekerja sama untuk

memberikan keunikan diantara kolom-kolom sebuah Koran ataupun

majalah.

“Menurut John Vivian, komunikasi massa adalah suatu proses


dimana pesan sampai ke audien melalui media massa . Sedangkan media
massa adalah sarana yang membawa pesan massa, media massa utama
adalah buku, majalah, koran, televisi, radio, rekaman, film dan website.

6
Kebanyakan ahli teori menganggap media sebagai wahana yang netral
dalam memuat pesan.”

“Komunikasi massa merupakan kemampuan untuk menjangkau


ribuan , atau bahkan jutaan, orang merupakan ciri dari komunikasi massa
(mass communication), yang dilakukan melalui medium massa seperti
televisi, koran ataupun majalah. Komunikasi massa dapat didefinisikan
sebagai proses penggunaan sebuah medium massa untuk mengirim
pesan kepada audiens yang luas untuk tujuan memberi informasi,
menghibur, atau membujuk.”

“Dalam banyak hal, proses komunikasi massa dan bentuk-bentuk


komunikasi lainnya adalah sama : seseorang membuat pesan, yang pada
dasarnya adalah tindakan intrapersonal (dari dalam diri seseorang).
Pesan itu kemudian dikodekan dalam kode umum, seperti bahasa.
Kemudian ia ditransmisikan, orang lain menerima pesan itu,
menguraikannya dan menginternalisasikannya.”

“Alur Kerja sebuah iklan :


1.brief from client (informasi tentang produk) = penjelasan dari klien
tentang produk yang akan diiklankan secara lengkap dan detail.
2.data gathering (pengumpulan data) = pengumpulan data tentang produk
,dapat diambil dari internet,wawancara langsung dengan calon konsumen.
juga data produk pesaingnya, juga data media, dan biaya iklan yang
dihabiskan dalam waktu tertentu.
3.brainstorming (sumbang saran) = tukar menukar pikiran, untuk
mendapatkan ide, ini dapat berlangsung sekali atau lebih.
4.idea = gagasan yang dianggap terbaik untuk dikomunikasikan.
5.thumbnails (beberapa alternatif desain dibuat dalam ukuran yang kecil)=
beberapa coret-coretan kecil sebagai pilihan untuk menentukan desain
yang terbaik, untuk kepentingan internal saja.
6.comprehensive (desain yang telah jadi) = desain yang benar-benar
sudah jadi untuk dipresentasikan kepada klien. dimana diharapkan mudah
dimengerti oleh klien.
7.casting,location hunting, wardrobing = memilih beberapa model yang
akan memerankan dalam film iklan, serta menentukan pakaian.
10.photosession = pemotretan model./produk.
FA (finished artwork) materi iklan siap cetak = dalam praktik kadang orang
menyebutnya F/A, atau artwork, materi ini berupa file elektronik seperti
cd,optical atau zip. materi ini sudah siap untuk dibuat color separation.
11.color separation (pemisahan warna) = file elektronik tadi kemudian
diproses dalam pemisahan warnam sebagai materi final untuk kemudian
dicetak dalam proses percetakan.
12.media (color sep.,dikirim ke media yang dikehendaki) = color

7
separation tersebut kemudian ke media-media seperti kompas,suara
pembaruan dll.”

Disini sebuah pekerjaan iklan diawali dengan briefing, yaitu

penjelasan klien tentang produk yang diiklankan.kemudian, dilanjutkan

dengan pengumpulan data dari  berbagai sumber, sperti internet,

wawancara atau FGD (focus group discussion), dan sebagainya. setelah

itu, biro iklan akan segera mengadakan rapat internal untuk menentukan

what to say, who to say, how to say, dan where to say.

“What to say adalah menentukan posisi produk(product positioning)


. sebagai contoh sabun Lifebouy memosisikan diri sebagai sabun
kesehatan. who to say adalah siapa calon konsumen yang menjadi
sasaran produk (target audience). how to say adalah cara membuat iklan
yang mampu menarik konsumen (creative strategy), baik gambar maupun
tulisannya. agar ide yang sudah muncul, karena ide adanya di angan-
angan, dapat dipahami semua orang , seorang visualizer (illustrator) akan
menggambarkan ide tersebut. penggambaran ide dapat  juga
menggunakan foto atau gambar-gambar dari majalah yang sesuai.
gagasan yang dituangkan pada kertas tersebut tentu saja dintu tidak
hanya satu. gagasan dibuat beberapa alternatif . tahap ini disebut
thumbnails.”

“Tahap berikutnya dalah pembuatan comprehensive layout (desain


yang dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami semua orang).
comprehensive layout inilah yang dipresentasikan kepada klien (pemilih
produk). comprehensive layout merupakan visualisasi ide secara jelas
agar dapat dipahami orang-orang yang berkepentingan.65-67”

Sebuah creative brief yang baik ialah brief yang mampu secara

holistic menjelaskan deskripsi produk, audiens serta berisi insight dari

target audiens yang dituju, sehingga seorang creative director dapat

membuat strategi kreatif yang tepat.

“Bina Cipta yaitu departemen yang dipimpin oleh Creative Director

dan bertugas memimpin orang-orang creative dalam timnya untuk

8
menciptakan ide-ide kreatif dalam mengomunikasikan produk/jasa yang

diiklankan. Dalam tugasnya, ia dibantu oleh Art Director, Copywriter,

Visualisser , dan Compugrafic Designer.” (2009;13)

“Art Director merupakan pengarah seni . Ia bertugas memberikan


arahan kepada Visualiser dan compugraphic designer dalam hal gambar,
warna, komposisi, tipografi, dan hal lain yang terkait teknis dan seni.
Copywriter merupakan penulis naskah iklan. Merekalah pencipta kalimat
indah dan persuasif dalam iklan, Visualiser merupakan orang yang
bertugas mengambarkan ide menjadi gambar, Compugraphic Designer
merupakan penyusun elemen-elemen iklan menjadi satu bentuk iklan atau
desain tertentu dengan komputer.” (2009;13)

Seorang Creative Director , selain mempunyai taste desain dan

seni yang tinggi , ia juga harus mampu memiliki kemampuan manajemen ,

meskipun tidak harus spesifik. Karena tugasnya sebagai pengarah seni,

seorang Creative Director mampu memotivasi rekan-rekan kerjanya dalam

menginterpretasikan sebuah pengarahan kreatif (creative brief) dan

membuat suasana lingkungan kerja menjadi tidak membosankan.

