Ton Is It As
Ton Is It As
Dua larutan dikatakan isotonis satu sama lain apabila kedua larutan tersebut mempunyai
tekanan osmosa sama. Apabila dua larutan mempunyai tekanan osmosa berbeda, kemudian
satu sama lain dipisahkan oleh suatu membran yang bersifat semi permiabel, maka pelarut
dari larutan yang mempunyai tekanan osmosa lebih rendah akan pindah melalui membran
ke dalam larutan yang mempunyai tekanan osmosa lebih tinggi, hingga dicapai suatu
keseimbangan dimana tekanan osmosa keduanya sama besar. Akibatnya volume larutan
yang mula-mula mempunyai tekanan osmosa lebih besar menjadi bertambah dan
sebaliknya volume larutan yang mula-mula mempunyai tekanan osmosa lebih kecil
menjadi berkurang.
Tekanan osmosa dipengaruhi oleh tiga faktor: kadar, derajat disosiasi dan berat molekul
dari zat terlarut. Umumnya semakin besar kadar zat terlarut semakin besar tekanan
osmosanya. Semakin tinggi derajat desosiasinya semakin besar tekanan osmosanya dan
sebaliknya semakin besar berat molekulnya semakin kecil tekanan osmosanya.
Suatu larutan obat suntik dikatakan isotonis apabila mempunyai tekanan osmosa sama
dengan tekanan osmosa cairan tubuh. Apabila larutan obat suntik mempunyai tekanan
osmosa lebih kecil dari tekanan osmosa cairan tubuh, dikatakan hipotonis. Larutan
demikian apabila disuntikkan ke dalam tubuh sehingga kontak dengan sel, air dari larutan
akan melewati membran masuk ke dalam sel. Akibatnya sel akan menggelembung dan
memberikan rasa sakit. Proses ini berlangsung terus sampai tercapai suatu kesetimbangan.
Apabila perbedaan tekanan osmosa antara larutan obat suntik dan cairan sel cukup tinggi,
sel akan pecah dan ini akan menimbulkan kerusakan yang permanen.
Suatu larutan obat suntik dikatakan hipertonis apabila mempunyai tekanan osmosa lebih
besar dari tekanan osmosa cairan tubuh. Larutan ini apabila disuntikkan ke dalam tubuh
sehingga kontak dengan sel, air dalam sel akan tertarik keluar. Akibatnya sel akan
mengkerut dan keadaan ini memberikan rasa sakit. Kerusakan ini tidak permanen, karena
sel akan segera kembali seperti semula setelah larutan diencerkan oleh cairan tubuh.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti tersebut di atas, larutan obat
suntik yang hipotonis sebaiknya dibuat isotonis. Bahan-bahan pembantu yang biasa
digunakan untuk mendapatkan larutan isotonis adalah natrium klorida dan glukosa di
samping dapat juga digunakan natrium sitrat, natrium nitrat dan kalium nitrat
1. Konsentrasi Molekuler.
Cara ini didasarkan pada pendapat Van't Hoff bahwa kaidah mengenai tekanan osmosa
identik dengan kaidah mengenai gas dari Charles dan Boyle.
/conversion/tmp/scratch/45542857.doc 1
Apabila satu grol zat yang tidak terionkan dilarutkan dalam 22,4 liter air pada suhu 0 oC
(273oK) akan memberikan tekanan osmosa sebesar:
1 x 0,0821 x 273
= 1 atm.
22,4
Jadi larutan yang mempunyai molaritas 1 grol/liter akan memberikan tekanan osmosa
sebesar:
1 x 0,0821 x 273
= 22,4 atm.
1
Plasma darah dan air mata diketahui mempunyai tekanan osmosa ±6,7 atm, maka plasma
darah dan air mata mempunyai molaritas sebesar:
6,7
= 0,3 grol/liter
22,4
Maka suatu larutan zat yang tidak terionkan dikatakan isotonis terhadap cairan tubuh
apabila mempunyai molaritas sebesar 0,3 atau W = 0,3M.
Contoh :
Larutan glukosa anhidrat (BM=180) dikatakan isotonis apabila konsentrasinya:
0,3 x M
W =
N
di mana:
W = kadar zat dalam gram/l
M = BM zat
N = jumlah ion tiap molekul zat
Contoh :
1. Natrium klorida terionkan menjadi 2 ion, BM = 58, larutannya isotonis dengan
kadar:
0,3 x 58
= 8,7 gram/l
2
= 0,87 %
WxN 1,2 x 2
= = 0,04 grol/liter
M 58
2. Konsentrasi Ion
Kation:
Na+ 142 mEq/l 327 mg%
K+ 5 mEq/l 20 mg%
Ca2+ 5 mEq/l 10 mg%
Mg2+ 3 mEq/l 4 mg%
Anion :
HCO3- 27 mEq/l 165 mg%
Cl- 103 mEq/l 366 mg%
HPO42- 2 mEq/l 10 mg%
SO42- 1 mEq/l 5 mg%
Organik acid 6 mEq/l -
Protein 16 mEq/l 7100 mg%
fakta bahwa jumlah ion dalam plasma darah normal adalah 310 mEq/l, maka suatu larutan
elektrolit dikatakan isotonis dengan cairan tubuh apabila mempunyai jumlah ion sebesar
310 mEq/l.
