Yosephine Suharyanti
ABSTRACT
Transportation activities are common parts in various systems, such as production
systems, distribution systems, and city transportation facility systems. To develop
analytical models of those systems is difficult because they usually contain many
unnegligible random items. This paper proposes a basic simulation model of fixed route
transportation activities to give a preliminary outline to develop more complicated
transportation simulation models. A hypothetical case study of an angkutan kota (one kind
of city transportation) system is presented in the last part of this paper to show a more
realistic application of developing a specific transportation simulation model from the basic
one.
1. PENDAHULUAN
Dalam banyak kegiatan, transportasi dan pengangkutan merupakan bagian yang
hampir selalu ada. Pada kegiatan produksi misalnya, akan ada pengangkutan material
dari satu lokasi ke lokasi lain di tempat produksi. Pada kegiatan distribusi barang, akan
ada pengangkutan barang dari pusat distribusi ke agen-agennya. Di sebuah kota, akan
ada angkutan umum yang mengangkut penumpang dari satu tempat ke tempat lain
sesuai rute yang dilaluinya.
Pada kegiatan-kegiatan semacam itu, banyak hal harus diukur dan ditentukan
untuk mendapatkan kinerja pengangkutan yang memuaskan, dalam arti sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Pada kegiatan produksi, diinginkan ongkos produksi yang
rendah sehingga diperlukan alat dan metode pengangkutan yang sesuai. Dalam hal ini
harus dipilih jenis, kapasitas, dan kinerja alat angkut yang tepat, serta lintasan
pengangkutan yang sependek mungkin. Pada kegiatan distribusi barang, harus
dievaluasi jumlah, jenis, dan kapasitas alat angkut yang dipakai, serta pembagian rute
dan area distribusi yang cukup baik untuk tiap alat angkut. Permasalahan pada angkutan
kota di suatu wilayah lebih kompleks lagi. Selain masalah rute, jenis, dan jumlah
angkutan kota yang diperlukan di suatu wilayah, masalah tarif angkutan yang sesuai
juga perlu dipikirkan serius karena dampak sosialnya. Tarif tersebut secara langsung
berkaitan dengan kemampuan penumpang membayar serta penghasilan yang layak
untuk sopir dan pengusaha angkutan kota.
Banyak hal pada kegiatan-kegiatan yang melibatkan pengangkutan seperti
contoh di atas bersifat acak dan dinamik. Misalkan saja pada kegiatan produksi yang
sebagian besar dilakukan secara manual, hasil produksi setiap saat tidak akan sama
jumlahnya, sehingga material yang harus diangkut juga acak. Pada kegiatan produksi
yang bersifat produksi pesanan (make to order), pekerjaan yang harus dikerjakan
JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI, 1999, VOL. III, No. 3, hal 149 – 162
ISSN 1410-5004
bersifat acak. Kegiatan distribusi dan angkutan kota di suatu wilayah juga banyak
melibatkan hal-hal yang bersifat acak. Permasalahan yang banyak melibatkan hal-hal
yang sifatnya acak semacam itu akan sulit atau bahkan tidak mungkin diselesaikan
secara analitik. Simulasi biasanya adalah cara yang ditempuh untuk memodelkan dan
menyelesaikan permasalahan pada kasus tersebut.
Pada tulisan ini, dicoba dirumuskan sebuah model dasar simulasi perjalanan alat
angkut pada pada lintasan tetap, yang selanjutnya dapat dikembangkan ke banyak arah
sesuai jenis dan karakter sistem yang ditinjau serta tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami alat angkut dalam perjalanannya sepanjang
lintasan pengangkutan, diharapkan dapat diukur banyak hal berkaitan dengan aktivitas
pengangkutan ini. Untuk memberikan gambaran yang lebih realistis mengenai model
simulasi tersebut, pada bagian akhir tulisan akan disajikan pengembangan model dan
hasil simulasi sebuah kasus fiktif sederhana yaitu simulasi perjalanan angkutan kota di
suatu wilayah, yang dapat dipakai untuk memprediksikan penghasilan kotor harian sopir
angkutan.
Gambar 1. Lintasan pengangkutan pada suatu sistem (a. satu arah; b. bolak-balik)
JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI, 1999, VOL. III, No. 3, hal 149 – 162
ISSN 1410-5004
Pada lintasan siklik, alat angkut akan kembali ke tempat semula setelah seluruh
lintasan dilalui. Bundaran-bundaran yang tersebar sepanjang lintasan pengangkutan
menunjukkan kejadian-kejadian yang muncul selama alat angkut menempuh
lintasannya.
3. MODEL DASAR
Bagian ini akan mencoba menguraikan tentang masukan dan keluaran model,
pembentukan model dasar simulasi perjalanan alat angkut, kemungkinan pengembangan
model, dan evaluasi model berdasarkan keluarannya.