“Desain atau tata letak (layout) adalah perencanaan untuk

menyusun dan menggabungkan seluruh elemen desain. Sebelum

membuat iklan, desainer terlebih dulu membuat konsep desain. Beberapa

sketsa dalam ukuran kecil dibuat sebelum menata layout dalam ukuran

sebenarnya. Proses ini disebut thumbnails .”(2009;51)

“Dalam menyusun tata letak, harus dipertimbangkan prinsip desain,


yaitu unity, simplicity, contrast, proportion, harmony , dan balance.
Unity adalah menyusun elemen desain menjadi satu kesatuan indah, tidak
ruwet atau berantakan. Simplicity adalah bagaimana menyusun dengan
sesedikit atau sesederhana mungkin elemen desain. Contrast, pada
dasarnya kontras adalah suatu perbedaan yang tajam, antar dua atau
lebih elemen, bertujuan untuk menarik perhatian.”(2009;52)

9
Prinsip-prinsip ini yang diperlukan untuk menyusun suatu artwork

khususnya dalam membuat layout dari sebuah iklan. Dimana sebuah iklan

yang disusun dengan prinsip desain yang baik memiliki stopping power ,

yaitu membuat audience atau pembaca berhenti sesaat dan melihat iklan

yang telah kita buat. Penulis menyadari bahwa rata-rata pembaca

membeli suatu surat kabar ataupun majalah karena niat untuk membaca

beritanya, oleh karena itu sebagai seorang creative director, penulis harus

mampu membuat pembaca melihat pesan yang ingin disampaikan oleh

pengiklan.

“Kontras dapat diterapkan pada ukuran, berat, bentuk, warna, arah

dan tekstur. Dalam iklan , kontras ukura atau size dapat ditunjukan melalui

perbedaan ukuran besar dan kecil pada elemen iklan.”(2009;52)

“Proportion adalah sebuah konsep matematis yang berkaitan


dengan ukuran antara elemen yang satu dengan yang lain, serta setiap
elemen denga seluruh elemen. Intinya adalah ukuran ideal yang
digunakan menciptakan desain. Ukuran ini merupakan standar dasar
untuk mencapai keindahan yang ideal. Sebuah ukuran proporsi yang ideal
(panjang:lebar) adalah 3:5, biasanya disebut dengan The Golden Mean.
walaupun proporsi ideal adalah 3:5 , bukan berarti kotak sama sisi tidak
menarik. Kadang kita memerlukannya juga, bergantung pada pesan yang
ingin kita sampaikan.”

“Harmony adalah kesuluruhan elemen desain yang selaras.


Contohnya , apakah tipografi iklan sesuai dengan pesan yang
disampaikan. Jadi baik gaya, konsep, nada, serta efek yang ingin
ditimbulkan selaras antara elemen yang satu dengan yang lain. Dengan
demikian desain terlihat harmonis. Ada beberapa gaya dalam desain
(Design Style) :
 Classic, adalah hal-hal yang terkait dengan masa lalu.
 Tradisional, adalah hal yang terkait dengan masa lalu, tetapu
berkaitan dengan etnis.
 Modern, adalah sifat simplifikatif elemen visual.
 Post Modern , adalah desain yang sudah melalui tahap penyederhaan
namun cenderung mematahkan kaidah-kaidahnya.

10
 Main Stream , adalah desaini mengikuti selera khalayak.
 Trendy, adalah desain yang mengikuti zaman.”
“Balance, artinya sebuah komposisi yang membentuk desain, jika
kita lihat, terasa tidak berat sebelah karena semua elemen desain terletak
pada sekitar titik tumpu . Apabila tata letak elemen tersebut tidak
bertumpu pada pusat titik maka dapat terjadi imbalance. Jika dalam
menyusun elemen desain selalu berpusat pada axisnya, ini disebut
simetris.”

“Tipografi, elemen iklan dalam tipografi adalah headline,

subheadline, body copy, gambar, caption, warna, logo, dan slogan.

Tipografi yang dipilih merupakan nilai yang memiliki arti dalam pesan

iklan. Ada 2 jenis huruf, yaitu serif dan sans serif. Serif adalah huruf yang

memiliki kait, sans serif adalah huruf yang tidak memiliki kait.”(61)

“Tidak ditemukan perbedaan yang jelas mana yang mudah dibaca


antara huruf serif atau sans serif. Namun, kebanyakan huruf serif
dikatakan lebih mudah dibaca karena kebanyakan media-yang biasa
dibaca orang- menggunakan huruf serif, pemilihan huruf, banyaknya tipe
huruf kadang membuat perancang yang kurang pengalaman seperti
kegirangan,m sehingga alih-alih membuat desain yang bagus, melainkan
desain yang ruwet karena terlalu banyak menggunakan tipe huruf.”(62)

“Pahami karakter produk, target audience, pilihlah huruf sesuai

dengan karakter produk. Perhatikan juga logo. Jika logotype-nya

menggunakan freehand, pemilihan huruf dapat menggunakan

complement-nya. Huruf yang dipilih tidak harus selalu sama dengan

typeface yang digunakan pada logo.”

“X-height, Ascenders, Descenders adalah bagian lain dari tipografi

yang perlu diketahui dalam merancang iklan. X-height merupakan badan

huruf, sedangkan Ascenders adalah ekor huruf yang terletak di atas

badan huruf. Sebaliknya, Descenders adalah ekor huruf yang terletak di

bawah badan huruf.” (62)

11
“Uppercase, Lowercase, Extra Bold, Bold, Medium, Light, Normal,
Italic/Slanting. Uppercase atau huruf capitas adalah huruf besar.
Sedangkan Lowercase atau small letters adalah huruf kecil. Selain itu,
ada beberapa istilah lagi dalam tipografi yang menyangkut tebal, tipisnya
huruf, yaitu extra bold (huruf yang sangat tebal), bold (huruf yang tebal),
medium (huruf dengan ketebalan sedang), Light (huruf tipis), normal
(huruf yang tegak), dan italic/slanting (huruf miring).”

I.3 WAKTU DAN TEMPAT MAGANG

15 Juli 2010 hingga tanggal 1 Oktober 2010. Saya menjalani

peran sebagai Junior Creative Director di GATRA yang beralamat di Jl.

Kalibata Timur IV No.15, Jakarta . Saya masuk ke dalam Divisi Marketing

& promo yang menangani perusahaan-perusahaan ataupun perorangan

yang ingin beriklan di GATRA serta beberapa agenda promosi yang

dilakukan untuk mempromosikan majalah GATRA kepada pembacanya.

12
BAB II

OPERASIONALISASI

Media house , terutama media cetak merupakan salah satu

pondasi industri periklanan yang berkembang. Media cetak merupakan

salah satu wadah yang cukup effisien dan efektif untuk mencapai

khalayak yang ingin dituju, karena akan terus ada selama ada produk atau

jasa yang akan ditawarkan. Di Indonesia industri ini mulai menggeliat kuat

sejak awal 1990 hinnga sekarang. Pada akhir periode 2008 hinnga awal

2009 terdapat penurunan angka dalam industri ini terpengaruh atas krisis

ekonomi dunia yang terjadi pada periode yang sama. Seperti halnya krisis

ekonomi pada 1997 pada periode yang disebutkan tadi banyak

perusahaan iklan yang gulung tikar akibat efek yang ditimbulkan krisis

tersebut. Hanya perusahaan yang memiliki manajemen yang kuat serta

perencanaan yang hebat yang dapat bertahan dalam krisis ekonomi ini.

Salah satunya adalah GATRA.

II.1 PROFIL DAN SEJARAH GATRA

13
November 1994, GATRA lahir dari proses alamiah sang kala. Dari

kebutuhan akan penyajian berita yang tidak saja lahir dari kebutuhan akan

penyajian berita yang tidak saja jernih, tapi juga dalam, luas dan tuntas.

