Anda di halaman 1dari 4

Urgensi Aqidah Dalam Penyikapan Terhadap Permasalahan Hidup Manusia

Oleh Nur Ahmadi


Pendahuluan
Sebelum masuk ke dalam inti pembahasan, alangkah baiknya jika kita mengetahui
lebih dulu apa sebenarnya aqidah itu. Berangkat dari pengertian tersebut, baru kemudian
kita bisa memetakan manifestasinya dalam kehidupan dan menjelaskan urgensinya dalam
menyikapi setiap permasalahan hidup yang muncul.

Menurut bahasa, aqidah berasal dari kata al-‘aqdu, yang berarti ikatan dan tarikan yang
kuat. Ia juga berarti pemantapan, penetetapan, kait-mengait, tempel-menempel, dan
penguatan. Sedangkan secara istilah aqidah banyak digunakan untuk menyebut keputusan
pikiran yang mantap, benar maupun salah. Aqidah juga digunakan untuk menyebut
kepercayaan yang mantap dan keputusan tegas yang tidak bisa dihinggapi kebimbangan.
Yaitu apa-apa yang dihinggapi oleh seseorang, diikat kuat oleh sanubarinya, dan
dijadikannya sebagai madzhab atau agama yang dianutnya, tanpa melihat benar atau
tidaknya1. Pengertian lain dikemukakan oleh Imam Hasan Al-Banna dalam bukunya
Majmu’atur Rasail, yaitu aqidah merupakan perkara-perkara yang hati kita membenarkannya,
jiwa kita menjadi tenteram karenanya, dan ia menjadikan rasa yakin pada diri kita tanpa
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan2.
Aqidah memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Jika
diibaratkan sebuah bangunan, maka ia adalah pondasinya. Bangunan tidak akan berdiri
dengan baik jika pondasinya lemah. Begitu juga dengan kehidupan kita, tidak akan berjalan
dengan baik, jika aqidah kita bermasalah. Ia merupakan pijakan dan dasar bagi seseorang
untuk berbuat sesuatu. Sudah bisa dipastikan jika seseorang mempunyai aqidah yang kuat
dan baik, maka amal yang dilakukan setiap waktu selalu mengandung kebaikan.
Layaknya tanaman, aqidah juga perlu dipelihara dan dipupuk agar ia tumbuh semakin
kuat. Memperdalam ilmu dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh merupakan salah
satu sarana untuk terus menjaga aqidah tetap lurus. Sayyid Quthub pernah berkata3, “Bangkit
dan berjihadlah untuk menegakkan aqidah dalam hidup ini, karena sesungguhnya kehidupan itu pada
dasarnya adalah aqidah dan jihad”. Hidup dan aqidah merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Jika kedua hal ini bisa saling sinergis dalam kerangka kebaikan, maka
kebahagiaan dunia dan akhirat niscaya bisa diraih.
Permasalahan Hidup dan Penyikapannya
Ternyata tidak semua manusia mempunyai aqidah yang cukup kuat dalam menghadapi
setiap permasalahan hidup yang ada. Banyak di antara mereka, bahkan yang notabenenya
beragama Islam, dengan cepat menyerah pada masalah. Mereka mencari solusi pintas
bagaimana menyelesaikannya, tidak peduli cara yang diambil baik atau tidak, benar atau
tidak. Coba kita lihat berita-berita yang muncul di TV, koran, atau internet! Banyak kita
dapati orang-orang yang sangat mudah putus asa, tanpa mau bekerja keras untuk bisa
bertahan dan berhasil. Dari sekian banyak masalah yang memang sudah fitrahnya merintangi
jalan kehidupan manusia, pada tulisan ini akan difokuskan pada masalah yang berakar pada
kondisi ekonomi.

1
Aqidah Islamiyah dan Keistimewaannya oleh Syeikh M. Ibrahim Al-Hamd
2
Majmu’atur Rasail karya Syeikh Hasan Al-Banna
3
Urgensi Aqidah dalam Pembentukan Generasi Rabbani oleh S. Abdul Rahman
Belakangan ini fenomena yang cukup menarik diperhatikan adalah meningkatnya
ketakutan seseorang untuk membina rumah tangga dan meningkatnya tindakan bodoh
dalam keluarga, seperti penelantaran dan kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anak
(bahkan sampai dibunuh) atau mereka sendiri yang bunuh diri. Dari kedua fenomena
tersebut, alasan yang sering dijumpai adalah kemiskinan atau tidak cukup punya uang untuk
bertahan. Mereka takut tidak bisa bertahan jika menikah di satu sisi dan mempunyai anak di
sisi yang lain. Apakah hubungan fenomena ini dengan aqidah?
Hubungannya begitu erat. Seseorang yang mempunyai aqidah yang kuat dan benar, dia
akan selalu percaya bahwa rizki itu sudah ada yang mengatur jauh hari sebelum kita
dilahirkan ke bumi. Tugas kita adalah menjemputnya dengan sebaik-baik usaha. Tidak
mungkin Allah akan menelantarkan makhluknya jika memang mereka mau berusaha.
Bahkan seekor burung pun selalu kenyang sore hari saat kembali pulang ke sarangnya,
karena memang burung tersebut mau bergerak dan keluar dari sarangnya di pagi hari. Allah
SWT berfirman dalam Al-Quran surat Huud ayat 6,

