Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18
tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun
masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola
hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan
kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.
Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu
meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam
mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni
dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan
filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman keras,
mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan
terjangkitnya penyakit HIV/AIDS.
Sekarang ini zaman globalisasi. Remaja harus diselamatkan dari globalisasi. Karena
globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-
kebudayaan yang asing yang masuk. Sementara tidak cocok dengan kebudayaan kita.
Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan kebudayaan kita.
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para
remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di
tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan
masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja.
Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan.
Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan
pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus
sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi
pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran
bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu
menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa
pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh
cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan
kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi
anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang
dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin
meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap
harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan
sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak.
Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini
hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan.
Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk
menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara
orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya
selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak
tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.
Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua
hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar, dan
bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan
seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual. Orangtua
hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan
kemoralan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah
menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang
perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan
demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan
melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan.
Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun,
dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau
mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingginya angka hubungan seks pranikah di
kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta
kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat
sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang
menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai
negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.
Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan.
Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Selain tentunya kecenderungan
untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak
diinginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak
tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki. Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa
meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum
usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali
lipat.
Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau
terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu
suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat
lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat. Saat
ini untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas-terutama di kalangan remaja-bukan
hanya membentengi diri mereka dengan unsur agama yang kuat, juga dibentengi dengan
pendampingan orang tua dan selektivitas dalam memilih teman-teman. Karena ada
kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang tua
sendiri.
Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan
reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. Pendidikan
Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang
organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual
dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan
melakukan seks bebas. Dalam keterpurukan dunia remaja saat ini, anehnya banyak orang
tua yang cuek bebek saja terhadap perkembangan anak-anaknya. Kini tak sedikit orang
tua dengan alasan sibuk karena termasuk tipe “jarum super” alias jarang di rumah suka
pergi; lebih senang menitipkan anaknya di babby sitter. Udah gedean dikit di sekolahin di
sekolah yang mahal tapi miskin nilai-nilai agama.
Acara televisi begitu berjibun dengan tayangan yang bikin ‘gerah’, Video klip lagu
dangdut saja, saat ini makin berani pamer aurat dan adegan-adegan yang bikin dek-dekan
jantung para lelaki. Belum lagi tayangan film yang bikin otak remaja teracuni dengan
pesan sesatnya. Ditambah lagi, maraknya tabloid dan majalah yang memajang gambar
“sekwilda”, alias sekitar wilayah dada; dan gambar “bupati”, alias buka paha tinggi-
tinggi. Konyolnya, pendidikan agama di sekolah-sekolah ternyata tidak menggugah
kesadaran remaja untuk kritis dan inovatif.
tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat
dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat
dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai
baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui
Masa remaja adalah masa yang paling indah dan sekaligus masa yang penuh
dengan tantangan. Kalau tidak memiliki benteng pertahanan diri yang kuat dan
pengendalian diri yang baik, maka remaja tersebut akan mudah terpengaruh
bahkan terjerumus kepada hal-hal yang negatif. Perbuatan atau tindakan yang
Remaja biasanya memiliki semangat, emosi, dan energi yang berlebih atau
akal sehat tetapi cenderung mengutamakan emosi dan kemauan diri mereka
sendiri.
Kalau seorang remaja memiliki masalah maka ia biasanya memilih teman untuk
solidaritas yang tinggi itulah maka sebagian remaja membentuk suatu kelompok
atau dikenal dengan istilah “geng”. Sebuah geng biasanya beranggotakan antara
Remaja agar berhati-hati dalam memilih teman, karena banyak diantara mereka
yang dapat membawa ke hal-hal yang kurang baik. Remaja dapat mengalami
berkelahi dan tawuran dengan remaja lain. Untuk tetap bisa diterima sebagai
anggota kelompok, remaja dituntut untuk memiliki sikap yang bijaksana dalam
menghadapinya, salah satunya adalah memiliki sikap asertif. Sikap asertif adalah
Sikap asertif perlu dikembangkan agar remaja mempunyai rasa percaya diri,
kekerasan atau perkelahian, serta berani meminta bantuan kepada orang lain
bahwa remaja itu terjerumus ke dalam perkelahian atau tawuran dengan sesama
Sebenarnya masih ada jalan atau cara lainnya yang lebih bijaksana dan baik.
bertikai. Seperti kata pepatah “Menang Jadi Arang Kalah Jadi Abu”.
Remaja hendaknya mengisi waktu luangnya dengan hal-hal atau perbuatan yang
bermanfaat. Ada banyak hal yang bisa mereka lakukan, seperti ikut
ekstrakurikuler di sekolah, belajar kelompok, ikut serta dalam bidang olah raga,
Kalau seorang remaja memang memiliki bakat dalam bidang olah raga bela diri.