Kritis tanpa mengiris, tajam tanpa menikam, hangat tanpa membakar,

“menggigit” tanpa melukai, mengungkap tanpa dendam, melancarkan misi

kontrol sosial tanpa menghasut. Bukan pekerjaan gampang – memang.

GATRA percaya, tugas pers adalah mengomunikasikan saling

pengertian, bukan menyebarkan prasangka dan benih kebencian,

jurnalisme GATRA dengan snedirinya bukan jurnalisme untuk memaki

maupun menjilat. Bukan jurnalisme partisan. Tetap kritis, tanpa

menumbuhkan fanatisme. Itulah filosofi dan kebijakan pemberitaan

GATRA.

II.1.2 MENGAPA GATRA?

Memang tak mudah memilih nama. GATRA diangkat dari khazanah

bahasa bangsa. Tidak mencerminkan simbol golongan. Mudah diingat ,

mulus diucapkan. Singkat ditulis, lancar dilisankan. Maknanya pun

bersahaja : kata, wujud, sudut pandang. Karena nama mencerminkan

makna, GATRA juga berusaha setia menyajikan bacaan sehat dengan

informasi akurat dan objektif. GATRA bukan corong suatu golongan. Tidak

juga berambisi untuk membentuk golongan eksklusif sendiri. Profesi

14
jurnalistik, bagi GATRA, mengandung misi lebih dari sekedar menarik

manfaat sesaat.

II.1.3 TERDEPAN DI PASAR BERITA

Awal, GATRA mendapat tempat khusus bukan saja di pasar berita,

melainkan juga di dunia komunikasi pemasaran. Baru memasuki tahun

keempat, GATRA sudah dibaca oleh 879.000 orang di sembilan kota

besar di tanah air. Deminkian hasil pemantauan yang dilakukan oleh

lembaga independen , AC-NIELSEN. Tetapi, di era reformasi dan

globalisasi ini, “terdepan” saja belum mencerminkan sesuatu tentang profil

pembaca sebuah media.

Pertanyaan yang paling penting adalah : siapa mereka?, dari

jumlah pembaca tersebut, 54,4% ternyata lulusan perguruan tinggi, mulai

tingkat sarjana muda hingga S-3. Data ini menunjukan bahwa GATRA

dibaca oleh “komunitas yang berfikir”, yang memiliki daya kritis tinggi, dan

dengan demikian tidak muda dicekoki. Lebih menarik lagi adalah

kenyataan bahwa 37,9% pembaca GATRA adalah mahasiswa ! Inilah

“generasi reformasi”, yang terkenal selektif dalam memilih bacaan! .

Apalagi di saat krisis, ketika gegap gempita dinamika reformasi

menuntu layanan informasi yang bukan saja akurat, melainkan juga “lurus”

15
dan layak dijadikan rujukan. Survei yang dilakukan oleh Resource

Productivity Centre (RPC), sebuah lembaga riset independen terpercaya

di jakarta, menunjukan : GATRA merupakan sumber informasi paling

dipercaya di saat-saat krisis. Jauh melampaui produk lain yang sejenis.

Alasan pembaca : GATRA akurat, lengkap, dan tajam analisisnya.

GATRA juga dinilai selalu aktual, jernih dan jelas. Akurasi dan

keberimbangan. Yang merupakan “mahkota” profesi jurnalistik, memang

dijadikan asas dalam gaya dan metode penulisan GATRA. Di sisi lain,

GATRA ditulis tanpa Smaksud menambahkan beban bagi masyarakat

pembacanya yangcerdas yang berkembanga dinamis di tengah laju

reformasi dan globalisasi.

II.1.4 SEBUAH SISTEM SERANGKAIAN JARINGAN

GATRA tempat berhimpun sejumlah profesional yang masing-

masing kualitatif secara individual. Tetapi, di dalam sebuah sistem yang

efektif dan produktif. GATRA tidak mengenal dominasi individual. Orang

bleh datang dan pergi, selama sistem yang dipilih bekerja kreatif dan

aspiratif. GATRA hanya mengenal dominasi kemufakatan.

Dengan sistem inilah GATRA membentuk jaringan organisasi yang

mendukung operasional didukung oleh “bank rujukan” yang tak kalah

penting di “home base” GATRA. Itulah perpustakaan dan dokumentasi,

16
yang dibangun dan terus dikembangkan secara terencana serta

sistematis, dan dikelola oleh tenaga yang terdidik dan berpengalaman.

Dengan sinergi ini, GATRA membuktikan upayanya untuk

senantiasa menyajikan berita yang bukan saja aktual, melainkan

“berwarna” dan berlatar belakang. GATRA juga tidak bisa disebut sebagai

semata-mata “lembaga redaksional.” di sisi lain ,terdapat “the silent

armada”, sebuah “komunitas” yang bekerja di luar gebyar publisistas,

tetapi yang memegang “saham” tak kalah penting bagi pengembangan

GATRA. Mereka adalah para profesional di bidang artistik dan desain

visual, pemasaran, iklan, promosi dan sirkulasi, serta penelitian dan

pengembangan.

II.1.5 PERTAMA DAN TERBESAR DI INTERNET

Sejak Agustus 1995, ketika belum berusia setahun penuh, GATRA

sudah memasuki dunia internet. Dengan nama GATRA Info Services –

biasa disebut GIS – alamat akses awalnya dibuka melalui http://uni-

stuttgart.-de/indonesia/news/Gatra/index/html. Ketika itu, GATRA

merupakan majalah Indonesia pertama yang masuk jaringan internet.

Setahun lebih GIS menggunakan alamat yang berada di Universitas

Stuttgart, jerman, itu. Ternyata, kehadiran GIS mendapat sambutan

hangat dari masyarakat pengguna internet. Mengalir permintaan agar

artikel GATRA dikirim ke alamat para pembaca. Antara lain dari

17
Indonesian Development Studies di Amerika Serikat, dan Perhimpunan

Mahasiswa Indonesia di Jepang.

Sejak september 1996, GIS memperoleh nama baru :

http://www.Gatra.com, nama ini diberikan Internet Network Information

Centre (interNIC), lembaga yang mengatur pemberian nama homepage

dalam jaringan internet. Dengan nama baru ini, GIS dikelola lebih serius.

Penampilan secara menyeluruh, baik tata letak maupun isi, diubah

sehingga lebih menarik dan berbobot. Dari segi isi, selain rutin

menampilkan berita majalah GATRA, GIS juga menyajikan artikel dalam

bahasa inggris. Memasuki tahun ke-lima GATRA, GIS masih berjaya di

urutan ketujuh dari 100 hot magazines lewat homepage

http//:www.web21.com. Menduduki peringkat ketujuh dari 100 majalah

terkemuka di dunia merupakan kerhomatan tersendiri, karena yang

menduduki peringkat atas memang nama-nama yayng sudah sangat

populer di dunia internet.