ٍ َ‫ ِﰲ ﻛِﺘ‬‫ﺮَﻫﺎ وﻣﺴﺘَـﻮَد َﻋﻬﺎ ُﻛﻞ‬‫ َﻋﻠَﻰ اﻟﻠّ ِﻪ ِرْزﻗُـﻬﺎ وﻳـ ْﻌﻠَﻢ ﻣﺴﺘَـ َﻘ‬‫ض إِﻻ‬
‫ﺎب‬ ِ ‫ٍﺔ ِﰲ اﻷ َْر‬‫﴿ َوَﻣﺎ ِﻣﻦ َدآﺑ‬
َ ْ ْ َُ ْ ُ ُ ََ َ
﴾‫ﲔ‬ ٍ ِ‫ﻣﺒ‬
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang
nyata (Lauh mahfuzh).” (QS 11:6)
Sudah sangat jelas bahwa tidak ada satu pun makhluk di bumi ini yang tidak di jamin
rizkinya oleh Allah, mengapa kita harus merasa khawatir tidak mampu bertahan? Takut
menjadi miskin? Yang membuat kita putus asa dan pada akhirnya seakan melegalkan kita
dalam berbuat aniaya terhadap diri sendiri dan orang lain.
Karena alasan ekonomi pula lah banyak remaja yang tidak mau melangsungkan
pernikahan. Atau justru terkadang orang tua yang justru melemahkan pemuda tersebut
untuk berani menggenapkan separuh agamanya. Ketika ada keberanian muncul di hati
pemuda tersebut, biasanya akan muncul pertanyaan dari orang tuanya sendiri atau calon
mertuanya. Sudah kerja dimana? Berapa gajinya? Nanti tinggal dimana? Dan pertanyaan-
pertanyaan lain yang sebetulnya wajar. Namun bagi pihak yang berpikiran dangkal, maka
mereka akan menuntut pertanyaan itu harus sudah terjawab dengan baik pada saat mau
menikah. Ini yang kemudian membuat banyak orang mempunyai paradigma, kalau mau
menikah harus sudah mapan.
Padahal sebenarnya Allah SWT sudah menjamin rizki orang-orang yang mau menikah.
Jika mereka miskin maka Allah akan memampukannya, baik dari arah yang bisa kita duga,
atau dari arah yang tidak kita sangka-sangka. Hal ini seperti yang difirmankan Allah dalam
Al-Quran berikut ini.

‫ﻪُ ِﻣﻦ‬‫ﲔ ِﻣ ْﻦ ِﻋﺒَ ِﺎد ُﻛ ْﻢ َوإِ َﻣﺎﺋِ ُﻜ ْﻢ إِن ﻳَ ُﻜﻮﻧُﻮا ﻓُـ َﻘَﺮاء ﻳـُ ْﻐﻨِ ِﻬ ُﻢ اﻟﻠ‬ ِِ  ‫َﻧﻜﺤﻮا ْاﻷَﻳﺎﻣﻰ ِﻣﻨ ُﻜﻢ واﻟ‬
َ ‫ﺼﺎﳊ‬ َْ َ َ ُ ‫﴿ َوأ‬
ِ
ِ ِ ِ ِ ْ َ‫ﻓ‬
﴾ ‫ﻴﻢ‬ٌ ‫ﻪُ َواﺳ ٌﻊ َﻋﻠ‬‫ﻀﻠﻪ َواﻟﻠ‬
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari
hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS 24:32)

