Terdapat penebalan otot polos dan jaringan ikat pada jalan udara.
Inflamasi kronik menyebabkan pembentukan parut dan fibrosis.
Penyempitan jalan udara yang meluas terjadi dan lebih parah pada jalan
udara periferal yang berukuran kecil.
C. Manifestasi Klinik
Gejala awal COPD termasuk batuk kronik dan produksi sputum;
pasien dapat mengalami gejala ini selama beberapa tahun sebelum
berkembangnya dispnea.
Pemeriksaan fisik menunjukkan hasil normal pada pasien yang
berada pada tahap COPD yang lebih ringan. Bila keterbatasan aliran
udara menjadi parah, pasien dapat mengalami sianosis membran
mukosa, “barrel chest” karena pengembangan paru-paru berlebihan,
peningkatan laju respirasi istirahat, nafas dangkal, bibir monyong
selama ekspirasi , dan penggunaan otot respirasi pelengkap.
ISO Farmakoterapi
BAB VIII/Gangguan Pernafasan
II. TERAPI
A. Tujuan Terapi
Hasil akhir terapi termasuk penghentian merokok; peningkatan gejala;
pengurangan dalam penurunan tingkat FEV 1 ; pengurangan angka
kejadian memburuk akut; peningkatan kesejahteraan fisik dan psikologi;
dan pengurangan tingkat kematian, perawatan dirumah sakit, dan hari
tidak masuk kerja.
B.Pendekatan Umum
TERAPI COPD KRONIK
TERAPI FARMAKOLOGI
Pendekatan bertahap untuk menangani COPD ditunjukkan pada
Gambar 1. Brokondilator digunakan untuk mengontrol gejala; tidak ada
golongan farmakologi yang terbukti memberikan keuntungan lebih
dibanding yang lain, meskipun terapi inhalasi lebih disukai. Pemilihan
pengobatan didasarkan pada kebutuhan pasien, respon individu, dan
efek samping. Pengobatan dapat dipakai sesuai kebutuhan atau
didasarkan pada jadwal dan terapi tambahan sebaiknya ditambahkan
pada tahapan tergantung respon dan keparahan penyakit. Keuntungan
klinis brokondlator termasuk peningkatan kapasitas latihan fisik,
penurunan terperangkapnya udara, dan peredaan gejala seperti
ISO Farmakoterapi
BAB VIII/Gangguan Pernafasan
ISO Farmakoterapi
BAB VIII/Gangguan Pernafasan
2. Simpatomimetik
Simpatomimetik selektif β2 menyebabkan relaksasi otot polos bronkial
dan brokondilatasi dengan menstimulasi enzim adenil siklase untuk
meningkatkan pembentukan adenosin monofosfat siklit (cAMP).
Simpatomimetik juga dapat meningkatkan mukosiliar.
Pemberian melalui metered-dose inhaler (MDI) atau Dry-powder
inhaler (DPI) setidaknya seefektif terapi nebulasi dan biasanya lebih
disukai karena alasan biaya dan kenyamanan.
Albuterol, levalbuterol, bitolterol, pirbuterol, dan terbutalin merupakan
agen aksi pendek yang lebih disukai karena mempunyai selektivitas β 2
lebih besardan durasi aksi lebih panjang dibandingkan agen aksi
pendek lainnya (isoproterenol, metaproterenol, dan isoetarin). Rute
inhalasi lebih diminati dibandingkan rute oral dan parenteral dalam hal
efikasi dan efek samping. Agen aksi pendek dapat digunakan untuk
meredakan gejala secara akut atau berdasarkan jadwal untuk
mencegah atau meredakan gejala. Durasi aksi agonis β 2 aksi pendek
adalah 4 hingga 6 jam.
Furmoterol dan salmeterol merukan agonis β 2 inhalasi aksi jangka
panjang yang diberikan setiap 12 jam berdasarkan jadwal dan
menghasilkan brokondilatasi selama interval dosis. Penggunaan agen
ini sebaiknya diper-timbangkan untuk pasien yang memperlihatkan
kebutuhan yang sering akan agen aksi pendek. Tidak satu pun obat
yang diindikasikan untuk peredaan gejala secara akut.
3. Antikolinergik
Ketika diberikan secara inhalasi, agen antikolinergik memproduksi
brokondilatasi dengan menginhibisi reseptor kolinergik secara
ISO Farmakoterapi
BAB VIII/Gangguan Pernafasan
ISO Farmakoterapi
BAB VIII/Gangguan Pernafasan
5. Metilxantin
Teofilin dan aminofilin dapat menghasilkan brokondilatasi dengan
menginhibisi fosfodiesterase (yang kemudian menigkatkan kadar
(cAMP), inhibisi influks ion kalsium ke dalam otot polos, antagonis
prostaglandin, stimulasi katekolamin endogen, antagonis reseptor
adenosine, dan inhibisin pelepasan mediator dari sel mast dan
leukosit.
Penggunaan kronik teofilin dalam COPD menunjukkan peningkatan
fungsi paru-paru, termasuk kapasitas vital dan FEV 1. Secara
subjektif, teofilin mengurangi dispnea, meningkatkan toleransi
terhadap latihan, dan memperbaiki kendali respirasi.Efek
nonpulmonari yang mungkin berkontribusi terhadap kapasitas
fungsional yang lebih baik termasuk peningkatan fungsi kardiak dan
penurunan tekanan arterti pulmonari.
ISO Farmakoterapi
BAB VIII/Gangguan Pernafasan
ISO Farmakoterapi