Homepage yang menduduki peringkat pertama adalah Ziff Davis

and HotFiles, disusul Times Mirror Interzines, Women's Wire and

Beatrice's Web Guide, Mecklermedia's internet.com, Lycos Search Engine

and Point, dan Nickelodeon-entertainment and games, just for kids! Di

bawah GATRA antara lain terdapat The Economist, Business Week, US

News and World Report Online, www.pathfinder.com, @ national

geographic.com.

18
Lembaga yang menyusun peringkat 100 homepage majalah

terkemukan itu adalah Web 21, badan riset online yang secara serius

melakukan pemeringkatan berdasarkan analyzing web traffic. Dari urutan

itu menjadi jelas, GATRA majalah Indonesia terbesar di internet.

II.1.6 GELANGGANG PEMIKIRAN INDONESIA BARU

Sejak awal, GATRA disiapkan bukan untuk menjadi majalah “dari

GATRA, oleh GATRA, untuk pembaca”. GATRA percaya bahwa majalah

ini tidak bisa berdiri sendirian, bagai pulau di tengah komunitas bangsa

berinteraksi dan berinterkomunikasi.

GATRA menyediakan halaman-halamannya sebagai wahana

partisipasi mereka yang ingin ambil bagian dalam gelanggang pemikiran

indonesia baru. Mereka adalah kolomnis, kontributor, peresensi, bahkan

penulis surat pembaca dan komentar. Selain sejumlah nama yang sudah

lama terkenal sebagai kolomnis, seperti :

 Mochtar Lubis

 A.H. Nasution

 Sayidirman Suryohadiprojo

 Asrul Sani

 Rosihan Anwar

19
 Rendra (alm)

 Salim Said

 Nurcholish Madjid

 Juwono Sudarsono

 Amien Rais

 Adan Gaffar

 Subroto

 Eko Budiharjo

 Satjipto Rahardjo

 Remy Sylado

 Emha Ainun Nadjib

 Fachry Ali

GATRA banyak menerima kontribusi dari para pemikir muda yang

memberikan arahan penting bagi jalannya reformasi.

Di antara mereka terdapat pakar hukum tata negara Yusril Ihza

Mahendra yang kemudian memimpin Partai Bulan Bintang, ekonom

cerdas Sri Mulyani Indrawati dan M.Ikhsan, Umar Juoro, pengamat politik

Anas Urbaningrum, Eep Saefullah Fatah, Hajriyanto Y. Thohari, Denny

J.A., Tommy F. Awuy, pakar tafsir Al-Quran Nasaruddin Umar, pakar

sejarah islam yang juga rektor IAIN, Jakarta, Syarif Hidayatuullah,

Azyumardi Azra, kakak beradik Quraish dan Alwi Shihab, Jalaludin

20
Rakhmat, pengamat Timor Timur Fernandes Da Silva dan Julio Thomas

Pinto, keduanya asli putra Loro Sae.

Juga pengamat LIPI Indria Samego dan Riza Sihbudi, pengamat

asing R. William Liddle, Harold Crouch (Australia) dan Bilver Singh

(singapura) atau pakar kesehatan Wimpy Pangkahila dan Handrawan

Nadesul. Nama-nama mereka, sebetulnya , terlalu banyak untuk

disebutkan

Ada pula rekan yang kemudoan bersedia menjaga “gawang”

tertentu di GATRA. Misalnya pakar pemasaran Kafi KurniaI. Dan pakar

keuangan/manajemen Roy Sembel . Ke dalam kelompok ini mungkin bisa

dimasukan nama Agus Dermawan T. pemerhati seni rupa yang rajin

mengirimkan resensi pameran, bersama para pengamat seni yang lain ,

seperti Edi Sedyawati, Bagong Kussudiardjo, Sal Murgiyanto dan Iravati

M.Soediarso.’

II.1.7 APA DAN SIAPA

Budiono Kartohadiprodjo : Direktur Utama PT Era Media Informasi

Yudhistira AANM Massardi : Pemimpin Umum

Widi Yarmanto : Pemimpin Redaksi

Nico J. Tampi : Pemimpin Perusahaan

II.1.8 PEMASARAN UJI LAHAN DINAMIS

21
Membuat majalah adalah satu hal, memasarkannya adalah hal lain.

Produk boleh bagus, tetapi tanpa pendekatan pasar yang jitu dan

terutama penggalangan kemitraan dengan para agen dan pengecer,

produk tersebut bisa tersendat atau paling tidak terlambat sampai ke

tangan pembaca. Mendistribusikan sebuah majalah dengan oplah hampir

100.000 setiap minggu dalam waktu serentak di seluruh kawasan

Indonesia bukanlah pekerjaan gampang.

Disamping jadwal terbit yang tetap, dibutuhkan jaringan yang rapi

dan “loyalitas” setiap komponen di dalam mekanisme sirkulasi, mulai dari

“markas besar” GATRA , percetakan, agen besar, sampai pada pengecer

di persimpangan jalan. Dan kata kuncinya adalah “pelayanan”. Dalam

survei yang dilakukan majalah periklanan CAKRAM , terbukti faktor

ketersediaan dan kemudahan memperoleh media juga berpengaruh poll

yang menempatkan GATRA pada peringkat pertama majalah yang dipilih

responden pada hari-hari kritis menjelang reformasi.

II.1.9 SIAPA MEMBACA

Pertanyaan yang senantiasa menggoda untuk sebuah majalah

adalah : siapa pembacanya? Hasil penelitian melalui angket pembaca

menunjukan : 91,6% pembaca menyatakan tulisan GATRA bagus, 86%

menyatakan penyajian GATRA obyektif. Kemudian, 80,2% menilai analisis

22
GATRA tajam dan 70,9% menyatakan GATRA mampu membentuk opini

publik. Mayoritas pembaca, ternyata adalah sarjana (45,1%). ketika

ditambahkan dengan kelompok diploma dan mahasiswa, lapisan

intelektual ini menjadi 63,5%.

Karena itu , tak heran bila 78% pembaca menilai GATRA

independen dan 82,9% menyatakan GATRA berkesan intelektual. Yang

membesarkan hati adalah, dari aspek kelompok usia, mayoritas pembaca

GATRA (42,6%) adalah dari kelompok usia 26-35 tahun. Peringkat

berikutnya, yaitu kelompok usia 36-45 tahun, bahkan mencapai 25,5% .

cukup fenomenal untuk dicatat, pada kelompok usia 17-25 tahun, GATRA

peraih 16,7% pembaca.

II.1.10 IKLAN , PESONA KOMUNIKASI

Di kalangan media ada kebiasaan mengukur kredibilitas sebuah

majalah , antara lain, dari iklan yang terpajang di majalah tersebut.

Majalah yang tanpa iklan, konon , ibarat laut tanpa ikan : hanya sedap

dipandang tapi tak mampu mensejahterakan. Tetapi ukuran ini juga bisa

dibalik : kredibilitas sebuah produk bisa diukur, antara lain, dari media

yang dipilihnya untuk beriklan.