/conversion/tmp/scratch/45542857.doc 3
Contoh :
1. Larutan natrium klorida, BM = 58 isotonis mempunyai ion sebesar 310 Eq/l
terdiri dari ion Na+ sebesar 155 mEq/l dan ion Cl- sebesar 155 mEq/l. Jadi
kadar natrium klorida isotonis adalah 155 x 58 = 8990 mg/l atau 0,899 %
2. R/ K+ 40 mEq.
Cl- 40 mEq.
NaCl qs.
m.f. inj. ad 1000 ml
ini terdiri dari 115 mEq/l ion Na+ dan 115 mEq/l ion Cl-
jadi NaCl yang diperlukan adalah 115 x 58 = 6670 mg
3. Faktor Disosiasi
Cara ini diketengahkan oleh Nicole, yang kemudian dipakai dalam Farmakope Belanda
Edisi VI. Tiga faktor dipakai sebagai dasar dalam perhitungan dengan cara ini:
Dari faktor-faktor di atas dapat diturunkan faktor isotonis serum sebagai berikut:
1,8 x 9
Faktor isotonis serum = = 0,28
58
1 x 50,5
Faktor isotonis serum = = 0,28
180
Dari dua contoh perhitungan di atas secara umum dapat dikatakan bahwa suatu larutan
dikatakan isotonis apabila mempunyai persamaan sebagai berikut:
Cara menghitung jumlah zat yang harus ditambahkan untuk mendapatkan larutan isotonis
(h) digunakan persamaan sebagai berikut:
Mh fA fB
h = [0,28 - ( xa+ x b + .........)] gram/l
fh MA MB
dimana :
Contoh :
R/ Glukosa 2 BM = 180
Kalium klorida 0,5 BM = 74,5
Natrium klorida qs BM = 58
m.f. inj. ad 100 ml
58 1,8 1
h= [0,28 - ( x5+ x 20)]
1,8 74,5 180
= 1,549 gram/l
= 0,155 gram/100 ml
Cara ini didasarkan pada fakta bahwa penurunan titik beku suatu larutan bergantung pada
jumlah zat yang terlarut. Maka penurunan titik beku larutan dapat juga digunakan untuk
mengukur kepekatan larutan. Makin pekat larutan, makin rendah titik bekunya.
Diketahui bahwa titik beku cairan tubuh = - 0,52 oC. Jadi suatu larutan dikatakan isotonis
terhadap cairan tubuh apabila mempunyai titik beku - 0,52oC.
BPC memberikan persamaan untuk menghitung jumlah zat yang harus ditambahkan untuk
mendapatkan larutan isotonis sebagai berikut:
0,52 - a
W =
b
/conversion/tmp/scratch/45542857.doc 5
dimana:
W = jumlah zat yang harus ditambahkan, gram/100 ml.
a = penurunan titik beku air karena zat terlarut.
b = penurunan titik beku air karena 1% zat yang ditambahkan
Contoh:
= 0,585 gram/100 ml
5. Ekivalensi NaCl.
Yang dimaksud dengan Ekivalensi NaCl adalah sekian gram NaCl yang memberikan efek
osmosa sama dengan satu gram suatu zat.
1. Merupakan hasil bagi antara titik beku larutan zat dengan titik beku larutan NaCl
pada konsentrasi yang sama.
Contoh:
tb 1% vit C = - 0,105 oC
tb 1% NaCl = - 0,576 oC
0,105
= 0,18
0,576
2. Cara ini berdasarkan fakta bahwa penurunan titik beku molal sebanding dengan
perbandingan penurunan titik beku zat terlarut dan kadar molalnya. Wells
memberikan rumus sebagai berikut:
Δt
L=
C
di mana:
L = penurunan titik beku molal
Δt = penurunan titik beku berdasarkan zat terlarut
C = kadar molal dari zat terlarut
L (58,45) L
E = atau E = 17
M ( 3,44) M
dimana:
E = Ekivalensi NaCl, untuk zat dengan BM = M, dan penurunan titik
beku molal L.
58,45 = BM NaCl
3,44 = L NaCl
Contoh:
KCl, L = 3,4 dan BM = 74,55
Ekivalensi NaCl untuk KCL adalah :
3,4
17 = 0,78
74,55
Satu di antara beberapa metode untuk pengaturan tonisitas dan pH sekaligus adalah
metode White-Vincent. Mula-mula dihitung volume larutan obat isotonis, diikuti dengan
penambahan larutan pengencer isotonis atau pengencer dapar isotonis hingga diperoleh
volume yang diinginkan.
Rumus perhitungan:
V = w x E x 111,1
dimana :
V = volume larutan isotonis yang disiapkan, ml
w = berat obat, gram
E = Ekivalensi NaCl dari obat
111,1 = konstanta, harga perbandingan dari 100/0,9
/conversion/tmp/scratch/45542857.doc 7