Anda di halaman 1dari 4

Penunasan atau pemangkasan daun dilakukan sesuai dengan umur dan

tingkat pertumbuhan tanaman. Tujuan peunasan adalah untuk memperoleh


tanaman yang bersih, jumlah daun yang optimal dalam satu pohon, dan
memudahkan pekerjaan pemanenan bila tanaman sudah berproduksi. Penunasan
daun ini harus dilaksanakan karena daun kelapa sawit bersifat tidak mudah rontok
meskipun sudah tua atau kering. Daun baru akan rontok setelah beberapa tahun
kemudian. Alat yang digunakan tergantung pada cara penunasan bisa berupa
dodos, kampak, bisa juga egrek. Agar rotasi tunasan dapat terpenuhi, sebaiknya
dibuat rencana penunasan tiap bulan. Menurut teori, penunasan dilakukan pada
waktu panen rendah kartena saat itu daun yang tidak menyangga tandan lebih
banyak. Penunasan yang dilakukan dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Pemangkasan pasir atau pemangkasan pendahuluan yang dilakukan pada
saat tanaman berumur 10-20 bulan dengan maksud untuk membuang
daun- daun kering dan buah-buah pertama yang berukuran kecil atau buah
yang busuk. Alat yang digunakan adalah sejenis linggis bermata lebar dan
tajam yang disebut dodos (chisel)
2. Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada tanaman
berumur 20-28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai
persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah daun songgo
dua, yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain dan juga
buah-buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos karena tanama
masih pendek.
3. Pemangkasan pemeliharaan, yakni pemangkasan yang dilakukan setelah
tanaman berproduksi secara optimal dengan membuang daun-daun songgo
dua sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah 28
ampai 54 helai. Dalam pemangkasan pemeliharaan, sisa potongan daun
harus diusahakan sependek mungkin agar tidak mengganggu pelaksanaan
panen tandan buah. Alat yang digunakan untuk pemangkasan
pemeliharaan adalah egrek, yaitu sejenis sabit bertangkai panjang.
Pemangkasan pemeliharaan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
panen atau dilaksanakan pada waktu tertentu bila pada mahkota pokok
terdapat jumlah daun yang melebihi ketentuan.
Tanaman sawit pada kebun percobaan cikabayan termasuk ke dalam
golongan tanaman menghasilkan sehingga penunasan dilakukan dengan
menggunakan egrek (tinggi tanaman sudah tidak memungkinkan menggunakan
dodos). Pada saat praktikum, tipe pemangkasan yang dilakukan adalah
pemangkasan pemeliharaan karena pemangkasan tidak dilakukan bersamaan
dengan panen dan pemangkasan dilakukan pada tanaman menghasilkan. Tujuan
dilakukan penunasan adalah agar tajuk pada tanaman dapat menghasilkan
fotosintat yang optimal, karena pengelolaan tajuk yang tepat merupakan aspek
kunci maksimalisasi produksi kelapa sawit. Efisiensi tajuk merubah radiasi sinar
matahari menjadi karbohidrat. Pasokan karbohidrat untuk pertumbuhan vegetatif
dan generatif tanaman ditentukan oleh ukuran luas permukaan hijau daun.
Pengelolaan tajuk direfleksikan dengan maksimalisasi ILD dengan pengaturan
jarak tanam (ILD merupakan rasio luas daun terhadap luas lahan). Pengaturan
terhadap ILD ditujukan agar proses respirasi menurun yaitu dengan menurunkan
temperatur (akibat penutupan tajuk). Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan tajuk adalah genetik, jarak tanam, tunas pokok, hama dan penyakit,
status hara daun, ablasi, pemupukan serta pemanenan. Pada lahan yang
agroklimatnya optimum bagi kelapa sawit, memerlukan pemangkasan lebih seing
karena waktu yang digunakan untuk menghasilkan pelepah baru lebih pendek.
Penunasan pokok merupakan cara yang paling cepat untuk menyesuaikan tajuk
kelapa sawit dan nilai ILD. Semakin banyak pelepah yang ditinggalkan pada
pokok (idak ditunas) maka nilai ILD dan produksi TBS/ha akan semakin
meningkat. Untuk menjaga produksi agar tetap maksimumm diperlukan pelepah
produktif sebanyak-banyaknya, tetapi untuk memperkecil kehilangan saat
produksi dan memudahkan saat pemotongan buah maka beberapa pelepah harus
dipotong. Penunasan pelepa muda pada bagian atas tajukmenyebabkan penurunan
produksi yang lebih besar dibandingan memotong pelepah tua. Penunasan juga
berpengaruh terhadap status hara pada daun. Kadar nitrogen dan kalium pada
pelepah akan meningkat,tetapi magnesium akan menurun bila penunasan
dilakukan secara berlebihan. Implikasinya, bila ditemukan status N dan K lebih
tinggi sedangkan Mg berkurang makamenunjukkan bahwa terjadi penunasan yang
berlebihan sebelum pengambilan contoh daun.
Perhitungan Prestasi Kerja (PK) :
 Waktu mulai 08.15, waktu selesai 09.09
Total pengerjaan : 54 menit = 54/60 = 0,9 jam
( 5× 0.9 )
PK = =0.643 jam
7
 Jumlah pohon yang dapat dibersihkan per ha (satu ha = 143 pohon)
Pohon yang dibersihkan = dua pohon, maka jumlah pohon yang bisa
dikerjakan pada 1 HK (hari kerja)
Pohon 7 2 pohon
= × =0.152
HK 0.643 143 HK
 Jumlah HK yang dibutuhkan untuk lahan 1 ha
HK 143
= =940.789 HK /ha
ha 0.152
Bila melihat dari hasil perhitungan di atas, prestasi kerja yang dicapai
oleh lima mahasiswa adalah 0.643 jam. Hal ini menunjukkan bahwa waktu yang
optimal dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam satu hari hanya 0.643 jam. Jumlah
pohon yang dapat ditunas dalam satu HK adalah 0.152 pohon, dan bila harus
menunas pohon dalam luasan satu hektar maka jumlah HK yang diperlukan
adalah 940.789 HK. Dari jumlah HK/ha dapat kita hitung bila satu HK dihargai
Rp 20.000,- maka biaya yang harus dikeluarkan dalam satu hektar adalah Rp
18.815.780,-.

DAPUS TAMBAHAN (KLO PERLU)


Ir. Sunarko, M. Si
PT. AgroMedia Pustaka
Jakarta
2007
Petunjuk praktis budidaya dan pengolahan kelapa sawit

Judul Budi Daya Kelapa Sawit


Penulis Djoehana Setyamidjaja, M.Ed.
Penerbit Kanisius
ISBN 9794135658, 9789794135655
Yogyakarta, 2006
http://pekebunan.blogspot.com/2009/01/budi-daya-kelapa-sawit.html

IIYUNG PAHAN, 2008. Jakarta: Penebar Swadaya. Kelapa sawit: Manajemen


Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.

Anda mungkin juga menyukai