Bagi GATRA , pengiklan adalah mitra, sekutu, teman berjalan

seiring untuk mencapai sasaran barsama. Untuk kepuasaan mitra

tersebutlah, disamping kepuasaan pembaca, GATRA mengemas

23
produknya dalam kualitas prima : kertas yang bagus dan kuat, halaman-

halaman berwarna yang cemerlang, dan jenis layanan yang bervariasi.

Apalagi, GATRA dicetak dengan mesin dan teknologi cetak mutakhir

yang mengabdi hanya pada kualitas dan kepuasan.

GATRA percaya , beriklan bukanlah upaya coba-coba. GATRA

ingin mitra pengiklannya beriklan secara efektif dan efisien. GATRA tidak

mau mitra pengiklannnya bermain resiko dengan pengiklannya bermain

resiko dengan dana yang besar. Sejak awal GATRA percaya, iklan

merupakan bagian yang integral dari komunikasi dan informasi. GATRA

hanyalah “jembatan” antara produk dan konsumen. Dan sebagai

“jembatan” , GATRA berusaha berfungsi bukan saja secara efektif dan

efisien, tetapi juga tidak menyesatkan.

GATRA berterimakasih pada banyak ragam produk yang memilih

media ini sebagai ajang beriklan. Mulai dari produk otomotif sekelas

Mercedes Benz, BMW, Volvo, Toyota., sampai produk alat kantor setara

IBM dan HP. Mulai dari hotel berbintang sampai perumahan mewah. Mulai

dari bank sampai produk rokok dan minuman. Mulai dari peralatan rumah

tangga sampai produk adibusana dan fashion. Mulai dari produk medikal

sampai perusahaan telekomunikasi nasional dan mancanegara.

Mereka memilih GATRA tidak dengan metode acak. Mereka

memilih GATRA karena mereka memang berhak memilih dan memilah

dengan seleksi yang ketat, mereka adalah pengiklan-pengiklan modern

dan profesional yang menghitung modern dan profesional yang

24
menghitung dana promosinya dengan cermat. Mereka memilih GATRA

melalui proses panjang dan a lot di antara sekian pilihan yang semuanya

seolah-olah menjajikan.

Kebetulan, GATRA tak sekedar menabur janji, melainkan bukti.

Biodata GATRA membantu para pengiklan untuk menentukan pilihannya.

Tetapi, GATRA juga tidak melupakan misinya untuk dengan sadar setia

memberi tempat bagi iklan layanan masyarakat terutama mengacu pada

upaya penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup.

II.1.11 PARIWARA DAN ADVETORIAL

Terkadang dalam peta bisnis menghadapi era globalisasi, banyak

perusahaan menganggap tak hanya perlu mengiklankan produk. Mereka

ingin menanyangkan profil perusahaan: sejaranya, para pendirinya,

filosofinya, juga kinerjanya. Artinyam sebuah display yang tidak hanya

memuat pesan promosi, tetapi yang juga mengandung fungsi hubungan

masyarakat, public relations . Pada tingkat ini,konsep komunikasi sudah

meningkat pada upaya membentuk dan mengembangkan citra

perusahaan, yaitu company image.

Pada tingkat inilah GATRA menawarkan program pariwara,

halaman-halaman advertorial yang kaya nuansa dan penuh alternatif.

Pada halaman-halaman ini, pesan advertorial disampaikan melalui gaya

jurnalisme feature yang luwes dan enak dibaca, dihiasi foto-foto yang

25
“hidup” dan ilustratif . Pariwara membuka dimensi baru komunikasi antara

perusahaan yang bersangkutan dan pembaca sebagai khalayak sasaran

(target audience).

Pariwara datang dengan metode pendekatan yang ramah, tak

memaksa, bahkan terkadang seolah-olah low profile , sehingga dengan

mudah menyentuh hati khalayak sasaran. Di pihak lain, pariwara memberi

kemungkinan terbawanya muatan informasi yang lebih luas, lengkap, dan

dalam. Untuk produk dan pesan tertentu, pariwara juga bisa dikemas

dalam halaman-halaman yang ringkas, bahkan hanya sati halaman dalam

bentuk advertorial yang tetap bisa luwes dan “berwarna”.

II.1.12 BERIKLAN DI INTERNET

GATRA INFO SERVICES (GIS) juga menyediakan lahan untuk

pengiklan , yaitu para sahabat setia kami. Melalui jaringan komputer yang

tersebar di seluruh dunia, produk dan jasa yang ditawarkan langsung

berhubungan dengan khalayak sasaran. Melalui jaringan GIS pula,

konsumen bisa berhubungan langsung dengan pengiklanan dalam

hitungan detik dan semua dalam tampilan warna.

Setiap minggu lebih dari 70.000 orang mengakses GIS . Mereka

adalah para professional, eksekutif, pengambil keputusan, kelas

menengah dan atas. Dari jumlah tersebut 75,9% terdari radi kelompok

usia 25-49 tahun. Kelompok dibawah usia 25 tahun meliputi 18,8% ,

26
bahkan keklompok di atas 50 tahun mencapai 5,3%. dari jumlah

pengeluaran per bulan, 27% pengakses membelanjakan Rp 1.000.000-

2.000.000, 23% membelanjakan Rp 700.000- Rp 1.000.000, 20%

membelanjakan Rp 501.000-700.000 dan 15% membelanjakan Rp

300.000-500.000 bahkan pengakses pengeluaran di atas Rp 2.000.000

per bulan mencapai 15%.

Sejak 1996, GATRA menerbitkan GATRA READER'S CARD

(GRC). Kartu dengan berbagai kemudahan ini tidak mengutip biaya

keanggotaan, sangat mudah prosedur memperolehnya, bahkan

memberikan hadiah langsung. GRC memberikan jaminan keamanan

pertanggungan asuransi kecelakaan dan kenyamanan fasilitas khusus,

sembari menikmati informasi yang terpercaya.

Pemegang GRC menikmati berbagai kemudahan, misalnya diskon

dari 10% hingga 45% di lebih dari 30 hotel berbintang dan restoran di

seluruh indonesia, kemudahan dan diskon di berbagai toko, klinik

kesegaran jasmani, pusat rekreasi , bahkan keringanan biaya mengikuti

seminar dan pendidikan.

Pada akhir juni 1998 GATRA menjalin kerja sama dengan Card

Connection International (CCI) jaringan international penyedia fasilitas

khusus dan diskon berlaku di seluruh dunia.

GRC kini berlaku bagi 1000 outlet di indonesia dan 30.000 outlet di

mancanegara, jenis merchantnya meliputi hotel, restoran, biro perjalanan,

tempat rekreasi, fitness centre, fotografi, toko buku, dan lain-lain.

27
Keuntungan lainnnya, secara berkala ada acara khusus untuk pemegang

kartu GRC, misalnya voucher programme (hemat belanja, bersantap dan

berekrasi), travel package (fasilitas khusus perjalanan di dalam dan luar

negeri) dan food festivals (bersantap di restoran dan kafe terkemuka).

II.2 STRUKTUR ORGANISASI

Menjadi Creative Director berarti saya masuk ke dalam bagian dari divisi

pemasaran. Berikut struktur organisasi PT. Era Media Informasi bagian

pemasaran.