Ada banyak jenis olah raga bela diri yang dapat menyalurkannya seperti silat,
karate, tinju, judo dan lain-lain. Jadi bukan menyalahgunakan bakat atau
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak kepada masa
dewasa. Masa remaja merupakan masa pencaharian identitas diri. Jiwa remaja
terhadap orang tua dan gurunya. Gejolak kejiwaan remaja tersebut seringkali
diperparah oleh sikap dan perlakuan orang tua dan orang dewasa disekitarnya
sebayanya, ingin jadi anak gaul yang diterima di dalam lingkungannya dan mulai
mencari identitas dirinya. Dalam proses pencarian jati diri ini, remaja
mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat
kecermelangan berfikir dalam menemukan ide dan inovasi baru yang penuh
kedinamisan. Namun potensi ini harus diimbangi dengan kejelasan arah dan
tujuan hidupnya. Ketika remaja kosong dengan tujuan hidup yang benar,
pemanfaatan potensi ini akan beralih pada keadaan yang justru merugikan
Hal yang sering mencemaskan para pendidik dan orang tua, karena cenderung
berulang dari tahun ke tahun, adalah tawuran antar pelajar. Tawuran sering
kekerasan atau perkelahian dengan remaja lainnya. Hal ini disebabkan oleh
Oleh sebab itu, diharapkan kepada setiap remaja agar dapat menumbuhkan
sikap pengendalian diri yang baik sehingga tidak mudah terjemurus kepada hal-
hal yang negatif. Kalau seorang remaja memiliki sikap pengendalian diri yang
bagus maka ia tidak mudah terpengaruh oleh ajakan temannya untuk melakukan
lembut dan sopan. Sehingga temannya tidak jadi melakukan tindakan kekerasan.
Membaca diartikan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan
atau hanya dalam hati). Dari pengertian tersebut, membaca sebenarnya tidak hanya
memahami kata-kata yang terdapat dalam bacaan, namun membaca merupakan suatu
upaya menangkap atau menyerap konsep yang dituangkan pengarang sehingga
memperoleh penguasaan bahkan mengkritisi bahan bacaan.
Secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia minat berarti kecenderungan hati
yang tinggi terhadap sesuatu. Minat juga diartikan gambaran sifat dan sikap ingin
memiliki kecenderungan tertentu. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca,
kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku bacaan yang
pernah dibaca. Minat baca bukanlah sesuatu yang lahir begitu saja pada diri seseorang.
Akan tetapi minat baca harus dipupuk sejak dini, dalam hal ini perpustakaan sangat
berperan dalam menumbuh kembangkan minat untuk membaca buku.
Manusia akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila dirasakan kebutuhan yang ada
pada dirinya belum terpenuhi (menuntut pemenuhan). Motivasi itu merupakan daya yang
dapat merangsang atau mendorong manusia untuk mengadakan kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Motif dan motivasi
berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan berperilaku tertentu untuk mencapai
tujuan. Motif menghasilkan mobilisasi energi (semangat) dan menguatkan perilaku
seseorang.
Dalam pembinaan minat baca, fungsi motivasi lebih menekankan kepada pemberian
dorongan atau motivasi yang sifatnya datang dari lingkungan luar. Dalam hal ini
perpustakaan harus menstimulisasi dan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk
belajar. Oleh karena itu, motif yang ada pada diri seseorang perlu dibina sedini mungkin,
dalam hal ini pustakawan harus dapat menstimulisasi agar motif untuk membaca yang
ada pada diri seseorang dapat bekerja dengan efektif untuk mencapai suatu tujuan.
Membaca adalah salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia
pendidikan, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Karena kegiatan membaca
merupakan salah satu proses tranformasi ilmu melalui cara melihat dan memahami isi
yang tertulis di dalam buku pengetahuan maupun pelajaran. Namun di sisi lain, diakui
atau tidak, minat baca siswa khususnya di negara kita masih terhitung sangat rendah.
Rata-rata siswa melakukan kegiatan membaca pada saat belajar saja, di luar itu sedikit
sekali yang suka membaca buku lain. Ada juga yang tidak membaca sama sekali.
Minat baca masyarakat Indonesia untuk kawasan Asia Tenggara menduduki peringkat
keempat, setelah Malaysia, Thailand, dan Singapura. Hasil survei Unesco tahun 1992
menyebutkan, tingkat minat baca rakyat Indonesia menempati urutan 27 dari 32 negara.
Sedangkan survei yang dilakukan Departemen Pendidikan Nasional tahun 1995
menyatakan, sebanyak 57 persen pembaca dinilai sekadar membaca, tanpa memahami
dan menghayati apa yang dibacanya.