‫ﻪَ ﺑَﺎﻟِ ُﻎ أ َْﻣ ِﺮﻩِ ﻗَ ْﺪ َﺟ َﻌ َﻞ‬‫ن اﻟﻠ‬ ِ‫ ِﻪ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َﺣ ْﺴﺒُﻪُ إ‬‫ﻛ ْﻞ َﻋﻠَﻰ اﻟﻠ‬‫ﺐ َوَﻣﻦ ﻳَـﺘَـ َﻮ‬ ِ
ُ ‫ﺚ َﻻ َْﳛﺘَﺴ‬ُ ‫﴿ َوﻳـَْﺮُزﻗْﻪُ ِﻣ ْﻦ َﺣْﻴ‬
﴾ ‫ﻞ َﺷ ْﻲ ٍء ﻗَ ْﺪ ًرا‬ ‫ﻪُ ﻟِ ُﻜ‬‫اﻟﻠ‬
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS
65:3)
Hadits Rasulullah berikut ini memberikan motivasi bahwa kita tidak akan pernah
ditelantarkan oleh Allah dalam membina rumah tangga. “Makanan dua seorang cukup untuk dua
orang, dan makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan empat orang cukup untuk delapan
orang” (HR. Bukhari dan Muslim). Begitu juga ungkapan dari Umar bin Khathab RA yang
memotivasi kita sekaligus menyindir kita yang menunda-nunda menikah hanya dengan
alasan takut miskin dan tidak mampu bertahan, sebagaimana dikutip oleh Al-Qurhubi, “Saya
sangat takjub dan heran dengan orang-orang yang tidak menikah karena takut miskin, dan tidak mau
mencari kekayaan melalui perkawinan padahal Allah telah menjaminnya”4.
Fenomena yang kedua adalah meningkatnya penelantaran yang dilakukan orang tua
terhadap anaknya. Sebagian ada yang meninggalkannya di tempat sampah, di tempat umum,
atau yang terkejam membunuhnya. Hal ini mendapat peringatan keras dari Allah
sebagaimana firman-Nya.

﴾ ‫ن ﻗَـْﺘـﻠَ ُﻬ ْﻢ َﻛﺎ َن ِﺧ ْﻂءًا َﻛﺒِ ًﲑا‬ ‫ﺎ ُﻛﻢ إ‬‫ْﳓ ُﻦ ﻧَـْﺮُزﻗُـ ُﻬ ْﻢ َوإِﻳ‬ ‫ﻼق‬
ٍ ‫﴿ وﻻَ ﺗَـ ْﻘﺘُـﻠُﻮاْ أَوﻻ َد ُﻛﻢ ﺧ ْﺸﻴﺔَ إِﻣ‬
ْ َ َ ْ ْ َ
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki
kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS
17:31)
Kita terkadang lupa dan mengira bahwa rizki hanya akan datang seperti apa yang ada
dihitungan akal kita. Misalnya, seseorang dengan gaji 2 juta per bulan, dengan penghematan
yang dilakukan bisa hidup cukup untuk hidup bersama 1 istri dan 1 anak. Menurut
perhitungan, jika dia mempunyai anak lagi tanpa diimbangi dengan kenaikan gaji, maka dia
tidak akan mampu menghidupi anak yang baru tersebut. Namun, apakah kenyataannya
seperti ini? Apakah rizki hanya berasal dari gaji saja? Kita sering lupa bahwa rizki itu sering
berasal dari arah yang tidak disangka-sangka. Kita terlalu mempercayai pada apa yang
nampak, apa yang ada di hitungan kita. Padahal ada rencana Allah yang Maha Memberi
Karunia, yang Maha Kaya, dan yang Maha Pengasih. Pernah mendengar kisah seorang
tukang becak dengan banyak anak dan bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang
perguruan tinggi? Jika kita hanya menggunakan hitungan akal, apakah mungkin seorang
tukan becak yang pendapatannya tidak seberapa bisa melakukan hal itu?

4
Di Jalan Dakwah Aku Menikah karya Ust. Cahyadi Takariawan
Penutup
Sudah saatnya kita kembali menguatkan dan meluruskan aqidah kita. Allah selalu ada
di dekat kita, memberi karunia dan kasih sayang-Nya meskipun kita tidak memintanya.
Apalagi jika kita memintanya, maka Ia pun akan dengan senang hati membantu hamba-Nya.
Aqidah ini yang bakal menentukan sikap kita dalam menghadapi setiap permasalahan hidup
yang muncul. Semakin kuat dan baik aqidah kita, semakin baik pula penyikapan kita
terhadap permasalahan itu, yang berimbas pada semakin tentram dan nyaman hidup terasa.
Hilangkan semua ketakutan tidak berdasar yang ada dalam diri kita, karena itu hanya akan
melemahkan kita dan menjauhkan kita dari Allah. Tugas kita adalah bertakwa dan
bertawakkal pada-Nya, dan percayalah bahwa karunia yang besar akan turun untuk kita.

Anda mungkin juga menyukai