Struktur Organisasi Divisi Pemasaran :

28
29
II.3 TUGAS DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Penulis ditempatkan sebagai Junior Creative Director pada divisi

marketing dan promotion yang ditugaskan untuk menangani pemasaran

majalah GATRA dan juga iklan yang masuk . Posisi penulis berada di

bawah senior creative Director yang berada langsung di bawah seorang

associate account director.

Tugas yang diberikan kepada penulis meliputi pembuatan dummy

iklan kreatif untuk dipresentasikan kepada klien dan diberikan kepada

percetakan, pengecekan materi iklan (ukuran, isi iklan, dan resolusi

dokumen) , serta membuat iklan cetak , penulis diberi kesempatan untuk

fokus pada pembuatan iklan media group serta iklan Wisma Indonesia

dimana penulis melalui berbagai pelajaran sebelum dapat membuat final

artwork iklan tersebut untuk naik cetak. Banyak dukungan serta

pengalaman yang diberikan oleh rekan-rekan kerja penulis. Sehingga

suasana teamwork yang solid sangat dirasakan oleh penulis.

II.4 PROGRAM KERJA

Unsur periklanan, di dalam dunia periklanan ada 3 unsur yang

saling mendukung berjalannya suatu bisnis iklan, yaitu pengiklan, biro

iklan dan media. Pengiklanan merupakan pemasang iklan, yang

mengawasinya, menggunakannya dan membayar biayanya. Pengiklanan

merupakan tokoh penting yang memungkinkan terjadinya iklan . dialah

30
yang memiliki anggaran untuk kampanye perikalanan guna mendukung

program pemasaran.

Pengiklan bisa perusahaan swasta, pemerintah atau tokoh publik,

baik bersifat mencari laba ataupun tidak, dengan menggunakan media

untuk mencapai sasaran perusahaan. Dan media merupakan penyedia

layanan ruang dan waktu, serta memungkinkan terjadinya proses

komunikasi. Dalam hal ini majalah GATRA sebagai media cetak yang

dianggap mampu menjadi jembatan komunikasi tersebut dan tempat

penulis melakukan kegiatan magang yang bertujuan untuk merasakan

bagaimana jalur komunikasi tersebut berakhir di sebuah media massa

seperti GATRA.

Sebagai seorang Creative Director, penulis harus mampu

mengembangkan sebuah pesan secara kreatif, sehingga menarik target

audience , dalam hal ini pembaca majalah GATRA, yang menjalani peran

sebagai penjembatani hubungan antara pesan komunikasi dengan

konsumen (target market) dari si pengiklan.

Kegiatan dalam magang kali ini , penulis dihadapkan oleh

kenyataan bahwa seorang creative director di sebuah majalah dituntut

untuk memiliki pengetahuan tentang tata letak sebuah iklan, tifografinya,

mampu membuat illustrasi serta berbagai hal-hal baru yang penulis

dapatkan.

31
BAB III
PELAPORAN

Salah satu account yang merupakan langganan GATRA ialah

Wisma Indonesia London, yaitu sebuah layanan yang menyediakan jasa

tourism yang spesialisasinya merupakan kunjungan ke London . Target

market Wisma Indonesia yang merupakan kalangan atas serta warga

Negara Indonesia yang tinggal di Inggris dimana ada rasa kangen dan

ingin merasakan suasana Indonesia di negeri Inggris.

III.1 KLASIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM KERJA

Pada saat penulis masuk kegiatan magang,penulis memulai

aktifitas dengan mengenal lingkungan kerja serta rekan-rekan di majalah

GATRA, yang kemudian langsung diperkenalkan kepada system kerja di

divisi tersebut, butuh adaptasi cukup lama, karena proses kerja dalam

media house, berbeda dengan agensi periklanan, tidak seperti yang di

kampus ajarkan juga.

Komunikasi yang terjadi pada saat proses pembuatan iklan cetak

dalam media agak berbeda dengan yang dilakukan oleh sebuah agensi

iklan. Dimana klien meminta untuk dibuatkan sebuah iklan kepada

account executive ataupun marketing dari GATRA, yang kemudian traffic

memberikan job kepada Creative Director untuk dikembangkan brief dari

32
klien. Perbedaan mencolok ialah tidak adanya Creative Brief

sebagaimana yang diajarkan, proses tersebut dilewatkan langsung ke

tahap Brainstorming . proses Brainstorming pun tidak dilakukan oleh

semua staff, hanya penulis dan pembimbing penulis bertukar pikiran serta

ide-ide kreatif bagaimana mengembangkan suatu pesan menjadi menarik.

Pada kasus seperti saat klien meminta suatu layout lalu mereka

memintanya direvisi berulang-ulang karena belum sesuai harapannya

padahal sudah sangat dekat dengan deadline hampir tidak dirasakan oleh

penulis, revisi hanya sebatas diminta oleh pembimbing. Namun hal itu

merupakan yang terbaik, karena pembimbing penulis merupakan seorang

Creative Director yang cukup pengalaman, apalagi dengan klien Wisma

Indonesia London. Di situasi sedang Brainstorming kadang account

executive akan menjelaskan atau menambahkan sedikit tips dari layout

yang telah dibuat dan mencoba membuat alternative yang akhirnya

diterima oleh klien.

Kasus lainnya saat klien meminta banyak elemen dalam iklan yang

akan dibuat khususnya TVC namun tidak akan bisa dimasukkan semua

mengingat terbatasnya waktu. account executive akan menempatkan

posisinya lagi menjadi seorang teman dan menjelaskan bahwa hal itu

tidak mungkin dilakukan. Nasihat dari seorang teman rasanya akan lebih

didengarkan daripada nasihat dengan struktur komunikasi vertikal.

Di agensi iklan, seorang creative director memang lebih kepada

strategic planner suatu konsep kreatif serta yang mampu memanage para

33
bawahannya yang beranggotakan art director maupun visualiser, namun

di media , seorang creative director bekerja lebih dari sebuah strategic

planner namun juga sebagai eksekutor dari konsep yang telah disepakati.

Seperti yang dialami penulis ketika membuat iklan cetak Wisma

Indonesia London, penulis terlebih dahulu diberikan arahan mengenai

dasar-dasar tata letak sebuah print ad , memahami fungsi tipografi agar

teks dalam iklan tidak berantakan, mencari dan memilih illustrasi atau foto

yang tepat untuk iklan cetak tersebut, serta penggunaan warna yang tepat

agar menarik.

Setelah langkah-langkah tersebut dapat dilalui dengan berbagai

latihan, penulis melakukan tukar pendapat atau brainstorming dengan

pembimbing mengenai konsep apa yang akan digunakan untuk iklan

cetak yang ukurannnya sekitar 1/6 kolom. Penulis sangat diberikan

kebebasan memberi alternatif sebanyak-banyaknya sehingga dari sekian

banyak ide, akhirnya penulis mengajukan 2 konsep iklan cetak Wisma

Indonesia London ke pembimbing yang salah satunya dipilih untuk dicetak

di edisi khusus 17 agustus 2010, dimana GATRA edisi tersebut juga

dibagikan saat upacara bendera 17 agustus 2010 di istana negara.