Perlunya peningkatan minat baca ini dilatari oleh kemampuan membaca (Reading
Literacy) anak-anak Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara
berkembang lainnya, bahkan dalam kawasan ASEAN sekali pun. International
Association for Evaluation of Educational (IEA) pada tahun 1992 dalam sebuah studi
kemampuan membaca murid-murid Sekolah Dasar Kelas IV pada 30 negara di dunia,
menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke 29 setingkat di atas Venezuela
yang menempati peringkat terakhir pada urutan ke 30. Rendahnya kemampuan membaca
ini dilatari oleh suatu kondisi pasif tentang kurangnya gairah dan kemampuan para
peserta didik untuk mencari, menggali, menemukan, mengolah, memanfaatkan dan
mengembangkan informasi. Salah satu sebab etimologisnya yaitu lemahnya minat baca
mereka. Inilah yang perlu dicermati perkembangannnya serta diupayakan alternatif
solusinya.
Menurut data yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, semenjak tahun 1998 kebiasaan
membaca anak-anak Indonesia berada pada peringkat paling rendah (skor 51,7). Skor ini
di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1), dan Singapura (74,0). Sedangkan BPS tahun
2006 mempublikasikan, membaca bagi masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan
sebagai sumber utama untuk mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih
menonton televisi (85,9%) dan mendengarkan radio (40,3%) dan membaca koran
(23,5%).
Dengan kata lain, ketersediaan bahan bacaan memungkinkan setiap orang atau siswa
untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kepentingannya. Dari situlah, tumbuh
harapan bahwa masyarakat kita akan semakin mencintai bahan bacaan. Implikasinya,
taraf kecerdasan masyarakat akan kian meningkat; dan oleh karena itu isyarat baik bagi
sebuah kerja perbaikan mutu perikehidupan suatu masyarakat.
Rendahnya minat baca di kalangan siswa, secara langsung atau tidak langsung
berpengaruhi terhadap kualitas sumber daya manusia, karena membaca secara signifikan
dapat melahirkan kecakapan, cenderung memiliki intelegensi, penguasaan bahasa, dan
keterampilan berkomunikasi. Oleh sebab itu, di negara-negara maju pengembangan minat
baca masyarakat sangat diperhatikan dan difasilitasi. Budaya membaca yang meningkat
merupakan cermin kemajuan suatu bangsa.
5. Secara berkala mengganti susunan rak-rak buku sehingga memberikan kesan yang
lebih menarik dan fantastis.
Dengan buku pula kita dapat melihat gambaran kondisi masa lampau, masa sekarang,
sampai masa depan. Sehingga sangat penting keberadaan suatu tempat untuk menyimpan
buku yaitu perpustakaan, fungsinya juga tidak hanya sebatas sebagai tempat
penyimpanan melainkan sebagai tempat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan.
Secara umum fungsi dari perpustakaan terdiri dari fungsi pelestarian, fungsi informasi,
fungsi pendidikan, fungsi rekreasi dan fungsi budaya. Sebagai gudangnya ilmu
pengetahuan dan informasi, perpustakaan merupakan salah satu sarana favorit bagi
masyarakat negara-negara maju. Sayangnya, di Indonesia, antara perpustakaan dan
masyarakat cenderung masih berjarak. Hasil jajak pendapat terhadap responden pada
kota-kota besar di Indonesia ditemukan bahwa lebih dari separuh responden, mencapai 55
persen mengaku belum pernah sekalipun mendatangi atau mengunjungi perpustakaan.
Produk belajar yang kreatif pada akhirnya adalah suatu pengembangan pembawaan dan
penggunaan akal budi secara penuh dari masyarakat yang lambat laun melalui membaca
menyadari, bahwa salah satu potensi yang dimilikinya harus dikembangkan untuk
mencapai suatu hasil belajar. Sejalan dengan kedudukan perpustakaan itu sendiri maka
terdapat implikasi lebih jauh bahwa perpustakaan sebagai tempat untuk mengembangkan
proses belajar melalui membaca yang bermanfaat bagi masyarakat. Kemampuan
membaca merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh masyarakat yang sedang belajar.
Salah satu tujuan belajar adalah mengakumulasi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
pada umumnya dihimpun, dicetak, dan dilestarikan dalam media cetak. Media cetak
berfungsi sebagai individu kalau individu tersebut dapat membaca.
Fungsi perpustakaan menjadi berkembang sebagai tempat pemupuk minat baca. Fungsi
perpustakaan bagi masyarakat adalah untuk memperdalam dan menelusuri berbagai ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan kebutuhan hidupnya. Penguasaan konsep dasar yang
baik memudahkan masyarakat untuk mengaplikasikan ilmunya pada situasi dan kondisi
yang lebih berkembang yang akhirnya masyarakat akan memiliki inisiatif, daya kreatif,
sikap kritis, rasional, dan objektif. Fungsi perpustakaan bagi masyarakat lainnya adalah
untuk meningkatkan apresiasi seni dan sastra serta seni budaya lainnya melalui cara
membaca di perpustakaan.