Mulai
Inisialisasi
Tidak
Perubahan posisi/waktu dan status
Ya
Selesai
Gambar 2. Model dasar discrete event simulation (catatan: kejadian X dapat berupa satu
atau banyak kejadian)
Seperti telah diuraikan pada bagian 2 di depan, aktivitas alat angkut pada model
simulasi ini adalah berjalan pada lintasannya sampai ada suatu kejadian, selanjutnya
terjadi aktivitas sesuai kejadian yang dialami, dan kembali melanjutkan perjalanan
sampai ada kejadian berikutnya. Demikian terus-menerus sampai simulasi dihentikan
oleh suatu stopping rule tertentu. Gambar 3 menunjukkan model dasar simulasi
perjalanan alat angkut pada lintasan tetap yang dibentuk dari model dasar discrete event
JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI, 1999, VOL. III, No. 3, hal 149 – 162
ISSN 1410-5004
simulation (Gambar 2) dan tiga kejadian dasar yang telah dijelaskan pada bagian 2 di
depan.
Mulai
Inisialisasi
Tidak
Penambahan sisa kapasitas
Sampai pada
stopping rule ? Ya
Tidak
Berjalan Hasil
Selesai
Gambar 3. Model dasar simulasi perjalanan alat angkut pada lintasan tetap
Terminal 1 Terminal 2
Tabel 1. Interval jarak antar kemunculan penumpang sepanjang lintasan (, km) dan
laju angkutan kota (V, km/menit) sebagai fungsi posisi dan waktu
Mulai
Inisialisasi
Tidak
Tidak
Sudah Ya Km Ya
480 menit ? = 100 ?
Tidak Tidak
Tabel 3. Penghasilan kotor harian sopir angkutan (90% confidence interval) pada rata-
rata jarak perjalanan penumpang bervariasi dan jumlah penumpang maksimum yang
muncul di suatu tempat 5 orang
120.000
80.000
40.000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rata-rata Lama Perjalanan (km)
Gambar 6. Penghasilan kotor harian sopir angkutan pada rata-rata jarak perjalanan
penumpang bervariasi dan jumlah penumpang maksimum yang muncul di suatu tempat
5 orang
Tabel 4. Penghasilan kotor harian sopir angkutan (90% confidence interval) pada rata-
rata jarak perjalanan penumpang 5 km dan jumlah maksimum penumpang yang muncul
bersama-sama di suatu tempat bervariasi
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Maksimum Penumpang
JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI, 1999, VOL. III, No. 3, hal 149 – 162
ISSN 1410-5004
Gambar 7. Penghasilan kotor harian sopir angkutan pada rata-rata jarak perjalanan
penumpang 5 km dan jumlah maksimum penumpang yang muncul bersama-sama di
suatu tempat bervariasi
5. PENUTUP
Keseluruhan uraian pada contoh kasus di bagian 4 pada intinya ingin
menjelaskan bahwa pengembangan model simulasi perjalanan alat angkut dapat
dikembangkan dari model dasar yang ditunjukkan oleh Gambar 3, dan dari situ dapat
dihasilkan sesuatu yang bermanfaat. Pengembangan sebuah model simulasi dari sebuah
model dasar yang telah memuat hal-hal yang esensial dari sebuah sistem akan lebih
mudah daripada pengembangan model dari nol sama sekali.
Sebagai catatan akhir dan penegasan dari seluruh uraian dalam tulisan ini,
pemahaman yang baik terhadap sistem yang ditinjau dan keterlibatan ahli dalam bidang
yang sedang digarap amatlah penting untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pekerjaan
pemodelan dan simulasi semacam ini.
DAFTAR PUSTAKA
Law, A.M. and Kelton, W.D., 1991, Simulation Modeling and Analysis, McGraw-Hill,
Inc., New York.
Murthy, D.N.P., Page, N.W., and Rodin, E.Y., 1990, Mathematical Modeling,
Pergamon Press, Oxford.
Perry, R.F. and Hoover, S.V., 1989, Simulation: A Problem-Solving Approach,
Adisson-Wesley Publishing Co., Inc., Massachusetts.
Suharyanti, Y. dan Dewi, D.R.S., 1999, Simulasi Penghasilan Kotor Harian Sopir
Angkot, Tugas Mata Kuliah Simulasi Sistem Program Magister TMI ITB,
Bandung.
JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI, 1999, VOL. III, No. 3, hal 149 – 162
ISSN 1410-5004
Mulai
Inisialisasi
Waktu Km =
> 450 menit ? 100 ?
Routine
Muncul Kejadian
1?
Ya
Routine
Terminal 1 Kejadian
2?
Tidak Ya
Routine Tidak
Terminal 2 Kejadian
Ya 3?
Tidak
Routine
Turun Kejadian
4? Routine
Hasil
Kejadian
5?
Selesai
JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI, 1999, VOL. III, No. 3, hal 149 – 162
ISSN 1410-5004
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak Ya