Iklan cetak Wisma Indonesia London yang telah dicetak di edisi

khusus tersebut telah saya masukan dalam lampiran laporan magang

beserta beberapa pekerjaan yang penulis lakukan selama magang di

majalah GATRA.

34
III.2 URAIAN KEGIATAN HARIAN

Berikut merupakan uraian lengkap kegiatan penulis saat magang di

majalah GATRA selama tiga bulan.

LAPORAN MAGANG HARIAN


STIKOM ITKP JAKARTA

NAMA : Mohamad Miradi


NPM : 007.007.2322
TEMPAT MAGANG : GATRA
DIVISI : Junior Creative Director

Minggu ke-3
No Hari/Tanggal Kegiatan

1 Senin, 26 july 2010 Belajar Cropping/edit foto di


Adobe Photoshop

2 Selasa, 27 July 2010 Membuat dummy belt bank


permata

3 Rabu, 28 July 2010 Buat iklan Gatra media group


untuk placement di majalah
Gatra Living
4 Kamis, 29 july 2010 Setting dan Print iklan djarum
black
5 Jum'at, 30 july 2010 Training bikin iklan corporate

Minggu ke-4
No Hari/Tanggal Kegiatan
1 Senin, 2 Agustus 2010
Belajar konsep dan brainstorm
tentang iklan corporate untuk 17
agustus 2010
2 Selasa, 3 Agustus 2010
bikin dummy Belt Djarum

35
BlackExperience.com
3 Rabu, 4 Agustus 2010 Buat iklan banner wisma
indonesia ,

4 Kamis, 5 Agustus 2010 Revisi iklan wisma Indonesia.

Minggu ke-5
No Hari/Tanggal Kegiatan
1 Senin, 9 Agustus 2010 Tracing logo ISIC 2010

2 Selasa, 10 Agustus 2010 Latihan buat dummy iklan pop


out
3 Rabu, 11 agustus 2010 Tipografi 101, skala dan
positioning
4 Kamis, 12 agustus 2010 Tipografi 101, pemilihan font
dalam sebuah iklan

Minggu ke-6

No Hari/Tanggal Kegiatan

1 Senin, 16 agustus 2010 Briefing membuat kartu lebaran


untuk Gatra
2 Selasa, 17 Agustus 2010 Libur Dirgahayu RI ke 65

3 Rabu, 18 Agustus 2010 Buat dummy kartu lebaran


konsep gerbang plus koreksi

4 Kamis, 19 Agustus 2010 Bikin alternatif kartu lebaran

Minggu ke-7

36
No Hari/Tanggal Kegiatan

1 Senin, 22 Agustus 2010 Buat kartu lebaran versi clip on


(lanjutan)
2 Selasa, 23 Agustus 2010 Belajar buat print ad Lebaran

3 Rabu, 24 agustus 2010 Konsep print ad lebaran beserta


eksekusinya

4 Kamis, 25 agustus 2010 Buat print ad lebaran (lanjutan)

Minggu ke-8
No Hari/Tanggal Kegiatan
1 Senin, 29 agustus Bantu Melipat kartu lebaran
2 Selasa, 30 Agustus 2010 memberikan alamat pada kartu lebaran
untuk divisi marketing
3 Rabu, 31 Agustus 2010
Revisi Print ad Hari raya idul fitri
4 Kamis, 1 september 2010
Print Final art print ad Hari raya
idul fitri dan penilaian

Minggu ke-9
No Hari/Tanggal Kegiatan

1 Senin, 13 September 2010 Libur Lebaran

2 Selasa, 14 September 2010 Libur Lebaran

3 Rabu, 15 September 2010 Cek ukuran FA materi iklan


Mazda6, bank bukopin, bank
muamalat untuk Gatra edisi 43
4 Kamis, 16 September 2010 Cek ukuran FA materi iklan Kit
gold,mitsubishi Triton, Optik
Melawai, Redoxon untuk Gatra
edisi 43
5 Jumat, 17 September 2010 Halal bihalal seluruh karyawan

37
Gatra

Minggu ke-10
No Hari/Tanggal Kegiatan
1 Senin, 20 September2010 Brainstorming untuk kalender
promo Gatra 2011
2 Selasa, 21 Mencari bentuk-bentuk kalender
September2010 promosi di internet
3 Rabu, 22 September 2010 Mengumpulkan dan menyeleksi
bentuk-bentuk kalender promo
yang unik untuk dibuat ulang
4 Kamis, 23 september 2010
Print out bentuk-bentuk kalender
promo Gatra

III.3 HASIL FOKUS OBSERVASI

Selama magang 2,5 bulan menjadi seorang junior Creative Director

penulis menyadari bahwa ada perbedaan dalam proses membuat sebuah

iklan khususnya print ad WISMA INDONESIA LONDON.

38
Dalam pengerjaannya, iklan cetak Wisma Indonesia London

membutuhkan waktu yang cepat, dikarenakan deadline untuk naik cetak

waktu itu tersisa 1 hari, sehingga penulis merasakan atmosfir dimana

tuntutan untuk bekerja efektif dan efisien. Disini penulis bersyukur, karena

setiap penulis menemui ide atau konsep baru dari iklan ini, penulis bisa

langsung berkonsultasi dengan senior dan pembimbing di majalah

GATRA, sehingga akhirnya iklan cetak tersebut bisa selesai pada

waktunya.

Selang beberapa minggu, penulis sudah mulai diberikan pekerjaan

yang berkaitan WISMA INDONESIA LONDON  merupakan Guest House

yang mengutamakan kebersihan dan kenyamanan. Suasana yang ramah

kekeluargaan dan santai merupakan moto mereka. kesuksesannya

berawal dari tekad melayani dan konsep progresif ala orang timur, dimana

keramahan serta suasana Indonesia sangat kental sekali,

Lokasi yang strategis memudahkan seorang konsemen menelusuri

keindahan kota London, mengunjungi pusat perbelanjaan terkenal

seperti Harrods, Brent Cross dan White city London mall, pusat

perbelanjaan terbesar abad 21 di London. Bagi pencinta sepakbola, dapat

mengikuti stadion tour yang akan mengunjungi lapangan sepak bola

klub Arsenal bernama Emirates Stadium, Chelsea dengan Stadion

Stanford Brigde  dan Wembley stadium yang merupakan Gelora bung

Karno-nya Negara Inggris. anak-anak juga dapat

mengunjungi LEGOLAND di Kota Windsor,. 

39
Memiliki fasilitas Tempat tidur serta masakan Indonesia yang

berkualitas Dengan Rate Sharing-room yang reasonable untuk wisatawan

Indonesia yaitu untuk dewasa £19.50,Anak-anak usia 3-9

tahun £16.00 dan anak dibawah usia 3 tahun free per orang per malam

termasuk sarapan masakan Indonesia, selain itu Wisma Indonesia dapat

membantu budget anda untuk mencari souvenir dari London yang

tentunya merupakan untuk kenang-kenangan ataupun diberikan sebagai

hadiah.