Tuntutan itu sebenarnya tidak berlebihan mengingat perpustakaan dalam era informasi
memang harus ''bersaing'' dengan media lain yang bernuansa hiburan, seperti bioskop,
taman hiburan, supermarket dan lain sebagainya. Maraknya tempat-tempat hiburan
tersebut sanggup meninabobokan masyarakat di tengah dunia yang dipenuhi dengan
rutinitas yang cenderung menjemukan. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika
tempat-tempat yang bernuansa pendidikan, seperti perpustakaan, museum, taman bacaan,
masih kalah pengunjungnya dibandingkan dengan tempat-tempat yang bersifat hiburan.
Dalam konteks ini memang sangat diperlukan suatu terobosan baru dan serius serta
berkelanjutan untuk menjadikan perpustakaan sebagai rumah belajar yang dekat dengan
masyarakat. Terobosan dapat berupa penyediaan berbagai jenis bahan bacaan,
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, layanan perpustakaan berbasis
komputer, dan pemberian layanan prima kepada setiap pengunjung perpustakaan.
Mewajibkan semua siswa, guru, dan karyawan sekolah untuk membudayakan membaca,
dan membuat slogan-slogan di kelas seperti “Tiada Hari Tanpa Membaca”, “Gunakan
waktu luang untuk membaca”, dan “Buku adalah jendela ilmu pengetahuan”. Dengan
membuat kegiatan yang bersifat rekreatif dan edukatif diharapkan dapat membangun
minat baca di kalangan siswa sekolah.
Membaca memiliki manfaat dan makna. Dengan banyak membaca, kita akan
memperoleh pengalaman dan pelajaran dari orang lain. Begitu pentingnya membaca bagi
siswa sehingga masyarakat yang mempunyai peradaban maju adalah masyarakat yang
gemar untuk mengetahui sesuatu dengan membaca kemudian menuliskan
pengetahuannya.
By Abdul Rauf
SMAN 8 Pekanbaru
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Narkoba
Istilah Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat (bahan adiktif)
lainnya. Pengertian lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
3. Bahan/Zat Adiktif lainnya
Adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat
menimbulkan ketergantungan.
C. Peranan Dan Tanggung Jawab Orang Tua Yang Dapat Mencegah Penyalahgunaan
Narkoba Pada Pelajar
Peranan dan tanggung jawab orang tua yang dapat mencegah penyalahgunaan narkoba
pada anak/pelajar adalah sebagai berikut:
1. Orang tua menjadi panutan
Melihat dan menyerap pola atau perilaku dan nilai-nilai yang ditampilkan orang tua.
Misalnya orang tua menghendaki anak tidak merokok, maka orang tua jangan merokok.
2. Orang tua menjadi tempat bertanya
Orang tua perlu mengikuti perkembangan remaja dan permasalahannya, sehingga dapat
memberikan penjelasan bila anak bertanya, termasuk masalah narkoba.
3. Orang tua perlu menggali potensi anak untuk dikembangkan melalui berbagai macam
kegiatan
Pengembangan potensi ini dapat menumbuhkan prestasi bagi anak sehingga dapat
menumbuhkan rasa percaya diri, harga diri yang positif dan akhirnya anak akan memiliki
jati diri yang stabil.
4. Orang tua dapat berperan sebagai pembimbing bagi anak
Peranan sebagai pembimbing anak terutama dalam membantu anak mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi dan mengembangkan alternatif penyelesaian masalah, termasuk
dalam mengatasi tekanan dan pengaruh negatif teman sebayanya.
5. Orang tua perlu mengontrol kegiatan anak
Setiap anak hendak pergi, orang tua perlu bertanya dengan rinci kemana tujuan, kapan
pulang, dengan siapa mereka pergi dan lain-lain yang dirasakan perlu. Kontrol di sini
untuk menunjukkan bahwa orang tua punya perhatian khusus kepada anak, dan tidak
membiarkan anak untuk bertindak semaunya sendiri.
6. Orang tua perlu menumbuhkan kesadaran kepada anak bahwa:
a. Penyalahgunaan narkoba tidak sesuai dengan nilai, norma, dan aturan-aturan hukum
yang berlaku dalam masyarakat.
b. Menyalahgunakan narkoba dapat mengakibatkan putus sekolah, tidak bisa bekerja
dengan baik, terlibat tindak kekerasan dan mengganggu ketertiban umum, terkena
berbagai macam penyakit, dan lain-lain.
7. Orang tua menjadi teman diskusi
Apa pun yang disampaikan anak, berita baik maupun buruk, perlu didengarkan dengan
baik dan kemudian mengajak anak untuk berdialog secara lebih terbuka dan mendalam.
Untuk itu pilihlah waktu yang tepat, jagalah kerahasiaan anak, perhatikan segala ekspresi
wajah dan tingkah laku anak, serta jagalah emosi anda.