Letak Colindale yang dekat ke mana-mana, membuatnya menjadi

pilihan untuk menginap. kadang pelanggan dan keluarga hanya sekedar

datang untuk weekend di London, karena selain lezat menunya, juga

tempatnya apik dan bersih, sehingga banyak pilihan. Kehadiran Wisma

Indonesia London dapat membantu warga Indonesia yang berkunjung ke

London dengan budget minim aktivasi

Tujuan utama iklan adalah menyampaikan pesan yang efektif dan

efisien kepada khalayak. agar pesan tersebut dapat diterima dengan baik.

Sebuah iklan memerlukan beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu

creative dan media. Dua bagian ini merupakan faktor yang menentukan

iklan itu berhasil atau tidak. Suatu iklan dikatakan berhasil apabila pesan

yang disampaikan tepat kepada sasaran dan dapat dimengerti

khalayaknya. Tepat sasaran adalah tujuan penting dalam penggunaan

media. Pemilihan media yang tepat merupakan faktor yang menetukan

iklan itu dapat tepat sasaran atau tidak. Karena apabila salah dalam

40
pemilihan media, maka pesan yang ingin disampaikan dapat salah

pemahaman dalam suatu pemaknaan pesan.

Pada saat proses pembuatan iklan ini, penulis diberikan panduan

macam-macam iklan cetak yang ada di GATRA, mulai dari belt, lidah

extended, window, pop-up, dll. Hal ini diberikan agar penulis ketika

diberikan suatu pekerjaan tidak kagok atau harus diberikan penjelasan

mengenai macam-macam bentuk iklan cetak.

Adapun media cetak yang digunakan sebagai penunjang lainnya

selain surat kabar adalah majalah. Ini merupakan media yang cukup

efektif karena bisa lebih tersegmentasi sasarannya. Sesuai target

marketnya maka pemilihan majalah yang digunakan adalah majalah

dengan citra yang ekslusif dan dibaca oleh kalangan atas serta pejabat.

Majalah GATRA dipilih mewakili majalah eksekutif, pengusaha dan

pejabat yang notabene menjadi.target market dari Wisma Indonesia

London.

Penulis mendapatkan sebuah fokus observasi yaitu mempelajari

bagaimana seorang Creative Director dalam sebuah majalah membuat

suatu iklan cetak (print ad). Berbagai pertimbangan dibuat agar visualisasi

serta pesan yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh target

audiencenya. Keterampilan dalam memilih foto, menganalisa iklan

terdahulu, penempatan tata letaknya, serta tipografi diperlukan dalam

membuat sebuah iklan cetak dalam suatu majalah.

41
Berbagai keterampilan tersebut tentu saja harus ditunjang dengan

pengetahuan akan produk atau jasa yang ingin beriklan dan tidak lupa

target audiens yang ingin disasar. Karena pada proses pembuatan iklan

cetak di majalah, materi yang digunakan penulis merupakan materi lama,

tidak ada perubahan , hanya di bagian illustrasi saja yang perlu diganti.

Hal ini membuktikan proses pengerjaan sebuah iklan cetak di

majalah sangat berbeda dan cenderung lebih cepat prosesnya ketimbang

di agensi periklanan, penulis sangat menyadari betul, bahwa suatu iklan

yang efektif ialah iklan yang menarik , memberikan promise dan dapat

membujuk pembacanya. Selain itu copy dari sebuah iklan merupakan

informasi yang diterjemahkan dari sebuah creative brief , dimana brief

yang diterima oleh penulis, hanya sebatas perkataan, berbeda dengan

yang di kampus ajarkan.

Proses brainstorming juga tidak melibatkan unsure media, hal ini

dikarenakan penulis bekerja di media, dan produk atau jasa yang

ditawarkan langsung meminta untuk dibuatkan iklan, mungkin seharusnya

suatu kampanye komunikasi terpadu akan lebih efektif, namun

pertimbangan lain yang penulis tidak ketahui mungkin menjadi alasan

mengapa klien hanya sekedar memasang iklan di sebuah media,

ketimbang menciptakan suatu kampanye komunikasi terpadu.

42
BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN

Berikut kesimpulan yang dapat penulis rangkum tentang seorang

junior creative director setelah saya menjadi creative director di majalah

GATRA :

 Creative Director yang bekerja di media cetak berperan ganda

sebagai konseptor dan juga sebagai desain grafis, dibutuhkan

imajinasi dan bimbingan teknik desain layout di majalah untuk

mempersiapkan suatu tata letak sebuah iklan yang efektif.

 Iklan yang efektif di media cetak ialah yang menggunakan

illustrasi atau foto begitu pula di iklan WISMA INDONESIA

LONDON yang menggunakan background foto.

 USP (Unique Selling Proportions) membantu dalam memilih foto

atau illustrasi iklan cetak WISMA INDONESIA LONDON

43
IV.2 SARAN

Kurang lebih selama 2 bulan 1 minggu magang di GATRA penulis

sangat menikmati keleluasaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan,

kebebasan dalam membuat berbagai alternatif desain dari konsep-konsep

yang muncul sangat memberi pelajaran.

IV.2.A UNTUK STIKOM ITKP

Saran yang saya berikan adalah. Perlunya untuk memberi mata

kuliah khusus yang membahas tentang desain komunikasi visual itu

sendiri, meskipun tidak harus perlu mendetail hingga perangkat-perangkat

yang diperlukan namun mata kuliah tersebut setidaknya memberikan

dasar-dasar bagaimana illustrasi sebuah iklan dapat dibentuk.

44
Selain penambahan mata kuliah, perlu adanya persepsi tambahan

tentang divisi kreatif, tidak hanya sebatas dipaparkan yang di agensi

periklanan saja, namun bisa saja sebagai konsultan kreatif ataupun yang

penulis jalani, yaitu merangkap sebagai desain grafis. Mungkin dengan

adanya penjurusan spesialisasi terhadap minat masing-masing

mahasiswa baik itu untuk account management, creative, maupun media,

sehingga para mahasiswa tidak diwajibkan untuk mengambil mata kuliah

yang tidak sesuai dengan minatnya.

Semua saran ini tidak mengikat, tapi, setidaknya pengalaman

penulis bisa memberikan pertimbangan terhadap metode maupun

kurikullum yang disusun oleh kampus memang sudah tepat.

45
DAFTAR PUSTAKA

Agel, Jerome. the medium is the massage : an inventory of effects


with quentin fiore. gingko press, 1967.

Bennie, Michael. How to..do your own advertising. jakarta: PT elex


media komputindo kelompok gramedia, 1997.

Effendy, Onong Uchjana. ilmu komunikasi teori dan praktek.


bandung: PT Remaja rosdakarya, 1999.

Illiwari, Alo. das-dasar komunikasi periklanan. Bandung: PT Citra


Aditya Bakti, 1992.

Sentosa, Sigit. creative advertising : petunjuk teknis


mempersiapkan iklan cetak dan elektronik dengan efisien. jakarta: PT elex
media komputindo, 2009.

Vivian, John. teori komunikasi massa, edisi kedelapan. jakarta:


kencana, 2008.

46
47

Anda mungkin juga menyukai